Anda di halaman 1dari 23

TUGAS PRAKTIKUM TM-14

FARMAKOLOGI DAN KLASIFIKASI SERTA KODEFIKASI OBAT

(MEDIKAMENTOSA DAN BAHAN BIOLOGIC)

Dosen Pengampu:

Indah Muflihatin, S.Si.T., M.Kes.

Disusun Oleh:

Siti Nur Aisyah (G41221957)

Golongan C

PROGRAM STUDI MANAJEMEN INFORMASI KESEHATAN

JURUSAN KESEHATAN

POLITEKNIK NEGERI JEMBER

2023
MEDIKAMENTOSA DAN BAHAN BIOLOGIC

PENGERTIAN

Medikamentosa berarti berkenaan dengan obat-obatan dalam pengobatan atau perawatan


penyakit, komposisi utamanya biasanya adalah senyawa kimiawi yang tidak dapat diperoleh pada
makluk hidup. Biasa digunakan untuk terapi klinik pasien. Sedangkan untuk bahan Biologic
sendiri merupakan obatobatan dalam pengobatan klinik yang berdasakan pada makluk hidup
seperti tumbuh-tumbuhan atau bisa juga mikroorganisme lainya yang dapat membantu untuk
melawan suatu penyakit. Kedua bahan ini dapat digunakan oleh dokter untuk pengobatan pasien.
Terdiri dari antibiotika, antiparasitic, analgesik, anastesik, antiepileptik, dan lain sebagainya.

1. MEDIKAMENTOSA

Penggolongan Opioid

Berdasarkan struktur kimia, opioid dibedakan menjadi 3 kelompok yakni alami, semi-
sintetik, dan sintetik (Joewana, 2004)

a. Analgesik Opioid

• Natural : morfin, kodein


• Semi-sintetik : heroin, dihidromorfin/morfinon, derivate tebain
• Sintetik : meperidin, metadone, petidin, fentanil, alfentanil, sufentanil dan remifentanil

b. Opioid Alami (natural)

Salah satu jenis opioid alami adalah candu atau opium. Dari candu ini dihasilkan morfin
dan kodein. Opium atau candu adalah getah Papaver Somniferum L yang telah dikeringkan.

• Morfin
Morfin adalah komponen utama dari opium/candu yang diperoleh tumbuhan
Papaver Somniferum.

Jenis-jenis Morfin:

1. Morfin Mentah / Kasar


Didapati dalam bentuk blok atau serbuk. Warna blok berbeda-beda dari putih ke
cokelat gelap dan kebanyakkannya mempunyai tanda ’999′. Blok-blok ini biasanya
mengandungi 70 % hingga 90 % morfin hidroklorid
2. Bes Morfin
Sejenis alkaloid yang diperolehi secara langsung dari candu. Kandungan morfin
yang terdapat di dalamnya adalah antara 60 % hingga 70 %
3. Pil Morfin
Mengandungi morfin sulfat atau morfin hidroklorid. pil-pil ini berukuran kecil dan
berwarna putih atau cokelat pucat

Efek Samping:

Kontak morfin dengan kulit orang yang sensitif dapat menyebabkan eritema, urtikaria,
gatal-gatal dan dermatitis. Kerentanan efek terapi dan toksisitas bervariasi terhadap orang yang
berbeda, anak-anak yang lebih rentan daripada orang dewasa, seperti juga orang yang
menderita myxedema dan hipotiroidisme.

• Kodein
digunakan sebagai bagian dari terapi utuk klien yang sedang dalam masa withdrawal
(gejala putus obat) yang sedang menjalani perawatan intoksifikasi (BNN, 2009).

c. Opioid Semi-sintetik

Opioid golongan semisintesis adalah opioid yang di sintesis dari opioid alami (opium).
Yang termasuk opioid semisintesis adalah heroin (diacethylmorphine), hidromorfon, derivate
tebain.

• Heroin
adalah sintesa dari morfin. Heroin kira-kira dua kali lebih kuat dari morfin dan
opioid yang paling sering digunakan pada orang dengan gangguan yang berhubungan
dengan opioid. Heroin yang secara farmakologis mirip dengan morfin, menyebabkan
analgesia, mengantuk. Heroin lebih dikenal dengan nama putaw (Depkes, 2006).
• Hidromorfon
Hidromorfon adalah keton morfin terhidrogenasi yang digunakan sebagai analgesik
opioid untuk manajemen nyeri. Contoh kasus nyeri yang dapat diberikan hidromorfon
adalah kanker, luka bakar, trauma, kolik bilier, kolik renal, dan pembedahan. Namun,
hidromorfon hanya dianjurkan untuk pasien dengan nyeri sedang hingga berat yang benar-
benar membutuhkan opioid karena opsi analgesik lain tidak efektif.
• Derivate Tebain Thebaine (paramorphine)
Juga dikenal codeine methyl enol ether, adalah alkaloid opiat, namanya berasal dari
bahasa Yunani Thēbai (Thebes). Unsur kecil opium, tebain secara kimiawi mirip dengan
morfin dan kodein, tetapi memiliki efek stimulasi daripada depresan. Pada dosis tinggi,
tebain menyebabkan kejang yang mirip dengan keracunan strychnine.

d. Opioid Sintetik

Opioid sintesis adalah golongan opioid yang kerjanya menyerupai opiat tetapi tidak
didapatkan dari opium alias sintesis buatan. Narkotika sintetis pertama 12 yang dihasilkan
mula-mula adalah meperidin.

• Meperidin
Secara kimia tidak sama dengan morfin, tetapi menyerupai dalam kekuatan
analgesik. Meperidin mungkin merupakan yang digunakan secara luas untuk meringankan
rasa sakit yang sedang dan sangat parah. Diberikan melalui mulut atau injeksi.
• Metadon
Secara kimiawi termasuk keluarga opioid seperti heroin dan morfin, tetapi sejatinya
metadon bukanlah opioid karena metadon dihasilkan secara sintesis buatan bukan alami
yang berasal dari opium
• Petidin
Petidin (pethidine) atau meperidin hidroklorida adalah anti nyeri yang termasuk
dalam golongan narkotika. Obat ini biasanya diaplikasikan untuk menghilangkan nyeri
yang bersifat sedang sampai berat terutama pada saat selesai operasi atau pada saat proses
kelahiran.
• Fentanil
Fentanil merupakan obat golongan analgesik narkotik yang digunakan sebagai obat
premedikasi dan obat anestesi umum. Obat ini juga digunakan untuk manajemen nyeri,
khususnya pada pasien kanker dan nyeri kronis.
• Alfentanil
Alfentanil adalah obat antinyeri golongan opioid yang dapat bekerja dengan cepat.
Obat ini tidak dijual bebas dan hanya diberikan oleh tenaga kesehatan. Alfentanil
digunakan sebagai tambahan penghilang nyeri dan sebagai anestesi untuk membuat
seseorang tidur ketika operasi.
• Sufentanil
Sufentanil adalah analgesik golongan opioid sintetis yang digunakan dalam
anestesi. Sufentanil dosis rendah digunakan dalam proses intubasi, sedangkan dosis tinggi
digunakan untuk menginduksi dan memperkuat efek anestesi umum. [1-3] Selain
digunakan sebagai obat anestesi, sufentanil juga berfungsi sebagai analgesik dengan
potensi 5-10 kali lebih besar dibandingkan fentanil, serta 300-400 kali lebih besar daripada
morfin.
• Remifentanil
Remifentanil adalah obat analgesik opioid sintetik kerja pendek yang manjur . Ini
diberikan kepada pasien selama operasi untuk menghilangkan rasa sakit dan sebagai
tambahan untuk anestesi. Remifentanil digunakan untuk obat penenang serta
dikombinasikan dengan obat lain untuk digunakan dalam anestesi umum. Penggunaan
remifentanil memungkinkan penggunaan opioid dosis tinggi dan anestesi hipnotik dosis
rendah, karena sinergisme antara remifentanil dan berbagai obat hipnotik dan anestesi
volatil.

Penggolongan Non-Opioid (NSAID)

Obat-obatan kelompok ini memiliki target aksi pada enzim, yaitu enzim siklooksigenase
(COX). Enzim ini berperan dalam sintetis mediator nyeri, salah satunya ialah prostaglandin. Efek
samping palimg umum dari obat golongan ini adalha gangguan lambung usus, kerusakan darah,
kerusakan hati dan ginjal serta reaksi alergi.

MEKANISME AKSI

NSAID bekerja melalui penghambatan enzim siklooksigenase (COX). Ada dua jenis
isoenzim COX – keduanya memainkan peran biologis yang sangat berbeda :

a. Enzim COX-1
Enzim yang “diekspresikan secara konstitutif” yang merangsang prostaglandin yang
diperlukan untuk melindungi mukosa lambung. Isoform COX-1 juga bertanggung jawab
untuk menjaga perfusi ginjal dengan melebarkan arteriol. Ini juga menghambat
pembentukan trombus di endotel vaskular.

b. Enzim COX-2

“Isoform yang dapat diinduksi” yang merangsang sintesis prostaglandin yang


berkontribusi terhadap nyeri dan peradangan.

EFEK SAMPING NSAID

a. Efek gastrointestinal

Dispepsia, mual, diare dan perdarahan lambung serta ulserasi – risiko efek serius
meningkat pada pasien dengan penyakit radang usus. Mengambil NSAID oral dengan
makanan dapat meminimalkan risiko ini.

b. Efek ginjal

Karena NSAID mengurangi perfusi glomerulus, NSAID meningkatkan risiko penyakit


ginjal dalam jangka panjang. NSAID juga dikaitkan dengan retensi air garam yang,
akibatnya, dapat menyebabkan hipertensi.

c. Efek kardiovaskular

Peningkatan risiko serangan jantung, stroke, dan gagal jantung – terutama pada pasien
dengan riwayat penyakit kardiovaskular. Aspirin tidak terkait dengan risiko ini.

d. Efek hipersensitivitas

NSAID berhubungan dengan reaksi alergi. Misalnya – bronkospasme yang memburuk


pada pasien asma, perkembangan bintil atau erupsi kulit lainnya, dan reaksi fotosensitifitas.

Penggolongan NON-OPIOID (NSAID)

• Salycylates (contoh : aspirin)


• P-Aminophenol Derivatives (contoh: Acetaminophen)
• Indoles dan Related Compounds (contoh : Indomethacin/Indochin)
• Fenamates (contoh : meclofenamate/meclomen)
• Arylpropionic Acid Derivatives (contoh : ibuprofen)
• Pyrazolone Derivatives (contoh : phenylbutazone)
• Acetic Acid Derivatives (contoh : diclovenac)
• Misscellaneous Agents (contoh : oxaprozin)
1. ASPIRIN
a. Definisi
Acetosal atau aspirin adalah obat pengencer darah atau obat yang digunakan
untuk mencegah penggumpalan darah. Sebagai pengencer darah, aspirin digunakan
pada penderita penyakit jantung koroner, serangan jantung, penyakit arteri perifer, atau
stroke. Selain mencegah penggumpalan darah, aspirin merupakan obat untuk
mengurangi rasa sakit dan menurunkan demam. Perlu diingat, sebaiknya konsumsi
aspirin setelah makan, karena obat ini dapat menimbulkan sakit maag. Merk dagang:
Ascardia, Aspilets, Farmasal, Miniaspi 80, Thrombo Aspilets
b. Bentuk obat (tablet)
c. Dosis dan Aturan Pakai
Dosis aspirin atau acetosal berbeda-beda, tergantung pada penyakit yang
dialami dan usia penderita. Berikut adalah pembagian dosisnya:
• Untuk mengatasi serangan jantung Dewasa: 160-325 mg beberapa menit setelah
gejala.
• Untuk mengatasi stroke Dewasa: 160-325 mg selama 48 jam setelah terkena stroke,
diikuti dengan 81-100 mg per hari.
• Untuk mencegah serangan jantung dan stroke Dewasa: 81-325 mg/hari. Untuk
pemasangan ring jantung (stent) Dewasa: 162-325 mg sebelum prosedur
pemasangan ring, diikuti dengan 81-325 mg/hari setelah prosedur dilakukan.
• Untuk mengatasi demam dan nyeri Dewasa: 325-650 mg setiap 4 jam sekali atau
975 mg setiap 6 jam sekali, atau 500-1000 mg setiap 4-6 jam. Maksimal 4 g/hari
selama 10 hari.
d. Efek Samping
Efek samping yang umum terjadi akibat konsumsi aspirin antara lain adalah
perut mulas, sakit maag, dan mudah mengalami perdarahan, seperti mimisan, lebam,
dan perdarahan yang sulit berhenti apabila terluka
e. Interaksi Obat Aspirin dengan Obat Lainnya
Berikut ini adalah efek interaksi obat yang dapat terjadi bila aspirin dikonsumsi
bersama obat lain:
• Meningkatkan risiko terjadinya tukak lambung, bila digunakan bersamaan dengan
kortikosteroid dan phenybutazone.
• Mengganggu fungsi ginjal dan mengurangi efektivitas obat penurun tekanan darah,
bila digunakan dengan obat antihipertensi golongan ACE inhibitor, seperti ramipril.
• Meningkatkan kadar kalium dan berisiko menimbulkan perdarahan, bila digunakan
bersamaan dengan obat ibuprofen dan ketorolac.
• Meningkatkan kadar methotrexate dan pemetrexed dalam darah.
• Meningkatkan efek obat ticlopidine, sehingga memperbesar risiko terjadinya
• Menurunkan efek probenecid dalam membantu tubuh mengeluarkan asam urat
melalui urin. Aspirin berpotensi menimbulkan interaksi jika dikonsumsi bersamaan
dengan jenis obat tertentu. Interaksi antar obat ini bisa menyebabkan perubahan
efek pada aspirin, bahkan meningkatkan risiko munculnya efek samping.
2. ACHETAMINOPHEN
a. Definisi
Acetaminophen atau paracetamol adalah obat untuk penurun demam dan
pereda nyeri, seperti nyeri haid dan sakit gigi. Paracetamol tersediadalam bentuk tablet
500 mg dan 600 mg, sirup, drop, suppositoria, dan infus. Paracetamol bekerjadengan
cara mengurangi produksi zat penyebab peradangan, yaitu prostaglandin. Dengan
penurunan kadar prostaglandin di dalam tubuh, tanda peradangan seperti demam dan
nyeri akan berkurang.
b. Bentuk obat (kaplet, tablet, sirup, drop, infus, suppositoria)
c. Dosis dan Aturan Pakai
Dosis paracetamol disesuaikan dengan usia dan kondisi penderita.
• Dewasa 325–650 mg tiap 4–6 jam atau 1.000 mg tiap 6–8 jam. Paracetamol
biasanya tersedia dalam bentuk tablet dengan kandungan 500 mg. Paracetamol 500
mg dapat diminum tiap 4–6 jam sekali untuk meredakan demam.
• Anak < 2 bulan 10–15 mg/kgBB, tiap 6–8 jam sekali atau sesuai dengan anjuran
dokter.
• Anak 2 bulan–12 tahun 10–15 mg/kgBB, tiap 4–6 jam sekali atau sesuai anjuran
dokter. Dosis maksimal 5 kali pemberian dalam 24 jam.
• Anak > 12 tahun 325–650 mg per 4–6 jam atau 1.000 mg tiap 6–8 jam.
• Khusus untuk paracetamol infus, dosis dan pemberiannya akan dilakukan langsung
oleh dokter atau oleh petugas medis di bawah pengawasan dokter sesuai kondisi
pasien.
d. Efek Samping
• Demam
• Muncul ruam kulit yang terasa gatal
• Sakit tenggorokan
• Muncul sariawan
• Nyeri punggung
• Tubuh terasa lemah
• Kulit atau mata berwarna kekuningan
• Timbul memar pada kulit
• Urine berwarna keruh atau berdarah
• Tinja berwarna hitam atau BAB berdarah
3. INDOMETACHIN
a. Definisi
Indomethacin adalah obat digunakan untuk meredakan peradangan dan rasa
nyeri. Indomethacin bisa digunakan untuk meredakan rasa nyeri pada saat haid
(dismenore), nyeri akibat radang sendi (arthritis), dan nyeri pada penyakit asam urat.
Indomethacin termasuk ke dalam golongan obat antiinflamasi nonsteroid (NSAIDs).
Obat ini bekerja dengan cara menghambat enzim yang memproduksi prostaglandin,
yaitu zat yang menyebabkan peradangan. Selain untuk meredakan nyeri, indomethacin
juga bisa digunakan dalam pengobatan patent ductus arterious, yaitu salah satu jenis
penyakit jantung bawaan.
b. Bentuk obat (kapsul, infus, tetes mata, supposituria)
c. Dosis dan Aturan Pakai
• Sediaan: Obat minum (kapsul) Dewasa: 25 mg, 2–3 kali sehari. Dosis dapat
ditingkatkan menjadi 150–200 mg per hari
• Sediaan: Obat suppositoria Dewasa: 100 mg, 1 kali sehari, dimasukkan ke dalam
anus pada malam hari. Jika diperlukan, dosis dapat diulang kembali pada pagi hari
• Sediaan: Obat minum Dewasa: 75 mg per hari
• Sediaan: Obat tetes mata Dewasa: 1 tetes 4 kali sehari, selama beberapa hari
d. Efek Samping
Ada beberapa efek samping yang mungkin terjadi setelah mengonsumsi atau
menggunakan indometacin. Efek samping yang dapat terjadi, antara lain:
• Sakit perut
• Mual dan muntah
• Diare
• Penyakit asam lambung
• Dispepsia
• Sakit kepala atau pusing
• Sangat mengantuk
e. Interaksi Indometachin dengan Obat Lainnya
Indomethacin dapat menimbulkan interaksi obat jika digunakan oleh obat-
obatan lain, di antaranya:
• Peningkatan kadar methotrexate atau probenecid dalam darah
• Peningkatan risiko terjadinya perdarahan saluran cerna jika digunakan dengan obat
antikoagulan, seperti warfarin
• Peningkatan risiko terjadinya kerusakan ginjal akibat efek kerja yang berlawanan
jika digunakan bersama obat ACE inhibitor, seperti captopril, enapril, atau
lisinopril.
• Peningkatan risiko terjadinya hiperkalemia jika digunakan bersama suplemen
vitamin K atau diuretik hemat kalium.
• Penurunan efektivitas dari furosemide, hydralazine, diuretik jenis thiazide, serta
penghambat beta, seperti atenolol, propranolol, dan oxyprenolol
• Peningkatan risiko terjadinya efek samping haloperidol
4. MECLOMEN
a. Definisi
Asam meklofenamat (meclofenamate sodium, merk Meclomen):
- Meclofenamate adalah obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID). Meclofenamate
bekerja dengan mengurangi hormon yang menyebabkan peradangan dan rasa sakit
di tubuh.
- Meclofenamate digunakan untuk mengobati demam atau nyeri ringan hingga sedang
pada orang dewasa. Meclofenamate juga digunakan untuk meringankan gejala
osteoarthritis atau rheumatoid arthritis pada orang dewasa, dan juvenile arthritis
pada anak-anak yang berusia setidaknya 14 tahun.
- Meclofenamate juga digunakan untuk mengobati nyeri haid atau perdarahan
menstruasi yang berat.
- Meclofenamate kadang-kadang digunakan dalam jangka panjang untuk mengobati
gejala ankylosing spondylitis, artritis gout, atau nyeri bahu yang disebabkan oleh
radang kandung lendir atau tendinitis.
- Meclofenamate juga dapat digunakan untuk tujuan yang tidak tercantum dalam
panduan pengobatan ini.
b. Bentuk obat (kapsul)
c. Dosis dan Aturan Pakai
• Jika seseorang mengalami overdosis dan memiliki gejala serius seperti pingsan atau
kesulitan bernapas, hubungi 911. Jika tidak, segera hubungi pusat kendali racun.
Penduduk AS dapat menghubungi pusat kendali racun lokal mereka di 1-800-222-
1222. Penduduk Kanada dapat menghubungi pusat kendali racun provinsi. Gejala
overdosis mungkin termasuk: sakit perut yang parah, muntah yang terlihat seperti
bubuk kopi, kantuk yang ekstrem, pernapasan lambat / dangkal, kejang.
• Jika Anda menggunakan obat ini secara teratur (bukan "sesuai kebutuhan") dan
Anda melewatkan dosis, segera gunakan setelah Anda ingat. Jika sudah mendekati
waktu dosis berikutnya, lewati dosis yang sudah dikeluarkan dan lanjutkan jadwal
dosis yang biasa Anda lakukan. Jangan menggandakan dosis untuk mengejar
ketinggalan.
d. Efek samping
Berhenti menggunakan meclofenamate dan hubungi dokter Anda sekaligus jika
Anda memiliki:
• Anda pertama ruam kulit, betapa pun ringannya
• Nafas pendek (bahkan dengan aktivitas ringan)
• Pembengkakan atau penambahan berat badan yang cepat
• Tanda-tanda pendarahan lambung - tinja berlemak atau berlemak, batuk darah atau
muntah yang terlihat seperti bubuk kopi
• Masalah hati - gangguan, sakit perut bagian atas, gatal, perasaan lelah, gejala seperti
flu, kehilangan nafsu makan, urin gelap, tinja berwarna tanah liat, penyakit kuning
(kulit atau mata menguning)
• Masalah ginjal - sedikit atau tanpa buang air kecil, buang air kecil yang
menyakitkan atau sulit, bengkak di kaki atau pergelangan kaki Anda, merasa lelah
atau sesak napas
• Sel darah merah rendah (anemia) - kulit pucat, merasa pusing atau sesak napas,
detak jantung cepat, sulit berkonsentrasi
• Reaksi kulit yang parah - demam, sakit tenggorokan, bengkak di wajah atau lidah,
terbakar di mata, sakit kulit diikuti oleh ruam kulit merah atau ungu yang menyebar
(terutama di wajah atau tubuh bagian atas) dan menyebabkan lepuh dan
mengelupas.
• Orang dewasa yang lebih tua mungkin memiliki gejala pendarahan lambung.

Efek samping yang umum dapat meliputi:

• Mual, sakit perut


• Diare.
e. Interaksi
Interaksi obat dapat mengubah cara kerja obat Anda atau meningkatkan risiko
Anda untuk efek samping yang serius. Dokumen ini tidak mengandung semua
kemungkinan interaksi obat. Simpan daftar semua produk yang Anda gunakan
(termasuk obat resep / nonresep dan produk herbal) dan bagikan dengan dokter dan
apoteker Anda. Jangan memulai, menghentikan, atau mengubah dosis obat apa pun
tanpa persetujuan dokter Anda.
• Beberapa produk yang dapat berinteraksi dengan obat ini meliputi: aliskiren,
penghambat ACE (seperti kaptopril, lisinopril), penghambat reseptor angiotensin II
(seperti losartan, valsartan), cidofovir, kortikosteroid (mis., Prednison), litium,
metotreksat, "pil air" "(diuretik seperti furosemide).
• Obat ini dapat meningkatkan risiko perdarahan saat diminum dengan obat lain yang
juga dapat menyebabkan perdarahan. Contohnya termasuk obat anti-platelet seperti
clopidogrel, "pengencer darah" seperti dabigatran / enoxaparin / warfarin, antara
lain.
• Periksa semua label obat resep dan non-resep dengan hati-hati karena banyak obat
mengandung penghilang rasa sakit / penurun demam (aspirin, NSAID seperti
celecoxib, ibuprofen, atau ketorolac). Obat-obatan ini mirip dengan meclofenamate
dan dapat meningkatkan risiko efek samping jika dikonsumsi bersamaan. Namun,
jika dokter Anda telah mengarahkan Anda untuk mengambil aspirin dosis rendah
untuk mencegah serangan jantung atau stroke (biasanya dengan dosis 81-325
miligram per hari), Anda harus terus menggunakan aspirin kecuali dokter Anda
menginstruksikan Anda sebaliknya. Tanyakan kepada dokter atau apoteker Anda
untuk lebih jelasnya.
5. IBUPROFEN
a. Definisi
Ibuprofen termasuk dalam golongan obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS).
Ibuprofen adalah obat yang digunakan untuk meredakan nyeri dan peradangan,
misalnya sakit gigi, nyeri haid, dan radang sendi.
b. Bentuk obat (tablet, sirup, suntikan)
c. Dosis dan Aturan Pakai
Dosis ibuprofen untuk anak-anak dalam mengatasi berbagai kondisi penyakit
dan gangguan adalah:
• Kondisi: nyeri dan demam. Dosis anak usia 6 bulan ke atas: 4-10 mg/kgBB setiap
6-8 jam. Dosis maksimal per hari: 40 mg/kgBB. Ibuprofen tidak dianjurkan untuk
bayi usia di bawah 6 bulan.
• Kondisi: penyakit juvenile idiopathic arthritis (radang sendi pada anak-anak).
Dosis: 30-50 mg/kgBB per hari, dibagi dalam 3 kali pemberian. Dosis maksimal
2,4 gram per hari.
• Kondisi: penyakit patent ductus arteriosus. Dosis awal 10 mg/kgBB yang diberikan
melalui infus selama 15 menit, kemudian dilanjutkan dengan dosis 5 mg/kgBB
setelah 24 jam dan 5 mg/kgBB setelah 48 jam.
d. Efek Samping
Tiap obat berpotensi menyebabkan efek samping, termasuk ibuprofen.
Beberapa efek samping yang dapat terjadi saat menggunakan obat ini adalah:
• Perut kembung
• Mual dan muntah
• Diare atau malah sembelit
• Sakit maag
• Demam
• Sakit kepala
• Perubahan mood
Efek samping di atas cenderung tidak berbahaya, namun penting untuk tetap
memeriksakan diri ke dokter bila efek samping tersebut tidak kunjung reda atau timbul
efek samping yang lebih berbahaya, antara lain:
• Gejala alergi obat, seperti gatal-gatal, wajah tampak bengkak, dan sesak napas.
• Muntah darah atau BAB berdarah.
• Leher kaku
• Gangguan fungsi ginjal yang ditandai dengan pembengkakan di tungkai dan
frekuensi BAK yang berkurang.
• Gangguan irama jantung.
e. Interaksi Ibuprofen dengan Obat Lainya
Ciclosporin dan tacrolimus, dapat meningkatkan efek samping hiperkalemia
dan gangguan fungsi ginjal. ACE inhibitor dan ARB, dapat menurunkan efek
antihipertensi dari kedua obat tersebut. Lithium dan methotrexate, dapat menaikkan
risiko keracunan ibuprofen
6. DICLOFENAC
a. Definisi
Diclofenac termasuk golongan obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID).
Diclofenac adalah obat yang digunakan untuk membantu mengurangi rasa sakit dan
peradangan (inflamasi) ringan sampai sedang. Beberapa kondisi yang dapat ditangani
dengan obat ini adalah rasa sakit, pembengkakan, dan sendi yang kaku akibat artritis,
nyeri setelah operasi.
Terdapat 2 jenis diclofenac, yaitu diclofenac sodium (natrium diklofenak) dan
diclofenac potassium (kalium diklofenak). Baik diclofenac sodium maupun diclofenac
potassium, kecuali dalam bentuk gel, hanya boleh dibeli dengan resep dokter.
Diclofenac tersedia dalam bentuk Tablet, kapsul, suntik(injeksi), gel, tetes mata,
suppositoria. Dalam mengatasi peradangan, diclofenac bekerja dengan menghambat
produksi prostaglandin, yaitu zat yang memicu reaksi peradangan dalam tubuh. Oleh
karena itu, penggunaan obat ini menyebabkan rasa sakit dan tanda-tanda peradangan
lainnya berkurang.
b. Bentuk obat (tablet, gel, injeksi, kapsul, tetes mata, supposioria)
c. Dosis Dan Aturan Pakai
Dosis diclofenac tergantung pada kondisi yang diderita. Berikut ini adalah dosis
umum penggunaan diclofenac berdasarkan bentuk obatnya:

Bentuk obat table

• Kondisi: nyeri dan peradangan, seperti osteoarthritis, rheumatoid arthritis, atau


nyeri haid. Dewasa: 50 mg, 3 kali sehari.
• Kondisi: migrain Dewasa: dosis awal 50 mg pada serangan pertama. Bila migrain
masih terasa setelah 2 jam, konsumsi lagi 50 mg. Selama gejala masih ada,
konsumsi obat 50 mg setiap 4-6 jam. Dosis maksimal dalam sehari adalah 200 mg.
Bentuk obat suntik
• Kondisi: nyeri dan peradangan. Dewasa: dosis maksimal 150 mg per hari.

Bentuk obat gel


• Kondisi: nyeri otot, keseleo, nyeri sendi, dan nyeri pinggang.
• Dewasa: oleskan pada bagian yang sakit 4 kali sehari.

Bentuk obat tetes mata

• Kondisi: nyeri setelah operasi mata juling


• Dewasa: 1 tetes ke mata yang nyeri sebanyak 4 kali sehari pada minggu pertama, 3
kali sehari pada minggu kedua, dan 2 kali sehari pada minggu ketiga.
• Kondisi: konjungtivitis alergi
• Dewasa: 1 tetes ke mata yang merah, 4 kali sehari.

Bentuk obat suppositoria atau tablet dubur

• Kondisi: nyeri dan peradangan, seperti nyeri akibat luka, nyeri atau peradangan
setelah operasi, ankylosing spondylitis, atau radang sendi.
• Dewasa: 75-150 mg per hari.
d. Efek Samping
Efek samping yang dapat terjadi akibat menggunakan obat ini adalah sakit
perut, mual, nyeri ulu hati, diare, sembelit, sakit kepala, mengantuk, telinga berdenging,
perubahan mental, gejala gagal jantung, edema, dan kenaikan berat badan yang tidak
biasa. Efek samping yang serius, seperti:
• Ulkus peptikum
• Perdarahan saluran cerna, perforasi saluran cerna
• Sindrom Stevens-Johnson
• Toxic epidermal necrolysis
• Jaundice
e. Interaksi dengan Obat Lainnya
• Perdarahan di saluran pencernaan, bila digunakan bersama obat antiinflamasi
nonsteroid (OAINS) lain, obat pengencer darah, atau kortikosteroid.
• Kelebihan kalium dalam darah (hiperkalemia) dan kerusakan fungsi ginjal, bila
digunakan bersama obat hipertensi jenis ACE inhibitor atau diuretik, ciclosporin,
serta tacrolimus.
• Keracunan diclofenac, bila digunakan bersama phenytoin, methotrexate, lithium,
dan digoxin.
• Penurunan efek cholestyramine.
• Meningkatkan kadar serum metotreksat.
• Meningkatkan risiko nefrotoksisitas dengan ciclosporin atau triamterene.
• Meningkatkan risiko terjadinya komplikasi pada kornea pada pasien dengan
peradangan pada kornea.
• Colestyramine dan colestipol mengurangi bioavailabilitas diclofenac.
• Menurunnya konsentrasi plasma saat digunakan bersamaan dengan sukralfat.
• Penggunaan preparat mata diclofenac dapat menurunkan efikasi preparat mata
asetilkolin dan karbakol.
• Dapat meningkatkan kadar serum litium dan digoksin
7. PHENYLBUTAZONE
a. Definisi
Phenylbutazone adalah obat antiinflamasi nonsteroid yang efektif dalam
mengobati demam, nyeri, dan peradangan dalam tubuh. Phenylbutazone tersedia dalam
bentuk Tablet salut selaput, Kaplet salut selaput. Obat ini bekerja dengan menghambat
enzim yang berperan dalam menghambat prostaglandin, yakni zat alami tubuh yang
memicu reaksi peradangan seperti bengkak dan rasa nyeri. ● Phenylbutazone adalah
obat yang dapat membantu untuk mengurangi rasa sakit dan peradangan yang
disebabkan oleh ankylosing spondylitis ketika obat lain mungkin tidak cocok. ●
Ankylosing spondylitis adalah peradangan yang menyebabkan penyakit sendi yang
mempengaruhi tulang punggung.
b. Bentuk obat (tablet salut selaput, kaplet salut selaput)
c. Dosis Dan Aturan Pakai
Gangguan rematik (oral)
• Dewasa: Hingga 600 mg setiap hari dalam dosis terbagi. Kurangi dosis hingga dosis
efektif terendah setelah 1-3 hari. Durasi maksimum digunakan hingga 1 minggu.
Gout/asam urat akut (oral)
• Dewasa: Hingga 800 mg setiap hari bila diperlukan. Kurangi dosis efektif terendah
setelah 1-3 hari. Durasi penggunaan maksimal hingga 1 minggu.
d. Efek Samping
• Berdengung di telinga (tinnitus)
• Kepala pusing (vertigo)
• Depresi
• Halusinasi
• Kebingungan mental
• Pusing, mengantuk, merasa lesu dan lelah
• Perasaan mati rasa, kesemutan, atau panas di tangan atau kaki
• Asma atau asma yang lebih buruk dari biasanya (sesak napas)
• Pembengkakan pada tangan, kaki (sekitar pergelangan kaki) atau perut
• Sakit mulut (nyeri atau borok di lidah, pipi, bibir, tenggorokan atau gusi)
• Pembengkakan kelenjar ludah (di depan telinga, di bawah rahang bawah dan di
bawah lidah) yang dapat membuat mengunyah atau menelan terasa sakit, mulut
kering
• Terdapatnya benjolan di depan leher, merasa lelah dan sensitif terhadap dingin,
berat badan bertambah
• Sembelit, hal ini mungkin karena perubahan reaksi kelenjar tiroid
• Reaksi terhadap matahari. Kulit anda mungkin menjadi merah, menyakitkan, dan
bengkak. Jangan berjemur, menggunakan tanning bed, atau mengekspos kulit anda
terhadap sinar UV buatan
• Ketulian
• Konstipasi atau kembung
• Kesulitan menelan
• Penglihatan kabur, pendarahan di mata
• Merasa sakit (malaise)
e. Interaksi dengan Obat Lainnya
• Obat-obatan yang digunakan untuk tekanan darah tinggi (misalnya atenolol,
ramipril, valsartan)
• Diuretik (tablet air) atau obat-obatan jantung (misalnya digoxin, sotalol, diltiazem)
• Beberapa obat diabetes (misalnya glipizide, glibenclamide) atau insulin
• Obat-obatan yang menekan sistem kekebalan tubuh (misalnya siklosporin,
tacrolimus, methotrexate)
• Lithium, obat yang digunakan untuk mengobati perubahan suasana hati dan
beberapa jenis depresi
• Obat yang biasanya diresepkan melalui rumah sakit, yang disebut mifepristone
(diambil dalam 12 hari terakhir)
• Antibiotik kuinolon (antibiotik digunakan untuk mengobati infeksi)
• Methylphenidate, obat yang digunakan untuk mengobati kondisi hiperaktif
• Steroid anabolik, seperti nandrolone
• Misoprostol, obat yang digunakan untuk mengobati bisul di lambung dan usus
• AZT, obat yang digunakan untuk HIV (human immunodeficiency virus)
• Alkohol
• Obat yang digunakan untuk mengobati epilepsi yang dikenal sebagai fenitoin
• Obat-obatan yang mempengaruhi enzim hati – (cek dengan apoteker anda). Obat
tersebut termasuk barbiturat, chorphenamine, prometazin, rifampisin,
cholestyramine, dan obat-obatan yang digunakan untuk mengontrol kolesterol.
8. OXAPROZIN
a. Definisi
Oxaprozin adalah obat yang diindikasikan untuk perawatan Radang sendi,
Osteoarthritis, Childhood arthritis dan kondisi lainnya.
b. Pemakaian Oxaprozin
Digunakan dalam perawatan, kontrol, pencegahan, & perbaikan penyakit,
kondisi dan gejala berikut ini: - Radang sendi - Osteoarthritis - Childhood arthritis
c. Efek Samping
Berikut adalah daftar efek samping yang memungkinkan yang dapat terjadi
dalam obatobat yang mengandung Oxaprozin. Ini bukanlah daftar yang komprehensif.
Efek-efek samping ini memungkinkan, tetapi tidak selalu terjadi. Konsultasi pada
dokter jika melihat efek samping berikut, terutama jika efek samping tidak hilang.
• Bisul
• Dering atau mendengung di telinga
• Peningkatan enzim hati
• Mual
• Sakit perut
• Masalah ginjal
• Peningkatan waktu perdarahan
• Kehilangan nafsu makan untuk makanan dll
d. Kontraindikasi
Sebagai Oxaprozin tidak boleh dikonsumsi jika Anda memiliki kondisi berikut:
• Laktasi
• Gagal jantung kongestif
• Hati kronis atau gangguan ginjal
• Hipersensitivitas
• Kehamilan
• Perdarahan gastrointestinal
• Polip hidung dan asma
• Ulkus lambung atau duodenum
e. Tindakan Pencegahan
Sebelum menggunakan obat ini, informasikan dokter Anda tentang daftar obat
Anda saat ini, produk toko (contoh, vitamin, suplemen herbal, dll.), alergi, penyakit
yang sudah ada, dan kondisi kesehatan saat ini (contoh, kehamilan, operasi yang akan
datang, dll.). Beberapa kondisi kesehatan dapat membuat Anda kebal pada efek
samping obat. Konsumsi seperti yang diarahkan oleh dokter Anda atau ikuti petunjuk
yang tercetak dalam brosur produk. Dosis berdasarkan kondisi Anda. Katakan pada
dokter Anda jika kondisi Anda berlanjut atau memburuk. Poin-poin konseling penting
dijabarkan dibawah ini:
• Hindari kontak yang terlalu lama terhadap sinar matahari
• Hindari menggunakan oxaprozin pada gangguan darah serius, infark miokard, dan
ulserasi
• Hindari mengkonsumsi alkohol saat mengambil oxaprozin
• Jangan mengemudi atau mengoperasikan mesin berat
• Konsultasikan dengan dokter Anda jika Anda melihat tanda-tanda darah
• Konsultasikan dengan dokter Anda jika Anda menjalani operasi
• Tidak dianjurkan untuk digunakan dalam jantung atau perut masalah, sesak napas
dan bicara melantur.

2. BAHAN BIOLOGIK
a. Pengertian
Merupakan organisme mikroskopik seperti bakteri, kapang atau jamur termasuk
ragi, algae atau protozoa, juga termasuk virus, prion-prion (partikel protein berukuran
sangat kecil) dan kultur sel.
b. Contoh sediaan dari bahan biologik
Bahan biologik dihasilkan melalui proses biologi pada hewan atau jaringan hewan
untuk menimbulkan kekebalan, mendiagnosa penyakit, atau mengobati penyakit dengan
proses imunologik, antara lain vaksin, sera (antisera), antigen, dan bahan diagnostik
biologik.
c. Jenis-jenis bahan biologik
1. Vaksin
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 42 Tahun 2013, vaksin adalah antigen berupa
mikroorganisme yang sudah mati, masih hidup tapi dilemahkan, masih utuh atau
bagiannya, yang telah diolah, berupa toksin mikroorganisme yang telah diolah menjadi
toksoid, protein rekombinan yang bila diberikan kepada seseorang akan menimbulkan
kekebalan spesifik secara aktif terhadap penyakit infeksi tertentu.

Penggolongan vaksin

- Penggolongan berdasarkan asal antigen


- Penggolongan vaksin berdasarkan sensitivitas terhadap suhu
- Vaksin Jerap DTP
- Vaksin BCG
- Vaksin Campak
- Vaksin Hepatitis B
- Vaksin Influenza HA
- Oral Polio Vaccine (OPV)
2. Serum dan antiserum
Serum merupakan bahan biologik yang berfungsi untuk memberikan kekebalan
terhadap infeksi tertentu untuk jangka waktu pendek, dan diberikan kepada yang
diduga terpapar/beresiko. Antiserum merupakan serum yang berisi antibodi dan yang
sebelumnya telah disunti antigen yang umumnya berupa mikroorganisme yang telah
dilemahkan atau dimatikan.
Dalam penggunaan Serum dan Antiserum terdapat beberapa hal yang harus
diperhatikan:
1. Perlindungan terhadap patogen diperantarai oleh antibodi bukan oleh immunitas
yang diperantarai oleh sel.
2. Penggunaan Serum dan Antiserum dapat menginduksi imunisasi yang sangat kuat
maka dapat menyebabkan serumsickness dengangejala urtikaria, edema lokal,
ruam, demam, limfadenopati. Kejadian ini terjadi saat serum yang diberikan untuk
mengatasi difteri dan tetanus. Difteri disebakan oleh bakteri Corynebacterium
diphteria, tetapi saat ini sudah dapat disembuhkan oleh antibiotik, sedangkan
tetanus disebabkan oleh Clostridium tetani yang merupakan bakteri anaerob obligat
d. Infeksi Bahan Biologik
Pemahaman proses penularan penyakit atau infeksi oleh bahan biologi secara jelas
telah diungkapkan oleh Louis Pasteur dan Robert Koch. Informasi ini sekarang
dikembangkan sebagai ukuran keamanan dalam menghindari bahaya kecelakaan dan
penyebaran penyakit di laboratorium. Tingkat bahaya suatu bahan biologi ditentukan oleh
beberapa faktor:

• Infektivitas

• Pathogenisitas dan virulensi

• Alergenisitas

e. Pengawasan Bahan Biologi


Bahan biologik perlu diawasi karena:
• Bahan biologik sangat berbahaya dan wajib dipastikan tidak mencemari lingkungan dan
manusia, oleh karenanya pemeriksaan terhadap bahan biologik dilakukan di dalam ruangan
yang memenuhi standar sesuai konsep biosafety dan biosecurity serta standar panduan
laboratorium.
• Petugas karantina yang menangani pemeriksaan bahan biologik wajib menggunakan alat
pelindung diri yang tepat.

Anda mungkin juga menyukai