Anda di halaman 1dari 88

FARMAKOLOGI

ANALGET IK

Apt. Nur Anggreini Dwi Sasangka, S.Farm.,M.Sc


anggreini@setiabudi.ac.id
Fakultas Farmasi
Universitas Setia Budi
PENGERTIAN ANALGETIK

Analgesik atau analgetik, adalah obat yang digunakan


untuk mengurangi atau menghilangkan rasa sakit atau
obat-obat penghilang nyeri tanpa menghilangkan
kesadaran.
Obat ini digunakan untuk membantu meredakan sakit,
sadar tidak sadar kita sering mengunakannya misalnya
ketika kita sakit kepala atau sakit gigi, salah satu
komponen obat yang kita minum biasanya mengandung
analgesik atau pereda nyeri.
PENYEBAB SAKIT/ NYERI.
Didalam lokasi jaringan yang mengalami luka atau
peradangan beberapa bahan algesiogenic kimia
diproduksi dan dilepaskan, didalamnya terkandung dalam
prostaglandin dan brodikinin. Brodikinin sendiri adalah
perangsang reseptor rasa nyeri. Sedangkan prostaglandin
ada 2 yang pertama Hiperalgesia yang dapat
menimbulkan nyeri dan PG(E1, E2, F2A) yang dapat
menimbulkan efek algesiogenic.
KARAKTERISTIK OBAT
ANALGETIK:
• Hanya efektif untuk menyembuhkan sakit
• Tidak narkotika dan tidak menimbulkan rasa senang dan
gembira apabila digunakan sebagai mana mestinya
• Tidak mempengaruhi pernapasan
• Gunanya untuk nyeri sedang, ex: sakit gigi
PEMBAGIAN ANALGETIK
Analgetik dibagi menjadi dua yaitu :
1. Analgetik Opoid/Narkotika.
2. Analgetik Non-narkotika.
OBAT –OBAT GOLONGAN
NARKOTIK OPOID
ANALGESIK OPOID
Analgesik opioid merupakan kelompok obat yang
memilikisifat-sifat seperti opium atau morfin. Golongan obat ini
digunakan untuk meredakan atau menghilangkan rasa nyeri seperti
pada fractura dan kanker.
Analgesik opioid digunakan untuk mengurangi nyeri sedang
sampai berat, terutama yang pada bagian viseral. Penggunaan
berulang dapat mengakibatkan ketergantungan dan toleransi, tapi ini
bukan alasan tidak digunakannya dalam mengatasi nyeri pada
penyakit terminal. Penggunaan opioid kuat mungkin sesuai untuk
beberapa kasus nyeri kronis non-keganasan; pengobatan sebaiknya
diawasi oleh dokter spesialis dan kondisi pasien sebaiknya dikaji setiap
interval tertentu
CODEIN
Kodein merupakan prodrug, karena di saluran pencernaan
kodein diubah menjadi bentuk aktifnya, yakni morfin dan
kodeina-6-glukoronida Sekitar 5-10% kodein akan diubah
menjadi morfin, sedangkan sisanya akan menjadi bentuk
yang bebas, atau terkonjugasi dan membentuk kodeina-6-
glukoronida (70%), norkodeina (10%), hidromorfona
(1%). Seperti halnya obat golongan opiat lainnya, kodein
dapat menyebabkan ketergantungan fisik, namun efek ini
relatif sedang bila dibandingkan dengan senyawa
golongan opiat lainnya.
Golongan Sediaan Penyakit/indikasi

Penghilang nyeri golongan opioidTablet: 30 mg (fosfat) Penghilang nyeri opioid potensi rendah untuk nyeri rignan
(analgesik opioid) samapi sedang
INDIKASI DAN KONTRA INDIKASI

Indikasi
• Meredakan nyeri hebat, antitusif, diare
Kontraindikasi
• Depresi saluran nafas, penyakit obstruksi paru-paru, juga
pada kondisi dimana hambatan perilistatik harus
dihindari, pada kejang perut.
DOSIS CODEIN
Nyeri ringan sampai sedang, per oral, DEWASA 30-60 mg
tiap 4 jam bila perlu, maksimal 240mg/hari; ANAK 1-12
tahun, 0.5-1 mg/kg tiap 4-6 jam bila perlu; maksimal 240
mg sehari
Euforia, gatal-gatal, muntah,
mual, mengantuk, miosis, penahanan
urine, depresi pernafasan dan
jantung, depresi mental, lemah,
gugup, insomnia, hipotensi,
EFEK hipersensitif.

SAMPING Penggunaan jangka panjang


mengakibatkan toleransi
ketergantungan.
Pada dosis besar
menyebabkan kerusakan hati.
Kodein merangsang reseptor susunan saraf pusat

MEKANISME (SSP) yang dapat menyebabkan depresi


pernafasan, vasodilatasi perifer, inhibisi gerak
KERJA perilistatik usus, stimulasi kremoreseptor dan
CODEIN penekanan reflek batuk.
MORFIN

Morfin merupakan jenis obat yang masuk ke dalam golongan analgesik


opium atau narkotik. Obat ini digunakan untuk mengatasi rasa sakit yang
terbilang parah dan berkepanjangan atau kronis. Morfin bekerja pada
saraf dan otak sehingga tubuh tidak merasakan rasa sakit.
Meskipun memiliki manfaat besar, morfin juga dapat menyebabkan
ketergantungan. Risiko ketergantungan ini bahkan lebih tinggi pada pasien
yang di masa lalunya pernah kecanduan alkohol atau narkoba.
Menghentikan pengobatan morfin yang telah
berlangsung jangka panjang juga tidak bisa
sekaligus, terutama pada pasien yang
menggunakan morfin dalam dosis besar. Hal ini
dapat menimbulkan gejala putus obat seperti
kegelisahan, tubuh berkeringat, nyeri otot, dan
mual. Untuk mengatasinya dokter akan
mengurangi dosis secara bertahap hingga pasien
benar-benar lepas dari morfin.
TENTANG MORFIN

Jenis obat Analgesik opium

Golongan Obat resep

Manfaat Meredakan rasa sakit yang parah

Dikonsumsi oleh Dewasa dan anak-anak

Bentuk obat Tablet, kapsul, cairan yang diminum, dan suntik


DOSIS MORFIN
Berikut ini adalah dosis awal pemberian morfin bagi orang dewasa
atau bagi yang telah memiliki berat badan lebih dari 50 kilogram.
• Untuk morfin tablet, dosis yang diberikan biasanya berkisar antara
5-20 mg tiap empat jam sekali. Sedangkan untuk morfin suntik, dosis
yang diberikan biasanya berkisar antara 3-5 mg tiap empat jam
sekali. Dosis akan diberikan sesuai dengan tingkat keparahan rasa
sakit, kondisi pasien. Dosis akan direvisi secara teratur dan
disesuaikan dengan respons tubuh terhadap obat.
• Mengenai pasien anak-anak, selain mempertimbangkan tingkat rasa
sakit dan kondisi, dosis morfin juga akan disesuaikan dengan berat
badan mereka.
Sama seperti obat-obat lainnya, morfin berpotensi menyebabkan
efek samping. Beberapa efek samping yang biasa terjadi setelah
mengonsumsi analgesik narkotik ini adalah:

• Mengantuk
• Pusing atau sakit kepala
• Mual
• Sembelit
EFEK • Sulit buang air kecil

SAMPING • Gangguan tidur


• Mulut terasa kering
• Tubuh berkeringat
Biasanya efek samping akan hilang dengan sendirinya setelah
tubuh menyesuaikan dengan pengobatan. Namun jika efek samping
tidak kunjung hilang atau justru memburuk, hubungi dokter yang
memberikan resep obat ini sebelum melanjutkan penggunaan.
BERIKATAN
DENGAN
RESEPTOR DI
MEKANISME SISTEM SARAF
PUSAT,
KERJA MEMPENGARUHI
PERSEPSI DAN
RESPON
TERHADAP NYERI
Petidin merupakan narkotika sintetik derivat
fenilpiperidinan dan terutama berefek terhadap susunan saraf
pusat. Mekanisme kerja petidin menghambat kerja asetilkolin
(senyawa yang berperan dalam munculnya rasa nyeri) yaitu
pada sistem saraf serta dapat mengaktifkan reseptor,
terutama pada reseptor µ, dan sebagian kecil pada reseptor
kappa. Penghambatan asetilkolin dilakukan pada saraf pusat
dan saraf tepi sehingga rasa nyeri yang terjadi tidak
dirasakan oleh pasien

PETHIDIN Efeknya terhadap SSP adalah menimbulkan


analgesia, sedasi, euphoria, dapresi pernafasan serta efek
sentral lain. Efek analgesik petidin timbul aga lebih cepat
daripada efek analgetik morfin, yaitu kira-kira 10 menit,
setelah suntikan subkutan atau intramuskular, tetapi masa
kerjanya lebih pendek, yaitu 2–4 jam. Absorbsi petidin melalui
pemberian oral maupun secara suntikan berlangsung dengan
baik. Obat ini mengalami metabolism di hati dan diekskresikan
melalui urin
Petidin ( meperidin, demerol ) adalah zat sintetik yang formulanya sangat berbeda dengan morfin, tetapi
mempunyai efek klinik dan efek samping yang mendekati sama. Perbedaan dengan morfin sebagai berikut :
1. Petidin lebih larut dalam lemak dibandingkan dengan morfin yang lebih larut dalam air.
2. Metabolisme oleh hepar lebih cepat dan menghasilkan normeperidin, asam meperidinat dan asam
normeperidinat. Normeperidin adalah metabolit yang masih aktif memiliki sifat konvulsi dua kali lipat
petidin tetapi efek analgesinya sudah bekurang 50%. Kurang dari 10% petidin bentuk asli ditemukan
dalam urin.
3. Petidin bersifat seperti atropine menyebabkan kekeringan mulut, kekaburan pandangan dan takikardia.
4. Seperti morfin ia menyebabkan konstipasi, tetapi efek terhadap sfingter Oddi lebih ringan.
5. Petidin cukup efektif untuk menghilangkan gemetaran pasca bedah yang tak ada hubungannya dengan
hipotermi dengan dosis 20-25 mg i.v pada dewasa. Morfin tidak.
6. Lama kerja petidin lebih pendek dibandingkan morfin.
EFEK SAMPING
• ketagihan terhadap obat-obatan golongan narkotik dan timbulnya depresi
pada sistem pernafasan.
• Efek samping petidin lainnya antara lain: pusing, merasa lemah, sakit
kepala, perubahan suasana hati, agitasi, bingung, konstipasi, mulut
mengering, berkeringat, gangguan penglihatan, gangguan jantung,
mengantuk, mual, muntah, dan gangguan aliran darah.
• Penggunaan petidin juga dapat menimbulkan alergi dengan manifestasi
seperti gatal, bengkak dan merah pada daerah suntikan, pembengkakan
pada bibir, wajah, hingga terjadinya kesulitan pernafasan. Apabila
overdosis akan terjadi lemah otot dan gangguan aliran darah akut.
Apabila pasien telah menggunakan petidin dalam jangka waktu lama dan
atau dalam dosis besar, penggunaan petidin tidak boleh langsung
diberhentikan secara tiba-tiba. Hal ini karena akan menyebabkan timbulnya
efek withdraw, dimana akan terjadi gejala putus obat (sakau) seperti
jantung berdebar, denyut nadi cepat, dan pernafasan menjadi tertekan,
nyeri pada seluruh tubuh, rasa tidak nyaman.
• Dosis petidin intramuscular 1-2
mg/kgBB (morfin 10x lebih
kuat) dapat diulang tiap 3-4
jam. Dosis intavena 0,2-0,5
mg/kgBB. Petidin subkutan tidak
DOSIS dianjurkan karena iritasi. Rumus
bangun menyerupai lidokain,
sehingga dapat digunakan
untuk analgesia spinal pada
pembedahan dengan dosis 1-2
mg/kgBB.
• Petidin merupakan obat golongan opioid yang
memiliki mekanisme kerja yang hampir sama
dengan morfin yaitu pada sistem saraf dengan
menghambat kerja asetilkolin (senyawa yang
berperan dalam munculnya rasa nyeri) serta
dapat mengaktifkan reseptor, tertama pada
reseptor mu, analgesik opiod di sistem syaraf
pusat dan perifer. —> mengurangi pelepasan
zat Neurotransmiter dan juga mengurangi
MEKANISME aktivitas neuron postsypnatic di sumsum tulang
KERJA belakang sehingga mencegaha transisi impuls
nyeri. Onset petidin termasuk cepat dimana efek
dapat dirasakan setelah 15 menit obat
dimasukkan dan memiliki durasi 2-4 jam. Petidin
diindikasikan untuk penderita nyeri berat dan
hebat serta nyeri yang berlangsung lama
(misalnya: nyeri setelah operasi, nyeri karena
infeksi saluran kencing bagian atas, nyeri karena
kanker). Petidin lebih efektif dalam nyeri
neuropatik.
INDIKASI DAN KONTRA INDIKASI
Indikasi Nyeri sedang sampai berat, nyeri pasca bedah

Kontra indikasi Depresi pernafasan akut, alkoholisme akut, penyakit


perut akut, peningkatan tekanan otak atau cedera
kepala
Obat Analgesik Non-Nakotik dalam Ilmu Farmakologi
juga sering dikenal dengan istilah
Analgetik/Analgetika/Analgesik Perifer. Analgetika
perifer (non-narkotik), yang terdiri dari obat-obat
yang tidak bersifat narkotik dan tidak bekerja
sentral.

ANALGETIK Penggunaan Obat Analgetik Non-Narkotik atau Obat


Analgesik Perifer ini cenderung mampu
NON- menghilangkan atau meringankan rasa sakit tanpa
berpengaruh pada sistem susunan saraf pusat atau
OPOID bahkan hingga efek menurunkan tingkat kesadaran.
Obat Analgetik Non-Narkotik / Obat Analgesik
Perifer ini juga tidak mengakibatkan efek ketagihan
pada pengguna (berbeda halnya dengan
penggunanaan Obat Analgetika jenis Analgetik
Narkotik).
TRAMADOL
Tramadol adalah salah satu obat jenis obat pereda sakit
yang kuat yang digunakan untuk menangani rasa sakit
tingkat sedang hingga berat, misalnya rasa nyeri setelah
operasi. Tramadol memengaruhi reaksi kimia di otak dan
sistem saraf yang pada akhirnya mengurangi sensasi rasa
sakit. Anjuran untuk mengonsumsi tramadol adalah tiap 4-6
jam sekali, tapi tidak boleh lebih dari 400 mg dalam satu
hari.
TENTANG TRAMADOL
Jenis obat Analgesik opiat

Golongan Obat resep

Manfaat Meredakan rasa sakit tingkat sedang hingga berat

Dikonsumsi oleh Dewasa dan anak-anak di atas umur 12 tahun

Bentuk Kapsul, tablet, obat larut, suntik

Tramadol tersedia dalam berbagai merek dan dapat digunakan


dalam bentuk tablet, kapsul, serta obat larut. Jenis obat ini juga
ada yang bereaksi cepat dan lambat. Penggunaannya harus sesuai
dengan resep dokter.
DOSIS TRAMADOL
Dosis penggunaan tramadol tergantung pada tingkat keparahan rasa sakit yang diderita oleh
pasien. Tetapi konsumsi obat ini tidak boleh melebihi 400 mg dalam durasi 24 jam.
Dosis penggunaan tramadol untuk jangka waktu yang lebih panjang akan diatur oleh dokter
sesuai kondisi kesehatan dan kemajuan pasien. Untuk anak-anak di bawah 12 tahun, dosis dan
penggunaan tramadol akan disesuaikan. Sementara itu, bagi manula yang berusia di atas 75
tahun dianjurkan untuk tidak mengonsumsi tramadol melebihi 300 mg per hari.

Tramadol Dosis dan Frekuensi

Untuk mengurangi rasa sakit dengan cepat 50-100 mg per 4-6 jam
EFEK SAMPING
Sama seperti obat-obat lain, tramadol juga berpotensi
menyebabkan efek samping. Beberapa efek samping yang
umum terjadi saat mengonsumsi analgesik ini adalah:
• Pusing dan limbung
• Lelah dan mengantuk
• Mual dan muntah
• Konstipasi dan sulit buang air kecil
• Mulut kering
• Perut kembung
MEKANISME KERJA
Tramadol adalah analgesik kuat yang bekerja pada
reseptor opiat. Tramadol mengikat secara stereospesifik
pada reseptor di sistem saraf pusat sehingga
menghentikan sensasi nyeri dan respon terhadap nyeri.
Disamping itu tramadol mmenghambat pelepasan
neutrotransmiter dari saraf aferen yang bersifat sensitif
terhadap rangsangan, akibatnya implus nyeri terhambat
METAMIZOL

Metamizol ialah suatu senyawa yang memiliki efek


analgesik
INDIKASI

• Mengatasi nyeri berat akut dan kronis seperti pada


keadaan penyakit reumatik, sakit kepala, sakit gigi atau
adanya tumor, nyeri setelah kecelakaan atau operasi.
• Mengatasi nyeri berat yang disebabkan spasme otot
polos baik itu akut dan kronis sperti spesme otot kolik
pada saluran pencernaan, saluran empedu ginjal dan
saluran kemih bagian bawah
EFEK SAMPING

• Hipersensitivitas.
• Diskrasia darah.
• Demam tinggi.
• Peradangan mulut, hidung tenggorokan juga disekitar
anal dan genital

DOSIS
Dewasa: 2 sendok takar (10 ml) setiap 6 - 8 jam.
Maximum 8 sendok takar (40 ml) sehari.

Anak-anak:
Dosis untuk anak diberikan berdasarkan bobot badan sebagai berikut:
16 - 23 kg (kira-kira 4 - 6 thn) : ½ - 1½ sendok takar (drops: 0,5-1,5 mL)
24 - 30 kg (kira-kira 7 - 9 thn) : 1 - 2 sendok takar (drops: 0,8-2 mL)
31 - 45 kg (kira-kira 10 - 12 thn) : 1 - 3 sendok takar (drops: 1-3 mL)
46 - 53 kg (kira-kira 13 - 14 thn) : 1½ - 3½ sendok takar (drops: 1,5-3,5 mL)
Sendok takar = 5 ml

Bayi dan Balita:


Dosis untuk bayi dan balita diberikan berdasarkan bobot badan sebagai berikut:
5 - 8 kg (kira kira 3 - 11 bulan) : drops: 0,05-0,5 mL)
9 - 15 kg (kira kira 1 - 3 tahun) : drops: 0,15-1 mL
Sendok takar = 5 ml

Dewasa dan anak-anak 15 tahun:


Dosis sekali: 2 - 5 ml i.v. atau i.m.
Dosis sehari tidak lebih dari 10 ml.

Pengobatan dalam keadaan emergency untuk keadaan syok anafilaktik:


Suntikkan 1 ml (0,1 mg epinephrine), sambil tekanan darah dan detak jantung dimonitor, perhatikan adanya gangguan ritme jantung, jika diperlukan dapat diulang.
Kemudian suntikkan Glukokortikoid IV, contohnya 250 mg-1000 mg methylprednisolone, ulangi jika diperlukan.
Dosis ini dianjurkan untuk dewasa dengan bobot badan normal, untuk anak-anak diperlukan pengurangan dosis dan diberikan berdasarkan bobot badan. Untuk menyeimbangkan
cairan tubuh dapat diberikan pengganti cairan tubuh (plasma expander).
Selain itu dilakukan pula pernafasan buatan, inhalasi oksigen dan pemberian antihistamin.
PARASETAMOL
• Paracetamol adalah derivat p-aminofenol yang mempunyai
sifat antipiretik/analgesic
• Sifat antipiretik disebabkan oleh gugus aminobenzen dan
mekanismenya diduga berdasarkan efek sentral.
• Sifat analgesik parasetamol dapat menghilangkan rasa
nyeri ringan sampai sedang.
• Sifat antiinflamasinya sangat lemah sehingga sehingga
tindak digunakan sebagai antirematik.
INDIKASI

Sebagai antipiretik/analgesik, termasuk bagi pasien yang


tidak tahan asetosal. Sebagai analgesik, misalnya untuk
mengurangi rasa nyeri pada sakit kepala, sakit gigi, sakit
waktu haid dan sakit pada otot.menurunkan demam pada
influenza dan setelah vaksinasi.
KONTRA INDIKASI

Hipersensitif terhadap parasetamol dan defisiensi glokose-


6-fosfat dehidroganase.tidak boleh digunakan pada
penderita dengan gangguan fungsi hati.
EFEK SAMPING

• Reaksi kulit, darah, & reaksi alergi lain.


DOSIS

• Dewasa : 3-4 kali sehari 1-2 tablet.


• Anak-anak : 3-4 kali sehari ½-1 tablet.
Penyajian :Dikonsumsi bersamaan dengan makanan atau
tidak
Jenis: Tablet
ANTI INFLEMASI NON-STEROID

Obat anti inflamasi non-steroid atau yang lebih dikenal dengan


sebutan NSAID (non steroidal anti-inflammatory drugs) adalah
suatu golongan obat yang memiliki khasiat analgesik (pereda
nyeri), antipiretik (penurun panas), dan anti inflamasi (anti
radang). Istilah “nonsteroid” digunakan untuk membedakan jenis
obat-obatan ini dengan steroid yang juga memiliki khasiat
serupa. NSAID bukan tergolong obat-obatan jenis narkotika.
MEKANISME KERJA NSAID
Mekanisme kerja NSAID didasarkan atas penghambatan
isoenzim COX-1 (cyclooxygenese-1) dan COX-2
(cyclooxyganase-2). Enzim cyclooxygenese ini berperan
dalam memacu pembentukan prostaglandin dan
tromboksan dari arachidonic acid. Prostaglandin
merupakan mulekoul pembawa pesan pada proses
inflamasi (radang)
KETOPROFEN
Ketoprofen merupakan suatu antiinflamasi non steroid
dengan efek antiinflamasi, analgesik dan antipiretik.
Sebagai anti inflamasi bekerja dengan menghambat
sintesa prostaglandin. Pada pemberian oral kadar puncak
dicapai selama 0,5–2 jam. Waktu paruh eliminasi pada
orang dewasa 3 jam, dan 5 jam pada orang tua
INDIKASI

Untuk mengobati gejala-gejala artritis rematoid, ankilosing


spondilitis, gout akut dan osteoartritis serta kontrol nyeri
dan inflamasi akibat operasi ortopedik.
KONTRA INDIKASI

• Hipersensitif terhadap ketoprofen, aspirin dan AINS lain.


• Gangguan fungsi ginjal dan hati yang berat
DOSIS
• Sediaan oral :
Dosis awal yang dianjurkan : 75 mg 3 kali sehari atau
50 mg 4 kali sehari.
Dosis maksimum 300 mg sehari. Sebaiknya digunakan
bersama dengan makanan atau susu.
• Injeksi IM :
50–100 mg tiap 4 jam. Dosis maksimum 200 mg/hari,
tidak lebih dari 3 hari.
EFEK SAMPING

• Mual, muntah, diare, dyspepsia, konstipasi, pusing, sakit


kepala, ulkus peptikum hemoragi perforasi, kemerahan
kulit, gangguan fungsi ginjal dan hati, nyeri abdomen,
konfusi ringan, vertigo, oedema, insomnia.
• Reaksi hematologi : trombositopenia.
• Bronkospasma dan anafilaksis jarang terjadi.
INTERAKSI OBAT
• Pemakaian bersama dengan warfarin, sulfonilurea atau
hidantoin dapat memperpanjang waktu protrombin dan
perdarahan gastrointestinal.
• Pemakaian bersama dengan metotreksat dilaporkan
menimbulkan interaksi berbahaya, mungkin dengan
menghambat sekresi tubular dari metotreksat.
MEKANISME KERJA

Menghambat sintesa prostaglandin dengan membuat kerja


isoenzim COX-1 dan COX-2
DICLOPENAC NATRIUM
Natrium Diclopenac merupakan bagian dari obat non-
steroid yang memiliki fungsi sebagai anti-reumatik, anti
radang dan penurun demam. Obat ini diindikasi untuk
pasien dengan berbagai bentuk radang degeneratif dari
reumatik seperti atritis reumatoid, spondilitis ankilosis,
ostreoatritis, serangan gout (kadar asam urat yang tinggi)
akut, sindrom nyeri pada tulang belakang.
DOSIS.
Natrium declopenac memiliki 2 sediaan tablet. Yaitu,20 mg dan 50
mg. Tablet harus ditelan seluruhnya dengan cairan, lebih baik jika
diminum sebelum makan, dan tidak boleh dibagi atau dikunyah.
DOSIS DEWASA
• Dosis harian yang direkomendasikan berkisar antara 100-150
mg pada kasus yang lebih ringan dan juga pada kasus yang
membutuhkan terapi jangka panjang, dosis 75-100 mg per hari
biasanya cukup
• Pada kasus dismonerrhea (nyeri mensturasi yang berat) dosis
harian harus disesuaikan dengan kisaran dosis 50-150 mg
(biasanya seratus mg) sebagai dosis awal, dilanjutkan dengan 50
mg. 3 kali sehari.
• Pada kasus migrane, dosis 50 mg biasa dipakai. Sebaiknya obat
ini diminum dengan air putih. Tidak menggunakan cairan lain
DOSIS ANAK

• Dosis pada anak dan dewasa muda biasanya 0,5-2 mg/kg/hari.


Dibagi menjadi 2 sampai 3 kali pemberian tergantung dari
beratnya penyakit. Untuk kasus radang sendi rheumatoid yang
menyerang anak usia muda, dosis dosis harian dapat mencapai 3
mg/kg/hari.
• Dosis maksimal 150 mg tidak boleh dilampaui. Karena kekuatan
dosis pada sediaan 50 mg, sediaan ini tidak direkomendasikan untuk
digunakan pada anak dan dewasa muda dibawah 14 tahun. Tablet
sediaan 25 mg dapat digunakan pada kelompok umur ini
KETOROLAC
Ketorolac merupakan suatu analgesik non-narkotik. Obat
ini merupakan obat anti-inflmasi nonsteroid yang
menunjukan aktivitas antipiretik yang lemah dan anti
inflamasi. Ketirilac menghambat sintetis prostagandin dan
dapat dianggap sebagai analgesik yang bekerja perfer
karena tidak mempunyai efek terhadap reseptor opiat.
Nama kimia ketorolac adalah Benzoyl-2,3-dihydro-1 H-
pyrrolizine-1-carboxylic acid dan 2 amino
2(hydroxymethyl)1,3 propanediol (1:1)
INDIKASI

Ketorolac diindikasikan untuk penatalaksanaan jangka pendek


terhadap nyeri akut sedang sampai berat setelah prosedur bedah.
Durasi total ketorolac tidak boleh lebih dari lima hari. Ketorolac secara
parenteral dianjurkan diberikan segera setelah operasi. Harus diganti
ke analgesik alternatif sesegera mungkin, asalkan terapi ketorolac tidak
melebihi 5 hari. Ketorolac tidak dianjurkan untuk digunakan sebagai
obat prabedah obstetri atau untuk analgesia obstetri karena belum
diadakan penelitian yang adekuat mengenai hal ini dan karena
diketahui mempunyai efek menghambat biosintesis prostagalndin atau
kontraksi rahim dan sirkulasi fetus.
KONTRA INDIKASI

• Pasien yang sebelumnya pernah mengalami alergi dengan


obat ini, karena ada kemungkinan sensitivitas silang.
• Pasien yang menunjukan manifestas alergi serius akibat
pemberian asetosal atau obat anti-inflamasi non-steroid lain.
• Pasien yang menderita ulkus peptikum aktif.
• Diatesis hemoragik termasuk gangguan koagulasi.
• Sindrom polip nasal lengkap atau parsial, angioedema atau
bronkospasme. Terapi bersamaan dengan ASA dan NSAID
lain. Hipovolemia akibat dehidrasi atau sebab lain.
Gangguan ginjal derajat sedang sampai berat (kreatinin
serum >160 mmol/L). Riwayat asma. Pasien pasca operasi
dengan risiko tinggi terjadi perdarahan atau hemostasis
inkomplit, pasien dengan antikoagulan termasuk Heparin dosis
rendah (2.500–5.000 unit setiap 12 jam). Terapi bersamaan
dengan Ospentyfilline, Probenecid atau garam lithium. Selama
kehamilan, persalinan, melahirkan atau laktasi. Anak < 16
tahun. Pasien yang mempunyai riwayat sindrom Steven-Johnson
atau ruam vesikulobulosa. Pemberian neuraksial (epidural
atau intratekal). Pemberian profilaksis sebelum bedah mayor
atau intra-operatif jika hemostasis benar-benar dibutuhkan
karena tingginya risiko perdarahan.
EFEK SAMPING

• Efek samping di bawah ini terjadi pada uji klinis dengan


Ketorolac IM 20 dosis dalam 5 hari.
• Insiden antara 1 hingga 9% :
Saluran cerna : diare, dispepsia, nyeri gastrointestinal,
nausea.
Susunan Saraf Pusat : sakit kepala, pusing, mengantuk,
berkeringat.
DOSIS

Ketorolac ampul ditujukan untuk pemberian injeksi intramuskular


atau bolus intravena. Dosis untuk bolus intravena harus diberikan
selama minimal 15 detik. Ketorolac ampul tidak boleh diberikan
secara epidural atau spinal. Mulai timbulnya efek analgesia
setelah pemberian IV maupun IM serupa, kira-kira 30 menit,
dengan maksimum analgesia tercapai dalam 1 hingga 2 jam.
Durasi median analgesia umumnya 4 sampai 6 jam. Dosis
sebaiknya disesuaikan dengan keparahan nyeri dan respon
pasien. Lamanya terapi : Pemberian dosis harian multipel yang
terus-menerus secara intramuskular dan intravena tidak boleh
lebih dari 2 hari karena efek samping dapat meningkat pada
penggunaan jangka panjang.
INTERAKSI OBAT
• Pemberian Ketorolac bersama dengan Methotrexate harus hati-hati karena beberapa obat yang
menghambat sintesis prostaglandin dilaporkan mengurangi bersihan Methotrexate, sehingga
memungkinkan peningkatan toksisitas Methotrexate.
• Penggunaan bersama NSAID dengan Warfarin dihubungkan dengan perdarahan berat yang kadang-
kadang fatal. Mekanisme interaksi pastinya belum diketahui, namun mungkin meliputi peningkatan
perdarahan dari ulserasi gastrointestinal yang diinduksi NSAID, atau efek tambahan antikoagulan oleh
Warfarin dan penghambatan fungsi trombosit oleh NSAID. Ketorolac harus digunakan secara kombinasi
hanya jika benar-benar perlu dan pasien tersebut harus dimonitor secara ketat.

• ACE inhibitor karena Ketorolac dapat meningkatkan risiko gangguan ginjal yang dihubungkan dengan
penggunaan ACE inhibitor, terutama pada pasien yang telah mengalami deplesi volume.
• Ketorolac mengurangi respon diuretik terhadap Furosemide kira-kira 20% pada orang sehat
normovolemik.
• Penggunaan obat dengan aktivitas nefrotoksik harus dihindari bila sedang memakai Ketorolac misalnya
antibiotik aminoglikosida.
• Pernah dilaporkan adanya kasus kejang sporadik selama penggunaan Ketorolac bersama dengan obat-
obat anti-epilepsi.
• Pernah dilaporkan adanya halusinasi bila Ketorolac diberikan pada pasien yang sedang menggunakan
obat psikoaktif.
MEKANISME AKSI
• Menghambat sintesa prostaglandin dengan menghambat
kerja isoenzim COX-1 & COX-3
ETODOLAC

• Etodolac adalah obat anti inflamasi non steroid untuk


mild-moderate pain, demam, dan radang
MEKANISME KERJA
• bekerja dengan menghambat enzim cyclooxygenase
sehingga level prostaglandin menurun. Prostaglandin
bertanggung jawab terhadap terjadinya inflamasi
(peradangan)
DOSIS

• Dosis : 200-400 mg 3 x sehari (dosis maksimal 1000


mg/hari)
• diminum setelah makan dan diminum dengan air, untuk
mengurangi efek samping pada lambung.
• Satu hal yang perlu diperhatikan, etodolac juga memiliki
efek pengencer darah sehingga hati-hati
penggunaannya pada pasien yang menggunakan
warfarin/coumarin
ASAMAFENAMAT/MEFANAMIC ACID

Asam mefenamat merupakan kelompok antiinflamasi non


steroid (AINS), yang bekerja dengan cara menghambat
sintesa prostaglandin dalam jaringan tubuh dengan
menghambat enzym siklooksigenase sehingga mempunyai
efek analgesik antiinflamasi dan antipiretik
INDIKASI

Dapat menghilangkan nyeri akut dan kronik, ringan sampai


sedang sehubungan dengan sakit kepala, sakit gigi,
dismenore primer, termasuk nyeri karena trauma, nyeri
sendi, nyeri otot, nyeri setelah operasi, nyeri pada
persalinan.
KONTRA INDIKASI

• Pasien yang hipersensitf terhadap asam mefenamat


• Penderita yang dengan asetosal mengalami
bronkospasme, alergi rinitis dan urtikaria.
• Penderita dengan tukak lambung dan usus.
• Penderita dengan gangguan ginjal yang berat.
EFEK SAMPING

• Pada pencernaan : mual, muntah, diare, dan rasa sakit


pada abdominal,
• Pada sistem hematopoetik : leukopenia, eosinophilia,
trombocytopenia, dan agranulocytopenia,
• Pada sistem saraf : rasa mengantuk, pusing, penglihatan
kabur dan insomnia.
INTERAKSI OBAT

Penggunaan bersamaan dengan antikoagulan oral dapat


memperpanjang prothrombine time.
DOSIS

Digunakan melalui mulut (per oral), sebaiknya sewaktu


makan.
Dewasa dan anak >14 tahun :
Dosis awal yang dianjurkan 500 mg, kemudian dilanjutkan
250 mg tiap 6 jam, sesuai dengan kebutuhan.
OVER DOSIS

Jika terjadi overdosis, maka pasien harus dirangsang muntah atau pasien
diberi arang aktif (karbo absorben) untuk menyerap obat.
IBUPROFEN
• Ibuprofen adalah sejenis obat yang tergolong dalam kelompok
antiperadangan non-steroid (nonsteroidal anti-inflammatory drug)
dan digunakan untuk mengurangi rasa sakit akibat artritis Ibuprofen
juga tergolong dalam kelompok analgesik dan antipiretik Obat ini
dijual dengan merk dagang] Advil, Motrin, Nuprin, dan Brufen
• Ibuprofen diindikasikan sebagai analgesik (pengurang rasa nyeri)
dan antipiretik (penurun panas). Secara umum, obat ini digunakan
untuk mengurangi sakit otot, nyeri haid, selesma, flu dan sakit
selepas pembedahan.
• Nama kimia ibuprofen ialah asam 2-(4-isobutil-fenil)-propionat.
MEKANISME KERJA

• Ibuprofen ada dalam dua enantiomer. Hanya S-ibuprofen saja


yang digunakan sebagai penahan sakit.
• Aktivitas analgesik (penahan rasa sakit) Ibuprofen bekerja
dengan cara menghentikan Enzim Sikloosigenase yang
berimbas pada terhambatnya pula sintesis Prostaglandin yaitu
suatu zat yang bekerja pada ujung-ujung syaraf yang sakit.
• Aktivitas antipiretik (penurun panas) Ibuprofen bekerja di
hipotalamus dengan meningkatkan vasodilatasi (pelebaran
pembuluh darah) dan aliran darah piretik.
DOSIS
Dosis Ibuprofen
Dosis penggunaan ibuprofen tergantung kepada
tingkat keparahan rasa sakit yang diderita pasien.
Jangan melebihi dosis maksimum ibuprofen untuk
orang dewasa yaitu 2.400 mg per 24 jam. Tabel
berikut ini akan menjelaskan dosis-dosis umum
penggunaan ibuprofen bagi dewasa dan anak-anak.
Sebelum mengonsumsi ibuprofen, baca terlebih
dahulu aturan pemakaian yang tertera pada
kemasannya.
Usia Takaran Frekuensi per hari
>12 tahun 200-400 mg 3-4 kali
10-12 tahun 300 mg atau 15 ml 3 kali
7-10 tahun 200 mg atau 10 ml 3 kali
4-7 tahun 150 mg atau 7,5 ml 3 kali
1-4 tahun 100 mg atau 5 ml 3 kali
6-12 bulan 50 mg atau 2,5 ml 3-4 kali
3-6 bulan 50 mg atau 2,5 ml 3 kali
EFEK SAMPING
Tiap obat pasti berpotensi menyebabkan efek samping, termasuk ibuprofen.
Beberapa efek samping yang dapat terjadi saat mengonsumsi obat ini antara lain:
• Mual dan muntah
• Perut kembung
• Nyeri ulu hati
• Gangguan pencernaan
• Diare atau konstipasi
• Sakit kepala
• Tukak lambung
• Muntah darah
• Tinja berwarna hitam atau disertai darah
MELOXICAM

Meloxicam adalah salah satu obat anti inflamasi non-


steroid. Obat ini umumnya digunakan untuk meredakan
gejala-gejala artritis, misalnya inflamasi, pembengkakan,
serta kaku dan nyeri otot. Contoh penyakit artritis yang
biasanya ditangani dengan meloxicam adalah osteoartritis,
artritis reumatoid, dan ankylosing spondylitis.
MEKANISME KERJA

• Obat ini bekerja dengan menghambat enzim yang


memproduksi prostaglandin, yaitu senyawa yang dilepas
tubuh yang menyebabkan rasa sakit serta inflamasi.
Dengan menghalangi prostaglandin, obat ini akan
mengurangi rasa sakit dan inflamasi.
• Meloxicam hanya dapat mengurangi gejala dan tidak
menyembuhkan artritis.
TENTANG MELOXICAM

Jenis obat Anti inflamasi non-steroid

Golongan Obat resep

Manfaat Meredakan gejala-gejala artritis

Dikonsumsi oleh Dewasa dan anak-anak di atas 2 tahun

Bentuk Tablet
DOSIS MELOXICAM

• Dosis meloxicam tergantung kepada kondisi yang


diobati, tingkat keparahan gejala, dan respons tubuh
pasien. Selain itu, pada pasien anak-anak, dosis juga
disesuaikan dengan berat badan.
• Dosis yang umum diberikan untuk orang dewasa adalah
7,5-15 mg per hari. Dosis maksimal obat ini adalah 15
mg per hari.

Anda mungkin juga menyukai