Anda di halaman 1dari 17

1

1. ISKI FATIMAH 180106006


2. KHAERUL AMIN T 180106007
3. NANDA FARAH FELISKHA 180106009
4. NISA MEGA GUMILANG 180106010
5. RATRI WULANDARI 180106011
6. RUMANTIKA 180106012

FAKULTAS KESEHATAN
D4 KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI
UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA
ANALGESIK GOLONGAN
NARKOTIK/OPIOID
• Analgetik adalah suatu senyawa atau obat yang dipergunakan untuk
mengurangi rasa sakit atau nyeri.
• Analgetik narkotik (opioid) merupakan kelompok obat yang memiliki sifat
seperti opium
• Opiat atau yang dikenal sebagai narkotik adalah bahan yang digunakan untuk
menidurkan atau melegakan rasa sakit, tetapi mempunyai potensi yang tinggi
untuk menyebabkan ketagihan.
• A. DEFINISI OPIOID
Opioid merupakan kelompok obat yang memiliki sifat-sifat seperti opium atau
morfin. Golongan obat ini terutama digunakan untuk meredakan atau menghilangkan
rasa nyeri. Semua analgesik opioid menimbulkan adiksi/ ketergantungan.

• B. KLAFISIKASI OPIOID
Penggolongan opioid antara lain:
• Opioid natural (morfin, kodein, pavaperin, dan tebain)
• Semisintetik (heroin, dihidro morfin/morfinon, derivate tebain)
• Sintetik (petidin, fentanil, alfentanil, sufentanil dan remifentanil).
Mekanisme Kerja…
Suatu opioid mungkin dapat berinteraksi dengan semua jenis reseptor akan
tetapi dengan afinitas yang berbeda dan dapat bekerja sebagai agonis, antagonis,
dan campuran.
Obat-obat Opioid Yang Biasa Digunakan
Dalam Anastesi Antara Lain:
1. MORFIN
Farmakodinamik :
Efek morfin terjadi pada susunan syaraf pusat dan organ yang mengandung
otot polos. Efek morfin pada sistem syaraf pusat mempunyai dua sifat yaitu
depresi dan stimulasi. Digolongkan depresi yaitu analgesia, sedasi, perubahan
emosi, hipoventilasi alveolar. Stimulasi termasuk stimulasi parasimpatis, miosis,
mual muntah, hiperaktif reflek spinal, konvulsi dan sekresi hormon anti
diuretika (ADH).
Farmakokinetik :
Morfin tidak dapat menembus kulit utuh, tetapi dapat menembus kulit yang
luka. Morfin juga dapat menembus mukosa. Morfin dapat diabsorsi usus, tetapi
efek analgesik setelah pemberian oral jauh lebih rendah daripada efek analgesik
yang timbul setelah pemberian parenteral dengan dosis yang sama. Morfin
dapat melewati sawar uri dan mempengaharui janin. Eksresi morfin terutama
melalui ginjal. Sebagian kecil morfin bebas ditemukan dalam tinja dan keringat.
• Indikasi
Morfin dan opioid lain terutama diindikasikan untuk meredakan atau
menghilangkan nyeri hebat yang tidak dapat diobati dengan analgesik non-opioid.
Apabila nyerinya makin besar dosis yang diperlukan juga semakin besar. Morfin sering
digunakan untuk meredakan nyeri yang timbul pada infark miokard, neoplasma, kolik
renal atau kolik empedu, oklusi akut pembuluh darah perifer, pulmonal atau koroner,
perikarditis akut, pleuritis dan pneumotorak spontan, nyeri akibat trauma misalnya luka
bakar, fraktur dan nyeri pasca bedah.
Kontraindikasi :
• Hipersensitivitas terhadap morfin.
• Pasien dengan depresi napas dan tidak tersedia alat resusitasi.
• Asma akut atau berat.
• Keadaan hiperkarbia.
• Dicurigai atau sudah pasti mengalami ileus paralitik.

Efek samping :
Efek samping morfin (dan derivat opioid pada umumnya) meliputi depresi
pernafasan, nausea, vomitus, dizzines, mental berkabut, disforia, pruritus, konstipasi
kenaikkan tekanan pada traktus bilier, retensi urin, dan hipotensi.
• Dosis dan sediaan
Morfin tersedia dalam tablet, injeksi, supositoria. Morfin oral dalam bentuk larutan
diberikan teratur dalam tiap 4 jam. Dosis anjuran untuk menghilangkan atau
mengurangi nyeri sedang adalah 0,1-0,2 mg/ kg BB. Untuk nyeri hebat pada dewasa 1-2
mg intravena dan dapat diulang sesuai yang diperlukan.

• Ekskresi
Metabolit polar opioid diekskresi terutama melalui ginjal. Sebagian kecil opioid
diekskresi dalam bentuk tidak berubah. Konjugasi glukoronid juga diekskresi kedalam
empedu, tetapi sirkulasi enterohepatik hanya merupakan bagian kecil dari proses
ekskresi. (Boyer, 2018)
PETIDIN
• Farmakodinamik
Meperidin (petidin) secara farmakologik bekerja sebagai agonis reseptor µ.
Seperti halnya morfin, meperidin (petidin) menimbulkan efek analgesia, sedasi,
euforia, depresi nafas dan efek sentral lainnya. Waktu paruh petidin adalah 5
jam. Efektivitasnya lebih rendah dibanding morfin, tetapi lebih tinggi dari
kodein. Durasi analgesinya pada penggunaan klinis 3-5 jam. Dibandingkan
dengan morfin, meperidin lebih efektif terhadap nyeri neuropatik.
• Farmakokinetik

Absorbsi meperidin dengan cara pemberian apapun berlangsung baik. Akan tetapi
kecepatan absorbsi mungkin tidak teratur setelah suntikan IM. Kadar puncak dalam
plasma biasanya dicapai dalam 45 menit dan kadar yang dicapai antar individu sangat
bervariasi. Setelah pemberian meperidin IV, kadarnya dalam plasma menurun secara
cepat dalam 1-2 jam pertama, kemudian penurunan berlangsung lebih lambat. Kurang
lebih 60% meperidin dalam plasma terikat protein. Metabolisme meperidin terutama
dalam hati. Pada manusia meperidin mengalami hidrolisis menjadi asam meperidinat
yang kemudian sebagian mengalami konjugasi. Meperidin dalam bentuk utuh sangat
sedikit ditemukan dalam urin. Sebanyak 1/3 dari satu dosis meperidin ditemukan dalam
urin dalam bentuk derivat N-demitilasi.
• Indikasi
Meperidin hanya digunakan untuk menimbulkan analgesia. Pada beberapa keadaan
klinis, meperidin diindikasikan atas dasar masa kerjanya yang lebih pendek daripada
morfin. Meperidin digunakan juga untuk menimbulkan analgesia obstetrik dan sebagai
obat preanestetik.

• Kontraindikasi
Petidin dikontraindikasikan pada pasien dengan hipersensitif terhadap obat ini dan
pada pasien yang mengkonsumsi agen inhibitor monoamine oxidase (MAO) karena
dapat menimbulkan reaksi yang tidak dapat diprediksi dan fatal walaupun diaplikasikan
pada dosis terapeutik dalam 14 hari.
• Dosis dan sediaan
Sediaan yang tersedia adalah tablet 50 dan 100 mg ; suntikan 10 mg/ml, 25 mg/ml,
50 mg/ml, 75 mg/ml, 100 mg/ml. ; larutan oral 50 mg/ml. Sebagian besar pasien
tertolong dengan dosis parenteral 100 mg. Dosis untuk bayi dan anak ; 1-1,8 mg/kg
BB.

• Ekskresi :
Kadar nilai bersihan plasma pada penggunaan petidin intravena adalah 1.06L/menit
(0.71-1.32l/menit), sekitar 3.8% (2.2-6.9%) dari dosis petidin akan diekskresikan dalam
bentuk yang sama
FENTANIL
• Farmakodinamik
Sebagai suatu analgesik, fentanil 75-125 kali lebih poten dibandingkan
dengan morfin. Awitan yang cepat dan lama aksi yang singkat mencerminkan
kelarutan lipid yang lebih besar dari fentanil dibandingkan dengan morfin.
Fentanil (dan opioid lain) meningkatkan aksi anestetik lokal pada blok saraf
tepi. Keadaan itu sebagian disebabkan oleh sifat anestetsi lokal yamg lemah
(dosis yang tinggi menekan hantara saraf) dan efeknya terhadap reseptor opioid
pada terminal saraf tepi. Fentanil dikombinasikan dengan droperidol untuk
menimbulkan neureptanalgesia
• Farmakokinetik
Setelah suntikan intravena ambilan dan distribusinya secara kualitatif hampir sama
dengan dengan morfin, tetapi fraksi terbesar dirusak paru ketika pertama kali
melewatinya. Fentanil dimetabolisir oleh hati dengan N-dealkilase dan hidrosilasidan,
sedangkan sisa metabolismenya dikeluarkan lewat urin.

• Indikasi
Efek depresinya lebih lama dibandingkan efek analgesinya. Dosis 1-3 mg /kg BB
analgesianya hanya berlangsung 30 menit, karena itu hanya dipergunakan untuk
anastesia pembedahan dan tidak untuk pasca bedah. Dosis besar 50-150 mg/kg BB
digunakan untuk induksi anastesia dan pemeliharaan anastesia dengan kombinasi
bensodioazepam dan inhalasi dosis rendah, pada bedah jantung. Sediaan yang tersedia
adalah suntikan 50 mg/ml.
• Kontraindikasi
Pasien nontoleransi opioid. Pengobatan nyeri akut selain nyeri terobosan (mis.
Migrain atau sakit kepala lainnya) atau nyeri pasca operasi ; depresi pernapasan akut
atau berat atau penyakit paru obstruktif; ileus paralitik.

• Efek Samping
Efek yang tidak disukai ialah kekakuan otot punggung yang sebenarnya dapat
dicegah dengan pelumpuh otot. Dosis besar dapat mencegah peningkatan kadar gula,
katekolamin plasma, ADH, renin, aldosteron dan kortisol.
• Ekskresi
Fentanyl dimetabolisme dengan cara metilasi menjadi norfentanyl,
hydroksipropionil-fentanyl dan hidroksinorpropionil-fentanyl. Diekskresi
melalui urin dan dapat dideteksi 72 jam setelah pemberian iv. Namun <10%
tetap tidak termetabolisme dan diekskresikan melalui urin.

Anda mungkin juga menyukai