Anda di halaman 1dari 3

Antagonis Opioid

A. Defenisi :

Antagonis opioid:Obat antagonis opioid yang murni, meliputi nalakson, naltrekson, dan
nalmefen, merupakan terunan morfin dengan gugusan pengganti pada posisi N17. Afinitas agen
agen ini relative tinggi untuk berikatan dengan reseptor tipe u, tetapi rendah untuk berikatan
dengan reseptor lain .

B. Obat Pilihan
1. Nalokson :
Nama Generik
Naloxone
Nama Dagang
Narcan*
Mekanisme kerja : penyebaran dari nalokson mencegah dan mengurangi efek dari
opiat. Mekanisme pasti dari obat ini masih belum sepenuhnya di mengerti, tetapi obat
ini dipercaya dapat menurunkan efek opioid dengan cara berikatan dengan badan
reseptor opioid. Jika seseorang mengonsumsi opioid maka efek dari opioid akan
dikurangi, jika orang tersebut tidak mengonsumsi opioid maka nalokson tidak akan
bekerja.
Farmako kinetik : nalokson biasanya diberikan melalui injeksi dan masa kerjanya
singkat (1-2 jam) jika diberikan melalui rute ini. Disposisi metabolik terutama oleh
konjugasi glukuronida seperti yang terjadi pada agonis opioid dengan gugus hidroksil
bebas.
Farmako dinamik :Nalokson menurunkan ambang nyeri pada mereka yang biasanya
ambang nyerinya tinggi; mengantagonis efek analgetik plasebo; mengantagonis
analgesia yang terjadi akibat perangsangan lewat jarum akupuntur. Namun, masih perlu
pembuktian lebih lanjut efek nalokson ini sebab banyak faktor fisiologi yang berperan
dalam analgesia di atas.
Penggunaan : obat ini di gunakan untuk penurunan penuh atau parsial dari depresi
opioid (narcotic) termasuk depresi pernafasan. Nalokson juga di gunakan untuk
overdosis opioid akut.
Dosis : dosis awal lazim nalokson adalah 0,1-0,4 mg intravena untuk depresi pernafasan
dan SSP yang mengancam nyawa. Pemeliharaan adalah dengan obat yang sama , 0,4-
0,8 mg intravena ,dan diulangi jika diperlukan. Dalam memberikan nalokson neonatus
yang tertekan akibat opioid dosis perlu dimulai dari 5-10 mcg/kg dan
mempertimbangkan dosis kedua hingga total 25 mcg/kg jika tidak dijumpai respon.
Efek terapi : cepat melawan semua efek opioid.
Kontra indikasi : nalokson memiliki kontraindikasi pada orang yang memiliki
hipersensitivitas terhadap antagonis opioid, pasien dengan penyakit jantung, ibu hamil,
dan ibu menyusui.
Efek samping : penurunan depresi narkotik secara mendadak oleh obat ini dapat
menyebabkan nausea, muntah, berkeringat, peningkatan tekanan darah dan takikardi.
Frekuensinya tidak tetap.
Cardiovascular: hiper-hipotensi, takikardi, aritmia ventrikular, cardiac arrest.
Sistem Saraf Pusat: mudah marah, gelisah, penarikan diri terhadap narkotik, resah,
seizure.
Gastrointestinal: mual, muntah, diare.
Neuromuscular & skeletal: gemetar
Pernafasan: dispnea, pembangkakan paru-paru, ingusan, bersin-bersin.
Miscellaneous: diaforesis.

2. Naltrekson :
Nama Generik
Naltrexone
Nama Dagang
Nalorex
Mekanisme kerja : naltrekson memblok efek opiad intravena, seperti halnya
mekanisme kerja obat agonis-antagonis. Mekanisme kerjanya juga hampir sama
dengan nalokson, yaitu memblok efek subjektif dari penggunaan opioid dan
menurunkan ketergantungan terhadap opioid. Naltrekson juga pernah sukses
digunakan untuk mengobati apneic episodes pada anak-anak, sebuah efek
hypothesized untuk memblokade -endorphin yang menginduksi depresi
pernapasan.
Farmako kinetik : naltrekson diserap baik setelah pemberian oral, tetapi mengalami
metabolisme first-pass yang cepat. Obat ini memiliki waktu paruh 10 jam dan satu
dosis oral 100 mg dapat menghambat efek suntikan heroin hingga 48 jam.
Penggunaan : naltrekson digunakan untuk mengobati pasien dengan
ketergantungan opioid serta ketergantungan alkohol.
Dosis : 50 mg pre oral setiap hari atau 100 mg dalam beberapa hari atau 150 mg
setiap tiga hari; 2 ml intravena, SC.
Efek terapi : menurunkan kertergantungan opioid.
Kontra indikasi : pada orang yang memiliki hipersensitivitas terhadap antagonis
opioid, pasien dengan penyakit jantung, ibu hamil, pasien dengan penyakit fungsi
hati, pasien dengan kerusakan liver,depresi dan ibu menyusui.
Efek samping : susah tidur, nassal congestion, letargi, nausea, muntah, sakit kepala,
peningkatan tekanan darah, kemunduran ejakulasi, penglihatan mengabur,
mengantuk.
.

3. Nalmefene:
Mekanisme kerja : berikatan dengan semua reseptor dan mengurangi efek agonis
opioid pada reseptor tersebut.
Farmako kinetik : nalfemen, obat paling baru dari golongan ini adalah turunan
naltrekson tetapi hanya tersedia dalam bentuk larutan intravena. Seperti nalokson,
nalmefen digunakan pada kelebihan dosis opioid tetapi waktu paruhnya lebih lama
(8-10 jam)
Penggunaan: mengurangi depresi pernapasan dan overdosis opioid.
Dosis : dosis awal adalah 0,5 mg/70 kg intravena parenteral, dosis kedua adlaha 1
mg/70 kg 2-5 menit kemudian; dosis maksimum adalah 1,5 mg/70 kg.
Efek terapi : secara penuh atau parsial menurunkan efek opioid.
Kontra indikasi : pada orang yang memiliki hipersensitivitas terhadap antagonis
opioid, pasien dengan penyakit jantung, ibu hamil, dan ibu menyusui.
Efek samping : nausea, muntah, takikardi, hipertensi, kembalinya nyeri postoperatif,
demam dan pusing.

Bentuk sediaan yang ada untuk obat antagonis opioid yaitu :

1. Alvimopan (Entereg)
Oral : kapsul 12 mg
2. Metilnaltrekson (Relistor)
Parentera : 12 mg/0,6 ml untuk injeksi
3. Nalmefen (Revex)
Parenteral : 0,1, 1 mg/ml untuk injeksi
4. Nalokson (generik, Narcan)
Parenteral : 0,4, 1 mg/ml; 0,02 mg/ml (untuk pemakaian pada neonatus) untuk
injeksi.
5. Naltrekson (generik, ReVia, Depade)
Oral : tablet 50 mg
Parenteral : suspensi 380 mg untuk injeksi.

Daftar pustaka :

Farmakologi Dasar & Klinik ed 12 oleh Betram G. Katzung, dkk.

Introductory chlinical pharmacology 7th ed. 2007 Drug Guide.

Modern Pharmacology with Chlinical Appilications 6th edition oleh Charles R. Craig & Robert E. Stizel

Goodman & Gilmans the pharmacological basis of therapeutics 8th edition oleh Laurence L.
Brunton, dkk.

Anda mungkin juga menyukai