Anda di halaman 1dari 11

Topik : Sindroma Nefrotik

Tanggal (kasus) : 23 Maret 2017 Presenter : dr. Suci Rahmi

Pembimbing : dr. Subkhan, Sp. U


Tanggal presentasi : 12 Mei 2017
Pendamping : dr. Erlinawati, Sp. S
dr. Suriadi Umar, Sp. A

Tempat presentasi : Ruang Rapat Komite RSUD Sigli

Obyektif presentasi :

 Keilmuan  Keterampilan  Penyegaran ✔ Tinjauan Pustaka

✔ Diagnostik  Manajemen  Masalah  Istimewa

 Neonatus  Bayi  Anak  Remaja ✔ Dewasa  Lansia  Bumil

Deskripsi :Anak laki-laki, 6 tahun, bengkak seluruh tubuh, sering pada pagi hari terutama pada kelopak mata, berat badan bertambah.

Tujuan : Penegakan diagnosis, penatalaksanaan sindroma nefrotik, serta evaluasi diet dan monitoring prognosis sindroma nefrotik.

 Tinjauan
Bahan bahasan :  Riset ✔ Kasus  Audit
Pustaka
Cara
 Diskusi ✔ Presentasi dan Diskusi  Email  Pos
membahas:
Data Pasien Nama : MT Nomor Registrasi : 196108

Nama RS : RSUD Tgk. Chik Ditiro Sigli Telepon : - Terdaftar Sejak : 23 Maret 2017

Data utama untuk bahan diskusi :

1. Diagnosis :
LUTS et causa Benigna Prostat Hiperplasia
2. Riwayat Pengobatan :
Pasien mengkonsumsi obat-obatan dari IGD berpa Harnal (1x1), Levofloxacin (1x1), Meloxicam (1x7,5 mg), Ranitidin (2x1)
3. Riwayat Kesehatan/ Penyakit :
Pasien datang dengan keluhan buang air kecil tidak lancar sejak 2 minggu yang lalu. Saat akan kencing harus menunggu lama sehingga
pasien mengejan, tetapi keluarnya menetes dan merasa tidak lampias. Setiap hari merasa ingin kencing yang mendesak setiap 1-2 jam,
dan malam hari kencing lebih dari 5 kali sehingga mengganggu tidur. Pasien juga mengeluh nyeri pada perut bawah setiap kali
kencing dan menetap hingga ± 10 menit setelahnya. Nyeri tidak menjalar ke pinggang atau lipatan paha. Nyeri dirasakan sangat
mengganggu sehingga tidak bisa beraktivitas. Kencing berdarah pernah dialami daalam 2 minggu ini sebanyak 2 kali, lalu hilang
dengan sendirinya. kencing berpasir, kencing bernanah, demam, penurunan berat badan mendadak disangkal. Keluhan-keluhan ini
bertambah parah dalam 2 hari terakhir. Sehingga pasien tidak bisa kencing sama sekali. Sehingga keesoknya pasien berobat ke Poli
Urologi. Setelah pemasangan kateter dan konsumsi obat pereda nyeri, keluhan dirasakan berkurang.
4. Riawayat Penyakit Dahulu :
Pasien sudah pernah brobat ke IGD 9 hari yang lalu akibat BAK tertahan tetapi setelah dilakukakn pemasangan selang pasien
diperbolehkan pulang. Pasien menceritakan bahwa pasien pernah menderita hal seperti ini sebelumnya 1 tahun yang lalu. Pasien
menceritakan gejalanya sama seperti ini yaitu nyeri sampai tidak bisa buang air kecil sehingga pasien dilarikan ke rumah sakit terdekat
dan mengikuti saran dokter untuk operasi. Riwayat Diabetes Meelitus dan Hipertensi disangkal
5. Riwayat Keluarga:
Tidak ada anggota keluarga pasien yang mengalami keluhan yang sama dengan pasien.

6. Pemeriksaan Fisik :
Keadaan Umum : Sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan Darah : 120/60 mmHg
Frekuensi Nadi : 88 kali/menit
Pernapasan : 20 kali /menit
Suhu : 36,7 0C

Kepala
Wajah : Simetris
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, reflek pupil +/+ isokor, edema palpebra -/-
Telinga : Dalam batas normal
Hidung : Tidak ada nafas cuping hidung, secret tidak ada
Mulut : Bibir tidak sianosis, mukosa mulut basah, Tonsil T1/T1 tidak hiperemis
Leher : Pembesaran KGB (-)

Paru-paru :
Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris kanan dan kiri, tidak ada retraksi
Palpasi : Fremitus taktil dan vokal simetris kiri dan kanan
Perkusi : Sonor pada seluruh lapangan paru
Auskultasi : Vesikuler (+/+), Rhonki(-/-), Wheezing(-/-)

Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus kordis teraba
Perkusi : Tidak dilakukan
Auskultasi : Bunyi jantung I dan II regular, tidak terdapat bising.

Abdomen:
Inspeksi : Datar, simetris
Palpasi : Soepel, Hepar/lien/Renal: tidak teraba, Nyeri tekan et regio suprapubis (+)
Perkusi : Timpani, pekak beralih (-)
Auskultasi : Peristaltik normal
Genitalia : Dalam batas normal
Ekstremitas : Superior : edema (-/-), pucat (-/-)
Inferior : edema (-/-),pucat (-/-)

Perianal dan sakrokoksigeal


Inspeksi :warna kulit sama dengan sekitar, ekskoriasi (-), ulkus dekubitus (-), benjolan (-)
Palpasi : Benjolan (-)

Rectal touche
Inspeksi : Benjolan (-), prolaps (-), fisura(-), fistula(-)
Palpasi : Tonus sfingter ani kuat, mukosa rektum licin, benjolan (-), ampulla rekti tidak kolaps, nyeri tekan (-)
Prostat : Permukaan: licin, nodul (-), simetris
Konsistensi: Kenyal
Sulcus medianus tidak teraba
Tidak dapat digerakkan pada arah jam 12
Batas atas tidak teraba
Nyeri tekan (+)
Handscoen: feses (+), lendir (-), darah (-)
Hasil Pembelajaran:
1. Definisi Benigna Prostatic Hyperplasia
2. Etiologi Benigna Prostatic Hyperplasia
3. Diagnosis Benigna Prostatic Hyperplasia
4. Manajemen Benigna Prostatic Hyperplasia
5. Komplikasi Benigna Prostatic Hyperplasia
6. Prognosis Benigna Prostatic Hyperplasia

1. Subjective :
Pasien datang dengan keluhan buang air kecil tidak lancar sejak 2 minggu yang lalu. Saat akan kencing harus menunggu lama
sehingga pasien mengejan, tetapi keluarnya menetes dan merasa tidak lampias. Setiap hari merasa ingin kencing yang mendesak
setiap 1-2 jam, dan malam hari kencing lebih dari 5 kali sehingga mengganggu tidur. Pasien juga mengeluh nyeri pada perut bawah
setiap kali kencing dan menetap hingga ± 10 menit setelahnya. Nyeri tidak menjalar ke pinggang atau lipatan paha. Nyeri dirasakan
sangat mengganggu sehingga tidak bisa beraktivitas. Kencing berdarah pernah dialami daalam 2 minggu ini sebanyak 2 kali, lalu
hilang dengan sendirinya. kencing berpasir, kencing bernanah, demam, penurunan berat badan mendadak disangkal. Keluhan-
keluhan ini bertambah parah dalam 2 hari terakhir. Sehingga pasien tidak bisa kencing sama sekali. Sehingga keesoknya pasien
berobat ke Poli Urologi. Setelah pemasangan kateter dan konsumsi obat pereda nyeri, keluhan dirasakan berkurang.
2. Objective :
Abdomen : Nyeri tekan supra pubis(+)
Rectal touche
Inspeksi : Benjolan (-), prolaps (-), fisura(-), fistula(-)
Palpasi : Tonus sfingter ani kuat, mukosa rektum licin, benjolan (-), ampulla rekti tidak kolaps, nyeri tekan (-)
Prostat : Permukaan: licin, nodul (-), simetris
Konsistensi: Kenyal
Sulcus medianus tidak teraba
Tidak dapat digerakkan pada arah jam 12
Batas atas tidak teraba
Nyeri tekan (+)
Handscoen: feses (+), lendir (-), darah (-)
3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Hasil Normal

Hb 12,9 14-18 gr
Ht 32,9 40-54%
Leukosit 5,7 4000-10.000/mm3
Trombosit 325 150-400 ribu/mm3
Waktu Perdarahan 1,0’ 1-4 menit
Waktu Pembekuan 5,0’ 1-7 menit
Golongan Darah O+
Ureum 35 14-45
Creatinin 1,1 0,7-1,2
Gula Darah Sewaktu 141 <199 mg/dl
SGOT 24 < 38 u/l
SGPT 23 < 41 u/l
Urinalisa
Warna Kuning
PH 5,3 4,6-7,2
Berat Jenis 1.020 1.015-1.025
Protein (-) Negatif (-) Negatif
Glukosa (-) Negatif (-) Negatif
Bilirubin (-) Negatif (-) Negatif
Keton (-) Negatif (-) Negatif
Urobilinogen (-) Negatif (-) Negatif
Nitrit (-) Negatif (-) Negatif
Leukosit (-) Negatif (-) Negatif
Sedimen
 Eritrosit 3-4 / LBP 0-1 / LBP
 Leukosit 4-6 / LBP 0-5 / LBP
 Epitel 2-3 / LBP

4. Assessment
Kelenjar prostat adalah salah satu organ genitalia pria yang terletak di sebelah inferior buli-buli dan melingkari uretra
posterior. Bila mengalami pembesaran, organ ini dapat menyumbat uretra pars prostatika dan menyebabkan terhambatnya aliran
urin keluar buli-buli. Bentuknya sebesar buah kenari dengan berat normal pada orang dewasa 20 gram. Hiperplasia prostat
merupakan kelainan yang sering ditemukan. Hyperplasia prostat adalah hiperplasia kelenjar periuretral yang mendesak jaringan
prostat yang asli ke perifer dan menjadi seperti simpai.
Pada pasien ini ditegakkan diagnosis Benign Prostate Hyperplasia (BPH), berdasarkan keluhan utama dengan sulit BAK
sejak 2 bulan SMRS. Anamnesis dai pasien sejak 2 bulan sebelum masuk rumah sakit pasien merasa sulit BAK meskipun pasien
sudah mengendan dan dibantu dengan menekan perut bagian bawahnya. Selain itu pasien merasa BAK tidak lampias, pancaran
melemah, terputus-putus, terasa nyeri dan panas saat BAK. Frekuensi BAK pada siang hari sebanyak 4 – 5 kali dalam waktu 12
jam. Pada malam hari, pasien sering terbangun untuk BAK kurang lebih sebanyak 5 kali. Demam dan nyeri pinggang tidak ada.
Riwayat BAK disertai darah disangkal. Riwayat BAK disertai batu atau pasir disangkal. Kemudian pasien memeriksakan diri ke
dokter dan dipasang kateter. Setelah dipasang kateter BAK membaik dan tidak nyeri.
Pemeriksaan Fisik (pemeriksaan colok dubur) ddidapatkan tonus sfingter ani kuat, ampula rekti tidak kolaps, mukosa
licin, nyeri tidak ada, prostat teraba membesar, konsistensi prostat kenyal, tidak ada nodul, tidak ada krepitasi, tidak ada nyeri
tekan, batas atas dapat diraba, tidak berbenjol-benjol, tidak ada feses, nanah dan darah pada handscoon. Pemeriksaan penunjang:
USG; dilakukan untuk mengetahui perkiraan volume (besar) prostat Foto polos abdomen; untuk mengetahui adanya batu pada
saluran kemih, dan kadangkala dapat menunjukkan bayangan buli-buli yang penuh terisi urin, yang merupakan tanda dari suatu
retensi urin. Sedimen urine diperiksa untuk mencari kemungkinan adanya proses infeksi atau inflamasi pada saluran kemih.
Pemeriksaan kultur urine berguna dalam mencari jenis kuman yang menyebabkan infeksi. Faal ginjal; diperiksa untuk mencari
kemungkinan adanya penyulit yang mengenai saluran kemih bagian atas. Gula darah dimaksudkan untuk mencari kemungkinan
adanya penyakit diabetes melitus yang dapat menimbulkan kelainan persarafan pada buli-buli (buli-buli neurogenik) dan PSA
untuk mengetahui ada suatu keganasan atau tidak Penatalaksanaan pasien BPH dengan IPSS skor 27 merupakan indikasi untuk
melakukan pembedahan. Biasanya dianjurkan reseksi endoskopi melalui uretra dengan TURP (trans urethral resection prostat).2
5. Plan
Diagnosis: :
Pada kasus ini, pasien didiagnosa kerja dengan LUTS ec Benigna Postatic Hyperplasia, dengan diagnosis banding adalah
vesicholithiasis. Alasan tidak didiagnosa kerja dengan nefrolithiasis adalah dari pemeriksaan yang kurang mendukung kearah
vesicholithiasis. Pada vesicholithiasis terjadi proses pengkapuran dalam saluran kemih dan inflamasi. Dari riwayat anamnesa pasien
ini tidak mengeluhkan adanya riwayat batu sebelumnya, riwayat kencing berpasir dan nyeri kolik andomen.7

Pengobatan
Transurethral Resection of the Prostate (TURP)

Untuk menilai tingkat keparahan dari keluhan pada saluran kemih sebelah bawah, WHO menganjurkan klasifikasi untuk
menentukan berat gangguan miksi yang disebut Skor Internasional Gejala Prostat atau I-PSS (International Prostatic Symptom
Score). Sistem skoring I-PSS terdiri atas tujuh pertanyaan yang berhubungan dengan keluhan miksi (LUTS) dan satu pertanyaan
yang berhubungan dengan kualitas hidup pasien. Dari skor I-PSS itu dapat dikelompokkan gejala LUTS dalam 3 derajat, yaitu (1)
ringan: skor 0-7, (2) sedang: skor 8-19, (3) Berat : skor 20-35.2,4,7
No Jawaban dan skor Skor
Tidak <20% <50% 50% >50% Hampir
Pertanyaan
sekali selalu
1 Seberapa sering Anda
merasa masih ada sisa 0 1 2 3 4 5
selasai kencing?
2 Seberapa sering Anda
harus kencing kembali
dalam waktu kurang dari 2 0 1 2 3 4 5 Tujuan terapi pada
jam setelah selesai
pasien BPH adalah
kencing?
3 Seberapa sering Anda mengembalikan
kualitas mendapatkan bahwa Anda 0 1 2 3 4 5 hidup pasien. Terapi
yang kencing terputus-putus? ditawarkan pada
4 Seberapa sering Anda
pasien merasa sulit untuk 0 1 2 3 4 5 tergantung pada
derajat menahan kencing? keluhan, keadaan
5 Seberapa sering pancaran
pasien, 0 1 2 3 4 5 maupun kondisi
kencing anda lemah?
obyektif 6 Seberapa sering Anda kesehatan pasien
yang harus mengejan untuk 0 1 2 3 4 5 diakibatkan oleh
mulai kencing?
penyakitnya.
5 kali
Tidak
Pilihannya 1 kali 2 kali 3 kali 4 kali atau Skor adalah mulai dari:
pernah
(1) tanpa lebih terapi (watchful
7 Seberapa sering Anda
waiting), (2) medikamentosa, dan
harus bangun untuk
(3) terapi kencing, sejak mulai tidur 0 1 2 3 4 5 intervensi.(Tabel
2.3) pada malam hari hingga
bangun di pagi hari?
TOTAL IPSS SKOR (Pertanyaan 1-7)
TOTAL SKOR : 0-7 Gejala Ringan; 8-9 Gejala Sedang; 20-35 Gejala Berat
Kualitas hidup Senang Senang Pada Campur Pada Tidak Buruk
Daftar Pustaka :
1. Roehrborn CG. Benign Prostatic Hyperplasia: Etiology, Pathofisiology, Epidemiology, and Natural Hystory. In: Wein AJ, Kavoussi
LR, Novick AC, et al. Campbell-Walsh Urology, 10th Ed, Philadelphia: Saunders Elsevier; 2012. p: 2570-2610.
2. Ikatan Ahli Urologi Indonesia. Panduan Penatalaksanaan Klinis Pembesaran Prostat Jinak. Jakarta. 2015.
3. American Urological Association Guideline. Management of Benign Prostatic Hyperplasia (BPH). 2010.
4. Presti JC, Kane JC, Shinohara K and Carrol PT. Neoplasms of the Prostate Gland. In : Tanagho, EA and McAninch JW. Smith’s
General Urology, 7th Ed. New York : Mc. Graw Hill Medical; 2008. p: 348-369.
5. Stewart Lh, Finney SM. Urological surgery. In: Garden OJ, Bradbury AW, Forsythe JL, et al. Principle and Practice of Surgery 6th Ed.
Churchill Livingstone: Elsevier. 2012. p: 406-418.
6. Patel ND and Parsons JK. Epidemiology and Etiology of Benign Prostatic Hyperplasia and Bladder Outlet Obstruction. Indian J
Urol.2014. 30(2): 170–176.
7. Purnomo. Dasar-Dasar Urologi. 2nd ed. 2007. Jakarta: CV. Sagung Seto. p: 69-85
8. Gravas S, Bachmann A, Descazeaud A, et al. Guidelines on the Management of Non-Neurogenic Male Lower Urinary Tract
Symptoms (LUTS), incl. Benign Prostatic Obstruction (BPO). 2014: European Association of Urology
9. Madersbacher, Alivizatos G, Nording J., et al. EAU 2004 Guidelines on Assessment, Therapy and Follow Up of Men with Lower
Urinary Tract Syndrome Suggestive of Benign Prostatic Obstruction .J eururo. 2004.
10. Roger SK dan Peter JG. Fast Facts: Benign Prostatic Hyperplasia 7th Ed. Unite Kingdom: Health Press Limited. 2011. p: 7-75.

Anda mungkin juga menyukai