Anda di halaman 1dari 132

FILSAFAT ILMU

DRS. D. FELENDITI, MSi

HAKEKAT FILSAFAT
1. Istilah Filsafat
Philosophia > Philo (Yun. k.k. philein) = mengasihi
Sophia = kebijaksanaan
Filsuf = seorang yang mengasihi kebijaksanaan.
Tradisi kuno : nama filsuf (philosophos) pertama kali
digunakan Pythagoras (ab-6 sM)
Pasti : dalam kalangan Sokrates dan Plato (abad ke-5
sM) nama filsafat dan filsuf sudah lazim dipakai.
Dialog Plato Phaidros : .... Lebih baik ia dipanggil
philosophos, pencinta kebijaksanaan. Nama ini lebih
berpatutan dengan makhluk insani.

2. PERISTIWA AJAIB?
Abad ke-6 sM : The Greek Miracle.
Beberapa faktor peristis :
1) Mitologi yang kaya dan luas = percobaan untuk mengerti
Mitos kosmogonis mitos kosmologis
Bgs Yun susun mitos2 jadi keseluruhan yang sistematis = tampak
sifat rasional bangsa Yun : mau mengerti hub mitos2 satu sama
lain.
2) Kesusasteraan Yunani : 2 Puisi Homeros Ilias & Odyssea (850
sM) = buku pendidikan untuk rakyat Yun.
Plato Politeia : Homeros telah mendidik seluruh Hellas
3) Pengaruh ilmu penget di Timur Kuno waktu itu.
Ilmu Ukur & Ilmu Hitung > Mesir -- Astronomi > Babylonia
IP : konteks praksis : tiap tahun diukur kembali tanah sesudah
banjir S.Nil (Herodotos abad ke-5 sM) == geometria
O Yun pada abad ke-6 sM hidup dalam polis selaku orang
merdeka.

Mythos dan Logos


Abad ke-6 sM : orang cari jawaban rasional
atas problem alam semesta.
Logos : akal budi, rasio, kata (tuturan,
bahasa) ganti mythos.
Filsuf2 pertama mulai berpikir sendiri.
Cth.Pelangi : Yun tradisional : dewi yg
bertugas sbg pesuruh dewa lain.
Xenophanes : awan
Anaxagoras : pelangi disebabkan oleh
pantulan sinar matahari dalam awan.

Sifat-sifat Bangsa Yunani


1. Segi geografis
Wil Yun : daratan Eropa, pesisir di Asia Kecil
(Turki kini), p.Sisilia, Italia Selatan, Kyrene di
daratan Afrika.
Pindah : serbuan suku Doria (1100-1000 sM),
alasan ekonomis (750-500 sM) == jadi pelaut
pandai merantau == Graecia magna
2. Segi politik sosial
Bangsa Yun : merdeka >< barbaros = asing :
budak
Tidak hidup dlm kerajaan seperti di Timur Kuno
Hidup dalam Polis : negara kecil, negara kota,
rakyat (abad-8 & 7)
Meliputi 1 kota & beberapa desa. Plato : 1 polis
tdk lebih dr 5000 warga

a. Polis sbg lembaga politik


Polis : pusat segala aktivitas ekonomi, sosial, politik, religius.
Ditandai ciri-ciri : - otonomi - swasembada - kemerdekaan
Lembaga-lembaga dpenting :

Sidang Umum (ekklesia) : dominan = demokrasi.


Dewan Harian (bule)
: dominan = oligarki, aristokrasi

Pemerintahan jatuh dalam tangan 1 orang = tyrannos : tergantung


pada hukum (bukan tiran = seorang lalim)
b. Polis sbg latar belakang timbulnya filsafat
Dlm suasana polis : bahasa berperan sbg alat politik : sidang umum &
Sidang pengadilan == diskusi
Refleksi penggunaan bahasa = lahir aliran sofistik & Ilmu retorika.
Suasana umum & terbuka Urusan negara : ur.umum.
Kepentingan negara atasi kep pribadi dan tak ada yang dirahasiakan.
Suasana umum ini terjamin bila seorang tynannos berkuasa.
Pusat polis : agora = pasar
c. Semua warga negara sederajat tiap warga ambil bagian dlm ur.negara
Ttp hak kewarganegaraan terbatas atas sejumlah orang kecil.
Pendatang, budak, wanita tidak berhak ambil bagian dalam ur.negara

3. ASAL FILSAFAT
Fils : berdiri di tengah kehidupan manusiawi.
: ciri khas eksistensi manusia sendiri == makhluk bertanya
Mengapa?
3 hal yang mendorong man untuk ber-filsafat :
a. Kekaguman / keheranan
Manusia : makhluk bertanya == mengapa?
Harus ada Sebab untuk semuanya : benda, perbuatan, peristiwa,
biasa dan luar biasa/penting sekali.
Yunani Purba : permulaan filsafat : kekaguman (thaumasia)
Plato : Mata kita memberi pengamatan bintang2, matahari dan langit
penyelidikan < filsafat
I. Kant (1724-1804) : Coelum stellatum supra me, lex moralis intra
me
= 2 unsur paling mengherankan : langit berbintang-bintang di
atasnya
: hukum moral dalam hatinya
Karl Jaspers (1883-1969) : asal hal berfilsafat terletak dalam
kekaguman, kesangsian, rasa kehilangan arah.
Goncang = butuh cari tujuan bagi diri sendiri
Filsafat mulai bila benda2 kehilangan ke-jamak-an atau ke-biasaan.

b. Kesangsian
Augustinus (350-430), Descartes (1596-1650)
= kesangsian : sumber utama pemikiran
Heran == ragu-ragu : dunia ini penuh macam-macam
pendapat, keyakinan, interpretasi
Sikap skeptis (Yunani skepsis = penyelidikan).
c. Kesadaran akan keterbatasan
Manusia sadar diri kecil - lemah berhadapan dg alam
semesta sekeliling.
Terpukau dg ketakberhinggaan sekelilingnya == ia heran
akan keterbatasan eksistensinya.
Harus ada sesuatu yg tak terbatas, ketakterhinggaan
yang membatasi segala sesuatu yg lain.
Simpulan = harus ada sesuatu yg tak terbatas yg
membatasi segala sesuatu yg lain.

Tiga jenis abstraksi


Kagum, sangsi, terbatas == berpikir == metodis : hal
hal konkrit ke abstrak.
Aristoteles(384-322 sM) = pemikiran melewati 3 jenis abstraksi
(Latin abstrahere artinya: menjauhkan
diri, mengambil dari).
Tahap I : Fisika: pengamatan == berpikir : akal melepaskan
(mengabstrahir) dari pengamatan inderawi segi-segi
tertentu yaitu materi yang dapat dirasakan (hyle
aistete).
Akal budi hasilkan bersama materi yang abstrak ini,
pengetahuan : fisika (Yun.physos = alam)
Tahap II: Matesis: akal budi melepaskan materi dari semua
perubahan,
semua yang dapat dimengerti (hyle noete) == dapat
menghitung dan mengukur karena akt ini lepas dari semua
gejala dan perubahan. Pengetahuan ini disebut =
matesis (matematika).
Yunani, mathesis berarti pengetahuan, ilmu.

Tahap III: Teologi atau filsafat pertama: abstraksi materi :


yang diamati dan diketahui.
Berpikir = keseluruhan kenyataan, asal-tujuan,
jiwa manusia, kenyataan paling luhur, Tuhan ==
ditinggalkanlah matesis dan fisika.
Pengetahuan jenis ke-3 ini (dalam tradisi
Aristoteles) : metafisika, bidang yang datang
setelah (meta) fisika.
Aristoteles : metafisika, matematika, fisika : kesatuan
yang disebut filsafat
Dewasa ini : filsafat == filsafat pertama atau
metafisika
Filsafat datang : sebelum karena semua ilmu khusus :
bagian filsafat sebagai batang pohon.
: sesudah karena semua ilmu
menghadapi pertanyaan-pertanyaan
yang mengatasi batas-batas
spesialisasi mereka.

4. Definisi Filsafat
a. Suatu pengetahuan kodrati yg diperoleh secara
metodis, teratur dan sistematis di mana dikejar
keterangan masak2 tentang segala-galanya.
b. Percobaan berpikir yg dengannya manusia mengejar
pengertian tentang diri sendiri dan menetapkan
situasinya dalam dunia.
c. I.R. Poedjawijatna : Ilmu yg mencari sebab sedalamdalamnya bagi segala sesuatu yg ada dan mungkin
ada.
Obyek materi : Ilmu + Filsafat == realita
Beda : Filsafat = cari keumuman & kesamaan segala
hal. Segala yang ada/mungkin/harus ada
bertemu pada ada terlepas dari
pengalaman == sebab terdalam.
Ilmu = terbatas pd fenomena indera

5. Makna Filsafat
* Sikap = hidup & alam semesta : bagaimana menanggapi
keadaan semacam ini?
* Metode == cara berpikir refleksif (mendalam), inklusif,
sinoptik.
* Kelompok persoalan == perennial problems
Persoalan : Non-filsafati = fakta2, tertentu ruang - waktu
Filsafati
= melampaui fakta, ruang- waktu,
argumen logis/rasional
* Kelompok teori/sistem pemikiran : rasionalisme, empirisme,
positivisme, idealisme, materialisme, pragmatisme, dll.
* Analisa logis ttg bahasa & penjelasan makna istilah.
arti tepat mis ada, baik, indah.
Hubungan konsep dasar dalam ilmu = substansi/zat
(kimia); ruang (geometri); gerak (mekanika) == umum
* Usaha peroleh pandangan menyeluruh : kesimpulan umum ttg
sifat2 dasar alam semesta, kedudukan man di dalamnya;
pandangan2 ke depan

6.

Persoalan Filsafat
Kagum = fenomena2 alam = tidak tahu = cari
jawaban === filsafat
Ciri-ciri persoalan filsafati :
Umum : ide2 umum bukan obyek2 khusus.
Filsafat tidak tanya : berapa uang yg anda
sumbangkan .... == Apa itu keadilan? Berapa jauh
jarak ........ == Apa itu jarak?
Tidak menyangkut fakta : spekulatif = melampaui batas2
penget ilmiah. Penget ilmiah : menyangkut fakta empiris.
Bersangkutan dg nilai2 (values) : etis, moral, estetis,
sosial, agama, dst.
Kritis : ttg konsep dan arti yg biasa diterima begitu saja
oleh ilmu.
Memeriksa, menilai asumsi2 ilmu, mengungkapkan arti
dan menentukan batas penerapan.
Sinoptik : pandang kenyataan secara keseluruhan.
Implikatif

7. Ciri-ciri hal berfilsafat


Berfilsafat = berpikir --- bukan berpikir = berfilsafat
Tidak identik dg berpikir ttp termasuk
dalam berpikir
= berpikir dengan ciri2 tertentu.
a. Radikal
= Menyentuh radix = akar segala wawasan dan realita.
Filsafat : voraussetzunglos (Jerman) = tanpa andaian.
Bdk. IP Positif mis. Fisika = dunia empiris == ruang
waktu
Biologi = kehidupan
Makna ultim tidak ditanyakan.
Dkl. Berpikir radikal
= berpikir sampai ke hakekat/esensi/substansi
= berusaha menangkap penget hakiki = dasar segala
pengetahuan inderawi yg selalu berubah.

b. Kritis
fils. mulai dg kagum mengenai sesuatu.
Refleksi kritis ttg pendapat2 prafilsafati :
keseluruhan yg kaya akan segala pengalaman
manusiawi = segala sesuatu yg ada dan terjadi
dalam hidup manusiawi.
Terhadap yang pra-filsafati muncul 3 sikap :
Dipercaya dan diterima sbg kebenaran pasti.
Sangkal semua makna dan nilai pada prafilsafati.
= skeptisisme : tidak ada makna & nilai
kebenaran tidak bisa dicapai.
contradictio in terminis
Refleksi kritis (Y krinein) = Ajukan pertanyaan
radikal ttg pra-fils.

c. Transendental
Fils == obyek transendental == luasnya tak terbatas
Problematik fils.
== p. Totalitas
Gabriel Marcel (1889-1973) : Probleme - Mystere
Martin Heidegger (1889-1976) : Zuhandenes - Vorhandenes
Ciri-ciri berfilsafat yang lain :

Universal : kesimpulan universal

Konseptual = hasil generalisasi dan abstraksi pengalaman


ttg hal2 serta proses2 individual. Berpikir bukan ttg manusia
tertentu, melainkan manusia secara umum.

Koheren dan konsisten : Koheren : sesuai kaidah berpikir


(logis)

Konsisten : tidak mengandung


kontradiksi
Sistematik : kebulatan == capai tujuan.
Komprehensif : mencakup keseluruhan.
Bebas : dari prasangka sosial, historis, kultural atau religius.

8. Filsafat : salah satu ciri kemanusiaan


Fils : disiplin ilmu = memahami implikasi2 segala gejala yg setiap
hari membanjiri kita, menilai, mengkritik, menemukan jarak
dan mengambil sikap.
Fils. Bertitik tolak pada pertanyaan :

Peristiwa sehari-hari yg kini tidak dianggap serba biasa.

Si penanya sendiri.
a. Filsafat dan hidup sehari-hari
Setiap permasalahan filsafat selalu berakar dlm manusia yg
bertanya-tanya di tengah arus pengalaman sehari-hari dan
sejarah.
Filsafat tidak mengenal titik nol mutlak; selalu berurusan dg
manusia yg sudah berangkat pada perjalanannya.
b. Filsafat bercorak transenden terhadap kehidupan sehari-hari.
Manusia selalu sadar bahwa ... Manusia berdiri di luar/atas
situasi itu.
c. Filsafat menunjuk manusia : sedang berkelana mencari jawaban
terakhir yg memberi arah kpd kiblat kelananya sehari-hari = ke
mana, bagaimana.
Pengalaman sudah punya susunan dan kecenderungan
berkaitan dg arah kemanusiaan kita == kiblat sosial dan religius.

9. Filsafat dan Ilmu-Ilmu lain


Perbedaan filsafat dan ilmu pengetahuan : obyek materi
Filsafat
Radikal : mis. apa arti ruang? waktu? kehidupan?
Holistis : Problematik totalita dan transendental, tidak
berhenti pd detail2
spesialisasinya = yang umum keseluruhan
Kontinuitas perkembangan pemikiran filosofis. Dkl.
Filsafat harus dialog dg sejarahnya.
Filsafat dan filsuf terikat dg kultur tertentu karena fils
bertitik tolak dari kehidupan sehari-hari.
Pertanyaan filsafat harus diajukan dari situasi manusia
yg selalu berubah.
Filsuf berdiri di tengah masanya sendiri dan bertugas
memahaminya.

Ilmu-Ilmu lain
Supervisial : mis. fisika : jabarkan dunia empiris
ke ruang dan waktu yg dapat diukur.Biologi =
kehidupan = tdk menanyakan makna ultimnya.
Perspektivistis / parsial : kaji realitas sejauh
tampak dan parsial
Obyek materi : seluruh aspek kehidupan yg
dapat diuji indera manusia.
Tujuan
: Mengerti mengapa hal itu
terjadi.
Memeras hakekat obyek
empiris = tahu obyek tsb.
Tak perlu tahu banyak ttg sejarahnya.
Ketidaktahuan tidak mengurangi kompetensinya
di bidang keahliannya

Kedudukan fils di tengah ilmu2 dalam situasi sekarang di


Indonesia
Fils barang luks dalam negara yg sibuk membangun?
Banyak tugas mendesak tunggu ditangani IP
Bagaimana hak eksistensi filsafat tampak dalam kegiatannya?
3 tugas filsafat :
* Kritis mendampingi penggunaan Iptek
Bahaya : terlalu naif menantikan anugerahnya
MAX SCHELER : Gejala kehilangan identitas
Man secara radikal dan menyeluruh penuh persoalan/
problematis utk dirinya sendiri == tidak tahu lagi siapa dirinya.
MARTIN HEIDEGGER : Gejala kehilangan kepastian ttg siapa
manusia? Man cenderung jadi benda/obyek
Tenggelam dalam dunia material dan dunia sosial == anonim, jadi
suatu unsur dari mereka == jadi dangkal
Dunia dikuasai sikap teknis-ilmiah == tertutup bagi pertanyaan2
ontologis, keseluruhan, makna hidup dan makna kenyataan
Manusia mengalami alienasi
Zaman kita tahu banyak dan beraneka ragam ttg manusia ttp
sekaligus tahu begitu sedikit tentang man. == manusia begitu
problematis

GABRIEL MARCEL : Gejala kehilangan jalan.


Manusia barak yg terasing dan didesak dari peradaban
semasa dan tak tahu lagi siapa dirinya? Untuk apa dia
hidup?
MARTIN BUBER : Gejala keterbelakangan man dari
pekerjaannya(Mans lagging behind his works)
Manusia ditunggangi hasil kerjanya sendiri : di 3 bidang :
Teknik
: mesin balik memperbudak man
Ekonomi : layani kebutuhan man = lampaui jangkauan
dan kendali man
Politik : ide2 politis : jelma jadi kuasa tak terkendalikan
dan balik hancurkan hidup man.
Tugas filsafat : refleksi kritis sistematis tentang citra man
dan makna eksistensinya.

IP jawab pert. Bagaimana?


Fils jawab pert. Untuk apa? Dkl. Fils bicara tentang
makna.
Albert Camus : soal utama bagi fils adalah bunuh diri
karena dengan perbuatan nekad itu ditampilkan
pertanyaan amat fundamental : Is life worth while to
be lived?
Makna kehidupan = persoalan filosofis utama.
Dalam konteks kita : apa makna pembangunan? Untuk
apa?
* Etika : Paul Ricoeur (Prancis): kini kita butuh etika yang
soroti ekonomi.
Ekonomi (sbg kebijakan politik) = menentukan nasib
individu2 dan masyarakat secara mendalam == butuh
etika.
Etika teropongi pembangunan = pemerataan
pembangunan, lingkungan, korupsi, dll

10. Pembagian Filsafat : atas dasar obyek materi


: Epistemologi
Penget
: Logika
: Kritik ilmu-ilmu
: Metafisika/Ontologi
Fils
Ada
: Theodicea/Fils Ketuhanan
:Antrop Filsafati (Fils Man)
: Cosmo Filsafati/Fils Alam
Aktivitas Man
: Etika
: Estetika
Sejarah
: Sejarah Filsafat
Pembagian dari Christian Wolff (1677-1754)

HAKEKAT ILMU
Manusia : homo sapiens == berpikir proses ===
kesimpulan : pengetahuan
Pengetahuan : 3 masalah pokok
Apa yang ingin diketaui?
Bagaimana memperoleh pengetahuan?
Apakah nilai pengetahuan tsb bagi kita?
Ilmu : salah satu hasil pemikiran manusia dalam
menjawab pertanyaan-pertanyaan ini.
Sumber kebenaran : - Ilmu : beri kebenaran; ada juga
kekurangannya (bukan satu-satunya sumber kebenaran)

Filsafat, etika, moral, estetika, agama, dll.

1. Pengertian Ilmu
Ilmu berarti = - science in general
- masing2 bidang penget ilmiah
yang mempelajari pokok masalah
tertentu.
= Kumpulan penget yang disusun
secara sistematis tentang alam
semesta
yang diperoleh melalui
pengalamatan obyektif.
Makna : Ilmu : - Pengetahuan
- Aktivitas
- Metode
Atau : Proses
: aktivitas spenelitian
Prosedur : metode ilmiah
Produk
: pengetahuan
sistematis

Ilmu = rangkaian aktivitas man yang


rasional, kognitif, yang dengan berbagai
metode, berupa aneka prosedur dan
langkah, menghasilkan kumpulan
pengetahuan yang sistematis mengenai
gejala-gejala alam, kemasyarakatan dan
perorangan guna mencapai kebenaran,
memperoleh pemahaman, memberikan
penjelasan, mengontrol, memprediksi
ataupun melakukan penerapan.

2. Makna Ilmu
2.1 Ilmu sebagai aktivitas penelitian
Ilmu = rangkaian aktivitas berproses yang
bersifat rasional, kognitif, teleologis
Rasional = gunakan kemampuan berpikir untuk
menalar, bukan perasaan/naluri.
Kognitif = hal mengetahui, dan hasil
mengetahuan == pengetahuan
Rangkaian aktivitas : pengenalan,
penyerapan, pengkonsepsian,
penalaran yang dengannya manusia
dapat mengetahui dan memperoleh
pengetahuan tentang sesuatu hal

Teleologis = mengarah pada tujuan tertentu : pengetahuan


(knowledge), kebenaran (truth), pemahaman
(understanding), penjelasan (explanation),
peramalan (prediction), pengendalian
(control), penerapan (application)
Rangkuman : - Rasional : proses pemikiran yang
berpegang pada kaidah2
logika.
Ilmu : aktivitas : - Kognitif : proses mengetahui dan
memperoleh pengetahuan
- Teleologis : kebenaran, pemahaman,
penjelasan, penerapan,
peramalan, pengendalian

2.2. Ilmu sebagai metode ilmiah


Metode = Rangkaian cara dan langkah tertib yang
berwujud pola tetap.
Metode ilmiah = Prosedur yang mencakup berbagai
tindakan, pola kerja, tata langkah dan
tata teknis untuk memperoleh
pengetahuan baru atau
mengembangkan pengetahuan yang
ada.
Konsep
= Ide umum yang mewakili suatu
himpunan
Persepsi
= Mengenai hal khusus satu per satu
Hipotesis
= Keterangan sementara yang diduga
benar dan digunakan sebagai pangkal
penjelasanlebih lanjut sampai
diperoleh kepastian dengan
pembuktian.

2.3 Ilmu sebagai pengetahuan ilmiah


I.R. Poedjawijatna :
Penget. Biasa : pengetahuan yang dipergunakan
orang terutama untuk hidupnya sehari-hari tanpa
tahu seluk beluk yang sedalam-dalamnya dan
seluas-luasnya, tak tahu sebab/apa sebab harus
demikian.
Ilmu : tahu lebih mendalam : ingin tahu hal yang
dihadapi dalam keseluruhan. Tahu apa sebab dan
mengapa harus demikian.
Beberapa sifat ilmiah dari ilmu :

Memiliki obyek -- tujuan : kebenaran

Memiliki metode

Memiliki sistem -- cari yang umum, bukan khusus


satu per satu.
Contoh : ilmu ingin tahu tabiat besi pada umumnya
jika dipanaskan.

Universal == tahu yang umum

3. Beberapa pola penjelasan dalam ilmu


3.1 Deduktif : : abstraksi karakteristik tertentu lalu
rumuskan hubungan antar karakterkarakter tersebut berupa kesimpulan.
Cth. klasik : semua manusia - fana
Sokrates
- manusia
Sokrates
- fana
Jadi, mengapa Sokrates fana? Karena dia
adalah manusia.
Il. Ekonomi : mengapa pengangguran? Harga
turun/naik?
3.2 Probabilistik : mungkin, barangkali
Berurusan dengan jumlah besar man/individu
denganmacam2 tingkah laku akibat pengaruh
macam2 faktor. Mis. Mengapa Presiden
Kennedy dibunuh?

3.3 Genetis : menunjuk pada apa yang telah terjadi


sebelumnya.
? Anak punya tipe rambut tertentu == faktor
keturunan
Ilmu Psikologi : ? Manusia melakukan tindakan tertentu
? Manusia itu berkulit warna tertentu.
Disebut juga penjelasan historis
3.4 Fungsional : selidiki tempat obyek dalam keseluruhan sistem
? Anak sekolah hormat bendera
= jadi anak patriotik jamin cita2 dan
kelangsungan bangsa
Ilmu Antropologi : ? Masyarakat berbeda-beda =
peran berbeda-beda

ONTOLOGI ILMU
Pengetahuan > hasil berpikir == obor & semen peradaban
manusia.
Filsafat Ilmu > Epistemologi == kaji hakekat ilmu.
= Jawab pert. : a. Obyek yang ditelaah ilmu?
b. Bagaimana memperoleh pengetahuan yang
benar?
c. Nilai pengetahuan?
* Obyek materi ilmu
= Apa yang ingin diketahui ilmu?
Obyek materi ilmu = seluruh aspek kehidupan yang dapat diuji
oleh pancaindera.
Ilmu = Pengetahuan empiris
= Tujuan = Mengetahui mengapa hal itu terjadi.
Memeras hakekat obyek empiris = tahu ttg
obyek tsb
Ada 3 kelompok ilmu
1. Ilmu abstrak / simbolik
2. Ilmu Kemanusiaan = Ilmu-ilmu sosial == Il. Empiris
3. Ilmu Alam = deterministik

* Asumsi Ilmu
Ilmu = punya beberapa asumsi tentang obyek-obyek
empiris
- Keragaman
- Berulang & saling menjalin secara teratur
a. Obyek2 tertentu punya keserupaan satu sama lain mis.
bentuk, struktur, sifat, dll.
- klasifikasi (taxonomi)
Lenneaeus (1707-1778) == penggolongan : hewan tumbuhan
Individu2 dalam kelas tertentu punya ciri2 serupa
Ilmu bicara = bukan kasus individual
= kelas tertentu
b. Suatu benda tidak mengalami perubahan dalam jangka
waktu tertentu.
= Bukan kelestarian absolut
= Kelestarian relatif == sifat2 pokok suatu benda
tidak berubah dalam jangka waktu tertentu.

c.

Determinisme
= Tiap gejala bukan merupakan kejadian yang bersifat
kebetulan.
Bersifat tetap dengan urutan kejadian yang sama.
= Bukan hubungan sebab-akibat mutlak : ..... selalu
harus .....
== Peluang (probabilistik)
* Batas-batas ilmu
Ilmu mulai jelajah pengalaman manusia dan berhenti di
batas pengalaman. Kejadian2 sebelum hidup dan sesudah
mati = di luar jelajah ilmu. Mengapa?
* Fungsi ilmu = alat bantu manusia untuk menanggulangi
masalah-masalah sehari-hari.
= menentukan benar/salah suatu pernyataan
Baik buruk > etika-moral
Indah jelek > estetika
* Pembuktian secara metodologis == empirisme

* Persoalan Keberadaan
1. Kuantitas : berapa banyak kenyataan
paling dalam?
a. Monisme : hanya ada satu substansi
3 filsuf pertama dari Miletos : cari arche (prinsip, asas) dari
alam
semesta
THALES (625-545 sM) = air : cair, beku, uap
Semua berasal dari air dan semua kembali lagi jadi air.
Aristoteles : makanan memuat zat lembab
Demikian pula benih pada semua makhluk
hidup
== bumi terletak di atas air
ANAXIMANDROS (610-547 sM) = to apeiron (Yunani, peras =
batas). Bersifat abadi, tak terubahkan, meliputi segalanya.
Ia mencari lolos dari pengamatan inderawi
ANAXIMENES (585-528 sM) = udara : melingkupi segalanya.
Udara lahirkan semua benda dalam alam semesta karena
proses pemadatan dan pengenceran.
Udara == angin, air, tanah, batu. . Encer == api

HERAKLEITOS (500 Sm)


Tiap benda terdiri dari hal-hal berlawanan Hal-hal
berlawanan itu tetap satu. Dkl. Yang satu adalah banyak, yang
banyak adalah satu
Anaximandros : pertentangan itu tidak adil
Herakleitos
: perang adalah bapak segalanya dan
serentak pertentangan adalah keadilan
Semuanya : sintesa dari hal-hal yang beroposisi
Cf. Busur/alatmusik : tali diregangkan antara dua belah yang
bertentangan.
Tetapi busur adalah busur dan alat musik adalah alat musik justru
karena ketegangan itu.
Tidak ada sesuatu yang tetap/mantap : yang sama adalah
hidup dan mati, tidur dan jaga, tua dan muda. Kita ada dan kita
tidak ada.
Tidak ada sesuatu pun yang betul-betul ada, semuanya menjadi

Seluruh kenyataan = arus sungai yang mengalir&


= adalah api
(Diogenes Laertios) : Segalanya mengalir
bagaikan sungai.
Panta rhei kai uden menei = semuanya
mengalir dan tidak ada sesuatu pun yang tinggal
mantap
Api = lambang perubahan == bahan bakar ==
abu, asap
Tetapi api tetap api yang sama ==
api lambang kesatuan dalam perubahan

PARMENIDES (515-450 sM)


Realitas : keseluruhan yang bersatu padu, tidak bergerak
atau berubah
Yang ada itu ada (What is, is), Yang tidak ada tidak
ada (What is not is not) == antara keduanya tidak ada
jalan tengah
Konsekuensinya :
Yang ada itu satu, tak terbagi; pluralitas tidak mungkin
Yang ada tidak dijadikan dan tidak akan dimusnahkan,
bersifat kekal; perubahan tidak mungkin, juga gerak.
A ----- B = peralihan : tidak/belum ada --- ada
Yang ada itu sempurna : Yang ada itu komplit bagaikan bola
yang jarak-jaraknya dari pusat ke permukaan semuanya sama.
Yang ada itu bulat sehingga mengisi semua tempat
Tidak ada ruang kosong == tidak mungkin yang ada itu
bergerak

BARUCH DE SPINOZA (1632-1677)


Seluruh kenyataan : satu = Allah - Alam
: termuat dalam Allah Alam
Allah = aturan kosmos ; kehendak Allah = kehendak alam
Hukum alam = kehendak Allah
Penyelenggaraan itu = keperluan mutlak = nasib
Cinta kepada Allah = cinta kepada nasib (amor Dei = amor fati)
Panteisme = Allah disamakan dengan segala sesuatu yang ada
b. Dualisme = 2 substansi berdiri sendiri-sendiri
PLATO (428-348 sM) : dunia = inderawi (dunia bayang-bayang)
= intelek (dunia idea)
RENE DESCARTES (1596-1650) : 3 ide bawaan : pemikiran, Allah,
keluasan
Selain Allah, ada 2 substansi : * jiwa == pemikiran
* materi == keluasan
Manusia = jiwa & materi
Tubuh = mesin yang dijalankan oleh jiwa
NICOLAS MALEBRANCHE (1638-1715) : 2 substansi : pemikiran & keluasan
Hubungan jiwa tubuh == okasionalisme
Tidak saling mempengaruhi = tetapi pada kesempatan terjadi perubahan dalam
tubuh, Allah menyebabkan perubahan yang sesuai dengannya dalam jiwa dan begitu
sebaliknya.

Allah = penyebab menurut hukum tetap ditentukan satu kali untuk


selamanya
Dualisme Descartes dipertemukan Spinoza :
2 substansi ada bersama : pemikiran (jiwa) & serentak keluasan
(tubuh), 2 aspek dari substansi yang sama.
IMMANUEL KANT (1724-1804) = Dunia gejala (phenoumena)
Dunia hakekat (noumena)
Obyek yang ditangkap = bukan benda-pada-dirinya (ding-an-sich)
= gejalanya, apa yang tampak daripadanya
Fenomena = obyek-sejauh-ditangkap-oleh-subyek
Noumena = benda-pada-dirinya
c. Pluralisme = banyak substansi
EMPEDOKLES (490-430 sM)
Setuju dg Parmenides = tidak ada kelahiran baru & tidak ada
sesuatu yang binasa
= tidak ada ruang kosong
Namun saksi indera == pluralitas & perubahan
Realitas tersusun dari 4 anasir :
Api
--- panas
Udara --- dingin
Tanah --- kering
Air
--- basah

Anasir-anasir sendiri tidak berubah, mis. tanah tidak berubah jadi air
Benda berubah karena ke-4 anasir dicampur menurut proporsi yang
berlainan.
Mis. tulang tersusun dari : 2 bagian tanah, 2 bagian air, 4 bagian api
ANAXAGORAS (500-428 sM)
Realitas seluruhnya terdiri dari banyak unsur. Banyak unsur itu
(Parmenides) : tidak dijadikan, tidak berubah, tidak ada dalam ruang
kosong.
Realitas terdiri dari banyak anasir, jumlahnya tak berhingga.
== benih-benih (spermata)
Segalanya terdapat dalam segalanya = semua benih mengandung
semua kualitas
Mis. Salju berwarna : putih, hitam, merah, hijau, dst.
Dalam tulang ada : darah, daging, kuku, dst
Terjawablah soal : Bagaimana dapat tumbuh rambut dari bukan
rambut? daging dari bukan daging?
Dalam makanan sudah ada : rambut, daging dan semua unsur
lain.

GOTTFRIED WILHELM LEIBNIZ (1646-1716) : jumlah


subs tak berhingga
Realitas terdiri dari monade2 = tidak punya ukuran
= titik-titik
= jiwa-jiwa karena punya
kesadaran
Monade = individu = mikrokosmos = bayangan dari
makrokosmos
= tidak terbuka untuk makrokosmos di luar
= tidak ada jendela = tetapi aktivitas monade
berkorelasi dengan monade
lain
Semua monade diatur oleh Harmonia
praestabilita : harmoni yang ditetapkan
sebelumnya oleh Allah.

4.2. Kualitas
a. Spiritualisme : roh adalah kenyataan yang menentukan
Mengakui kenyataan benda mati dan roh == roh : tujuan akhir yang
terkandung dalam benda mati
Plato : dunia idea == gambaran asli segala benda
Idea tidak ditangkap dengan indera tetapi dapat dipikirkan
Indera menangkap dunia bayang-bayang
Leibniz : monade = sederhana, tidak menempati ruang, tidak
berbentuk.
= sifat umumnya : gerak, menanggapi, berpikir
= tiap monade : otonom
b. Materialisme : hanya materi yang nyata
Pikiran, kesadaran : jelmaan dari materi dan kembali pada unsur2
fisik
DEMOKRITOS (460-370) : alam > atom2 kecil, punya bentuk dan
badan
Jiwa > atom2 == atom2 jiwa lebih kecil, bulat, mudah bergerak.
THOMAS HOBBES (1588-1679) : seluruh dunia termasuk manusia :
merupakan suatu proses yang berlangsung tiada hentinya atas dasar
hukum2 mekanis saja. Pikiran dan perasaan : gerak materi belaka

4.3. Keberadaan : segi proses, kejadian/perubahan


a. Mekanisme
Semua peristiwa : hasil dari materi yang bergerak dan dapat
dijelaskan menurut kaidah-kaidahnya.
Dasar : sebab kerja (efficient cause) >< sebab tujuan (final
cause)
Alam = mesin yang seluruh fungsinya ditentukan secara
otomatis oleh bagian-bagiannya.
Descartes : hakekat materi : keluasan (extension) dan semua
gejala fisik dapat diterangkan menurut kaidahkaidah mekanik.
Kant : kepastian suatu kejadian sesuai kaidah sebab-akibat
(causalitas) sebagai kaidah alam.
b. Teleologi
Kejadian alam = bukan menurut hukum kausalitas
= kemauan/kekuatan yg mengarahkan alam ke
suatu tujuan
Aristoteles bedakan 4 macam sebab :
- material cause
- formal cause
- efficient cause
- final cause
Hukum kausalitas = alat bagi alam untuk mencapai tujuan

c. Vitalisme : kehidupan tidak sepenuhnya dijelaskan


secara fisika-kimiawi
Hans Adolf Eduard Driesch (1867-1940) :
setiap organisme memiliki
entelechy/appetites
Henry Bergson (1859-1941) : Elan vital :
sumber dari sebab kerja dan perkembangan
dari alam.
Asas hidup ini mengatur gejala hidup dan
sesuaikan dengan tujuan hidup.
Vitalisme = finalisme
d. Organisisme >< mekanisme dan vitalisme
Hidup : struktur yang dinamik dan kebulatan yang
memiliki bagian2 yang heterogen.
Ada sistem yang teratur di mana semua bagian
bekerja di bawah kebulatannya.

EPISTEMOLOGI
Pengertian Epistemologi
1. Pendahuluan
Semua cabang filsafat terdiri dari pengetahuan.
Bagaimana orang dapat berfilsafat tanpa memiliki
kepastian mengenai daya pengetahuannya sendiri?
1.1 Asal dan arti epistemologi
Epistemologi > episteme (Yunani) = pengetahuan; dan
logia (Yunani)
= ilmu, uraian, ajaran, teori
(logos = kata, pikiran, budi).
Epistemologi = ilmu / teori tentang pengetahuan

1.2.Definisi Epistemologi
= Penyelidikan kritis mengenai nilai kebenaran dari
pengetahuan.
Obyek epistemologi = nilai kebenaran dari pengetahuan
Metode pendekatan = penyelidikan kritis
Obyek materi
= pengetahuan dalam arti umum
Obyek formal
= nilai kebenaran pengetahuan
Dalam epistemologi diselidiki asal, luas dan batas-batas ideide kita.
Epis = ilmu kritis > kritikos = mampu membedakan dan
memutuskan.
Epis menemani metafisika = epistemologi hanya mungkin
sesudah manusia mulai berfilsafat.
Hegel : berefleksi tentang pemikiran sebelum sendiri berpikir
sia-sia. Cfr. Para Skolastik yang hendak belajar
berenang sebelum berada dalam air.
Heidegger : Kennen ist nachdenken = mengetahui sama
dengan berpikir sesudah
Aristoteles : filsafat mulai dengan rasa kagum atas apa yang
ada perubahan cari arti dari keseluruhan
asal segala yang ada.

2. Persoalan-persoalan pokok dalam epistemologi


2.1 Soal pengetahuan : kekaguman sebagai awal munculnya
epistemologi
Aristoteles : manusia dari kodratnya ingin tahu
Sokrates : tak seorang pun punya pengetahuan; Sokrates tahu
bahwa ia tidak tahu
Plato : Filsafat = mulai dengan rasa kagum ingin tahu =
menyangkut sesuatu/hal sederhana, biasa.
= mulai dengan yang jelas tetapi seolah mulai dengan
ambil jarak terhadap yang jelas.
Dalam Meno : Tahu apa yang dicari temukan (paradoks)
Agustinus (Confessiones XI) : Apa itu waktu? Bila tak ditanya aku
tahu, jika jelaskan aku tak tahu. Tak seorang pun benar-benar
tahu.
Filsafat = usaha memasuki persoalan tertentu daripada kuasai
seperangkat jawaban tertentu.
= Buka mata terhadap apa yang dialami. Cfr. Plato : Mite
tentang Gua.
= Balik diri dari apa yang diketahui setiap orang menuju
kenyataan hayati.
Rasa kagum punya aspek ganda :
= menempatkan saya apada pengalaman saya.
= menempatkan saya di hadapannya sebagai sesuatu yang
asing

2.2 Common sense (anggapan umum/akal sehat)


Sadar diri : punya sejumlah pengetahuan yang pasti
: ? sering tertipu
Penemuan sains tak mau didamaikan dengan keyakinan2
tentang kenyataan dunia harian = ia lihat warna, dengar
suara, rasa hangat-dingin, dst.
Sains = hal2 di atas tak ada di semesta yang diselidiki ==
dia heran = tanya benda2 yang dipersepsi.
Persepsi = privat? Beda dengan keadaan nyata?
Epis. Mutlak perlu = setiap anggapan umum direfleksi
temukan kepastian yang lebih pantas
dianggap pengetahuan
2.3 Skeptisisme
Realisme : kelekatan tanpa syarat pikir & kenyataan.
Pikiran ada saksi terbuka terhadap ada.
Skeptik absolut : manusia tak dapat mencapai kebenaran
obyektif

2.4.Aspek eksistensial
Ingin tahu = keprihatinan eksistensial
Pengetahuan : upaya menyatakan kepada diri sendiri kelekatannya
pada ada
Secara ontologis : dasar ragu = keterbatasan manusia
Manusia = bukan pengada dengan batasan-batasan
= pengada terbatas = eksistensi manusia selalu belum
terpenuhi
makhluk yang tidak selesai
dalam proses pembentukan diri
Benda-benda identik dengan dirinya, lengkap, utuh terwujud,
tegas, tanpa cacat. Mereka adalah mereka. Titik.
Kierkegaard & Sartre = manusia tidak identik dengan dirinya. Ia harus
menjadi dirinya. Eksistensi manusia terbuka bagi masa depan
karena juga terbuka bagi masa sekarang.
Pengetahuan juga tak pernah melulu jadi milik == perkembangan yang
berlangsung terus : ia tak tahu apa yang diketahuinya.
Keprihatinan pengetahuan : perjuangan demi menegakkan diri dalam
kepastian yang tak tergoyahkan.
Epistemologi = ada pengetahuan manusia, tetapi keberadaannya di
bawah syarat2 eksistensi manusia.

2.5 Analogi pengetahuan


Apa artinya pengetahuan? = sui generis : berhubungan
dengan apa yang paling sederhana dan mendasar
Bertrand Russerl : sains benar2 pantas disebut
pengetahuan pengetahuan lain mendekati
kedudukan ilmiah ini.
Filsafat tuntut : keterbukaan awal terhadap macam2 arti
pengetahuan dan semua cara bisa disebut
pengetahuan
Thomas Aquinas : analogi pengada = dasar ontologis bagi
analogi penget.
Analog : tunjuk kenyataan arti yang tidak seluruhnya sama,
mirip.
= cara benda2 berada : mirip satu sama lain, tetapi
juga membedakan satu sama lain
Keberadaan man, batu, keindahan, keadilan, pikiran,
warna, angka hanya mirip secara analog, maka
pengetahuan tentang man, .... juga analog

2.6 Metode Epistemologi


Berurusan dengan = pernyataan / pertimbangan
= dasar pernyataan / pertimbangan
= nilai kebenaran pertimbangan :
evidensi
Kecenderungan umum : ide, penalaran dan pertimbangan
diperlakukan sebagai hal yang bersifat kognitif, sementara segi
lain dari pengalaman dianggap tidak relevan secara kognitif.
G. Marcel : penting berpikir tentang cinta atau harapan yang
bawa kejelasan.
Cinta bukannya tidak relevan bagi persoalan
pengetahuan = bila jadi sarana pembimbing ke
pengetahuan tertentu.
Pertimb. = dilihat dalam kerangka evidensi; bukan dilihat hanya
dengan cara ahli logika/bahasa melihatnya.
= ungkapan asimilasi diri atas kenyataan tak boleh
dipisahkan dari seluruh dinamisme subyek yang
menangkap pernyataan diri kenyataan.
= tatap pengalaman selangsung mungkin dan harus
gunakan bahasa sehari-hari.

Beberapa Teori Pengetahuan


1. Masalah Pengetahuan
tahu / mengetahui
Arti populer = merasa pasti bahwa sesuatu itu benar.
= menunjuk persangkaan, dugaan, keyakinan, harapan/khawatir
Arti filsafati = memperoleh keterangan yang tidak terbuka lagi terhadap
pertanyaan-pertanyaan.
? Mampukah manusia memperoleh pengetahuan yang pasti secara mutlak?
2. Sofisme
Sophistes (Athena, abad-5 sM) = orang bijaksana.
= Sangsi ekstrim tentang kemungkinan manusia menemukan sesuatu yang
sungguh-sungguh benar.
Tidak ada pengetahuan yang pasti
Protagoras : Man is the measure of all things
Gorgias
: Nothing exists, and if it did, no one could know it, and if they
knew it, they could not communicate it
Segala pengetahuan relative belaka.= ditekankan : sukses dalam hidup di
dunia ini.
Sokrates = mereka tak memiliki pengetahuan sejati padahal memberanikan
diri mengajar orang lain dalam hal sukses duniawi.
Mereka dapat disamakan dengan orang buta menuntun
sesama orang buta.

3. Sumber Pengetahuan
3.1 Rasionalisme
Sumber pengetahuan yang mencukupi dan dipercaya > rasio (akal)
Alasan = memenuhi syarat pengetahuan ilmiah == sifat umum dan
mutlak
Akal = Tidak perlu pengalaman == menurunkan kebenaran dari
diri
sendiri.
Pengalaman hanya dipakai meneguhkan penget yang telah
didapat akal
Aksioma dasar : pengetahuan diturunkan dari idea yang jelas,
tegas, pasti
dalam pemikiran.
Idea tentang kebenaran sudah ada dalam pemikiran/akal budi man
dan pikiran man dapat mengetahui idea tsb.
Kebenaran > berpikir rasional, terlepas dari pengalaman
Dalil : karena pikiran dapat memahami prinsip maka aprinsip itu :
= benar dan nyata == dapat digambarkan.
= apriori == tidak dikembangkan dari pengalaman.
Sebaliknya == pengalaman hanya dimengerti bila ditinjau
dari prinsip tsb.
Metode == deduksi

a. Plato (428 348 sM)


a. Wujud pengetahuan
Penget. = hal menangkap aspek-aspek/unsur yang tak pernah berubah dari dunia ==
idea, forma (universalia)
Dari mana universalia? Bagaimana tahu itu?
b. Asal dan jenis pengetahuan

dunia idea, bukan pengalaman inderawi


= yaitu idea yang telah dilihat jiwa pada masa praeksistensi
(jiwa manusia sudah ada pada masa praeksistensi)
Dialog Meno
= Untuk pelajari sesuatu harus temukan kebenaran yang sebelumnya belum
diketahui Tetapi jika belum tahu kebenaran itu bagaimana bisa kenal?
Seseorang tidak dapat katakan suatu pernyataan benar kecuali kalau sebelumnya
sudah tahu bahwa hal itu benar.
Simpulan = Man tidak pelajari apa pun == ia hanya ingat apa yang telah ia ketahui ==
semua prinsip dasar dan umum sudah ada dalam pikiran.
Pengal indera = rangsang ingatan dan kesadaran akan penget yang
sudah ada dalam pikiran
Teori penget.Plato ini == diintegrasikan dengan hakekat kenyataan
Kenyataan dasar == idea/prinsip == forma (bentuk) : mutlak, tak berubah
Cth. ke-indah-an, ke-benar-an, ke-adil-an = mutlak, tak berubah kapan pun dan bagi
siapa pun.
Bagaimana man tahu bentuk-bentuk itu? == proses intuisi rasional.
== ada = dasarnya : man dapat menggambarkannya.

1 Jenis pengetahuan :
a. Pengetahuan tentang ide-ide Alatnya : rasio (budi)
Sifat
= teguh, jelas, tidak berubah
Disebut = episteme (pengetahuan)
b.Pengeta tentang benda-benda jasmani Alatnya : indera =
penget.
Inderawi
Sifat
= tidak pasti
Disebut = doxa (opinion)
2 cara kerja pengetahuan :
a. Pakai indera == peroleh inform kelihatan
Semua dapat disangsikan Cfr. Mite tentang Gua
(Plato)
b. Pakai budi == peroleh inform yang dapat dimengerti
(intelligible)
== penget. Rasional.
Man dilatih untuk dibebaskan dari pengetahuan akan bayangbayang

Tinggalkan kepercayaan akan informasi inderawi

Berpaling pada dunia rasional dengan daya berpikir

b. Rene Descartes (Prancis, 1596-1650)


= Ajukan argumen untuk pendekatan rasional terhadap penget.
Bila ia temukan alasan yang ragukan suatu prinsip dari pengetahuan ==
prinsip itu harus dikesampingkan.
Hanya terima sesuatu yang terhadapnya tidak ada keberatan
Dasar = kita dapat peroleh penget yang benar
== cari kepastian mutlak
Metode == dubium methodicum
Penget > indera == bisa menyesatkan (seperti dalam mimpi/khayalan)
Tidak dapat diandalkan
Tuhan = bisa menipu manusia
Ragukan == surga, dunia, pikiran, badan
Satu-satunya yang tak diragukan == eksistensi diri sendiri
Ia tidak ragukan lagi bahwa ia sedang ragu-ragu bahkan jika kemudian
dia disesatkan dalam berpikir bahwa ia ada, ia berdalil bahwa penyesatan
itu pun merupakan bukti bahwa ada seseorang yang disesatkan.
Batu karang kepastian mutlak = Cogito ergo sum
Dalil = Whatever is clearly and distinctly conceived is true
Apa yang jelas dan terpilah-pilah tak mungkin didapatkan dari
apa yang ada di luar.
Pengetahuan melalui indera = kabur == harus ragukan apa yang diamati

Semua harus dipandang tidak pasti :


Segala yang didapat dalam kesadaran karena mungkin hasil
khayalan/tipuan roh jahat.
Segala yang hingga kini dipandang benar2 pasti == penget hasil pendidikan
dan pengajaran; penget tentang benda2, tubuh kita, Allah, dalil2 ilmu hitung
dan ilmu pasti.
Jadi ide-ide yang jelas dan nyata bedanya :
Cogito ergo sum
Allah
Dunia fisis
Descartes bedakan 3 jenis ide :
Ide adventitiae > luar : pengalaman inderawi
Ide fictitiae
> subyek melalui fantasi
Ide innatae
> sudah ada dalam diri subyek yang berpikir sejak ia ada
== eksistensi saya, Allah, obyek2 matematis (bulatan, segitiga, dll).
Evaluasi kritis :
Solipsisme : penget yang benar = menurut anggapan masing-masing.
Penget rasional dibentuk idea yang abstrak == eksistensi idea yang pasti
dan bawaan itu belum diterima semua orang dengan keyakinan yang sama.
Perlakukan ide/konsep seolah benda obyektif == hilangkan benda fisik
(sebagai tumpuan) ganti dengan abstraksi samar2 == metode yang
sangat meragukan.
Gagal menjelaskan perubahan dan perkembangan pengetahuan selama ini.

c. Metode berpikir lain


Metode IP > masalah/ragu tidak tahu ingin tahu
temukan kebenaran
a. Method of tenacity = bertahan pada pendirian sendiri.
= tidak terbuka bagi keyakinan lain
b. Method of authority = kebenaran berdasarkan
otoritas.
Otoritas = sumber utama jawaban.
Asumsi = tiap orang hamba institusi
c. Apriory method = terima pandangan lain
= bertanya cari jawaban dengan
mengacu pada pengalaman
tentang alam

3.2 Metode Deduksi


= Dari pernyataan umum kesimpulan khusus
1). Silogisme
a. PU : A = B
Semua logam bila
dipanaskan akan memuai
PK : C = A
X adalah sebatang logam
K : C = B
X bila dipanaskan akan memuai
b. 2 Proposisi + proposisi ke-3
Spirituil
PU : spirituil tak dapat
mati
PK : jiwa spirituil
Jiwa man
Tak dapat mati K : jiwa tak dapat
mati
Cth. prop. Term tengah tak sesuai dengan S atau P
Yg berkeluasan
Jiwa

Badan

Prinsip-prinsip silogisme
a. Prinsip identitas -- S. negative ==== Cth.
Pertama di atas
b. Prinsip perbedaan (diskrepansi) ==== Cth. kedua
di atas
Secara geometris :
S. afirmatif : M ada dalam T
t ada dalam M
t ada dalam T
S. negatif
: M bukan dalam T
t ada dalam M
t bukan dalam T

t
M
T
M
t

Hukum-hukum proposisi
1. Tidak dihasilkan kesimpulan dari 2 premis negatif
Binatang bukan batu
Malaekat bukan binatang
Jadi ?
2. Premis-premis afirmatif kesimpulan afirmatif == Prinsip
identitas
3. Kesimpulan selalu mengikuti premis lebih lemah
kontraris
A
E
Semua man = terpelajar
Tak ada man terpelajar

O
Subkontraris

Bbrp man = terpelajar


terpelajar

Bbrp man bukan

Premis lebih lemah antara :


a. A dan E ialah E sebab :
Kalau salah satu premis negatif, kesimpulan harus negatif (P. Diskrepansi)
E : Tidak ada manusia yang menjadi malaekat
A : Semua filsuf manusia
E : Tidak ada filsuf yang menjadi malaekat
b. A dan I ialah I sebab :
Kalau salah satu premis partikulir, kesimpulan harus partikulir
A : Semua manusia dapat mati
M dalam T
I : Beberapa ciptaan manusia
Bbrp t dalam M
I : Beberapa ciptaan dapat mati
Bbrp t dalam T
c. A dan O ialah O sebab :
Kalau salah satu premis A, yg lain O, kesimp. harus O : partikulir & negative
A : Semua manusia dapat mati
O : Beberapa ciptaan tidak dapat mati
O : Beberapa ciptaan bukan manusia
d. E dan I ialah O : kesimpulan harus negatif partikulir
E : Tidak ada manusia yang jadi malaekat
I : Beberapa ciptaan manusia
O : Beberapa ciptaan bukan malaekat

4. 2 premis partikulir tidak dapat ditarik kesimpulan


Beberapa manusia bukan filsuf
Beberapa filsuf orang Italia
Beberapa orang Italia bukan manusia ?
2) Silogisme hipotetis == premis mayor prop. Hipotetis
a. Sil. Kondisional == premis mayor prop. Kondisional
Bentuk 1 : Minor memuat syarat
Bentuk 2 : Minor memuat yang disyaratkan
Hukum :
1. Dari pembenaran syarat, dibenarkan yang disyaratkan, bukan
sebaliknya.
Kalau yang disyaratkan dibenarkan, tidak mutlak
syarat harus dibenarkan,
sebab yang disyaratkan dapat dibenarkan
karena alasan lain.
2. Dari penyangkalan yang disyaratkan, disangkal syarat, bukan
sebaliknya.
Sebab kalau yang disyaratkan tidak dibenarkan, berarti
syarat tidak dipenuhi.
Bentuk 1 : Afirmatif
Kalau Petrus berpikir, maka ia hidup
Petrus berpikir
Jadi ia hidup
Bentuk 1 : Negatif
Kalau Petrus berpikir, maka ia hidup
Petrus tidak berpikir
Jadi ia hidup

b. Silogisme konyunktif = Premis mayor prop. konyunktif


2 Kemungkinan :
* Afirmatif negatif = kesimpulan tepat
* Negatif afirmatif = kesimpulantidak tepat
Cth. Afirm neg : Kartu tidak mungkin sekaligus putih dan hitam
Kartu itu putih
Jadi kartu itu bukan hitam
Neg - Afirm : Kartu itu tidak mungkin sekaligus putih dan hitam
Kartu itu bukan putih
Kartu itu hitam
c. Silogisme disyunktif = Premis mayor prop. Disyunktif
2 kemungkinan seperti sil. Konyunktif :
Cth. Afirm neg. : Paulus atau tetap berdiri atau berjalan
Paulus tetap berdiri
Jadi Paulus tidak berjalan
Neg. Afirm : Paulus atau tetap berdiri atau berjalan
Paulus tidak tetap berdiri
Jadi Paulus berjalan
Silogisme hipotetis selalu dapat diredusir menjadi silogisme kategoris
Cth. Hipotetis : Paulus atau tetap berdiri atau berjalan
Paulus tetap berjalan
Jadi Paulus tidak berdiri
Kategoris : Barang siapa tetap berdiri tidak berjalan
Paulus tetap berdiri
Jadi Paulus tidak berjalan

3). Silogisme kurang sempurna == memiliki lebih/kurang dari 3


proposisi
a. Enthymena = Tarik kesimpulan dengan premis minor sebagai penyebab
C = B karena C = A
Paulus dapat mati karena ia adalah manusia
b. Epicherema = Tambah keterangan pada salah satu atau kedua premis
c. Polisilogisme = kesimpulan sil-1 jadi premis mayor darisil.yang lain.
d. Sorites : S P == S P == S == P ... dst == kesimpulan
e. Dilema
HUKUM PENYIMPULAN KATEGORIS
1. Di antara dua hal yg sama, jika yg satu diketahui sama dg hal keiga, maka yg
lain pun pasti sama.
Cth. Jika semua man berakal budi dan semua yg berakal budi berbudaya, maka
semua manusia berbudaya.
2. Di antara dua hal yg sama, jika sebagian yg satu termasuk dalam hal ketiga,
maka sebagian yg lain pun termasuk di dalamnya.
Cth. Jika yg dimaksud rakyat Indo ialah menjadi WNI, dan sebagian WNI
beragama Islam, maka sebagian rakyat Indo beragama Islam.
3. Di antara dua hal, jika yg satu sama dan yg lain berbeda dg hal ketiga, maka
dua hal itu berbeda.
Cth. Jika semua yg berbudaya adalah man, dan semua man bukan keturunan
kera, maka semua yg berbudaya bukanlah keturunan kera.

4. Jika sst diakui sbg sifat yg sama dg keseluruhan, maka diakui pula sebagai
sifat oleh bagian2 dalam keseluruhan itu.
Cth. Jika WNI keturunan Cina adalah rakyat Indo, dan setiap rakyat Indo punya
kedudukan sama dalam bidang hukum dan pemerintahan, maka WNI
keturunan Cina pun punya kedudukan sama dalam bidang hukum dan pem.
5. Jika sesuatu hal diakui sebagai sifat yang sama dengan bagian dari suatu
keseluruhan,maka diakui pula sebagai bagian dari keseluruhannya itu.
Cth. Jika sebagian makhluk adalah manusia, dan semua manusia
berbudaya,maka sebagian makhluk berbudaya.
6. Jika sesuatu hal diakui sebagai sifat yang meliputi keseluruhan, maka meliputi
pula bagian-bagian dari keseluruhan itu.
Cth. Jika semua warga di pulau itu adalah rakyat Indo, dan semua rakyat Indo
harus berKetuhanan YME, maka semua warga di pulau itu harus BKYME
7. Jika sesuatu hal tidak diakui oleh keseluruhan, maka tidak diakui pula oleh
bagian-bagian dalam keseluruhan itu.
Cth. Jika setiap warga di pulau itu adalah WNI, dan semua WNI tidak boleh
beraliran komunis, maka setiap warga di pulau itu tidak boleh beraliran
komunis.

3.3 Hukum Penyimpulan Majemuk == Sil. Hipotetis


Silogisme hipotetis :
Satu putusan bersyarat = mayor == Apabila P maka Q (P & Q = 2 prop.) dan
Satu putusan minor dalam 4 bentuk, dan kesimpulan.
a. Dan p
= Terjadilah Q
b. Dan bukan P = Q tidak jadi
c. Dan Q
= P tidak jadi
d. Dan bukan Q = P tidak jadi
Cth. a. Apabila hujan, jalan menjadi basah.
Dan hujan
Maka ?
b. Apabila hujan, jalan menjadi basah
Dan tidak hujan
Maka ?
c. Apabila hujan, jalan menjadi basah
Dan jalan basah
Maka ?
d. Apabila hujan, jalan menjadi basah
Dan jalan tidak basah
Maka ?
Bentuk-4 ini penting dalamcara kerja ilmu penget.empiris = asas falsifikasi
Hanya bentuk (a) dan (d) = bentuk penalaran yang sah artinya menghasilkan
kesimpulan

4. Empirisme
Mempersoalkan asal-usul, sumber, sarana dan batas-batas
pengetahuan manusia.
= Sumber satu-satunya dari pengetahuan = pengalaman.
Budi tidak menambah apa pun pada pengetahuan
Dalil : Kembalilah ke alam untuk mendapatkan
pengetahuan.
Pengetahuan tidak ada secara apriori dalam budi, melainkan
harus diperoleh dari pengalaman.
4.1. Beberapa filsuf empiris
a. John Locke (1832-1704)
Kaum skeptis tolak teori rasionalisme Plato dan Descartes : 2
alasan :
a. Adanya perdebatan mengenai kebenaran antara teori2
epistemologis
b. Kemajuan IP : disangsikan kemungkinan adanya
kebenaran mutlak, pasti dan tetap. Teori2 IP dapat
berubah dan diperbaiki.

Empirisme tolak innatisme : 3 alasan :


a. T.In. bertentangan dengan pengalaman. Cfr. Bayi? Orang liar?
b. Kebenaran T. In tak dapat dipastikan
b. Argumen2 bagi T.In tak dapat dibuktikan (= konsensus universal, identitas
kodrat manusiawi).
Proses Pengetahuan :
Saat kelahairan jiwa merupakan tabula rasa (as a white paper).
Dalil : Nihil est in intellectu quod prius non fuerit in sensu.
Proses Pengetahuan terbagi 4 tahap :
a. T. Intuisi : tangkap ide-ide tunggal yakni benda-benda luar (persepsi) dan
keberadaan kita.
Lewat persepsi dihasilkan :

Kualitas primer : besar, bentuk, sosok, jumlah dan gerak == kualitas riil
Kualitas sekunder : warna, bau, bunyi, rasa

b. T. Sintetis : dibentuk ide-ide majemuk. == Ahmad dan Hasan


c. T. Analisis : dibentuk ide-ide abstrak. == ide abstrak manusia
Locke membedakan 2 macam substansi :
1. Substansi sebagai ide majemuk
2. Substansi pada umumnya : ide abstrak
: sesuatu yang menopang segala kualitas.
Ada substansi korporal dan spiritual tetapi apa itu kita tidak tahu

d. T. Komparasi : dibentuklah relasi.


Mis. ide penyebab : ide efek === ide kausalitas
Kausalitas : ide dari budi, bukan dalam benda-benda/peristiwaperistiwa
Nilai dan batas pengetahuan :
Manusia tahu eksistensi benda2 secara tidak langsung : lewat hubungan
kausal benda-sensasi.
Lewat penalaran : hub. kausal == tahu eksistensi Allah dan dunia.
Hal2 berhingga --- causa universal : Allah
Obyek langsung penget. : eksistensi subyek yang berpikir
Pengetahuan melalui pengalaman (dunia fisis dan spiritual) : terbatas.
Toh kita betul2 tahu sesuatu : ada kesesuaian antara ide-ide benda2 konkrit
di luar budi.
Kesimpulan :
Wujud/isi penget : ide tunggal, ide majemuk, ide abstrak, ide relasi
Sumber pengetahuan : pengalaman inderawi
Kritik : banyak pengetahuan yang tidak mengikuti hukum empiris == ilusi
belaka?

b. George Berkeley (1685-1753)

Apakah ada materi?


Berkeley membuktikan bahwa materi tidak ada melalui dialog
antara Philonous dan Hylas tentang pengalaman inderawi
tentang hal raba, rasa, bau, bunyi, warna.
Hylas : eksistensiriil benda2 inderawi tidaklah tergantung pada
hal entah dialami subyek. Mereka berada terlepas dan
tanpa hubungan dengan hal dialami
Hylas : Panas ada di luar budi tak tergantung pada
pengalaman.
Phyl : Panas tinggi == rasa sakit
Tidak dialami 2 hal dalam obyek: panas
dalam obyek material dan rasa sakit dalam budi.
Hyslas akui : pengalaman inderawi akans panas hebat, rasa
sakait ada hanya dalam budi dan tidak dalam obyek.

Air : pengalaman akan air bersuhu ruangan. Panas dingin tidak mungkin
ada dalam obyek yang sama == hanya sensasi dalam budi.
Rasa manis dari gula : nikmat dan siksaan tidak mungkin dalam obyek
yang sama == hanya dalam budi.
Sensasi bau : Menyenangkan dan menyakitkan tergantung subyek == ada
dalam budi
Bunyi : bunyi yang sesungguhnya == gelombang2 bunyi dalam dunia fisis
tak pernah kedengaran.
Yang terdengar hanyalah ribut == ada dalam budi
Warna : warna dialami secara berbeda tergantung pada kondisi cahaya,
kita sendiri, jenis alat optik yang dipakai, dll. == ada dalam subyek.

Hylas : kualitas primer sungguh ada dalam obyek.


Kualitas sekunder (warna, bau, bunyi, rasa) ada hanya dalam budi
Esse est percipi = to be is to be perceived = berada berarti ditangkap atau
dipikirkan.
Inilah teori immaterialisme : materi sama sekali tidak ada. Segala yang
ditangkap hanya ide-ide, ide-ide hanya ada dalam budi.
Benda-benda hanya ada sebagai ide?
Ide-ide mesti memiliki semacam eksistensi, terpisah dari budi saya == mesti
ada budi lain yang memiliki, mengatur dan memelihara ide2 tsb.
== budi universal / Allah dalam smana ide2 bertempat.

c. David Hume (1711-1776)

a. Prinsip dasar : sumber satu-satunya


pengetahuan : pengalaman
Obyek pengalaman : bukan obyek di luar = hanya
gambaran/representasi/kesan
b. Asal usul pengetahuan
Kesan (impression) : persepsi yang kuat dan hidup,
mis. rasa panas.
Ide (idea)
: persepsi yang lemah dan kabur,
mis. ide tentang panas
Hubungan kesan ide :

Hukum keserupaan : ide tunggal :


gambaran/representasi tepat dari kesan-kesan tunggal
mis. ide biru dari kesan biru.

Hukum kausalitas : ide tergantung pada kesan, sebab


kesan-kesan adalah penyebab ide-ide.

Dari mana kesan berasal?


a. Kesan-kesansensasi : ada dalam jiwa sudah sejak permulaan, tak diketahui
dari mana asalnya.
b. Kesan-kesan refleksi : diturunkan dari kesan-kesan sensasi.
c. Ingatan dan imajinasi
Indera tangkap obyek = kesan; ingatan + imajinasi = ide
Ide ingatan kuat dan hidup/ ide imajinasi lemah dan samar-samar
Ingatan = kemampuan menghadirkan dalam budi serentetan ide menurut
tata yang sudah tertentu.
Imajinasi = kemampuan menyusun ide-ide seturut kemauan kita.
Ide dari ingatan tergantung ketat pada kesan-kesan asali.
Imajinasi tidak mempertahankan ciri-ciri dari kesan-kesan asali == susun ide
seturut suka sendiri .
Toh mengikuti 2 prinsip/hukum umum :
* H. Keserupaan
* H. Penggabungan/kedekatan dalam ruang waktu.
Mis. Caesar Cicero : temporal
Lonceng besar l. Kecil : spasial
* H. Kausalitas mis. luka rasa sakit.
Ke-3 hukum ini disebut : hukum asosiasi / hukum penggabungan.

d. Asal dan nilai dari relasi penyebab akibat


Relasi ini hanya diketahui melalui pengalaman.
Pengalaman mana? = bukan pengalaman kognitif
= pengalaman intuitif == berdasarkan kebiasaan yakni
biasa lihat 2 hal selalu berurutan mis. nyala api dan rasa panas ==
kecenderungan untuk percaya bahwa begitu muncul yang pertama maka
segera akan muncul pula yang kedua == lahirlah ide kausalitas.
Hubungan kausal mempunyai nikai subyektif melulu, bukan sifat dari obyek
== melainkan kebiasaan dari subyek.
e. Pengetahuan tentang eksistensi benda-benda, aku dan Allah.
Ketiganya tidak bernilai obyektif :

Eksistensi benda-benda : bukan benda riil - hanya kesan.


Secara instinktif percaya saja akan eksistensinya.

Eksistensi aku : aku bukan keberadaan yang berdiri sendiri.

Yang ada hanya kesan-kesan yang terpisah-pisah yang digabungkan oleh


ingatan subyek.

Eksistensi Allah : kebiasaan subyek melulu.


Segala sesuatu dapat dianggap ada atau pun tidak ada termasuk Allah.
Naluri tentang eksistensi Allah?
Tidak, sebab naluri terbentuk berdasarkan data empiris.
Bicara ttg Allah berarti berada di luar waktu dan kemanusiaan = mustahil

f. Skeptisisme
= Saya tidak mungkin memperoleh kepastian mengenai kebenaran
pengetahuan saya, sebab pengetahuan saya berasal dari kesan-kesan yang
tak ada hubungan satu sama lain.
Isi penget : rekaan subyektif belaka, tidak didasarkan pada realitas obyektif.
Eksperimentalisme = sikap budi yang hanya menerima apa yang dapat
ditangkap dalam pengalaman.
Diungkapkan ketakmampuan budi memecahkan masalah2 yang muncul
dalam bidang pengalaman, mis. matahari kemarin hari ini = sama?
Hume : mengakui selain kemampuan kognitif, juga kecenderungan instinktif.
g. Evaluasi kritis : beberapa keberatan :

Sangkat intensionalitas ide == obyek konkrit.

Prinsip causalitas : sebab == efek.


Padahal pengalaman : efek == causa.

Merosotkan Aku manusiawi pada sesuatu yang pasif belaka. Aku :


sebuah film negatif yang hanya dmenerima stimuli satu per satu.

Penyangkalan keabsahan bukti-bukti tentang eksistensi Allah tampak


sewenang-wenang: sangkal adanya Penopang tata alam yang luar
biasa ini tampak bertentangan dengan pengalaman.

Syarat pengetahuan yang benar menurut empirisme


1. Ada tidak sesuatu : pengujian publik
2 syarat :
a. Beda Subyek (yang mengetahui) dan obyek (yang diketahui)
b. Uji kebenaran fakta/obyek : pengalaman
Kesulitan : ada obyek/kejadian yang tidak dapat diuji secara langsung.
Prinsip verifikasi dari Alfred Ayer
= Tentukan makna ucapan bukan kebenaran ucapan.
Ucapan = bisa dinyatakan benar atau tidak benar = falsifikasi
Ucapan jenis mana bermakna?
* Observation-statement.
Cfr. Positivisme logis : perlu fakta/data empiris agar aucapan bermakna
* Matematika, logika, mis. separuh 14 = 3 + 4 == tidak dapat diverifikasi
secara empiris, hanya tergantung pada makna simbol-simbol yang
digunakan (tautologi)
Ayer akui batas-batas untuk prinsip verifikasi :

Verifikasi dapat dilakukan secara tidak langsung saja.

Suatu ucapan tidak perlu diverifikasi secara faktual, cukup secara


prinsipiil saja.

Cukuplah suatu ucapan diverifikasi sebagian saja.

Prinsip ini punya konsekuensi :


Orang yang menerima prinsip ini harus terima juga bahwa ucapan-ucapan
metafisika, teologi, etika, estetika tidak bermakna.
Ayer berkata : ucapan2 itu barangkali secara emosional punya arti bagi ybs
saja tetapi tidak beri pengenalan tentang realitas.
A statement whaich is not relevant to any experience has no factual
content.
2. Prinsip keteraturan
Alam/tingkah laku benda : teratur
== ramalan perilaku benda di masa depan.
3. Prinsip keserupaan
Cukup menjadi jaminan untuk membuat kesimpulan umum.
Mis. Sebuah pisang enak bergizi
4. Pengetahuan didasarkan pada pengalaan inderawi
Cfr. John Locke
Evaluasi kritis :

Pengalaman = pengertian yang tak jelas untuk dijadikan dasar bagi teori
pengetahuan yang sistematis.

Pancaindera manusia terbatas == sering menyesatkan.

Empirisme tidak memberi kepastian == perlu mawas diri. Mis. mobil


semalam di garasi pagi ini : masih sama?

4.2 Metode Induksi


c.p
c.p.
c.p.
= Kesimpulan Umum
Binatang - mata
c.p.
c.p.

Kambing - mata
Gajah
- mata
: Kerbau - mata ===
Singa
Kucing

- mata
- mata

Kes./kebenaran Umum : bersifat sementara karena induksi


bertumpuh pada pengamatan/data yang terbatas sifatnya.

4.2.1. Induksi Gaya Bacon

IP/Ilmuwan == kontrol, manipulasi alam menurut kehendaknya


Alam tidak didekati sebagaimana adanya
Alam dipaksa cocok dengancara berpikir manusia/ilmuwan
== Simpulkan sebelum percobaan
Tetapkan persoalan sesuai kehendaknya
Paksa pengalaman sesuai yang dipikirkan
Kritik kaum rasionalis
== Andalkan akal budi == kebenaran
Kesampingkan pengamatan inderawi
== Kebenaran == apriori == paksa obyek sesuai pikiran

Inti Induksi Gaya Bacon :


IP bermula dari dan dikendalikan pengamatan yang tak dipengaruhi
pengandaian apa pun.
Ilmuwan dekati alam dengan mata lugu == tangkap obyek sebagaimana
adanya;
Biarkan obyek bicara apadanya.

a. Ilmuwan harus bebas dari andaian/spekulasi awal


Tujuan = cegah bias ilmiah == gunakan data/fakta untuk
membenarkan pikiran/teori yang sudah dimiliki.
Kebenaran obyektif > didukung fakta/data sebagaimana
adanya.
b. Perhatikan fakta/data yang bertentangan == yang agak
menyimpang/tak diduga.
c. Fakta/data dievaluasi, diklasifikasi, dirumuskan dandisimpulkan
sesuai kemampuan imuwan.

Pada tkt ini ilmuwan gunakan teori/konsep yang telah dimiliki


untuk mengolah data yang terkumpul.

Akal budi dan pengamatan saling menunjang untuk


memperoleh kesimpulan yang diandalkan.
Manfaat Induksi Gaya Bacon :

Ilmuwan melihat kenyataan secara obyektif.


Kesimpulan ungkap kenyataan sebagaimana adanya.

Kegiatan ilmiah == tak jatuh jadi ideologi = benarkan ideologi


yang ada.
== ungkap kenyataan sebagaimana adanya

Keberatan Induksi Gaya Bacon :


Alam tak pernah didekati dengan mata telanjang.
Teori bantu lihat kemiripan, kaitan, regularitas/pengulangan di antara
fenomena tertentu.
* Teori terbuka untuk diubah berdasarkanfakta/data seadanya.
Asumsi teoretis ditinggalkan bila tak sesuai fakta/data.
Fakta/data tak pernah tampil telanjang == perlu ditafsir
Fakta begitu saja tak punya nilai ilmiah
== ditangkap punya nilai bagi penemuan ilmiah
Fenomena selalu diamati/ditangkap dalam konteks konsep tertentu.
Paul Feyerabend = IP tak kenal fakta telanjang.
Fakta-fakta telah dilihat menurut cara tertentu.
Induksi tak pernah langkap :
Tak pernah tangkap semua fakta/data yg relevan dan yang seharusnya
tercakup.
Atas dasar segelintir fakta/data == tarik kesimpulan umum yang diandaikan
berlaku untuk semua fakta/data.
Kebenaran kesimpulan tak pernah mutlak.
Selalu ada fakta/data baru yang menggugurkan kesimpulan tadi.

4.2.2. Karl Raimund Popper (1902-

Logika Penelitian (1934) == induksi dalam IPA


Tugas IP modern = rumuskan hukum2 umum dan mutlak perlu.
Cth. logam yang dipanaskan akan memuai.
Bagaimana hukum ilmiah ini terbentuk?
Jawaban tradisional = proses induksi
! Dari sejumlah kasus yang cukup besar (macam-macam logam memuai
setelah dipanaskan) == simpulkan bahwa dalam keadaan tertentu gejala
yang sama selalu dan di mana-mana akan terjadi demikian.
Metode == observasi eksperimentasi (ciri khas IP)
DAVID HUME (Skotlandia, 1711-1776) :
= Dari sejumlah fakta betapa pun besar jumlahnya secara logis
tak pernah dapat disimpulkan suatu kebenaran umum.
= Tak pernah ada keharusan logis bahwa fakta-fakta yang sampai
sekarang selalu berlangsung dengan cara yang sama besok juga
akan terjadi dengan cara demikian

== kecenderungan psikologis
Jalan pemecahan masalah menurut K.R. Popper :
= Ucapan/teori : ilmiah bukan karena sudah dibuktikan (be tested)
----- dapat diuji (testable) ----Yaitu melalui percobaan sistematis untuk menyangkal (logam dipanaskan
Cukuplah mengemukakan satu kasus untuk menyatakan salahnya suatu
ucapan ilmiah.
Kalau teori setelah diuji tetap bertahan == kebenaran diperkokoh
(corroboration).
==== The Thesis of Refutability ====
Artinya = suatu ucapan/hipotese bersifat ilmiah kalau secara prinsipiil
terdapat kemungkinan untuk menyangkalnya (refutability)
Popper menggunakan satu kebenaran logis sederhana :
Observasi angsa-angsa putih betapa pun besar jumlahnya orang
tidak dapat sampai pada teoribahwa semua angsa berwarna putih.
Cukuplah satu observasi terhadap seekor angsa hitam untuk menyangkal
teori tadi.
IP cari seekor yang tidak putih. Selama belum ditemukan, teori itu dianggap
benar.
Pandangan Popper tentang induksi ini sesungguhnya hanya mau
membuktikan kebenaran suatu teori.

4.2.3. John Stuart Mill (1806-1873) == Metode Mill


Persoalkan = sahnya silogisme deduktif
? Dari mana pengetahuan PM itu yang tak diperoleh dari pengamatan?
Jika PM mengawang == secara konkrit gunanya?
Jawaban Mill : PM itu diketahui dari pengamatan tapi tanpa kepastian
matematik.
=== The course of nature is uniform ===
Sumbernya : Law of causality = tiap gejala punya cause yang dicari
dalam IP
Soal : mampukah manusia mengejar dan mengetahui segala causes?
Cara kerja Induksi == 5 metode kausal :
a. Method of Agreement : A B C == Z
C D E == Z
--------------------- C == Z
b. Method of Difference : A B C == Z
A B -C == -Z
-------------------C == Z
c. Joint Method of Agreement and Difference
A B C == Z
A B C == Z
A B C == Z
B C E == Z
B C E == Z
A B D == -Z
---------------- C = Z
------------------------------------ -------C = Z

d. Method of Residures (M. Sisa) : A B C == X Y Z


A B
== X Y
------------------------------- C == Z
e. M. of Concomitent Variation (M. Perubahan Seiring)
A B C == X Y Z
A B C1 == X Y Z1
A B C2 == X Y Z2
------------------------------------ C == Z
5. Positivisme (Auguste Comte, 1798-1857)
Filsafat Comte = anti metafisis
= Hanya menerima fakta-fakta syang ditemukan secara positif-ilmiah.
Menjauhkan diri dari pertanyaan-pertanyaan yang melamapaui bidang
ilmu2 positif
Hanya berbicara tentang gejala-gejala (fenomena)
= Tak ada gunanya mencari hakekat kenyataan.
Penting == savoir por prevoir = tahu supaya siap bertindak.
Selidiki gejala = lihat hubungan antara gejala2 == ramalkan
Konsep dan hukum = positif : berguna untuk diketahui

Hukum 3 tahap
H. positif : a.l. pikiran manusia individual, suku bangsa, kebudayaan
dansejarah
intelek pada umumnya melewati 3 tahap :
1. T. Teologis : animisme, politeisme, monoteisme
Animisme : benda-benda berjiwa == suci/sakti == dewa-dewa
Dewa-dewa diatur dalam suatu sistem = Politeisme
Politeisme dikembangkan sehingga semua gejala dikembalikan pada
satu kekuatan/keilahian saja == monoteisme
2. T. Metafisis : dewa-dewa diganti kekuatan-kekuatan abstrak.
Semua kekuatan kosmis disimpulkan dalam konsep Alam = asal semua
gejala
3. T. Positif : temukan hukum-hukum alam dengan akal budi dan observasi.
Ini hukum 3 tahap perkembangan intelek pada umumnya dan pikiran tiap
individu :
Anak == teolog ; Pemuda == ahli metafisika ; Dewasa == ahli ilmu alam
6. Fenomenologi (Edmund Husserl, 1859-1938)
a. Fenomenologi = ilmu yang menyelidiki hal sejauh tamspak secara murni
pada kesadaran.

b. Intuisi Asali
Intuisi : hal menangkap obyek secara langsung.
Int.asali : tangkap obyek sebagaimana adanya yang asli tanpa/belum
dipengaruhi oleh apa pun seperti teori, prasangka, dsb.
Apa yang ditangkap? == fenomena = apa yang menampakkan diri secara
langsung pada kesadaran, apa yang memberikan diri, sebelum refleksi
atau pertimbangan apa pun.
c. Reduksi
= Prosedur metodis denganmana seseorang diantar kembali pada makna
asali obyek yang ditangkap.
a) Reduksi eidetis
= Prosedur metodis denganmana kita mengangkat pengetahuan kita dari
taraf fakta ke taraf ide atau essensi == ciri umum yang murni,
khas, tak berubah.
= Reduksi eidetis = hal mencari dan menangkap hakekat/inti obyek yang
disadari.
b) Reduksi fenomenologis
= Prosedur metodis dengan mana kita menjabarkan dunia/realitas yang
dialami menjadi fenomena melulu yang belum dinilai/dikaji budi.
Dalam konteks dunia budaya : red. eidetis == hal menjabarkan dunia
budaya ke dunia yang dihayati secara langsung.

d. Intensionalitas kesadaran
Aristoteles = intentio : keterarahan budi obyeknya
Frans Brentano : aktivitas psikis selalu terarah pada obyek atau tujuan
tertentu.
Husserl = kesadaran selalu terarah pada obyek tertentu yang bukan dirinya.
Semua kesadaran : Consciousness-of-something, kesadaran
adalah keterarahan.
Kesadaran : aktivitas yang memberikan arti kepada obyek.
Hubungan kesadaran/subyek dan dunia/obyek == konstitutif.
Kesadaran : hal keluar dari diri sendiri, ek-sistence.
e. Penilaian
Di bidang epistemologi :

Metode ini memungkinkan untuk tangkap obyek semurni + seobyektif


mungkin.
Menghindarkan kita dari sikap ekstrim rasionalisme/idealisme + empirisme.

Di bidang filsafat pada umumnya :

Sumbangan yang menentukan perkembangan eksistensialisme == kaji mis.


ketubuhan, dunia, bahasa, dll.
Menentukan pandangan eksistensialisme == hubungan manusia dan dunia.

Manusia : suatu ada-dalam-dunia : artinya :


Eksistensi manusia terbentuk dalam keterarahannya pada dunia = dan
dunia mendapat maknanya dalam hbungannya dengan manusia

7. Kritisisme (Immanuel Kant, 1724-1804)


a. Kant hidup dalam masa filsafat terbagi dua aliran :
rasionalisme dan empirisme.
Kant memperlihatkan bahwa pengetahuan selalu merupakan
sebuah sintesis :

pengalaman inderawi : unsur a-posteriori (yang datang kemudian)


akal budi
: unsur a-priori (yang datang lebih dahulu)

b. Revolusi Kopernikan
Dulu : pengetahuan/pikiran Subyek sesuaikan diri dengan
obyek.
Kini : obyek mesti disesuaikan dengan pikiran subyek.
Obyek harus sesuai dengan forma a-priori dalam
Subyek.
Pengetahuan : konstruksi aktif subyek terhadap obyek.
c. Analisa tentang Pertimbangan
Pertimbangan/Pernyataan = aktivitas budi yang diungkapkan
dalam proposisi dengan mana budi memberikan penilaiannya
tentang representasi-representasi yang diperolehnya.

aa. Pertimbangan analitis a-priori


= Hanya menerangkan tanpa menambah sesuatu yang baru
pada pengetahuan.
Cth. Hari hujan adalah hari yang basah.
= Pertimbangan terlepas dari pengalaman.
Pengetahuan : hasil unsur a-priori yakni Subyek
bb. Pertimbangan sintetis a-posteriori
= Pertimb. Sintetis = pertimbangan yang menambah sesuatu
yang baru pada pengetahuan
Cth. Hari hujan adalah hari yang dingin
P.S. a-posteriori = pertimbangan yang tergantung pada
pengalaman.
Pengetahuan = hasil unsur a-posteriori yakni obyek
cc. Pertimbangansintetis a-priori
= Gabungan unsur pertimbangananalitis a-priori + sintetis aposteriori.
Obyek disesuaikan dengan forma dalam Subyek.
Pengetahuan = hasil sintetis aktivitas Subyek + Obyek yakni
S menyediakan forma dan O menyediakan materia

d. Phainomenon dan Nooumenon


Obyek pengalaman : bukan benda pada dirinya (Dingan-sich)
: hanya gejalanya : apa yang
tampak daripadanya.
Fenomena = obyek-sejauh-ditangkap-oleh-subyek.
Noumena = benda-pada-dirinya, apa yang tak dilihat.
e. Evaluasi

P. Sintetis a-priori == pendirian subyektivistis tentang


pengetahuan ditekankan peranan S terhadap O.
Visi Kant di bidang pengalaman tergolong idealisme.

Perbedaan phainomenon dan nooumenon tak dapat


dipertahankan == tak terpisahkan.

PERTIMBANGAN
1. Arti Pertimbangan = aktivitas kognitif/pengenalan.
= Hal membandingkan atau menghubungkan dua
pengertian : Subyek dan Predikat.
= Hal mengatakan sesuatu (Obyek) tentang
sesuatu (Subyek).
Pertimbangan benar bila apa yang diungkapakan dalam
pertimbangan betul2 mengungkapkan realitas sebenarnya.
(Teori korespondensi : Adaequatio intellectus et rei).
2 unsur : * Hubungan faktual S O pertimbangan
mis. papan warna putih
* Kesesuaian antara penegasan/ungkapan
pertimbangan dan hubungan faktual

2. Nilai Obyektif Pertimbangan


Faktum : Saya merumuskan pertimbangan, saya dmenegaskan sesuatu == saya
mengambil sikap tentang sesuatu.
Tanpa pertimbangan tak ada pengetahuan sempurna/kesadaran yang penuh.
a. Jawaban skeptisisme klasik
P = tidak bermakna, tidak bernilai obyektif, dorongan naluri belaka.
= segala pengetahuan relatif belaka, tergantung pada pandangan setiap subyek.
Kritik = Skeptis tidak dapat membela pendapatnya.
Penegasan dan memberi arti obyektif atas penegasan itu sendiri : kebenaran
== menyangkal diri sendiri.
Aristoteles : satu-satunya cara skeptis mempertahanakan pendapatnya : membisu
seribu basa.
Sebab : hal menegaskanbahwa dkebenaran itu relatif sendiri merupakan suatu
penegasan yang absolut.
b. Jawaban Psikologisme
= Pengetahuan dilihat sebagai suatu momen dalam proses kesadaran psikis belaka,
sebab setiap pengetahuan pada akhirnya adalah aktivitas kesadaran.
Pengetahuan = produk psike manusia
Pengenalan = produk subyek relatif = yang riil : ungkapan psikis atau yang riil
= yang psikis
Kebenaran pertimb. faktum kebetulan belaka, kenyataan psikis belaka dari S.
Maka hanya berlaku bagi subyek-psikis ybs.

c. Jawaban Pragmatisme
= Makna/kebenaran konsep/prinsip teoretis terletak pada kegunaan
praktisnya.
Pengetahuan = fungsi untuk hidup
Tujuan hidup = bukan kontemplasi, refleksi, spekulasi
= praxis, perbuatan
Pengetahuan == praxis menentukan kebenaran.
Intelek = bukan untuk tahu kodrat benda-benda
= sarana teknis demi memenuhi kebutuhan hidup.
Yang benar = apa yang menghantar manusia pada sukses, pemecahan
masalah, pembebasan
Pertimbangan benar sejauh berguna secara praktis untuk hidup.
d. Kebenaran Obyektif Pertimbangan
P : Papan itu putih
= Kehadiran Obyek (papan) bagi kesadaran
= Aktivitas kesadaran menggabungkan papan dan ciri putih
Ada aktivitas kesadaran yg mengungkapkan kehadiran Obyek bagi
kesadaran.
Tidak ada kesangsian = saya sadar akan akivitas saya.
Saya lihat bahwa pertimbangan saya dibuat karena pengaruh obyek yang
hadir di depan saya. == Maka pertimbangan itu bermakna obyektif : artinya
mengungkapkan obyek, sesuai dengan obyek

Di satu pihak : saya tidak menuntut bahwa papan itu putih pada dirinya, terlepas
dari kesadaran saya. Papan itu putih adalah isi kesadaran saya.
Di lain pihak : papan itu putih betul ada sebagai obyek (benda) putih.
Pertimbangan saya hanya merekam obyek yang mengoyokkan diri pada saya,
tanpa saya menambahkan sesuatu pun pada obyek tsb.
= Meneguhkan adanya obyek tsb == pertimb.ber-arti/nilai obyektif.
Kritik :
Psikologisme = Subyek-yang-mengenal : kondisi psikologis ybs.
Tak ada kebenaran pertimbangan yang universal.
Pragmatisme = Subyektivisme = tergantung kebutuhan praktis dari S
Relativisme = guna praktis berbeda dmenurut pelbagai faktor
(pribadi, waktu, kultur, kebutuhan, dsb)
Kebenaran obyektif pertimbangan :
= Kesadaran takluk pada datum obyektif : O yang hadir pada kesadaran.
= Intensionalitas (Husserl) = kesadaran tentang sesuatu.
Proses pengenalan : noesis (akt menyadari S) dan noema (O yg disadari).
Diungkapkan hubungan obyektif antara pertimbangan dan datum obyektif.

Kebenaran dan kekeliruan pertimbangan

Keb. P = kecocokan P denganO yang diungkapkannya.


Kek. P = ketidakcocokan P dengan O yang diungkapkannya.
Kecocokan : dualitas + komparabilitas
P benar : bila pada obyek dikenakan sifat yang betul dimilikinya. Begitu sebaliknya
dengan keliru.

Sumber kekeliruan :

Obyek = kesempatan (occasio) : keruwetan, kekaburan, jarak == menciptakan


kesempatan keliru.
Subyek = sikap, kondisi, cara penerimaan)

Sikap terburu-buru dan tak ada perhatian S


Kedakaran subyek (= tak teliti)
Kekalutan subyek
Prasangka subyek
Kekeliruan di bidang logis

Evidensi Obyektif

= Nampak jelasnya obyek pada kesadaran.


P tunduk pada obyek yang hadir pada kesadaran saya.
Husserl : Zurueck zu den sachen selbst : kesadaran harus kembali ke datum obyektif,
lepas dari prasangka.
Kesimpulan
Analisis struktur pertimbangan = pengetahuan = aktivitas intensaional
Ada = transendensi + intensionalitas
Pengenalan = aktivitas obyektivikasi : pasif + aktif
= aktivitas yg menjadikan realitas yang bukan-kesadaran sebagai obyek kesadaran.
= Obyek hanya ada sebagai obyek justru berkat aktivitas intensional pengenalan.
Pengetahuan : ada unsur : Obyektivitas
Subyektivitas
Tersingkirlah relativisme menyeluruh dan mutlak, sebab pertimbangan berarti : keluar
menuju sesuatu.
Pengenalan : aktif = buat O jadi O sejauh pengenalan memperoleh datum
obyektif/sejauh kesadaran terarah pada sebuah O.

D. Persepsi
1. Wujud persepsi
> perceptio (Latin, k.k. percipere; capere) = hal menangkap
sesuatu dengan indera.
Filsafat = akt pengenalan di mana S menangkap O
Epist. = akt pengenalan yang dihasilkan berkat bantuan organ
tubuh.
Akt pengenalan : spasio-temporal, hic et nunc
: macam-macam data obyektif

Unsur-unsur persepsi

Persepsi : Hewan : kontak alamiah-obyektif melulu


Manusia : kesadaran = obiectum perceptum
(pengalaman obyektif)
= actus perceptionis (pengalaman
subyektif)
scio me sentire

a. Pengalaman Obyektif
== obyek, datum obyektif/korporal yang
mengubah/mempengaruhi kesadaran.
Ciri-ciri datum korporal :

Riil
: betul ada, bukan ketiadaan.

Korporal
: spasial, di-situir

Temporal
: urutan waktu

Beragam-ragam : banyak aspek/sifat berbeda

Ber-struktur : dibentuk banyak unsur = ruang, waktu,


ukuran, jarak, bunyi, bentuk, warna, dsb.
== Obyek kompleks = terikat dengan konteks tak
pernah saya tangkap obyek simpleks
Dalam persepsi hadir realitas pada dirinya (in se) :
= akt pengetahuan sadar saya tidak menciptakannya
melainkan mengandaikan kehadirannya.
b. Pengalaman subyektif = realaitas-pada-dirinya itu ada dan riil
justru sebab saya menangkapnya.

c. Hal menangkap kualitas inderawi (sensible qualities) dari datum obyektif


yaitu aspek / determinasi yang membedakan obyek satu sama lain.
!! daya/power/virtus : ada secara virtual/potensial
= realiter.
Mis. kertas putih bukan merah
Gula - manis >< obyek lain asam/pahit
== in virtute sua ( in its power )
? sensible qualities = obyektif? Subyektif? Keduanya?
Teori konsepsionisme = Bukan milik obyek
= Milik representasi/konsepsi tentang obyek tsb
Sumber : Cogito tertutup Kartesian = O dilihat ding-an-sich : terpisah dari
representasi yang ada dalam kesadaran S
Kritik : kualitas : milik O sejauh O ini tampak pada kesadaran.
Teori persepsionisme integral = sensible qualities itu obyektif lepas dari
penginderaan.
Jalan tengah : terjadi kontrak spasial S O = virtualiter memiliki kualitas
tertentu yang punya hubungan hakiki dengan organ2
inderawi S
Terlepas dari S tak mungkin menentukan apakah kualitas
ini pada dirinya mis. Gula manis.
Konklusi : sensible qualities mengandung aspek Obyektif + Subyektif.

3. Persepsi dan Representasi


a. Wujud representasi
= akt pengenalan yang menghadirkan O persepsi dalam
kesadaran tanpa lewat organ inderawi.
= hasil akt pengenalan tsb.
b. Ciri-ciri representasi

Unsur riil dari kesadaran. Mis. Gambaran seseorang yang


lewat.

Ciri corporal : menghadirkandatum inderawi dengan ciri


spasio-temporalnya

Tersimpannya representasi dalam kesadaran tidak


tergantung ddari berfungsinsya organ inderawi.

Menunjuk datum obyektif/inderawi == intensional.

c. Beda persepsi dan representasi


Persepsi : - Obyek tak pernah ditangkap secara penuh/lengkap.
Husserl : kita melihat in abschattung, in profile, dalam
penampang
Benda2 terlihat sebagai sesuatu yang muncul dari latar belakang.
Melihat dalam perspektif, dalam konteks

Kesadaran akan waktu : punya struktur waktu / memisahkan O


persepsi dari O lain yang turut ditangkap sebagai latar
belakang/perspektif.

Kesadaran akan ruang = melihat sesuatu disituir dalam ruang.


Realitas yang ditangkap dalam ruangwaktu
dapat diobservasi.

Representasi: - Kita sangka melihat sesuatu secara lengkap, jelas,


nyata.
Ilusi akan kekonkritan.
Sesuatu tampak en block : keseluruhan yang
lengkap

Obyek hadir dalam kesadaran secara tiba-tiba; tanpa jarak


waktu.

Gambaran muncul sendirian : tidak disituir, hadir dan muncul begitu


saja serentak. Dihubungkan dengan persepsi sebelumnya
observasi tak mungkin.

E. Kebenaran
1. Kebenaran dalam sejarah filsafat
* Plato (Martin Heidegger) : A-letheia (Yunani = kebenaran)
= tak tersembunyinya
Kebenaran = ke-tak-tersembunyi-an adanya.
Maksudnya : Selama kita masih terikat pada yang ada
(the beings) saja tanpa masuk pada adanya dari syang
ada itu (The Being of all beings), kita belum berjumpa
dengan kebenaran karena adanya (Being) itu masih
tersembunyi.
Baru dengan hilangnya atau diambilnya selubung yang
menutup adanya dari yang ada itu terhadap mata batin
kita, maka terbukalah adanya, serentak dengan itu
tampillah kebenaran.
Plato = kebenaran sebagai ketaktersembunyian adanya tidak
dapat dicapai manusia selama di dunia ini.
Kebenaran = sesuatu yang terdapat pada apa yang
dikenal, atau pada apa yang dikejar untuk dikenal.

Aristoteles : ada kebenaran >< kaum Sofis.


Ia mau memeriksa dan menguraikan cara bicara khas
manusiawi = apa yang dianggap benar/tidak benar
Keb. :tak pernah merupakan konsep/term == hanya putusan : S itu P
S = apa yang saya kenal (empiris, kata, konsep)
P = apa yang saya ucapkan tentang S itu
Cocok S - P
: dinyatakan dengan kata itu : afirmasi / penegasan
Tidak cocok S - P : negasi / pemungkiran : S itu bukan P
Tergantung cocok/tidak : pengetahuan kenyataan.
Maksudnya demikian :
Pnya S / bukan P-nya S : Dalam si pengenal memang/bukan demikian
adanya dalam apa yang ia kenal.
Ke-2 rumus ini dapat diubah sedikit menjadi :
P-nya S / bukan P-nya S : dalam idealitasku memang/bukan demikian
halnya dalam realitas.
Dua macam hubungan perlu kelihatan dalam kedua rumus I :
a. Hubungan S P
: pengetahuan si pengenal : idealitas
b. Diucapkan mengenai : kenyataan yang dikenal : realitas
Kebenaran = persesuaian antara si pengenal dengan apa yang dikenal
Aristoteles = pengetahuan paling benar danluhur terjadi kalau si pengenal
(idealitas) dan apa yang dikenal (realitas) identik dalam
pengetahuan
akal yang sempurna.

Thomas Aquinas
* Veritas ontologica
* Veritas logica
VO = ada dalam kenyataan = spiritual/material == masih terlepas
dari penget.
VL = ada dalam akt pengenal = kebenaran dalam arti
sesungguhnya.
Kebenaran = penyamaan akal dengan kenyataan == terjadi melalui
proses pengarahan yang tak ada hentinya ==
manusia makhluk bertanya.
Nominalisme Abad Pertengahan
Benar = hanya tempelan/hembusan angin yang lewat begitu saja
pada benda/ungkapan.
Kebenaran tidak diakui sebagai sesuatu yang berarti/ada.
Rene Descartes
Kriterium kebenaran : ada-tidaknya idea yang jelas dan terpilahpilah mengenai sesuatu (idea clara et
distincta).
Ide yang jelas ini ada dalam Subyek == kebenaran pun ada dalam S.

Konseptualisme
I.Kant : kebenaran = formal semata = pengetahuan yang benar tidak
menyatakan apa pun tentang apa yang dikenal sebab apa
yang
dikenal itu hanya ada dalam diri si pengenal.
Idealisme Jerman (abad-19)
Hegel : kebenaran adalah keseluruhan = dalamsejarah
terwujudlah keb dalam pengungkapan roh hinga capai keb
sungguh2 pada akhir sejarah dalam kesamaan mutlak S O.
Fenomenologi dan eksistensialisme abad-20
Keb. = apa yang kumiliki dan kusadari sebagai S pengetahuan
(fenomenologi) bahkan apa yang kuadakan dan kutentukan
secara bebas dalam perwujudan diriku (eksistensialisme).
Alam pikiran Yahudi + Timur pada umumnya
= dimensi antar pribadi
Keb. Meliputi : kesetiaan, ketekunan, melanjutkan apa yang sedang
jadi, menyetujui, mengucapan apa yang dikehendaki sesama
khususnya yang berkedudukan lebih tinggi.

2. Apa itu kebenaran?


= Kenyataan adanya (being) yang menampakkan diri
sampai masuk akal == dalam kesamaannya dengan
kenyataan yang menampakkan diri .
---- kesamaan sempurna tak akan tercapai.
Di manakah tempat kedudukan kbenaran? :

Ungkapan? =hukum/teori/rumus-falsafi ?

Kenyataan ?
Keduanya = penyamaan keduanya.
Kebenaran = penyamaan akal dengan kenyataan yang
terjadi pada taraf inderawi maupun akal budi
tanpa pernah sampai pada kesamaan
sempurna yang dituju kebenaran dalam
pengalaman manusia.

3. Beberapa teori tentang kebenaran


1) Teori Korespondensi
Kesesuaian/korespondensi antara sangkaan (belief)/pertimbangan
(judgement) dan fakta dalam dunia riil.
Adaequatio intellectus et rei.
2) Teori Koherensi
Pertimbangan/pernyataan benar bila koheren/bertalian/terikat/konsisten
dengan pert./pernyataan lain sebelumnya yang dianggap benar.
Bila benar Semua manusia pasti akan mati maka benar pula Si Pola
adalah seorang manusia dan si Pola pasti akan mati.
Kebenaran ditarik menurut hukum silogisme atau logika deduktif.
Berciri rasionalisme idealisme :
= premis dalam penalaran diperoleh dari ide yang dianggap jelas dan
dapat diterima. Prinsip ini sudah ada jauh sebelum manusia berusaha
memikirkannya = a-priori, dan diketahui lewat penalaran rasional.
Pemikiran rasional ini cenderung : solipsistik dan subyektif. Karena
premis2 itu bersumber pada penalaran rasional yang bersifat abstrak
terlepas dari pengalaman.

3) Teori Pragmatisme
Pragmatisme > Prattein (k.k.Yun) = berbuat, mengerjakan ==
pragma = perbuatan
Kriterium keb. = hasil praktis
Tak mungkin capai keb. Mutlak == puas dengan apa yg
membawa hasil praktis.
Pernyataan benar bila bersifat fungsional dalam kehidupan praktis atau
konsekuensinya punyaguna praktis dalam hidup.
Setuju korespondensi + koherensi : asal ada hasil praktis.
C.A.van Peursen : Nilai pengertian tergantung pada penerapannya yang
nyata dalam masyarakat.
Penget.benar : bila membuktikan manfaatnya bagi
umum.
Manfaat praktis apa?
Peirce (1839-1914) : pragmatisme = teori untuk memastikan makna ide
intelektual. Caranya : orang harus mempertimbangkan
konsekuensi2 praktis dari teori tsb. Inilah yang
menentukan arti ide tsb.

WilliamJames (1842-1910) :
= Akal dan segala perbuatannya berfungsi : pemberi informasi bagi praktek
hidup.
= Tak ada kebenaran mutlak berlaku umum tetap terpisah dari akal.
Yang ada : kebenaran2 (jamak) = apa yang benar dalam pengalaman
khusus yg setiap kali diubah oleh pengalaman berikut.
Pertimbangan benar : bila bermanfaat bagi pelaku, memperkaya hidup serta
kemungkinan2 hidup. Sebagian dunia adalah hasil pembuatan manusia.
Dunia bukan sesuatu yang telah selesai, tetapi sesuatu yang terus menjadi.
Dunia: multi-versum, bukan uni-versum, di mana manusia mengikutsertakan
kehendak dan kekuatannya secara menentukan dalam pementasan
kekuatan2 yang bertentangan dalam dunia.
John Dewey (1859-1952) :
= Tempat hidup manusia = situasi problematis == bertindak mengatasi situasi
problematis hidupnya baik fisik maupun kultural = dihasilkanlah
perubahan2.
Kebenaran = bila bisa diterapkan dan dilaksanakan menurut tujuan.
Bila berguna yaitu proses transformasi situasi problematis.
Filsafat = alat penolong manusia dalam hidup sehari-hari, dalam
mengembangkan IP dan mewujudkan dunia teknik.
Penting = berbuat dan bukan berpikir/pendapat/teori. Pikiran/teori merupakan
alat yang hanya berguna untuk .......

4) Teori Performative
John Langshaw Austin (1911-1960) membedakan :
a. Constatifve utterances : melukiskan suatu keadaan faktual sehingga dapat
diterapkan kualifikasi benar-salah.
Mis. Di kamar saya terdapat 3 buah kursi = melukiskan keadaan faktual.
b. Performative Utterances : dengan mengucapkan kata-kata tertentu, saya
melaksanakan sesuatu dan tidak dilukiskan suatu fakta.
Mis. Saya berjanji mengirim uang = saya tidak memberitahukan
perbuatan, tetapi dg mengucapkan kalimat ini saya sungguh2 berbuat
sesuatu.
Uc.Perform. menggunakan : persona I, bentuk indikatif, waktu sekarang,
aktif.
Beberapa syarat :

Kalimat performatif tidak sah kalau diucapkan orang yang tidak punya
kompetensi/keadaaan tidak mengizinkan ucapan itu.

Kal.Perform.tak sah bila orangnya tidak bonafide/tidak jujur.

Orang yang mengucapkan kal.perform.tak boleh menyimpang dari


ucapannya.
Ucapan perform. Tidak bisa benar / salah, tetapi bisa happy / unhappy.
Ucapan perform. tidak selalu memakai persona I, indikatif, waktu
sekarang, aktif

Mis. Hadirian dipersilakan berdiri; Dilarang merokok.


3 cara melanggar aturan untuk ucapan performatif, bisa diterapkan pula pada
ucapan konstatif :
* Saya tidak dapat menyatakan apa saja = perlu punya pengetahuan atau
pengalaman tentang apa yang saya nyatakan.
* Tidak berbohong = harus yakin apa yang dikatakan..
* Bertanggung jawab atas ucapannya dalam perbuatan-perbuatan
selanjutnya.
Dalam buku How to do things with words : Austin memerincikan
Speech-acts dengan membedakan 3 macam acts :
Locutionary act : sampaikan makna/isi bahasa yang bermakna pada
dirinya.
Illocutionary act : gunakan daya (force) tertentu = perjanjian, perintah,
vonis,dst
Perlocutionary act : dengan menggunakan force tertentu, maka ucapan
dapat mengakibatkan efek psikologis bagi pendengar : setuju, puas,
gembira, takut,dst
5) Kebenaran sebagai aletheia.
Kebenaran = pewahyuan realitas konkrit sendiri bukan hasil karya
interpretasi subyek pemikir.
Realitas menyingkapkan diri dan disingkapkan dalam kata manusiawi.
Manusia harus berbicara dan demikian menyingkapkan realitas yg
tersembunyi
Apa realitas ini? == pribadi manusia dan Ada (Being) itu sendiri.

6) Penilaian

Teori korespondensi : bagaimana kesesuaian


ditegaskan dalam pertimbangan mengenai masa yad
atau pengandaian?
Teori koherensi : sebelum menegaskan koherensi
antara A dan B, keduanya harus benar dalam hubungan
dengan realitas == T. Korespondensi.
Sangkaan dapat saja keliru meskipun membawa hasil
baik/praktis.
Hasil praktis tidak membuat sangkaan yang
keliru/salah menjadi benar.
Realitas konkrit perlu disingkapkan S dalam bahasa
manusiawi. Pribadi manusia dan misteri Ada perlu
diterima-diaku S yang selanjutnya membuka diri
terhadap appealnya.

3. Dua bentuk dasar pemikiran


a. Pemikiran yang menguasai == di bidang teknis-ilmiah
= Kehendak untuk menguasai (will to power).
Pengetahuan = kuasa == memiliki - menaklukkan segala sesuatu di bawah
kuasa rasio.
E. Levinas : Pemikiran egologis
Pemikiran ini bernilai tetapi jika dijadikansatu-satunya pemikiran manusawi ==
menekan dan melemaskan manusia == utilitarisme.
b. Pemikiran yang mengakui = tertuju pada pribadi-pribadi dan misteri Ada yang
terungkap dalam pribadi2 itu.
= Menerima dan mengakui misteri Ada serta membuka diri terhadap
appealNya.
Tujuan : mencitai menghormati dan membiarkan untuk ada.
: tidak menerangkan apa pun == menunjuk, menjaga, menghormati.
: tidak dijiwai utilitarisme : kegunaan == memberi makna pada
segala sesuatu yang lain.
Bdk. Relasi Aku-Engkau menurut Martin Buber (Yahudi, 1878-1965)
Bagaimana Aku berada dalam hubunganku dengan sesama!
Relasi = benda-benda : Ich Es (I It) = Aku Itu
= sesama dan Allah : Ich Du (I Thou) = Aku Engkau
Itu : menandai dunia pengalaman (Erfahrung) : dunia di mana saya
gunakan benda-benda.
Ditandai : kesewenang-wenangan
: pemilikan dan penguasaan

: relasi S-O = tak terjadi perjumpaan (encounter) dan dialog


Dalam suasana initak pernah tumbuh cinta : rasa sepi
Relasi Aku-Engkau :
Menandai dunia Bezeihung = dunia di mana Aku menyapa Engkau dan Engkau
menyapa Aku == dialog sejati
Aku menjumpai (Encounter) : ada cinta + kebebasan
! Engkau mungkin saja diperlakukan sebagai Itu = tetapi tak dibenarkan
karena Aku jadi Aku karena Engkau.
I require you to become; becoming I, I say you
Engkau tidak mungkin didapatkan dengan mencari Engkau tampil bagi saya
sebagai rahmat == The You encounters me by grace It cannot be found by
seeking.
Sepanjang sejarah manusia : relasi : relasi Aku-Engkau semakin menciut dan
Aku-Itu semakin dominan.
Buber mengkritik budaya modern = peran Iptek yang mematikan relasi-relasi
antar manusia.
? Kita sedang menuju keadaan di mana relasi Aku-Engkau hilang sama sekali?
Buber kutip pernyataan penyair Holderlin : Wo aber gefahr ist, wachst das
rettende auch (namun di mana terdapat bahaya, di situ yang menyelamatkan
bertambah pula).

4. Kebenaran manusiawi bercorak belum-selesai.


2 sikap ekstrim terhadap kebenaran = absolut dan historis-relatif
a. Aspek-aspek kebelum-selesaian
* Fakta : realitas didekati dari banyak sudut pandangan parsial
dan relatif
* Punya sejarah, terlaksana dalam sejarah = adanya aspek
kemajuan dalam kebenaran. Setiap kebenaran terlebur dan
dirumuskan dalam kata-kata historis = dalam kultur tertentu.
b. Kebelum-selesaian bukanlah relativisme
Setiap kebenaran ditandai : relativitas dan parsialitas justru
karena ciri historis-kulturalnya.
Hal ini tidak sama dengan relativisme = tidak ada kebenaran
mutlak, pasti, universal. Cfr. sofisme
Kebenaran manusiawi relatif dalam arti : terikat
pada/berjangkar pada sejarah dan terbuka untuk kritik filsafat
selanjutnya.
parsial : karena memandang realitas
dari
sudut pandangan tertentu.

4. Kebenaran manusiawi bercorak belum-selesai.


2 sikap ekstrim terhadap kebenaran = absolut dan historis-relatif
a. Aspek-aspek kebelum-selesaian
* Fakta : realitas didekati dari banyak sudut pandangan parsial
dan relatif
* Punya sejarah, terlaksana dalam sejarah = adanya aspek
kemajuan dalam kebenaran. Setiap kebenaran terlebur dan
dirumuskan dalam kata-kata historis = dalam kultur tertentu.
b. Kebelum-selesaian bukanlah relativisme
Setiap kebenaran ditandai : relativitas dan parsialitas justru
karena ciri historis-kulturalnya.
Hal ini tidak sama dengan relativisme = tidak ada kebenaran
mutlak, pasti, universal. Cfr. sofisme
Kebenaran manusiawi relatif dalam arti : terikat pada/berjangkar
pada sejarah dan terbuka untuk kritik filsafat selanjutnya.
parsial : karena memandang realitas dari
sudut pandangan tertentu.

F. Kepastian
3 jenis kepastian : disebabkan evidensi yang muncul dari 3 sumber yang
berbeda :
1. K. Metafisik / mutlak
Evidensi muncul dari kata-kata sendiri. Mis. Sebuah lingkaran bersifat
bundar diperoleh dari isi/arti/bobor/komprehension/konotasi istilah-istilah
itu sendiri.
Predikat sudah terkandung sebagai unsur esensial/mutlak dalam istilah
lingkaran (Subyek).
Cth. Pencurian selalu adalah dosa ; Seorang Negro berkulit hitam ; Manusia
berakal budi ; Allah adalah Yang Mahatinggi ; Kursi adalah tempat duduk ;
Membunuh adalah dosa.
Disebut putusan-putusan analitis .
Disebut juga : * Closed system statement

Apriory statement

Agreement statement

Circular statement / circular vitiosus


Putusan-putusan berdasarkan pengalaman disebut :

Sintetis

Opened system statement

Discovery statement

Aposteriory statement

Lenear statement

2. K. Fisis = diperoleh melalui pengamatan atas benda-benda material/fisis


yang memperlihatkan keteraturan, hukum alam tertentu.
Mis. Segala benda material akan jatuh jika dilepaskan.
Air selalu akan mendidih jika dipanaskan sampai 100 derajat Celcius.
Suhu air dalam keadaanmau membeku disebut Celcius nol derajat.
----- Opened system statement ---- closed system statement
Hukum ini berlaku juga untukmateri hidup.
Cth. Saya akan turun dan tenggelam jika saya mencoba berjalan di atas air.
Orang mati tidak akan hidup kembali.
3. K. Moral = diperoleh melalui pengamatan atas kelakuan manusia yang
bebas.
Mis. Seorang yang sangat mencintai kita tidak akan tiba-tiba membunuh
kita.
Seorang residivis biasa mkabuk curi bila ada kesempatan curi lagi.
Informasi/pengamatan == ramal masadepan seseorang.
Cth. Pasti kedua orang itu berkelahi jika duduk berdampingan.
Pasti orang tua marah jika saya terlambat pulang.
Orang itu pasti akan menghadiri rapat pleno.
Namun : termasuk Opened system statement.

4. Prinsip-prinsip pertama
a. Pernyataan primitif : Ada : apa pun yang bukan ketiadaan, ada
Pernyataan utama : bahwa adasesuatu atau sesuatu berada.
Pernyataan ini sekaligus memuat pembagian pertanyaan ke dalam apa dan
bahwa yaitu esse dan eksistensi.
Pengalaman selalu memberi jawaban ganda : sesuatu ..... berada.
b. Prinsip-prinsip pertama :
1). Prinsip identitas : apa yang ada, ada; apa yang tidak ada, tidak ada.
Tak kenal prinsip ini = tak mampu menyatakan apa pun.
Mis. mobil itu mogok kehilangan artinya j ia mobil itu bukan mobil itu
melainkan sesuatu yang lain.
Prinsip ini tidak menyangkal kemungkinan perubahan dan perkembangan.
Mis. Si pasien sekarang telah sembuh
Si buta huruf kini telah dapat membaca.
Anak miskin itu telah menjadi seorang jutawan.
Dalam kalimat2 ini dibuat penegasan tentang sesuatu sekarang yang
sebelumnya ada dalam keadaan lain.
Prinsip identitas ini berlaku pula bagi penegasan-penegasan historis yang
tetap benar pada hari ini bahkan selamanya. Peristiwa historis A perist.hist.A.
Prinsip ini dapat diubah menjadi Prinsip kontradiksi : tak ada sesuatu pun
yang ada sekalaigus tidak ada.
Tak dapat sekaligus menyatakan dan menyangkal kebenaran suatu pernyataan.
Bilamana suatu pernyataan mengandung kontradiksi ?
= Subyek sama = waktu sama = tempat sama = sudut pandang sama =
dua sebutan sungguh kontradiktoris

2). Prinsip Alasan memadai : alasan di sini berarti dasar


Pikiran harus tangkap suatu dasar yang memadai
bagi fakta bahwa sesuatu ada.
Prinsip ini dapat dikenakan pada pengada tak terbatas :
Allah = Allah ada dari dirinya sendiri, kodrat-Nya adalah
berada. Eksistensi-Nya = Esensi-Nya.
Makhluk : pengada yang bisa ada atau tidak ada == maka
kalau mereka benar-benar ada : pasti ada alasan memadai
mengapa pengada ini yang bisa jadi tidak ada sekarang ini
dan di sini toh ada.
3). Prinsip Penyebab Efisien
= Setiap pengada kontingen mengandaikan adanya alasan
memadai dari luar bagi adanya.
Sebab efisien : penyebab memadai dari luar bagi menjadi
adanya sesuatu.
Eksistensi kontingen : eksistensi relatif yang secara
esensial
menunjuk kepada yang lain.

4). Kausalitas dan determinisme


Hukum penyebaban sains : Setiap peristiwa secara niscaya
dihubungkan dengan suatu peristiwa sebelumnya.
Hukum penyebaban sains = hukum determinisme
Determinisme = kalau peristiwa-peristiwa sebelumnya
terjadi, hasilnya selalu akan mengikuti
secara niscaya.
Prinsip kausalitas filosofis = bila suatu pengada kontingen
atau peristiwa terjadi haruslah
ada alasan ekstrinsik yang
memadai untuk adanya.
Sebab ini : tidak harus merupakan anggota dari seri
temporal sebelumnya
: juga bukan bahwa sebab ini harus bertindak
secara niscaya.
Pengertian sebab bebas bukan suatu kontradiksi filosofis,
meskipun secara saintifik hal ini merupakan kontradiksi.

AKSIOLOGI
1. Nilai dari Ilmu
Guna ilmu? = telah banyak mengubah dunia.
= selalu merupakan berkat dan penyelamat manusia?
Einsten = perang : ilmu = saling meracun saling menjagal
= damai : ilmu bikin hidup dikejar waktu dan penuh tak tentu ...
= ilmu ini indah : menghemat kerja, bikin hidup lebih mudah
Mengapa membawa kebahagiaana sedikit sekali ?
Francis Bacon : pengetahuan = kekuasaan == berkat atau malapetaka
tergantung ilmuan
Ilmu netral = tidak kenal sifat baik atau buruk ilmuwanlah harus
mengambil sikap.
Jalan mana untuk memanfaatkan kekuasaan besar ini? =
terletakpada sistem nilai yang dianut ilmuwan.
Dkl. Netralitas ilmu terletak pada dasar epistemologinya : jika hitam
katakan hitam, jika putih katakan putih = tidak memihak ==
hanya
memihak pada kebenaran nyata.
Secara ontologis + aksiologis = ilmuwan harus mampu membedakan
baik-buruk dan mengharuskan dia menentukan sikap.
Perlu landasan moral yang kuat = bukan hanya menjadi ilmuwan yang
berotak besar tetapi juga berjiwa besar.

2. Hubungan manusia dan alam


Bacon : knowledge is power : untuk kuasai alam harus kuasai ilmu.
Kuasai alam = butuh norma-norma etis = agar alam tidak rusak ancam
hidup manusia
Hubungan manusia alam = intrinsik, kosmologis dan etis epistemologis.
= konstitutif, bahkan man adalah bagian dari
lingk.hidup itu
Heidegger = alam : alat/sarana (Zeug) bagi manusia untuk digunakan
(Zubanden).
Alam = dibudayakan, dikultivasi, dihumanisasi man bersama
dirinya.
2 sikap manusia menghadapi alam :
* Kuasai-tundukkan alam berkat iptek = perhatikan etika lingkungan.
* Mendewakan alam = menyerah pada struktur dan norma alam : iptek
tidak berkembang
Kewajiban moral = jaga kelestarian alam dalam kesimbangannya.

3. Ilmuwan dan moral


Ilmuwan-teknokrat : wajib moral = terapkan iptek demi
peningkatan kemanusiaan.
= visi moral sikap ilmiah
Sikap ilmiah = bagaimana mencapai ilmu yang bebas dari
prasangka pribadi.
= dipertanggungjawabkan secara sosial untuk
melestarikan dan menyeimbangkan alam
semesta ini.
= dipertanggungjawabkan kepada Tuhan : selaras
dengan kehendak manusia dan kehendak
Tuhan?

4. Tujuan ilmu pengetahuan


a. Tujuan teoretis
= demi pengembangan ilmu sendiri : memperluas
memperdalam.
= cari asal usul segala sesuatu yang ada (filsafat Yusnani).
b. Tujuan praksis
Tujuan natural = (1) mempertahanskan hidup
(2) meningkatkan kemungkinan yang
disajikan
hidup ini
Tradisi Yahudi-kristiani : membantu sesama yang menderita,
yang tak berdaya dan tidak berhak atas bantuan karena tidak
sanggup menyumbangkan sesuatu kepada masyarakat yang
dapat menjadi dasar haknya.
Hippokrates medico-etic :
= Penyakit punya sebab kodrati bukan sebab magisreligius
Ditangani secara rasional-empiris
= Dokter wajib utamakan kepentingan penderita di atas
segalanya.
Kombinasi : ilmiah tanggung jawab etis (fils.Yunani) ada juga
pada Hippokrates.

Hippokrates dan Agama Kristen ?


Hippokrates = tak menghiraukan perawatan pasien yang tak mungkin sembuh
lagi.
= Ilmu kedok. Yunani = manusia sehat manusia ideal yang
punya keseimbangan rohani-jasmani.
Segi etis = tak boleh bantu pasien yang tak mungkin
disembuhkan karena mustahil ia menjadi lagi manusia ideal.
Ag.Kristen = perhatikan manusia yang hampir tidak lagi dapat disebut manusia
jauh dari manusia ideal.
Ditekankan nilai setiap manusia di hadapan Tuhan.
Lahirlah caritas : berusaha meringankan penderitaan.
Caritas : beri dimensi etis baru bagi praksis = beri bantuan
sangat berharga bagi orang yang tak punya harapan hidup
lagi.
Perjumpaan praksis IP praksis caritas membawa konsekuensi :

Caritas berdiri di tengah kehidupan biasa : melawan kemiskinan,


kelaparan, ketidaktahuan dsb dilakukan dengan mengikutsertakan
kecakapan profesional, ilmiah, teknis dan organisatoris.

Caritas = Iptek + manajemen dapat makna baru == tertuju pada manusia


yang menderita dalam arti paling luas.
Perkembangan Iptek sejak filsafat Yunani : tujuan praksis dengan orientasi etis
= membantu manusia yang menderita agar bisa hidup pantas.

5. Etos intrinsik dari teknologi


= menciptakan peluang bagi semua orang untuk
mengembangkan diri seutuhnya.
Tujuan teknologi = membebaskan manusia dari urusan material
berhasil. Mengapa?
Banyak fungsi diambil alih oleh mesin = manusia : kreativitas +
penguasaan.
Manusia : lebih merupakan hamba teknologi karena kurang
penguasaan.
: belajar hidup dalam hubungan2 sosial baru
Mengapa? = teknologi baru sedikit sekali menjalankan
pengaruh membebaskan
Mana etos intrinsik teknologi yang baik? = sarana membebaskan
manusia dari keterikatannya pada dunia maerial.

membantu perkembangan manusia


meningkatkan kedewasaan pribadi : menjadi manusia seutuhnya.

6. Iptek sebagai tujuan


Iptek = sarana pengembangan diri manusia seutuhnya
= hasil perkembangan manusia
Man = bukan sarana untuk tujuan di luar manusia.
= bukan sarana untuk manusia di masa mendatang
= sejauh bisa setiap generasi berusaha mengembangkan
diri sebaik mungkin demi masa depan.
Tugas manusia sekarang = memajukan IP dengan visi yang
tepat = manusia jangan jadi budak teknologi.

Anda mungkin juga menyukai