Anda di halaman 1dari 19

A.

PEMBERIAN OBAT SECARA TOPIKAL


a) Pengertian
Pemberian obat secara topikal adalah memberikan obat secara lokal pada kulit atau
membran mukosa pada area mata, hidung, lubang telinga, vagina, dan rektum.

b) Tujuan
Memperoleh reaksi lokal dari obat tersebut.

1. PEMBERIAN OBAT TOPIKAL PADA KULIT


a) Pengertian
Pemberian obat secara topikal pada kulit adalah memberi obat secara lokal pada kulit.

b) Tujuan
Memperoleh reaksi lokal dari obat tersebut.

c) Persiapan alat
Obat topikal sesuai yang dipesankan (krim, losion, aerosol, bubuk, spray)
Buku obat
Kasa kecil steril (sesuai kebutuhan)
Sarung tangan sekali pakai atau steril (jika perlu)
Lidi kapas atau sudip lidah
Baskom dengan air hangat, waslap, handuk, dan sabun basah
Kasa balutan, penutup plastik, dan plester (sesuai kebutuhan)

d) Prosedur pelaksanaan
1. Cek order dokter untuk memastikan nama obat, daya kerja, dan tempat
pemberian obat.
Memastikan bahwa obat tersebut akan diberikan dengan aman dan akurat.
2. Cuci tangan.
Mengurangi transmisi mikroorganisme.
3. Atur peralatan di samping tempat tidur klien.

1
Agens topikal biasanya tidak disiapkan di ruang obat.
4. Tutup gorden atau pintu ruangan.
Memberikan privasi pada klien.
5. Identifikasi klien secara tepat.
Memastikan bahwa klien yang benar menerima obat yang tepat.
6. Posisikan klien dengan tepat dan nyaman, pastikan hanya membuka area yang
akan diberikan obat.
Memberikan kemudahan pada saat pengobatan dan menjaga privasi.
7. Inspeksi kondisi kulit. Cuci area yang sakit, lepaskan semua debris dan kerak
pada kulit (gunakan sabun basah ringan).
Menentukan perubahan kondisi kulit setelah terapi, dan pelepasan debris
meningkatkan penetrasi obat topikal pada kulit sehingga menghilangkan
semua mikroorganisme.
8. Keringkan atau biarkan area mengering.
Kelembapan yang berlebihan dapat memengaruhi daya kerja agens topikal.
9. Jika kulit terlalu kering dan mengeras, gunakan agens topikal saat kulit masih
basah.
Mempertahankan kelembapan pada lapisan kulit.
10. Gunakan sarung tangan jika terdapat indikasi.
Sarung tangan steril digunakan bila obat diberikan pada lesi kulit terbuka
dan tidak terinfeksi. Sarung tangan sekali pakai mencegah kontaminasi silang
injeksi atau tertularnya lesi.
11. Oleskan agens topikal :
a) Krim, salep dan losion yang mengandung minyak
- Letakkan satu sampai dengan dua sendok teh obat di telapak tangan
kemudian lunakkan dengan menggosokkan obat secara lembut di antara
kedua tangan.
Pelunakan mempermudah kita menggosokkan obat pada kulit.
- Usapkan merata di atas permukaan kulit, lakukan gerakan memanjang
searah pertumbuhan bulu.
Memastikan penyebaran obat yang merata. Mencegah iritasi folikel
rambut.
- Jelaskan pada klien bahwa kulit dapat terasa berminyak setelah pemberian
obat.

2
Salep sering mengandung minyak.
b) Losion yang mengandung suspense
- Kocok wadah dengan kuat
Agar suspensi dapat tercampur dengan baik.
- Oleskan sejumlah kecil losion pada kasa balutan atau bantalan kecil dan
oleskan pada kulit serta tekan secara merata searah pertumbuhan bulu.
Metode ini memberikan lapisan bubuk pelindung pada kulit setelah
suspensi mongering. Mencegah iritasi folikel rambut.
- Jelaskan pada klien bahwa area akan terasa dingin dan kering.
Air akan menguap untuk meninggalkan lapisan tipis bubuk.
c) Bubuk
- Pastikan bahwa permukaan kulit kering secara menyeluruh.
Meminimalkan pengembangan dan pengerasan bubuk.
- Regangkan dengan baik lipatan bagian kulit, seperti di antara ibu jari atau
bagian bawah lengan.
Memperlihatkan dengan baik permukaan kulit untuk pemberian obat.
- Bubuhkan secara tipis pada area yang bersangkutan.
Lapisan tipis bubuk lebih mudah diserap dan mengurangi fiksi dengan
meningkatkan area kelembapan evaporasi.
d) Spray aerosol
- Kocok wadah dengan keras.
Mencampurkan isi agar distribusi spray halus.
- Baca label untuk jarak yang dianjurkan untuk memegang spray menjauh
area (biasanya 15-30 cm).
Jarak yang tepat memastikan bahwa semprotan halus menerpa permukaan
kulit. Jika wadah dipegang terlalu dekat, distribusi semprotan akan sempit
dan berair.
- Jika leher atau bagian atas dada harus disemprot, minta klien untuk
memalingkan wajah dari arah spray.
Mencegah inhalasi spray.
- Semprotkan obat dengan merata pada bagian yang sakit (pada beberapa
kasus, penyemprotan ditetapkan waktunya selama beberapa detik).
Keseluruhan area yang sakit pada kulit harus dilapisi dengan spray yang
tipis.

3
12. Tutup area kulit dengan balutan bila ada instruksi dokter.
Dapat membantu mencegah obat terlepas dari kulit.
13. Bantu klien pada posisi yang nyaman, kenakan kembali pakaian dan tutup
dengan linen tempat tidur sesuai keinginan.
14. Rapikan kembali peralatan yang masih dipakai, buang peralatan yang sudah
tidak digunakan pada tempat yang sesuai.
15. Cuci tangan.

2. PEMBERIAN OBAT MATA


a) Pengertian
Memberikan obat pada mata dalam bentuk cair atau ointment (salep).

b) Tujuan
Mengobati gangguan mata.
Mendilatasikan pupil pada pemeriksaan struktur internal mata.
Melemahkan otot lensa mata pada pengukuran refraksi mata.
Mencegah kekeringan pada mata.

c) Persiapan alat
Botol obat dengan penetes steril atau salep dalam tube (bergantung pada jenis
sediaan obat)
Buku obat
Bola kapas kering steril (stuppers)
Bola kapas basah (salin normal) steril
Baskom cuci dengan air hangat
Penutup mata (jika perlu)
Sarung tangan steril

d) Prosedur pelaksanaan
1. Periksa order dokter untuk memastikan nama obat, dosis, waktu pemberian
dan rute.
Memastikan keamanan dan keakuratan pemberian obat.

4
2. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan.
Meminimalkan transfer mikroorganisme.
3. Identifikasikan klien dengan tepat.
4. Jelaskan prosedur pengobatan dengan tepat.
Mengurangi ansietas klien.
5. Atur klien pada posisi telentang atau duduk dengan hiperekstensi leher.
Mempermudah akses ke mata untuk pemberian obat tetes mata, juga
meminimalkan drainase obat melalui duktus air mata.
6. Pakai sarung tangan steril.
7. Dengan kapas basah steril, bersihkan kelopak mata dari dalam ke luar.
Mencegah kontaminasi pada bagian mata yang lain dan pada kelenjar
lakrimal.
8. Minta klien untuk melihat ke langit-langit.
Tindakan ini meretraksi bagian kornea yang sensitive ke atas dan menjauhi
konjungtiva serta mengurangi rangsangan refleks berkedip.
9. Meneteskan obat tetes mata :
- Dengan tangan dominan Anda di dahi klien, pegang penetes mata yang
terisi obat 1-2 cm (0,5-0,75 inci) di atas sakus konjungtiva dan jari tangan
nondominan menarik kelopak mata ke bawah.
Membantu mencegah kontak penetes mata dengan struktur mata sehingga
mengurangi risiko cedera mata dan pemindahan infeksi ke penetes obat.
- Teteskan sejumlah obat yang diresepkan ke dalam sakus konjungtiva.
Sakus konjungtiva normalnya menahan 1-2 tetes. Dengan meneteskan
obat tetes ke dalam sakus, penyebaran obat akan merata di seluruh mata.

Gambar 12.14 Meneteskan obat mata pada sakus konjungtiva. (Kozier, B. 2000.
Fundamental of Nursing)

5
- Jika klien berkedip atau menutup mata atau jika tetesan jatuh ke pinggir
luar kelopak mata, ulangi prosedur.
Efek terapeutik obat didapat bila tetesan masuk ke dalam sakus
konjungtiva.
- Setelah meneteskan obat tetes, minta klien untuk menutup mata dengan
perlahan.
Membantu mendistribusikan obat. Berkedip atau menggosok mata
mendorong obat keluar dari sakus konjungtiva.
- Berikan tekanan yang lembut pada duktus nasolakrimal klien selama 30-60
detik.
10. Memasukkan salep mata :
- Pegang aplikator salep di atas pinggir kelopak mata, pencet tube sehingga
memberikan aliran tipis sepanjang tepi dalam kelopak mata bawah pada
konjungtiva.
Mendistribusikan obat merata ke mata dan pinggir kelopak mata.
- Minta klien untuk melihat ke bawah.
Mengurangi refleks selama pemberian.
- Buka kelopak mata atas.
- Berikan aliran tipis sepanjang kelopak mata atas pada konjungtiva bagian
dalam.
Mendistribusikan obat secara merata pada mata dan garis kelopak mata.
- Biarkan klien memejamkan mata dan menggosok kelopak mata secara
perlahan dengan gerakan sirkular menggunakan bola kapas.
Mendistribusikan obat lebih lanjut tanpa menimbulkan trauma pada mata.
11. Jika terdapat kelebihan obat pada kelopak mata, usap dengan perlahan dari
bagian dalam ke luar kantus.
Meningkatkan kenyamanan dan mencegah trauma mata.
12. Jika klien mempunyai penutup mata, pasang penutup mata yang bersih di atas
mata yang sakit sehingga seluruh mata terlindungi. Plester dengan aman tanpa
memberikan penekanan pada mata.
Penutup mata bersih menggunakan risiko infeksi.
13. Lepaskan sarung tangan, cuci tangan, dan buang peralatan yang sudah dipakai.
Mengurangi transmisi mikroorganisme.

6
14. Catat obat, konsentrasi, jumlah tetesan, waktu pemberian, dan mata (kiri,
kanan, atau kedua-duanya) yang diobati.

Gambar 12.16 Memberikan obat salep mata pada tepi dalam kelopak mata bawah pada konjungtiva. (Kozier, B.
2000. Fundamental of Nursing)

3. PEMBERIAN OBAT TETES TELINGA


a) Pengertian
Memberikan obat pada telinga melalui kanal eksternal, dalam bentuk cair.

b) Tujuan
Memberikan efek terapi lokal (mengurangi peradangan, membunuh organism
penyebab infeksi pada kanal telinga eksternal).
Menghilangkan nyeri.
Melunakkan serumen agar mudah diambil.

c) Persiapan alat
Botol obat dengan penetes steril
Buku obat
Lidi kapas
Salin normal
Sarung tangan sekali pakai (jika perlu)
Bengkok

7
d) Prosedur pelaksanaan
1. Cek kembali jenis pengobatan, waktu, jumlah, dan dosis obat; dan pada telinga
bagian mana obat harus diberikan.
2. Siapkan klien.
- Identifikasikan klien dengan tepat dan tanyakan namanya.
- Sediakan asisten bila perlu, untuk mencegah cedera pada bayi dan anak
kecil.
- Atur posisi klien miring ke samping (side-lying) dengan telinga yang akan
diobati pada bagian atas.
3. Bersihkan daun telinga dan lubang telinga.
- Gunakan sarung tangan bila dicurigai terdapat infeksi.
- Dengan menggunakan lidi kapas yang dibasahi cairan, bersihkan daun
telinga dengan meatus auditorius.
4. Hangatkan obat dengan tangan Anda atau rendam obat ke dalam air hangat
dalam waktu yang singkat.
Memberikan kenyamanan pada klien saat obat dimasukkan.
5. Tarik daun telinga ke atas dan ke belakang (untuk dewasa dan anak-anak di
atas 3 tahun), tarik daun telinga ke bawah dan ke belakang (bayi).
Dengan menarik daun telinga, obat dapat mengalir sepanjang kanal telinga.
6. Masukkan sejumlah tetes obat yang tepat sepanjang sisi kanal telinga.
7. Berikan penekanan yang lembut beberapa kali pada tragus telinga.
Penekanan pada tragus membantu aliran obat dalam kanal telinga.
8. Minta klien untuk tetap berada pada posisi miring selama 5 menit.
Mencegah obat mengalir ke luar dari kanal telinga.
9. Kaji respon klien.
10. Kaji karakter dan jumlah pengeluaran, adanya ketidaknyamanan dan
sebagainya. Lakukan segera setelah obat dimasukkan dan ulangi lagi pada saat
efek obat telah bekerja.
11. Rapikan alat dan buang peralatan yang sudah tidak dipakai.
12. Dokumentasikan semua tindakan.

8
Gambar 12.17 A. Menarik daun telinga anak-anak ke bawah dan belakang; B. Meneteskan obat telinga.
(Kozier, B. 2000. Fundamental of Nursing)

4. PEMBERIAN OBAT TETES HIDUNG


a) Pengertian
Memberikan obat tetes melalui hidung.

b) Tujuan
Mengencerkan sekresi dan memfasilitasi drainase dari hidung.
Mengobati infeksi pada rongga hidung dan sinus.

c) Persiapan alat
Botol obat dengan penetes steril
Buku obat
Sarung tangan sekali pakai (jika perlu)
Bengkok

d) Prosedur pelaksanaan
1. Cek kembali order pengobatan mengenai jenis pengobatan, waktu, jumlah, dan
dosis obat; dan pada hidung bagian mana obat harus diberikan.
2. Siapkan klien.
- Identifikasi klien dengan tepat dan tanyakan namanya.
- Sediakan asisten jika perlu, untuk mencegah cedera pada bayi dan anak
kecil.

- Atur posisi klien berbaring supinasi dengan kepala hiperekstensi di atas


bantal (untuk pengobatan sinus etmoid dan sfenoid) atau posisi supinasi
9
dengan kepala hiperekstensi dan miring ke samping (untuk pengobatan
sinus maksilar dan frontal).

- Bersihkan lubang hidung.

- Gunakan sarung tangan bila dicurigai terdapat infeksi.

3. Masukkan sejumlah tetes obat yang tepat pada bagian tengah konka superior
tulang etmoidalis.

Gambar 12.18 Posisi kepala saat meneteskan obat, A. Ke dalam sinus etmoid dan sphenoid;
B. Ke dalam sinus maksilaris dan frontalis. (Kozier, B. 2000 Fundamental of Nursing)

4. Minta klien untuk tetap berada pada posisi ini selama 1 menit.

Mencegah obat mengalir ke luar dari rongga hidung.

5. Kaji respon klien.

6. Kaji karakter dan jumlah pengeluaran, adanya ketidaknyamanan dan


sebagainya. Lakukan segera setelah obat dimasukkan dan ulangi lagi pada saat
efek obat telah bekerja.

7. Rapikan alat dan buang peralatan yang sudah tidak dipakai lagi.

8. Dokumentasikan semua tindakan.

5. PEMBERIAN OBAT MELALUI VAGINA

10
a) Pengertian
Memberikan sejumlah obat ke dalam vagina.

b) Tujuan
Mengobati infeksi pada vagina.
Menghilangkan nyeri, rasa terbakar, ketidaknyamanan pada vagina.
Mengurangi peradangan.

c) Persiapan alat
Obat sesuai yang diperlukan (krim, jelly, foam, atau supositoria)
Aplikator untuk krim vagina
Pelumas untuk supositoria
Sarung tangan sekali pakai
Pembalut
Handuk bersih
Gorden/sampiran
Bengkok

d) Prosedur pelaksanaan
1. Cek kembali order pengobatan mengenai jenis pengobatan, waktu, jumlah, dan
dosis obat.
2. Siapkan klien.
- Identifikasi klien dengan tepat dan tanyakan namanya.
- Jaga privasi dan minta klien untuk berkemih terlebih dahulu.
Pengosongan kandung kemih akan mengurangi ketidaknyamanan saat
pelaksanaan prosedur dan mengurangi risiko cedera vagina.
- Atur posisi klien berbaring supinasi dengan kaki fleksi dan pinggul rotasi
internal.
- Tutup dengan selimut mandi dan pajankan area perineal saja.
3. Pakai sarung tangan.
4. Inspeksi orifisium vagina, catat adanya pengeluaran, bau, atau rasa tidak
nyaman.

11
5. Lakukan perawatan perineal.

Pemberian supositoria
1. Buka bungkus aluminium foil supositoria dan oleskan sejumlah pelumas yang
larut dalam air pada ujung supositoria yang bulat dan halus. Lumaskan jari
telunjuk yang telah dipasang sarung tangan dari tangan dominan.
Mengurangi friksi terhadap permukaan mukosa selama insersi.
2. Dengan tangan nondominan yang sudah terpasang sarung tangan, regangkan
lipatan labia.
Memajankan orifisium vagina.
3. Memasukkan supositoria sekitar 8-10 cm sepanjang dinding vagina posterior.
Memastikan distribusi obat yang merata sepanjang dinding rongga vagina.
4. Tarik jari tangan dan bersihkan pelumas yang tersisa di sekitar orifisium dan
labia.
5. Minta klien untuk tetap berada pada posisi tersebut selama 5-10 menit setelah
insersi.
Memungkinkan obat meleleh dan diabsorbsi ke dalam mukosa vagina.
6. Tawarkan pembalut perineal sebelum klien melakukan ambulasi.
Memberikan kenyamanan kien.
7. Lepaskan sarung tangan dan buang ke dalam tempat yang sesuai.
8. Cuci tangan.
9. Kaji respon klien.
10. Dokumentasikan seluruh tindakan.

Pemberian krim vagina, jeli, atau foam/busa


1. Isi aplikator, ikuti petunjuk yang tertera pada kemasan.
Dosis ditentukan berdasarkan volume yang terdapat dalam aplikator.
2. Regangkan lipatan labia secara perlahan dengan tangan nondominan bersarung
tangan .
3. Dengan tangan dominan yang telah memakai sarung tangan, masukkan
aplikator ke dalam vagina 5 cm. Dorong penarik aplikator untuk
mengeluarkan obat hingga aplikator kosong.

12
4. Tarik aplikator dan letakkan di atas handuk. Bersihkan sisa krim pada labia
dan orifisium vagina.
Aplikator diletakkan di atas handuk untuk mencegah penyebaran
mikroorganisme.
5. Buang aplikator atau bersihkan kembali sesuai dengan petunjuk penggunaan
dari pabrik pembuatnya.
6. Instruksikan klien untuk tetap berada pada posisi semula selama 5-10 menit.
7. Lepaskan sarung tangan dan buang di tempat semestinya.
8. Cuci tangan.
9. Kaji respon klien.
10. Dokumentasikan semua tindakan.

F. PEMBERIAN OBAT SUPOSITORIA MELALUI REKTAL


a) Pengertian
Memberikan sejumlah obat ke dalam rektum dalam bentuk supositoria.

b) Tujuan
Memperoleh efek pengobatan secara lokal maupun sistemik.
Melunakkan feses sehingga mudah untuk dikeluarkan.

c) Persiapan alat
Kartu obat
Supositoria rectal
Jeli pelumas
Sarung tangan sekali pakai
Tisu
Bengkok

d) Prosedur pelaksanaan
1. Periksa kembali order pengobatan mengenai jenis pengobatan, waktu, jumlah,
dan dosis obat.
2. Siapkan klien.

13
- Identifikasi klien dengan tepat dan tanyakan namanya.
- Berikan penjelasan pada klien dan jaga privasi.
- Atur posisi klien dalam posisi Sims dengan tungkai bagian atas refleksi ke
depan.
- Tutup dengan selimut mandi dan pajankan area perineal saja.
3. Kenakan sarung tangan.
4. Buka supositoria dari kemasannya dan beri pelumas pada ujung bulatnya
dengan jeli. Beri pelumas sarung tangan pada jari telunjuk dari tangan
dominan Anda.
5. Minta klien untuk menarik napas dalam melalui mulut dan untuk merelakskan
sfingter ani.
6. Regangkan bokong klien dengan tangan nondominan. Dengan jari telunjuk
yang tersarungi, masukkan supositoria ke dalam anus, melalui sfingter ani dan
mengenai dinding rektal 10 cm pada orang dewasa dan 5 cm pada bayi dan
anak-anak.
Supositoria harus diletakkan mengenai mukosa rektal untuk absorbs dan kerja
terapeutik.

Gambar 12.21 Memasukkan supositoria rectal. (Kozier, B. 2000 Fundamental of Nursing)

7. Tarik jari Anda dan bersihkan area anal klien.


8. Anjurkan klien untuk tetap berbaring telentang atau miring selama 5 menit.
Mencegah keluarnya supositoria.
9. Jika supositoria mengandung laksatif atau pelunak feses, letakkan tombol
pemanggil dalam jangkauan klien.

14
Agar klien dapat mencari bantuan untuk mengambil pispot atau ke kamar
mandi.
10. Buang sarung tangan pada tempatnya dengan benar.
11. Cuci tangan.
12. Kaji respon klien.
13. Dokumentasikan seluruh tindakan.
G. PEMBERIAN OBAT DENGAN CARA INHALASI
a) Pengertian
Terapi inhalasi adalah cara pengobatan dengan cara memberi obat untuk
dihirup agar dapat langsung masuk menuju paru-paru sebagai organ sasaran
obatnya. Pemberian per inhalasi adalah pemberian obat secara langsung ke dalam
saluran napas melalui hirupan.

b) Tujuan
Pada asma, penggunaan obat secara inhalasi dapat mengurangi efek samping
yang sering terjadi pada pemberian parenteral atau per oral, karena dosis yang
sangat kecil dibandingkan jenis lainnya. Terapi ini biasanya digunakan dalam
proses perawatan penyakit saluran pernafasan yang akut maupun kronik, misalnya
pada penyakit asma. Asma termasuk penyakit yang sering terjadi pada anak-
anak. Asma adalah suatu gangguan pada saluran bronchial yang mempunyai ciri
bronchospasme periodik (kontraksi spasme pada saluran nafas). Selain asma
ada batuk / pilek karena alergi adalah gangguan saluran pernafasan yang paling
umum terjadi. Banyak cara dicoba untuk mempercepat penyembuhan dan
pengurangan gejala akibat masalah ini termasuk secara inhalasi.

c) Keuntungan & Kerugian


Keuntungannya, Dibandingkan dengan terapi oral (obat yang diminum), terapi
ini lebih efektif, kerjanya lebih cepat pada organ targetnya, serta membutuhkan
dosis obat yang lebih kecil, sehingga efek sampingnya ke organ lainpun lebih
sedikit. Sebanyak 20-30% obat akan masuk di saluran napas dan paru-paru,
sedangkan 2-5% mungkin akan mengendap di mulut dan tenggorokan.
Bandingkan dengan obat oral. Ibaratnya obat tersebut akan "jalan-jalan" dulu ke
lambung, ginjal, atau jantung sebelum sampai ke sasarannya, yakni paru-paru.

15
Pada anak-anak, umumnya diberi tambahan masker agar obat tidak menyemprot
kemana-mana. Dengan cara ini, bayi/balita cukup bersikap pasif dan ini jelas
menguntungkan. Artinya, si kecil cuma perlu bernapas saja dan tak mesti begini
atau begitu. Kalaupun ia menangis, tak perlu khawatir juga karena efeknya malah
semakin bagus mengingat obatnya kian terhirup.
Kerugiannya, Jika penggunaan di bawah pemeriksaan dokter dan obat yang di
pakai tidak cocok dengan keadaan mulut dan sistem pernafasan , hal yang
mungkin bisa terjadi adalah iritasi pada mulut dan gangguan pernafasan. Jadi
pengguna pengobatan inhalasi akan terus berkonsultasi pada dokter tentang obat
nya. Selain hal itu obat relatif lebih mahal dan bahkan mahal dari pada obat oral.

d) Tindakan Keperawatan
PROSEDUR INHALASI
1. Selang dan masker yang digunakan pasien harus masing-masing, artinya setiap
pasien harus memiliki sendiri.
2. Ikuti resep yang dianjurkan oleh dokter, jangan memakai resep yang diberikan
pada sakit sebelumnya.
3. Perhatikan obat mana yang dapat digabung atau harus dipisah dalam
pemberian terapi inhalasi.
4. Pada saat mesin dihidupkan, pasien tarik nafas dalam perlahan dengan mulut,
tahan 2-3 detik dan hembuskan kembali. Pada anak-anak cukup dianjurkan
bernafas normal.
5. Ajarkan kepada pasien untuk tidak bernafas terlalu cepat, karena ini akan
menyebabkan pusing, gemetardan mual.
6. Terapi dilangsungkan kurang lebih 10-15 menit.

CARA PEMASUKAN OBAT


Cara memberikan obat melalui hirupan tersebut dikenal sebagai terapi
inhalasi. Secara garis besar ada 3 macam alat/jenis terapi inhalasi, yaitu nebulizer,
MDI (metered dose inhaler), dan DPI (dry powder inhaler).
Jenis DPI yang paling sering digunakan adalah turbuhaler. MDI adalah berupa
alat semprot yang berisi obat yang harus dihirup dengan ukuran dosis tertentu.
Pada MDI, obat yang dihirup dalam bentuk aeorosol (kabut), sedangkan pada DPI,

16
obat yang dihirup berupa serbuk kering. Diperlukan teknik yang benar untuk dapat
menggunakan MDI ini, antara lain perlu adanya koordinasi yang pas pada saat
menekan alat semprot tersebut dengan saat menghirup obatnya. Sehingga, untuk
anak-anak kecil, alat ini mungkin agak sulit cara menggunakannya, kecuali jika
sudah dilatih secara cukup.
Obat yang biasanya digunakan dalam terapi inhalasi adalah golongan pelega
saluran nafas (bronkodilator) atau untuk mengurangi inflamasi atau peradangan
jalan nafas (golongan kortikosteroid). Ada obat-obat yang harus digunakan secara
rutin untuk mencegah serangan asma, dan ada obat-obat yang cukup digunakan
pada saat terjadinya serangan.

17
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Secara umum, pengertian obat adalah semua bahan tunggal/campuran yang
dipergunakan oleh semua makhluk untuk bagian dalam dan luar tubuh guna
mencegah, meringankan, dan menyembuhkan penyakit.Obat adalah bahan atau
paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk mempengaruhi atau
menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalamrangka penetapan diagnosis,
pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatankesehatan dan kontrasepsi, untuk
manusia (UU No. 36 Thn 2009). Dalam dunia kesehatan khususnya dalam dunia
keperawatan, obat sudah menjadisalah satu komponen yang umum ditemui sehari-hari
serta telah menjadi bagian penting dalam melakukan proses keperawatan.

B. SARAN
Setiap obat merupakan racun yang yang dapat memberikan efek samping yang
tidak baik jika kita salah menggunakannya. Oleh karena itu, kita sebagai perawat kira
nya harus melaksanakan tugas kita dengan sebaik-baiknya tanpa menimbulkan
masalah-masalah yang dapat merugikan diri kita sendiri maupun orang lain.

18
DAFTAR PUSTAKA

Kusyati, Eni. Keterampilan dan Prosedur Laboratorium Keperawatan Dasar. Jakarta:


Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Diakses pada tanggal 15 april 2015


http://myblogisbee.blogspot.com/2012/01/inhalasi-bab-i-pendahuluan-1.html

19

Anda mungkin juga menyukai