Anda di halaman 1dari 19

KELOMPOK 6

SEVINA RAMAHWATI (131211132054)


NURUL ISTIQOMAH (131211133002)
VIRKI WIDOYANTI (131211133003)
NOVA FARKHATUS S. (131211133011)
CHIKAL KURNIA PELITA SARI (131211133012)
HARUNATUSYARIFAH (131211133020)
AULIA FARIDATUL U. (131211133021)
INTAN PRIMA DYASTUTI (131211133029)
ITSNAINI INDAH FARISA (131211133030)
Kodein (Opioid)

Nama & Struktur Kimia 7,8 Didehidro- 4,5α-epoksi-


3metoksi-17-metilmorfinan 6 α-ol monohidrat [6059-47-8]
C₁₈H₂₁NO₃H₂O Anhidrat. Obat ini dipasarkan sebagai garam
codein sulfate dan codein phosphate. Codein adalah alkaloid
yang ditemukan dalam opium, sekitar 0,3 – 3,0 %. Meskipun
codein bisa diekstrak dari opium, sebagian besar codein yang
ada saat ini disintesa dari morfin melalui proses O-
methylation.
Codein termasuk dalam golongan morfin dan alkaloid
opium. Efek farmakologiknya sama secara kualitatif akan
tetapi berbeda secara kuantitatif dengan morfin.
Indikasi

• Diindikasikan untuk meredakan atau


menghilangkan nyeri hebat yang tidak
dapat diobati dengan analgesik non-
Terhadap Nyeri narkotik. Kodein dapat digunakan sendiri,
maupun dalam kombinasi dengan
analgesik non opioid untuk
penatalaksanaan nyeri ringan.

• Sebagai antitusif (dalam dosis yang lebih


Terhadap Batuk dan Sesak
kecil)

• Dapat digunakan untuk menghentikan diare


Penatalaksanaan diare berdasarkan efek langsung terhadap otot
polos usus.
Farmakodinamik

• Berikatan dengan reseptor opioid SSP. Mengubah persepsi


dan respon terhadap stimulus nyeri, sambil menghasilkan
depresi SSP umum  Mengurangi keparahan nyeri

• Menurunkan refleks batuk dengan mekanisme menekan


pusat batuk  Supresi refleks batuk

• Menurunkan motilitas GI  Berkurangnya diare


Farmakokinetik

• 50% diabsopsi dari saluran GI. Diabsorpsi sempurna dari tempat penyutikan
IM. Dosis oral tidak setara dengan dosis parenteral
Absorpsi

• Didistribusi secara luas. Menembus plasenta dan memasuki ASI.


Distribusi

• Sebagian besar dimetabolisme oleh hati. 10% dikonversi menjadi morfin.


Metabolis
me dan
Ekskresi ginjal minimal (5-15%) dalam bentuk yang tidak berubah.
Ekskresi

• 2,5-4 jam
Waktu
paruh
Kontraindikasi dan Perhatian
Dikontraindikasikan pada:
• Hipersentivitas
• Kehamilan dan laktasi (hindari pemakaian kronis)
Gunakan secara hati- hati pada:
• Trauma kepala
• Peningkatan tekanan intracranial
• Penyakit ginjal, hati, atau paru yang parah
• Hipotiroidisme
• Insufisiensi adrenal
• Insufisiensi pernapasan
• Alkoholisme
• Lansia atau pasien yang sangat lemah (perlu pengurangan dosis)
• Pasien dengan nyeri abdomen yag tidak terdiagnosis
• Hipertrofi prostat dengan residuformasi urin
• Sering digunakan selama persalinan; dapat terjadi depresi pernapasan pada bayi
baru lahir
Reaksi Merugikan dan Efek Samping

• Sedasi, konfusi, sakit kepala, euphoria,


SSP perasaan mengambang, mimpi yang tidak
wajar, halusinasi, disforia.

Kadiovaskular • Hipotensi, bradikardia

Mata dan THT • Miosis, diplopia, penglihatan kabur

Respirasi • Depresi pernapasan

Gastrointestinal • Mual, muntah, konstipasi

Genitourinary • Retensi urin

Dermal • Berkeringat, kemerahan

• Toleransi, ketergantungan fisik,


Lain- lain
ketergantungan psikologis.
Interaksi

Obat- Obat:
1. Gunakan dengan hati- hati pada pasien yang mendapat
inhibitor MAO (kurangi dosis awal sampai 25% dari dosis
biasa)
2. Depresi SSP tambahan bila digunakan bersama alkohol,
antidepresan, antihistamin, dan sedatif/hipnotik
3. Pemberian antagonis parsial (buprenorfin, butorfanol,
nalbufin atau pentazosin) dapat mencetuskan gejala putus
opioid pada pasien yang mengalami ketergantungan fisik
4. Nalbufin atau pentazosin dapat mengurangi analgesia.
Rute dan Dosis

Analgesia
1. PO, IM, SC (Dewasa): 15-60 mg tiap 3-6 jam sesuai kebutuhan.
2. PO, IM, SC (Anak- anak): 0,5 mg/kg tiap 4-6 jam (sampai 4 kali sehari)
sesuai kebutuhan.
Antitusif
1. PO, IM, SC (Dewasa): 10-20 mg tiap 4-6 jam sesuai kebutuhan (tidak
lebih dari 120 mg/hari).
2. PO, IM, SC (Anak-anak 6-12 tahun): 5-30 mg tiap 4-6 jam sesuai
kebutuhan (tidak lebih daro 60 mg/ hari).
3. PO, IM, SC (Anak- anak 2-5 tahun): 1 mg kg/ hari dalam 4 dosis
terbagi (tidak lebih dari 30 mg/hari).
Antidiare
PO (Dewasa): 30 mg. dapat diulang sampai 4 kali per hari
Sediaan

• Tablet : 15mg, 30mg, 60mg


• Larutan oral : {10mg/ 5ml} 15mg/ 5ml
• Injeksi : 30 mg/ml, 60 mg/ml
• Dalam kombinasi dengan :
Antihistamin, dekongestan, antipiretik,
kafein dan analgetik nonopioid
Waktu/Profil Kerja Obat

AWITAN PUNCAK DURASI

PO 30-45 menit 60-120 menit 4 jam


IM 10-30 menit 30-60 menit 4 jam
SC 10-30 menit Tidak diketahui 4 jam
ASUHAN KEPERAWATAN PADA
PENGGUNAAN KODEIN

Pengkajian
1. Informasi umum:
> Kaji tekanan darah, nadi, dan frekuensi pernapasan sebelum
dan secara periodik selama terapi.
> Kaji fungsi usus secara rutin.
2. Nyeri: Kaji jenis, lokasi, dan intensitas nyeri sebelum dan 60
menit setelah pemberian.
3. Batuk: Kaji batuk dan bunyi paru selama penggunaan antitusif.
4. Pertimbangan Tes Lab: dapat menyebabkan peningkatan kadar
amilase dan lipase plasma.
5. Toksisitas dan Overdosis: Bila terjadi overdosis, nalokson
(Narcan) adalah antidotumnya.
Diagnosis Keperawatan

1. Nyeri (indikasi)
2. Gangguan persepsi-sensorik visual,
auditoris (efek samping)
3. Risiko tinggi cedera (efek samping)
Implementasi
1. Informasi Umum: Jelaskan nilai terapeutik obat ini sebelum pemberian
untuk memperkuat efek analgesiknya.
a. Dosis yang diberikan secara teratur akan lebih efektif daripada yang
diberikan bila perlu.
b. Pemberian bersama analgesik nonopioid dapat menghasilkan efek
analgesia tambahan dan memungkinkan pemberian dengan dosis yang
lebih rendah.
c. Obat ini harus dihentikan secara bertahap setelah pemberian jangka
panjang untuk mencegah terjadinya gejala putus obat.
d. Bila dikombinasi dengan analgesik nonopioid, tablet masuk dalam
jadwal III
2. PO : dosis oral dapat diberikan bersama makanan atau susu untuk
meminimalkan iritasi GI.
3. IM/SC: jangan berikan larutan yang sudah mengalami perubahan warna
atau terbentuk endapan.
4. Kompatibilitas spuit:
a. Glikopirolat.
b. Hidroksizin.
PENYULUHAN PASIEN/KELUARGA

1. Instruksikan pasien tentang bagaimana dan kapan meminta


obat nyeri.
2. Kodein dapat menyebabkan kantuk atau pusing. Anjurkan
pasien untuk meminta bantuan ketika berambulasi atau
merokok. Peringatkan pasien ambulasi untuk tidak
mengendarai kendaraan atau melakukan aktivitas-aktivitas
lain yang memerlukan kewaspadaan sampai respons terhadap
obat diketahui.
3. Anjurkan pasien untuk tidak menggunakan alcohol atau
depresan SSP lain bersama obat ini.
4. Anjurkan pasien untuk berpindah ke posisi miring, batuk, dan
menarik napas dalam setiap 2 jam untuk mencegah
atelektasis.
Evaluasi

1. Berkurangnya keparahan nyeri tanpa


perubahan kesadaran atau status
pernapasan yang bermakna
2. Supresi batuk
3. Terkendalinya diare
SIMPULAN

Kodein adalah alkaloid yang ditemukan dalam opium, sekitar 0,3 – 3,0
%. Meskipun codein bisa diekstrak dari opium, sebagian besar codein yang
ada saat ini disintesa dari morfin melalui proses O-methylation. Dalam
pengggunaannya kodein atau methylmorphine merupakan suatu obat
digunakan sebagai analgesik, antitusif, dan antidiare.
Kodein dapat diarbsorpsi sempurna dari tempat penyuntikan IM dan
tidak boleh digunakan secara IV sebab akan menimbulkan hipotensi, serta
sebagian besar dimetabolisme oleh hati. Waktu paruh kodein sekitar 2,5-4
jam. Kodein tidak dianjurkan untuk diberikan pada seseorang yang sedang
hamil dan menyusui karena pendistribusiannya sangat luas, sehingga
mampu menembus plasenta yang kemudian memasuki ASI. Kodein dapat
menyebabkan kantuk, sehingga hindari penggunaannya dengan alcohol
atau obat lain yang dapat menyebabkan kantuk dan harus berhati-hati pada
saat mengendarai kendaraan bermotor. Pada penggunaan jangka lama
dapat menyebabkan konstipasi.
Sekian

Terima kasih
Semoga Bermanfaat

Anda mungkin juga menyukai