Anda di halaman 1dari 76

LAPORAN JAGA

25/02/2020
DM RIAN NDUFI, GRACE TEWE, VIA LAY
dr. Amrul, Sp.B
Identitas pasien
• Nama : Ny. NS
• Jenis kelamin : Wanita
• Usia : 39 tahun
• No MR : 528575

2
Anamnesis
◦ Keluhan utama : tergigit oleh ular hijau 30 menit SMRS (25/02/2020).
◦ Riwayat penyakit sekarang:
Pasien datang ke IGD RSU dengan keluhan terkena gigitan ular hijau 30 menit SMRS di punggung kaki
bagian kiri dalam. Pasien mengaku digigit oleh ular hijau sebesar jari telunjuk saat dia sedang berdiri di
halaman rumah tetangganya. Menurut pasien, ular itu menggigit tidak sampai 5 detik. Setelah digigit
pasien merasa lemas, nyeri didaerah gigitan dan pusing, mual (-), muntah (-), sesak (-), kesemutan (-)
keram (-).
◦ Riwayat penyakit dahulu : -
◦ Riwayat penyakit keluarga : -
◦ Riwayat pengobatan : -

3
Tanda-tanda vital
◦ Tekanan darah : 130/90 mmHg
◦ Nadi : 101 x/menit
◦ Pernapasan : 20 x/menit
◦ Temperatur : 36,6˚C
◦ SpO2 : 99%
Primary Survey
◦ A : Bersih, snoring (-), gurgling (-), Stridor
◦ B : spontan, rr : 20x/menit, SpO2 : 99%
◦ C : BP 130/90 mmHg, CRT <2”, HR 101x/menit
◦ D : GCS E4V5M6, sadar, pupil (isokor, 3mm/3mm), RCL : (+/+)
◦ E : Vulnus morsum di regio metatarsal sinistra
Secondary Survey
Status Umum : Sakit sedang
GCS : E4V5M6
Kepala : Normocephal
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), Sklera ikterik (-/-)
Telinga : otorhagia (-/-)
Hidung : Rhinorea (-/-)
Mulut : Sianosis (-), Pucat (+)
Leher : KGB (-)
Jantung : S1/2 Single, reguler, Murmur (-), Gallop (-)
Paru-paru
– Inspeksi : Pengembangan dada simetris
– Palpasi : Krepitasi (-), Nyeri tekan (-)
– Perkusi : Sonor (+/+)
– Auskultasi : Vesikuler (+/+) , Ronchi (-/-), Wheezing (-/-) 6
Perut:
◦ Inspeksi : Datar, skar (-)
◦ Auskultasi : Bising usus (+)
◦ Palpasi : distensi (-), nyeri tekan (-)
◦ Perkusi : timpani
Ekstremitas:
◦ Vulnus morsum di regio metatarsal sinistra
◦ Hangat
◦ Edema (-/-)
◦ CRT <2sec
STATUS LOKALIS
◦ Inspeksi : Vulnus Morsum di
regio metatarsal sinistra
◦ Palpasi : teraba hangat
◦ ROM : Normal
Laboratorium Result Normal range

PT 11,0 10,8-14,4
APTT 39,5 26,4-37,6
Rencana diagnosis
◦ Laboratorium Darah Lengkap
Asessment
◦ Vulnus Morsum di regio metatarsal sinistra

11
Terapi
◦ Rawat Luka
◦ Cross eksisi di luka gigitan
◦ IVFD RL 20 tpm
◦ Dipenhidramin IM 3x1 1 amp
◦ Dexamethason IV 3x1 1 amp
◦ Antrain 3x1 IV
◦ Serum Antibisaular
12
GIGITAN ULAR
PENDAHULUAN
◦ Gigitan ular berbahaya jika berbisa
◦ Ular berbisa : ular tanah, ular hijau, bandotan puspa, ular hijau, ular laut, ular kobra, ular welang
EPIDEMIOLOGI
◦ Kasus gigitan ular di Amerika Serikat dilaporkan setiap tahun sekitar 45.000 kasus, namun yang
disebabkan oleh ular berbisa hanya 8000 kasus
◦ Kematian diperkirakan terjadi pada 5 sampai 15 kasus dan biasanya terjadi pada anak-anak, orang yang
lanjut usia, dan pada kasus yang tidak atau terlambat mendapatkan anti bisa ular.
◦ Pasien korban gigitan ular berbisa 15% sampai 40% akan meninggalkan gejala sisa.
◦ Menurut catatan medik RSCM, kejadian kasus gigitan ular berbisa selama 5 tahun terakhir (1998 – 2002)
sebanyak 37 pasie
◦ Jenis kelamin  laki-laki dengan usia antara 17 tahunan, seringkali dalam kondisi mabuk, sedang
melakukan aktifitas berkebun, atau sedang menangkap bahkan bermain dengan ular
◦ Waktu gigitan biasanya terjadi pada malam hari dan gigitan lebih sering terjadi pada ekstremitas.
◦ Malik dkk,5 pada tahun 1992 melakukan penelitian terhadap korban gigitan ular, mendapatkan tempat
gigitan pada tungkai atau kaki (83,3%) dan lengan atau tangan (17,7%)
JENIS
Ular berbisa  3 famili yaitu : Hydrophidae (ular laut), Elapidae (contohnya cobra) dan Viperidae (Crotalidae). Kasus
gigitan ular berbisa 95% disebabkan oleh gigitan ular dari famili Crotalidae.

Crotalidae
Nama lain : Viperidae atau pit vipers karena kepala berbentuk triangular, pupil
matanya elips, serta terdapat lubang antara hidung dan mata.
 Lubang tersebut berfungsi sebagai organ sensoris terhadap panas
 Pit viper mudah dikenal dari taringnya yang cukup panjang, sekitar 3-4cm

Elapidae
Contoh : coral snake mempunyai kepala kecil dan bulat, dengan pupil bulat dan
taring lebih kecil sekitar 1-3 mm.
Coral snake mudah diidentifikasi karena warnanya terang, misalnya belang hitam
dan merah atau kuning
◦ Taring.
Ular Berbisa ◦ Pit
◦ Nostril
◦ Eliptical or vertical pupil.
◦ Single Row Subcaudal plates.

Schwartz’s Principles of Surgery;eighth edition;


17
p:179-185
PATOFISIOLOGI
◦ Bisa ular terdiri dari campuran beberapa polipeptida, enzim dan protein.
◦ Jumlah bisa, efek letal dan komposisinya bervariasi tergantung dari spesies dan usia ular.
◦ Bisa ular bersifat stabil dan resisten terhadap perubahan temperatur.
◦ Secara mikroskop elektron terlihat  bisa ular merupakan protein yang dapat menimbulkan kerusakan
pada sel-sel endotel dinding pembuluh darah, sehingga menyebabkan kerusakan membran plasma.
◦ Komponen peptida bisa ular dapat berikatan dengan reseptor-reseptor yang ada pada tubuh korban.2
Bradikinin, serotonin dan histamin adalah sebagian hasil reaksi yang terjadi akibat bisa ular. Enzim yang
terdapat pada bisa ular misalnya
PATOFISIOLOGI
◦ Larginine esterase  pelepasan bradikinin  menimbulkan rasa nyeri, hipotensi, mual dan muntah serta
seringkali menimbulkan keluarnya keringat yang banyak setelah terjadi gigitan.
◦ Enzim protease  variasi nekrosis jaringan.
◦ Phospholipase A  hidrolisis dari membran sel darah merah.
◦ Hyaluronidase  kerusakan dari jaringan ikat.
◦ Amino acid esterase  terjadi KID.
◦ Kasus yang berat bisa ular  menyebabkan kerusakan permanen, gangguan fungsi bahkan dapat terjadi
amputasi pada ekstremitas.
◦ Bisa ular dari famili Crotalidae/Viperidae bersifat sitolitik  menyebabkan nekrosis jaringan,
kebocoran vaskular dan terjadi koagulopati.Komponen dari bisa ular jenis ini mempunyai dampak
hampir pada semua sistem organ.
◦ Bisa ular dari famili Elapidae dan Hydrophidae  bersifat sangat neurotoksik  kurare yang memblok
neurotransmiter pada neuromuscular junction
KLASIFIKASI GIGITAN ULAR

Derajat berat kasus gigitan ular berbisa umumnya dibagi dalam 4 skala
- Derajat 1 (minor) = tidak ada gejala
- Derajat 2 (moderate) = gejala lokal
- Derajat 3 (severe) = gejala berkembang ke daerah regional
- Derajat 4 (major) = gejala sistemik
KLASIFIKASI GIGITAN ULAR
GEJALA KLINIS
◦ Pada umumnya gejala yang ditimbulkan oleh bisa ular terjadi dalam 2-6 jam setelah gigitan
◦ Infark serebri sering terjadi karena gigitan ular dari famili Crotalidae/ Viperidae, terjadi dalam waktu 7
jam sampai 1 minggu setelah gigitan
◦ Gejala umum meliputi syok, muntah dan sakit kepala. Periksa jejas gigitan untuk melihat adanya
nekrosis lokal, perdarahan atau pembesaran kelenjar limfe setempat yang lunak.
◦ Tanda spesifik bergantung pada jenis racun dan reaksinya, meliputi:
◦ Syok
◦ Pembengkakan lokal yang perlahan meluas dari tempat gigitan
◦ Perdarahan: eksternal: gusi, luka; internal: intrakranial
◦ Tanda neurotoksisitas: kesulitan bernapas atau paralisis otot pernapasan, ptosis, palsi bulbar (kesulitan
menelan dan berbicara), kelemahan ekstremitas
◦ Tanda kerusakan otot: nyeri otot dan urin menghitam.
◦ Periksa Hb (bila memungkinkan, periksa fungsi pembekuan darah).
DIAGNOSIS
◦ Anamnesis
◦ Pemeriksaan Fisik
◦ Pemeriksaan Penunjang
TERAPI
◦ Tatalaksana di tempat gigitan dan di Rumah sakit
Tempat gigitan :
◦ Lakukan pembebatan pada ekstremitas proksimal jejas gigitan untuk mengurangi penjalaran dan
penyerapan bisa. Jika gigitan kemungkinan berasal dari ular dengan bisa neurotoksik, balut dengan ketat
pada ekstremitas yang tergigit dari jari-jari atau ibu jari hingga proksimal tempat gigitan.
◦ Bersihkan luka
◦ Mengusahakan transportasi yang cepat untuk membawa pasien ke rumah sakit terdekat, pasien tidak
diberikan makan atau minum.
◦ Jika dalam 45 menit pasien dapat sampai di rumah sakit  eksisi dan penghisapan dianjurkan
◦ Hindari membuat irisan pada luka atau menggunakan torniket.
◦ Jika ada ular bawa ularnya
Terapi di RS
◦ Tegakkan diagnosa
◦ Pasang dua jalur intravena untuk memasukkan cairan infus dan jalur yang lain disiapkan untuk keadaan
darurat.
◦ Segera dilakukan pemeriksaan laboratorium seperti darah perifer lengkap, PT, APTT, fibrinogen,
elektrolit, urinalisis dan kadar ureum serta kreatinin darah.
◦ Pasien diberikan suntikan toksoid tetanus dan dipertimbangkan pemberian serum anti bisa ular.
◦ Pengukuran pada tempat gigitan perlu dinilai untuk mengetahui progresivitasnya.
◦ Kadang perlu dilakukan eksisi dan penghisapan bisa pada saat luka dibersihkan.
◦ Fasciotomy dilakukan bila ada edem yang makin luas dan terjadi compartment syndrome (keadaan
iskemik berat pada tungkai yang mengalami revaskularisasi dan menimbulkan edem, disebabkan
peningkatan permeabilitas kapiler dan keadaan hiperemia). P
◦ Beri antibiotik spektrum luas dan kortikosteroid, meskipun pemberian kortikosteroid masih
diperdebatkan
ANTIBISA
◦ Jika didapatkan gejala sistemik atau lokal yang hebat (pembengkakan pada lebih
dari setengah ekstremitas atau nekrosis berat) berikan antibisa jika tersedia.
◦ Siapkan epinefrin SK atau IM bila syok dan difenhidramin IM untuk mengatasi
reaksi alergi yang terjadi setelah pemberian antibisa ular
◦ Berikan antibisa polivalen. Dosis yang diberikan pada anak sama dengan dosis
pada orang dewasa.
◦ Larutkan antibisa 2-3 kali volume garam normal berikan secara intravena
selama 1 jam. Berikan lebih perlahan pada awalnya dan awasi kemung-kinan
terjadi reaksi anafilaksis atau efek samping yang serius
◦ Jika gatal atau timbul urtikaria, gelisah, demam, batuk atau kesulitan bernapas,
hentikan pemberian antibisa dan berikan epinefrin 0.01 ml/kg larutan 1/1000
atau 0.1 ml/kg 1/10.000 SK. Difenhidramin 1.25 mg/kgBB/kali IM, bisa
diberikan sampai 4 kali perhari (maksimal 50 mg/kali atau 300 mg/hari).
Reaksi Antibisa
◦ > 3% - 81%
◦ Awal (jam) dan lanjut (hari >>)
◦ Tergantung dosis
◦ IgE-mediated type I hypersensitivitas
◦ Equine (ATS, Rabies)

28
Reaksi Awal Anti Bisa
◦ 10-180 mnt
◦ Gatal-Urticaria
◦ Batuk kering-demam
◦ Mual-muntah
◦ Nyeri perut
◦ Diare-Tachycardia
◦ Hypotension,
bronchospasm, angio
oedema

29
Reaksi Pirogenik Antibisa
◦ 1-2 jam
◦ Kaku-demam
◦ Vasodilatasi
◦ Hypotensi
◦ Kejang demam

30
Reaksi Lanjut Antibisa
(serum sickness type)
◦ 1-12 hari (7)
◦ Demam
◦ Mual-muntah
◦ Mencret-gatal
◦ Urticaria hilang timbul
◦ Nyeri otot dan sendi
◦ Lymphadenopathy
◦ Bengkak sekitar sendi
◦ Mononeuritis multiplex
◦ Nephritis
◦ Encephalopathy
31
TERAPI
Pembedahan
Tindakan bedah meliputi:
• Eksisi jaringan nekrosis
• Insisi selaput otot (fascia) untuk menghilangkan limb
compartments, jika perlu
• Skin grafting, jika terjadi nekrosis yang luas
• Trakeostomi (atau intubasi endotrakeal) jika terjadi
paralisis otot pernapasan dan kesulitan menelan.
Perawatan penunjang
◦ Berikan cairan secara oral atau dengan NGT sesuai dengan kebutuhan per hari.
◦ Berikan obat pereda rasa sakit
◦ Elevasi ekstremitas jika bengkak
◦ Berikan profilaksis antitetanus
◦ Pengobatan antibiotik tidak diperlukan kecuali terdapat nekrosis
◦ Hindari pemberian suntikan intramuskular
◦ Pantau ketat segera setelah tiba di rumah sakit, kemudian tiap jam selama 24 jam karena racun dapat
berkembang dengan cepat.
PROGNOSIS
◦ Gigitan ular berbisa berpotensi menyebabkan kematian dan keadaan yang berat, sehingga perlu
pemberian antibisa yang tepat untuk mengurangi gejala.
◦ Ekstremitas atau bagian tubuh yang mengalami nekrosis pada umumnya akan mengalami perbaikan,
fungsi normal, dan hanya pada kasus-kasus tertentu memerlukan skin graft.
Identitas pasien 2
◦ Nama : Mrs JL
◦ Jenis kelamin : perempuan
◦ Umur : 77 tahun
◦ No MR : 379056
Anamnesis
Keluhan Utama : Luka pada jari-jari kiri sejak 2 hari lalu mengeluarkan darah
◦ Riwayat penyakit sekarang: Luka pada jari-jari kiri sejak 2 hari lalu mengeluarkan darah namun setelah dilakukan
pemeriksaan didapatkan ulkus dekubitus pada bokong dan tumit. Pasien ini memiliki riwayat penyakit stroke dengan
hemiparese bagian kiri dan diabetes melitus. Anamnesis didapatkan dari keluarga pasien mengaku sudah sering membersihkan
dan mengganti popok setiap 8 jam namun tidak mengganti posisi pasien sehingga luka semakin tertekan dan membesar.
Keluarga pernah menggunakan saleb yang tidak diketahui jenisnya untuk mengobati luka tersebut namun tidak berhasil.
◦ Riwayat penyakit dahulu : hipertensi, stroke, dan diabetes melitus
◦ Riwayat Penyakit keluarga : -
Physical examination
KU : sakit sedang
GCS : E4V5M6
Kepala : Normocephal
Kulit : kulit kering dan terkelupas pada daerah punggung dan kaki
Mata : anemis(-/-), ikterik(-/-)
Telinga : otorhagia (-/-)
Hidung : Rhinorea (-/-)
Mulut : pucat(-) ,cyanosis (-)
Leher : Pembesaran KGB(-)
Jantung : S1/2 tunggal, reguler, Murmur (-), Gallop (-)

38
Pulmo
– Inspesi : symmetrical chest expansion
– Palpasi. : KrepitaSi (-) nyeri(-)
– PeRkusi : Sonor (+/+)
– Auskultasi : Vesikuler (+/+) , Ronchi (-/-), Wheezing (-/-)
◦ Abdomen
◦ Inspeksi : supel
◦ Auskutasi : BU (+)
◦ Palpasi : distensi(-)
◦ Perkusi : timpani

◦ Extremitas : ulkus pada kaki kiri


Status Lokalis
◦ Look : ulkus dekubitus at regio gluteus dengan dasar kecoklatan
Assessment
◦ Ulkus dekubitus
Rencana terapi
◦ IVFD NaCl 0,9 500ml
◦ Ranitidine IV
◦ Ketorolac IV
◦ Rawat Luka
ULKUS DEKUBITUS
DEFINISI
◦ Ulkus dekubitus adalah kerusakan/kematian kulit sampai jaringan di bawah kulit,
bahkan menembus otot sampai mengenai tulang akibat adanya penekanan pada suatu
area secara terus menerus sehingga mengakibatkan gangguan sirkulasi darah setempat
◦ Suatu area kerusakan kulit, otot dan jaringan dibawahnya yang terlokalisir akibat
peregangan, gesekan dan penekanan yang terus menerus
ETIOLOGI
◦ Tekanan yang cukup kuat dalam jangka waktu lebih pendek atau dengan tekanan yang rendah dalam
jangka waktu yang lebih lama  mengganggu jalannya aliran darah ke kapiler  Kebutuhan oksigen dan
nutrisi jaringan juga terganggu
◦ Tekanan > tekanan arteri yang menyebabkan gangguan aliran darah iskemia  kerusakan jaringan.
◦ Menurut Bouten, ulkus dekubitus disebabkan oleh 3 teori:
◦ Teori pertama  tekanan yang terus menerus pada jaringan tertentu  kerusakan pada jaringan e.c terhambatnya
alirah darah ke kapiler yang akhirnya jaringan menjadi hipoksia.
◦ Teori kedua  ulkus dekubitus dapat disebabkan karena tegangan geser.Gesekan ini mengakibatkan keadaan yang
lebih parah dan secara signifikan mempercepat timbulnya ulkus dekubitus.
◦ Teori yang terakhir ditujukan pada interstitium diantara sel dan kapiler terminal.
Lokasi dan Persentase Ulkus Dekubitus
FAKTOR RESIKO
Mobilitas

Nutrisi
Intrinsi Komorbid
k

Usia
◦ Ekstrinsik
◦ Penekanan dari permukaan yang keras
◦ (tempat tidur, kursi roda, tandu)
◦ Gesekan karena ketidakmampuan pasien bergerak di tempat tidur
◦ Pergeseran karena pergerakan otot
◦ Kelembapan
◦ Inkontinensia urin atau alvi
◦ Keringat berlebihan
◦ Aliran udara pada luka
PATOFISIOLOGI
Tipe Ulkus Dekubitus
Tipe Manifestasi Klinis Perkiraan
Lama
Perawatan
Normal Beda temperatur dengan kulit sekitarnya hingga 6 Minggu
dibawah lebih kurang 2,5ºC
Arterioskelori Selain faktor tekanan, terdapat gangguan aliran 16 Minggu
s darah akibat arteriosklerosis. Beda temperatur
dengan kulit sekitarnya < 1ºC
Terminal Terjadinya pada pasien yang akan meninggal Tidak sembuh
Stadium Ulkus Dekubitus
Tatalaksana
◦ Non Medikamentosa
◦ Diet tinggi kalori tinggi protein
◦ Rehabilitasi Medik

◦ Medikamentosa
◦ Mempertahankan keadaan bersih pada ulkus dan sekitarnya
◦ Mengangkat jaringan nekrotik.
◦ Menurunkan dan mengatasi infeksi.
◦ Merangsang dan membantu pembentukan jaringan granulasi dan epitelisasi.
◦ Tindakan bedah
Identitas pasien 3
◦ Nama : Mrs JL
◦ Jenis kelamin : perempuan
◦ Umur : 77 tahun
◦ No MR : 379056
Anamnesis
Keluhan Utama : Luka pada jari-jari kiri sejak 2 hari lalu mengeluarkan darah
◦ Riwayat penyakit sekarang: Luka pada jari-jari kiri sejak 2 hari lalu mengeluarkan darah namun setelah dilakukan
pemeriksaan didapatkan ulkus dekubitus pada bokong dan tumit. Pasien ini memiliki riwayat penyakit stroke dengan
hemiparese bagian kiri dan diabetes melitus. Anamnesis didapatkan dari keluarga pasien mengaku sudah sering membersihkan
dan mengganti popok setiap 8 jam namun tidak mengganti posisi pasien sehingga luka semakin tertekan dan membesar.
Keluarga pernah menggunakan saleb yang tidak diketahui jenisnya untuk mengobati luka tersebut namun tidak berhasil.
◦ Riwayat penyakit dahulu : hipertensi, stroke, dan diabetes melitus
◦ Riwayat Penyakit keluarga : -
Physical examination
KU : sakit sedang
GCS : E4V5M6
Kepala : Normocephal
Kulit : kulit kering dan terkelupas pada daerah punggung dan kaki
Mata : anemis(-/-), ikterik(-/-)
Telinga : otorhagia (-/-)
Hidung : Rhinorea (-/-)
Mulut : pucat(-) ,cyanosis (-)
Leher : Pembesaran KGB(-)
Jantung : S1/2 tunggal, reguler, Murmur (-), Gallop (-)

59
Pulmo
– Inspesi : symmetrical chest expansion
– Palpasi. : KrepitaSi (-) nyeri(-)
– PeRkusi : Sonor (+/+)
– Auskultasi : Vesikuler (+/+) , Ronchi (-/-), Wheezing (-/-)
◦ Abdomen
◦ Inspeksi : supel
◦ Auskutasi : BU (+)
◦ Palpasi : distensi(-)
◦ Perkusi : timpani

◦ Extremitas : ulkus pada kaki kiri


Status Lokalis
◦ Look : ulkus dekubitus at regio gluteus dengan dasar kecoklatan
Assessment
◦ Ulkus dekubitus
Rencana terapi
◦ IVFD NaCl 0,9 500ml
◦ Ranitidine IV
◦ Ketorolac IV
◦ Rawat Luka
ULKUS DEKUBITUS
DEFINISI
◦ Ulkus dekubitus adalah kerusakan/kematian kulit sampai jaringan di bawah kulit,
bahkan menembus otot sampai mengenai tulang akibat adanya penekanan pada suatu
area secara terus menerus sehingga mengakibatkan gangguan sirkulasi darah setempat
◦ Suatu area kerusakan kulit, otot dan jaringan dibawahnya yang terlokalisir akibat
peregangan, gesekan dan penekanan yang terus menerus
ETIOLOGI
◦ Tekanan yang cukup kuat dalam jangka waktu lebih pendek atau dengan tekanan yang rendah dalam
jangka waktu yang lebih lama  mengganggu jalannya aliran darah ke kapiler  Kebutuhan oksigen dan
nutrisi jaringan juga terganggu
◦ Tekanan > tekanan arteri yang menyebabkan gangguan aliran darah iskemia  kerusakan jaringan.
◦ Menurut Bouten, ulkus dekubitus disebabkan oleh 3 teori:
◦ Teori pertama  tekanan yang terus menerus pada jaringan tertentu  kerusakan pada jaringan e.c terhambatnya
alirah darah ke kapiler yang akhirnya jaringan menjadi hipoksia.
◦ Teori kedua  ulkus dekubitus dapat disebabkan karena tegangan geser.Gesekan ini mengakibatkan keadaan yang
lebih parah dan secara signifikan mempercepat timbulnya ulkus dekubitus.
◦ Teori yang terakhir ditujukan pada interstitium diantara sel dan kapiler terminal.
Lokasi dan Persentase Ulkus Dekubitus
FAKTOR RESIKO
Mobilitas

Nutrisi
Intrinsi Komorbid
k

Usia
◦ Ekstrinsik
◦ Penekanan dari permukaan yang keras
◦ (tempat tidur, kursi roda, tandu)
◦ Gesekan karena ketidakmampuan pasien bergerak di tempat tidur
◦ Pergeseran karena pergerakan otot
◦ Kelembapan
◦ Inkontinensia urin atau alvi
◦ Keringat berlebihan
◦ Aliran udara pada luka
PATOFISIOLOGI
Tipe Ulkus Dekubitus
Tipe Manifestasi Klinis Perkiraan
Lama
Perawatan
Normal Beda temperatur dengan kulit sekitarnya hingga 6 Minggu
dibawah lebih kurang 2,5ºC
Arterioskelori Selain faktor tekanan, terdapat gangguan aliran 16 Minggu
s darah akibat arteriosklerosis. Beda temperatur
dengan kulit sekitarnya < 1ºC
Terminal Terjadinya pada pasien yang akan meninggal Tidak sembuh
Stadium Ulkus Dekubitus
Tatalaksana
◦ Non Medikamentosa
◦ Diet tinggi kalori tinggi protein
◦ Rehabilitasi Medik

◦ Medikamentosa
◦ Mempertahankan keadaan bersih pada ulkus dan sekitarnya
◦ Mengangkat jaringan nekrotik.
◦ Menurunkan dan mengatasi infeksi.
◦ Merangsang dan membantu pembentukan jaringan granulasi dan epitelisasi.
◦ Tindakan bedah

Anda mungkin juga menyukai