Anda di halaman 1dari 60

DERMATITIS

Yolanda Yasinta Ina Tuto (1508010035) 1


Pembimbing : dr. Margaretha Bya, Sp.KK
Definisi

Menyebabkan
Respons terhadap kelainan klinis
Peradangan kulit
pengaruh faktor berupa efloresensi
(epidermis dan
eksogen dan atau polimorfik atau
dermis)
faktor endogen oligomorfik +
keluhan Gatal

Sumber : Sularsito S. Dermatitis. In: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 7th ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2019.
2
Etiologi
Penyebab yang tidak
Eksogen (luar tubuh) Endogen (dalam tubuh)
diketahui secara pasti

Bahan Kimia (detergen, asam, basa) Misalnya dermatitis atopik

Fisik (sinar, suhu)

Mikroorganisme (bakteri, jamur)

Sumber : Sularsito S. Dermatitis. In: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 7th ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2019.
3
Gejala Klinis
Gatal (Keluhan pada umumnya)
 Kelainan kulit bergantung pada stadium penyakit, dapat sirkumskrip, dapat pula difus,
dengan penyebaran setempat, generalisata, dan universalis.

• Eritema
• Lesi kering
• Edema
• Eritema & Edema • Berbentuk skuama
• Vesikel/bula
Akut
• Erosi Subakut
• Eksudat mongering Kronis
• Hiperpigmentasi
menjadi krusta • Papul
• Eksudasi • Likenifikasi

Sumber : Sularsito S. Dermatitis. In: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 7th ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2019.
4
Histologi
• Epidermis: spongiosis, vesikel atau bula, edema intrasel, dan eksositosis terutama terdiri atas sel
mononuklear
• Dermis: Sembab, pembuluh darah melebar, sebukan sel radang terutama sel mononuclear,
Std Akut eosinophil juga dapat ditemukan

• Epidermis: Spongiosis, jumlah vesikel berkurang, epidermis mulai menebal, tertutup krusta,
stratum korneum mengalami parakeratosis, eksositosis berkurang
Std • Dermis: Edema berkurang, vasodilatasi masih tampak jelas, masih terdapat sebukan sel radang,
Subakut dan jumlah fibroblast mulai meningkat

• Epidermis: Penebalan (akantosis), penebalan str korneum (hyperkeratosis), rete ridges


memanjang, spongiosis dan eksositosis ringan, pigmen melanin bertambah terutama pada sel basal
• Dermis: Papila dermis memanjang, disertai penebalan dinding pembuluh darah., jumlah fibroblast
Std Kronis bertambah, penebalan serabut kolagen

Sumber : Sularsito S. Dermatitis. In: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 7th ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2019.
5
Dermatiti
s Kontak

Neurodermatiti Dermatiti
s Sirkumskripta s Atopik
DERMATITI
S

Dermatiti
Dermatiti
s
s Statis
Numularis

Sumber : Sularsito S. Dermatitis. In: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 7th ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2019.
6
1
Dermatitis Kontak
Dermatitis yang disebabkan oleh bahan/substansi
yang menempel pada kulit

Sumber : Sularsito S. Dermatitis. In: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 7th ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2019.
Dermatitis
Kontak

Dermatitis
Dermatitis
Kontak
Kontak Iritan
Alergi
Reaksi peradangan
Terdapat proses
non-imunologik
sensitisasi terhadap
(tanpa proses
alergen
sensitisasi)
Sumber : Sularsito S. Dermatitis. In: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 7th ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2019.
8
Dermatitis Kontak Iritan

Epidemiologi
• Dapat terkena pada semua
orang, berbagai golongan
umur, ras, dan jenis
kelamin
Etiologi
• Bahan bersifat iritan
Sumber : Sularsito S. Dermatitis. In: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 7th ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2019.
9
Patogenesis
PG dan LT ->
Melepaskan AA, DAG, Vasodilatasi,
Bahan Iritan merusak PAF, dan IP3. Meningkatkan Kontak Iritan
lap. Tanduk
AA -> PG dan LT permeabilitas
vaskular

Denaturasi keratin PG dan LT ->


(Menyinkirkan lemak Mengaktifkan sel Keratinosit
Mengaktifkan
lap tanduk &
fosfolipase
mast untuk melepaskan
mengubah daya ikat melepaskan
kulit terhadap air) histamin TNFα

Sebagian menembus Aktifasi Sel T,


membrane sel,
Merusak membrane
merusak lisosom,
ERITEMA, EDEMA, Makrofag,
lemak keratinosit PANAS, GATAL
mitokondria, atau dan
komponen inti
granulosit
Sumber : Sularsito S. Dermatitis. In: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 7th ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2019.
10
Dermatitis Kontak Iritan
DKI Akut DKI Akut Lambat DKI Kronik Kumulatif
Penyebab Iritan kuat (asam sulfat, asam Bahan iritan : Podofilin, antralin, Kontak berulang dengan
hidroklorida, basa kuat) tretinoin, etilen oksida, asam Iritan lemah (deterjen,
hidrofluorat sabun, pelarut, dan tanah).
Onset Segera timbul (menit-jam) 8 – 24 jam atau lebih setelah Berminggu-
kontak minggu/bulan/tahun
Gejala Subjektif: Sama dengan DKI akut Kulit kering,
Panas, pedih, rasa eritema, skuama,
terbakar hiperkeratosis &
Objektif: likenifikasi, difus
Eritema, edema, bula,
nekrosis, tepi berbatas
tegas, umumnya
asimetris

Sumber : Sularsito S. Dermatitis. In: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 7th ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2019.
11
Reaksi Iritan
• DKI subklinis pada seseorang yang terpajan dengan pekerjaan basah dalam beberapa
bulan pertama, misalnya: penata rambut dan pekerja logam
• Kelainan kulit bersifat monomorf, dapat berupa skuama, eritema, vesikel, pustul,
dan erosi
DKI Traumatik
• Kelainan kulit berkembang lambat setelah trauma panas /laserasi
• Gejala klinis mirip dermatitis numularis, lokasi tersering di tangan

DKI Non Eritematosa


• DKI Subklinis, yang ditandai dengan perubahan fungsi sawar (stratum korneum)
tanpa disertai kelainan klinis
DKI Subyektif
• Kelainan kulit tidak terlihat, namun pasien mengelhkan pedih dan panas setelah
kontak dengan bahan kimia tertentu. Co: Asam Laktat
Sumber : Sularsito S. Dermatitis. In: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 7th ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2019.
12
13
Pengobatan
UMUM
Pajanan ulang dgn bahan kontak alergen/iritan dihindari

Memakai pelindung pekerjaan /kegiatan

KHUSUS
Topikal : - Kortikosteroid: Hidrokortison 2,5%
- Emolien / pelembab

Sumber : Sularsito S. Dermatitis. In: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 7th ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2019.
14
Prognosis
 Bila bahan iritan tidak dapat disingkirkan -> prognosis kurang baik
 Sering terjadi pada DKI kronis dengan penyebab multi factor dan pada pasien atopik

Sumber : Sularsito S. Dermatitis. In: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 7th ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2019.
15
Dermatitis Kontak Alergi
Epidemiologi
• Dapat terkena pada
semua orang,
mengenai orang
dengan keadaan
kulit sangat peka
(hipersensitif)
Etiologi
• Bahan kimia
sederhana 16
Sumber : Sularsito S. Dermatitis. In: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 7th ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2019.
17
Dermatitis Kontak Alergik
GEJALA KLINIS
DKA
Subjektif: GATAL
Objektif
Akut : bercak eritem, batas tegas, kemudian diikuti
edema, papulo-vesikel, vesikel, bula pecah erosi
dan eksudasi (basah)

Kronis : kulit kering, skuama, papul, likenifikasi, berbatas


tidak tegas
Sumber : Sularsito S. Dermatitis. In: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 7th ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2019.
18
Lokasi kejadian DKA
 Tangan = deterjen, antiseptic, getah sayuran, semen, pestisida
 Lengan = jam tangan, sarung tangan karet, debu semen/tanaman, deodoran
 Wajah = bahan kosmetik, spons, obat topical, aero-allergen, tangkai kaca mata
 Telinga = anting, obat topical, tangkai kaca mata, cat rambut
 Leher = kalung, parfum, aero-alergen
 Badan = tekstil, zat pewarna, kancing logam, deterjen, bahan pewangi pakaian
 Genitalia = antiseptic, kondom, obat topical, parfum, kontrasepsi, detergen
 Tungkai atas dan bawah = tekstil, deterjen, bahan pembersih lantai
 Dermatitis kontak sistemik = nikel, formaldehid

Sumber : Sularsito S. Dermatitis. In: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 7th ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2019.
19
20
DKA

21
DKA

22
DKA

23
Pengobatan
UMUM
Pajanan ulang dgn bahan kontak alergen/iritan dihindari

Memakai pelindung pekerjaan /kegiatan

KHUSUS
Topikal : - Kortikosteroid: Hidrokortison 2,5%
- Kompres dengan larutan garam fisiologis
• Sistemik : Kortikosteroid : Prednison 30 mg/hari (DKA Akut)

Sumber : Sularsito S. Dermatitis. In: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 7th ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2019.
25
DKI DKA

Etiologi Iritan primer Sensitiser


Misalnya: bahan pelarut, deterjen,
minyak pelumas, asam, alkali, dan
serbuk kayu
Permulaan Penyakit Paparan pertama Paparan ulang

Penderita Semua orang Penderita yang sensitive/alergik

Eflorosensi Batas jelas Batas tak jelas

Uji tempel Eritem batas jelas Batas tak jelas

Reaksi menurun uji tempel dilepas Batas tak jelas reaksi


(decresendo) tetap/bertambah setelah uji
tempel dilepas (cresendo)

26
UJI TEMPEL

RX IRITAN RX ALERGI
Oligomorfik Polimorfik
Bentuk ~ unit Bentuk lebih menyebar
Batas tegas Batas tidak tegas
Bahan dilepas : reaksi (-) Bahan dilepas : reaksi menetap
Rasa nyeri / terbakar Rasa gatal

Sumber : Sularsito S. Dermatitis. In: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 7th ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2019.
27
UJI TEMPEL

INTERPRETASI

Eritema : meragukan
Eritema + papul : +1
Eritema + papul + vesikel : +2
Eritema + bula/ulkus : +3

Sumber : Sularsito S. Dermatitis. In: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 7th ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2019.
Contoh Hasil Uji Tempel
2
Dermatitis
Numularis
Peradangan kulit yang bersifat kronis, ditandai dengan lesi berbentuk koin atau
agak lonjong, berbatas tegas, dengan efloresensi berupa papulovesikel
yang biasanya mudah pecah sehingga membasah (oozing)

Sumber : Sularsito S. Dermatitis. In: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 7th ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2019.
DERMATITIS NUMULARIS

Sinonim :
Ekzem numular
Ekzem diskoid

Etiopatogenesis
Tidak diketahui : Multi Faktor
Peningkatan koloni Staphylococcus & Micrococcus
Defisisensi nutrisi serta konflik emosional diduga berperan

Sumber : Sularsito S. Dermatitis. In: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 7th ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2019.
Gejala Klinis
 Laki-laki > Perempuan
 Awitan 55 th – 65 th
 Pada perempuan terdapat usia puncak kedua yaitu
:15 th – 25 th

Subjektif : Gatal hebat

Objektif
 Lesi awal: vesikel / papulovesikel
bergabung : Coin berbatas tegas, edematosa &
eritematosa
vesikel pecah : krusta kekuningan melebar : ukuran ± 5
cm

Sumber : Sularsito S. Dermatitis. In: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 7th ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2019.
OBJEKTIF

Lesi lama : likenifikasi, skuama

Predileksi : tungkai bawah, lengan bawah,badan dan punggung tangan

Distribusi : bilateral, simetris

Jumlah : 1 atau lebih tersebar

Ukuran : bervariasi milier – plakat

Sumber : Sularsito S. Dermatitis. In: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 7th ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2019.
Pengobatan

UMUM

Cari faktor provokasi

Menghindari suhu ekstrim, penggunaan sabun berlebihan,


penggunaan bahan wol/bahan resiko iritasi

Kulit kering -> berikan pelembap atau emulien

Hindari bahan iritan / alergen


Sumber : Sularsito S. Dermatitis. In: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 7th ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2019.
Pengobatan
KHUSUS

Sistemik : Antibiotika (jika ditemukan infeksi


bakteri
Kortikosteroid (Kasus yang berat dan
refrakter)

Topikal : Kompres PK 1/10.000 (lesi basah)


Kortikosteroid (lesi kering)  Terapi Lini
Pertama
Sumber : Sularsito S. Dermatitis. In: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 7th ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2019.
DERMATITIS NUMULARIS

36
3. DERMATITIS
ATOPIK
Peradangan kulit berupa dermatitis yang kronis residif, disertai rasa gatal, dan
diwajah pada bayi
mengenai bagain tubuh tertentu terutama (fase infantile) dan
bagian fleksular ekstremitas (pada fase anak)

Sumber : Sularsito S. Dermatitis. In: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 7th ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2019.
GAMBARAN KLINIS
Fase Infant  lahir - 2 thn (60%)
 Predileksi Utama: Wajah diikuti kedua pipi dan tersebar
simetris.
 Lesi dapat meluas ke dahi, kulit kepala, telinga, leher, pergelangan tangan,
dan tungkai terutama bagian volar
 Muka terutama pipi tanpa mengenai paranasal dan perioral (perioral
pallor) eritema, kering dan berskuama.
 Bila berlanjut dapat mengenai perioral dan paranasal plak, krusta, basah,
skuama. 50% menghilang pada usia 18 bulan, sisanya masuk ke DA anak
Fase anak  2 -10 thn
 Daerah fleksural fossa antecubitus, fossa poplitea, leher,
pergelangan tangan, pergelangan kaki  papul, plak, pucat atau sedikit
inflamasi  digaruk  eritema, skuama, erosi  garukan kronis 
likenifikasi (akibat ekskoriasi dan inflamasi yang terus menerus). PERIORAL
 Akibat garukan melanosit rusak  hipopigmentasi
PALLOR
Sumber : Sularsito S. Dermatitis. In: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 7th ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2019.
39
Plak eritema
40
ERITEMA,
LIKENIFIKASI
EROSI,
SKUAMA
41
GAMBARAN KLINIS
Fase remaja dan dewasa

 Fossa antecubitus, fossa poplitea, leher, pergelangan tangan,

pergelangan kaki, inflamasi sekitar mata, likenifikasi daerah anogenital.

 Bisa remisi pada usia sekitar 30 thn atau menetap dengan rekurensi

Sumber : Sularsito S. Dermatitis. In: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 7th ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2019.
42
GAMBARAN KLINIS LAIN
 Keadaan yang menyertai DA : xerosis cutis, keratosis pilaris, pt. Alba,

hyperlinear palmar creases, Dennie-Morgan infraorbital fold,white


dermographism, Hertoghe’s sign.

Sumber : Sularsito S. Dermatitis. In: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 7th ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2019.
43
XEROSIS
CUTIS

44
KERATOSIS
PILARIS

45
HIPERLINEAR PALMAR CREASES 46
DENNIE MORGAN FOLD
47
WHITE DERMOGRAPHISM 48
HERTOGHE’S SIGN 49
Hanifin - Rajka 3 MAYOR + 3 MINOR

KRITERIA MAYOR

 Pruritus

 Dermatitiis sesuai predileksi dan kelompok usia

 Dermatitis kronis atau residif

 Riwayat atopi pada penderita atau keluarganya

50
Sumber : Sularsito S. Dermatitis. In: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 7th ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2019.
KRITERIA MINOR
Xerosis Katarak subskapular anterior
Infeksi kulit (khususnya s.aureus dan virus Periorbital darkening
herpes simpleks
Dermatitis non spesifik pada ekstremitas Eritema pada wajah
superior dan inferior
Iktiosis, Hiperlinear telapak tangan dan Gatal bila berkeringat
kaki, keratosis pilaris
Pityriasis alba Intoleransi terhadap wol atau pelarut
lemak
Dermatitis di papila mame Perifollicular accentuation
white dermatographism dan delayed Hipersensitif terhadap makanan
blanch response
Keilitis Dipengaruhi oleh faktor lingkungan atau
stres
Lipatan infraorbital/Morgan-Dennie lines Skin test (+)
Konjungtivitis berulang Peningkatan IgE serum
Keratokonus Onset pada usia muda

Sumber : Sularsito S. Dermatitis. In: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 7th ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2019.
51
PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Peningkatan serum IgE  mayoritas pada pasien DA

 Pada pemeriksaan darah rutin peningkatan eosinofil dan

basofil

 RAST (Radio immunosorban assay)

 Prick Test

Sumber : Sularsito S. Dermatitis. In: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 7th ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2019.
52
Algoritma Sumber
Penetalaksanaan Dermatitis
: Sularsito S. Dermatitis. Atopik
In: Ilmu Penyakit Kulit (International
dan Kelamin. 7th ed. Concensus
Jakarta: Fakultas Conference on Atopic
Kedokteran Universitas Indonesia;Dermatitis
2019. II) 2002 53
Terapi topikal
 Kortikosteroid: Bayi & anak kecil KS potensi rendah (hidrokortison

1%-2,5%) dewasa < 5%)

 Topikal nonsteroidal antiinflamatory agents

 Pimecrolimus cream 1% (mild - moderate AD)

 Tacrolimus (moderate -severe AD)

 Emolien (pelembab)

 Wet wrap dressing

Sumber : Sularsito S. Dermatitis. In: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 7th ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2019.
54
Terapi Sistemik
 Antihistamin
 Kortikosteroid
 Antibiotik
 Siklosporin

Sumber : Sularsito S. Dermatitis. In: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 7th ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2019.
55
EDUKASI
 Atur suhu dan kelembaban kamar  suhu kamar sejuk, suhu panas
 gatal
 Hindari pakaian kasar, tebal atau wol  iritasi kulit
 Kontrol stress
 Kuku dipotong pendek  cegah garukan
 Kurangi gatal: emolien, kompres basah, antiinflamasi topikal

Sumber : Sularsito S. Dermatitis. In: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 7th ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2019.
56
4. NEURODERMATITIS
SIRKUMKRIPTA
Definisi
 Peradangan kulit kronis
 Gatal >>> akibat garukan /
 Sirkumskrip gosokan berulang
 Likenifikasi

Subjektif : Sangat gatal


malam → gangguan tidur

Predileksi : daerah yang mudah dijangkau ole tangan pasien sendiri

Sumber : Sularsito S. Dermatitis. In: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 7th ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2019.
57
58
PENGOBATAN
UMUM
 Garukan  / -

KHUSUS :
Antipruritus berupa Antihistamin efek sedatif
(hidroksizin, difenhidramin, prometazin), dapat pula diberikan
topikal krim doxepin 5% dlm jangka pendek (maks 8 hari)

Topikal Kortikosteroid : potensi kuat


Kortikosteroid + TER (efek antiinflamasi)
Kortikosteroid intra lesi

Sumber : Sularsito S. Dermatitis. In: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 7th ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2019.
59
5. DERMATITIS STASIS

Sumber : Sularsito S. Dermatitis. In: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 7th ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2019.
60
Tata laksana
Predileksi : daerah yang ada varisesnya
 Topikal : Jika basah, kompres dengan larutan
KMnO4 1/5000 atau larutan asam borat 3%. Jika
sudah kering, diberi kortikosteroid potensi
sedang

 Edema: tungkai dinaikkan waktu tidur dan waktu


duduk selama 30 menit, 3-4 kali sehari.

Sumber : Sularsito S. Dermatitis. In: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 7th ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2019.
61
THANK YOU
62

Anda mungkin juga menyukai