Anda di halaman 1dari 6

KEWASPADAAN UNIVERSAL

Oleh : Afdhal

Kewaspadaan Universal (Universal Precaution) yaitu tindakan pengendalian


infeksi yang dilakukan oleh seluruh tenaga kesehatan untuk mengurangi risiko
penyebaran infeksi dan didasarkan pada prinsip bahwa darah dan cairan tubuh dapat
berpotensi menularkan penyakit, baik yang berasal dari pasien maupun petugas
kesehatan (Nursalam, 2007).
Disebut universal karena harus diberlakukan pada semua pasien dan semua
prosedur tindakan tanpa kekecualian. Tujuannya adalah melindungi tenaga kesehatan
dan semua pasien dari tertular penyakit selama menjalani perawatan, mengurangi
jumlah mikroba patogen di lingkungan rumah sakit. Kewaspadaan universal ini meliputi
cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan, pemakaian alat pelindung diri
(sarung tangan, masker, apron), pengelolaan alat kesehatan, pengelolaan jarum dan alat
tajam untuk mencegah perlukaan (Dep Kes RI, 2003).
Kewaspadaan universal diterapkan untuk melindungi setiap orang (pasien dan
petugas kesehatan) apakah mereka terinfeksi atau tidak. Kewaspadaan universal
berlaku untuk darah, sekresi, ekskresi terkecuali keringat, luka pada kulit, dan selaput
lendir. Penerapan standar ini penting untuk mengurangi risiko penularan
mikroorganisme yang berasal dari sumber infeksi yang diketahui atau tidak diketahui
misalnya pasien, benda terkontaminasi, jarum suntik bekas pakai, dan sputum di dalam
layanan kesehatan.
Ketiga prinsip tersebut dijabarkan menjadi 5 kegiatan pokok, yaitu mencuci
tangan guna mencegah infeksi silang, pemakaian alat pelindung diri diantaranya
pemakaian sarung tangan guna mencegah kontak dengan darah serta cairan infeksius,
pengelolaan alat kesehatan, pengelolaan alat tajam untuk mencegah perlukaan, dan
pengelolaa limbah (Dep Kes RI, 2003).

a. Cuci tangan
Mencuci tangan merupakan teknik dasar yang paling penting dalam pencegahan
dan pengendalian unfeksi (potter & perry, 288003). Tujuan mencuci tangan untuk
membuang kotoran dan organisme yang menempel di tangan dan untuk mengurangi
jumlah mikroba total pada saat itu. Mikroorganisme pada kulit manusia dapat di
klasifikasiakan dalam dua kelompok, yaitu flora residence dan flora transient. Flora

1
residence adalah mikroorganisme yang secara konsisten dapat diisolasi dari tangan
manusia, tidak mudah di hilangkan dengan gesekan mekanis yang telah beradaptasi
pada kehidupan tangan manusia (Staphy Lococcus, corynobacterium, dan klebsiella).
flora transient yang flora transit atau flora kontaminasi, yang jenisnya tergantung dari
lingkungan tempat pekerja, kuman ini mudah dihilangkan dengan cuci tangan yang
efektif (Staphylococcus aureus, streotococci, pseudumonas, escherichia-coli).
Mikroorganisme ini dengan mudah dapat dihilangkan dari permukaan dengan gesekan
mekanis dan pencucian dengan sabun atau detergen.
Cuci tangan harus dilakukan dengan benar sebelum dan sesudah melukan
tindakan perawatan walaupun memakai sarung tangan atau alat pelindung diri dan
untuk menghilangkan atau mengurangi mikrooganisme yang ada di tangan sehingga
penyebaran penyakit dapat dikurangi dan lingkungan terjaga dari infeksi. Tangan harus
dicuci sebelum dan sesudah memakai sarung tangan. Cuci tangan tidak dapat digantikan
oleh pemakaian sarung tangan.
Mencuci tangan dilakukan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
keperawatan walaupun memakai sarung tangan dan alat pelindung lain. Tindakan ini
untuk menghilangkan atau mengurangi mikroorganisme yang ada di tangan sehingga
penyebaran infeksi dapat di kurangi dan lingkungan kerja dapat terjaga. Cuci tangan di
lakuakan pada saat sebelum memeriksa, kontak langsung dengan pasien, memakai
sarung tangan, ketika akan menyuntik dan pemasangan infus. Cuci tangan harus
dilakukan pada saat yang diantipasi akan terjadi perpindahan kuman.

1. Tujuan Cuci Tangan


a) Menekan / menguragi jumlah dan pertumbuhan bakteri pada tangan
b) Menurunkan jumlah kuman yang tumbuh di bawah sarung tangan
c) Mengurangi ririko transmisi mikroorganisme ke perawat dan pasien serta
kontaminasi silang pada pasien lain, anggota keluarga dan tenaga kesehatan lain.
2. Indikasi cuci tangan
a) Sebelum memulai pekerjaan di ruangan
b) Sebelum dan sesudah :
i. kontak dengan pasien.
ii. melakukan tindakan kepada pasien seperti merawat luka, mengganti
balutan.

2
iii. menggunakan benda-benda steril.
iv. kontak dengan pasien selama pemeriksaan harian atau mengerjakan
pekerjaan ruti seperti membersihkan tempat tidur.
c) Sebelum dan sesudah membuang wadah sputum, secret, cairan drain atau darah
d) Sebelum dan sesudah mengganti peralatan kesehatan pasienseperti infus set,
kateter, kantong drain urine, pemasangan CVP, tindakan operatif kecildan
peralatan pernafasan
e) Sebelum dan sesudah ke kamar mandi
f) Sebelum dan sesudah membuang ingus atau membersihkan hidung
g) Sebelum dan sesudah makan
h) Sebelum dan sesudah mengambil specimen
i) Pada saat tangan tampak kotor
j) Sebelum pulang ke rumah.

3. Cara cuci tangan


Langkah-langkah mencuci tangan (potter & perry, 2005) adalah sebagai berikut :
a) Gunakan wastafel yang mudah digapai dengan air yang mengalir yang hangat ,
sabun biasa atau sabun antimikrobial, lap tangan kertas atau pengering.
b) Lepaskan jam tangan dan gulung lengan panjang ke atas pergelangan tangan.
Hindari memakai cincin. Jika memakai cincin, lepaskan selama mencuci tangan.
c) Jaga kuku tetap pendek dan datar.
d) Inspeksi permukaan tangan dan jari akan adanya luka atau sayatan pada kulitdan
kutikula.
e) Bediri di depan wastafel. Jaga agar tangan dan seragam tidak menyentuh
wastafel.
f) Alirkan air. Tekan pedal dengan kaki untuk mengatur aliran dan suhu atau
dorong pedal lutut secara lateral untuk mengatur aliran dan suhu.
g) Hindari percikan air mengenai seragam.
h) Basahi tangan dan lengan bawah dengan seksama sebelum mengalirkan air
hangat. Pertahankan supaya tangan dan lengan bawah lebih rendah daripada siku
selama mencuci tangan.
i) taruh sedikit sabun biasa atau sabun antimicrobial cair pada tangan, sabun
dengan seksama.

3
j) Gosok kedua tangan dengan cepat paling sedikit 10-15 detik. Jalin jari-jari tangan
dan gosok telapak dan bagian punggung tangan dengan gerakan sirkulerpaling
sedikit masing-masing 5 kali. Pertahankan supaya ujung jari berada dibawah
untuk memungkinkan pemusnahan mikroorganisme.
k) Jika daerah dibawah kuku kotor, bersihkan dengan kuku jari tangan yang satunya
dan tambah sabun atau stik orangewood yang bersih.
l) Bilas tangan dan pergelangan tangan dengan seksama, pertahankan supaya letak
tangan dibawah siku
m) Ulangi langkah 10 sampai 12 namun tambah periode mencucui tangan 1,2 dan 3
detik.
n) Keringkan tengan dengan seksama dari jari tangan ke pergelangan tangan dan
lengan bawah dengan handuk kertas atau pengering.
o) Jika telah digunakan,buang handuk kertas pada tempat yang tepat.
p) Tutup air dengan kaki dan pedal lutut. Untuk menutup keran yang menggunakan
tangan. Pakai handuk kertas yang kering (tissue).

b. Menggunakan sarung tangan


Tujuan melindungi tangan dari kontak dengan darah, semua jenis cairan tubuh,
sekret, ekskreta, kulit yang tidak utuh, selaput lendir pasien dan semua benda
yang terkontaminasi.
Jenis sarung tangan:
1. Sarung tangn bersih
2. Sarung tangan steril
3. Sarung tangan rumah tangga
c. Memakai masker dan kaca mata
Tujuannya melindungi selaput lender hidung, mulut dan mata selama melakukan
tindakan dan perawatan pasien yang memungkinkan terjadi percikan darah dan
cairan tubuh lain termasuk tindakan bedah ortopedi atau perawatan gigi.
d. Apron atau baju pelindung
Tujuan adalah melindungi petugas dari kemungkinan genangan atau percikan
darah atau cairan tubuh lain yang dapat mencemari baju atau seragam.

4
e. Pengelolaan alat kesehatan
Pengelolaan alat-alat bertujuan mencegah penyebaran infeksi melalui alat
kesehatan, atau untuk menjamin alat tersebut dalam kondisi steril dan siap
pakai.semua alat, bahan dan obat yang akan dimasukkan kedalam jaringan dibawah
kulit harus dalam keadaan steril. Pengelolaan alat ini dilakukan dengan
dekontaminasi, pencucian alat, sterilisasi, dan penyimpanan alat kesehatan.
f. Pengelolaan alat tajam
Ketika menangani alat-alat tajam, petugas kesehatan harus selalu menggunakan
sarung tangan. Karena apabila tertusuk maka adanya sarung tangan akan
mengurangi risiko petugas kesehatan terinfeksi dibandingkan tidak menggunakan
sarung tangan.
Semua alat-alat tajam berupa jarum bekas suntikan, jarum bekas fungsi vena, fungsi
arteri atau fungsi cairan tubuh lainnya, jarum bekas infus harus diberlakukan
sebagai berikut:
1. Jangan menutup kembali jarum-jarum tersebut dengan penutupnya tetapi
masukkan jarum-jarum tersebut ke dalam jerigen plastik yang tahan tusukan
2. Bila jerigen plastik yang dilengkapi alat pelepas jarum ini tidak tersedia maka
dapat digunakan jerigen plastik biasa. Jarum dapat dilepas dengan menggunakan
forceps.
3. Bila ingin menutup jaring tersebut dengan penutupnya maka dapat dilakukan
dengan metode penutupan sapu tangan yaitu tutup jarum diletakkan di atas
meja, lalu jarum diusahakan masuk ke dalam tutupnya hanya menggunakan satu
tangan.
4. Jarum bedah dan pisau bedah bekas pakai harus dimasukkan ke dalam jerigen
plastik tahan tusukan. Tidak boleh meninggalkan jarum bedah atau pisau bedah
bekas pakai didalam linen yang akan disterilkan karena akan membahayakan
petugas kesehatan yang menangani linen
5. Setelah jerigen 2/3 bagian penuh maka jerigen di tutup dan kemudian di b awa
ke insenerator untuk di musnahkan

5
g. Pengelolaan sampah dan limbah rumah sakit

Sampah Rumah Sakit


Sampah adalah semua barang/benda/sisa barang/sisa benda yang sudah
tidak berguna dan terbuang dari kehidupan sehari-hari. Sampah medis merupakan
barang infeksius yang harus dikelola dengan baik dimulai pada saat pengumpulan,
pengangkutan, sampai proses pemusnahan, sehingga penyebaran mikroba patogen
dapat dicegah. Tempat asal sampah medis adalah semua unit pelayanan medis yang
ada.
Contoh : Perban, kasa, plester, jarum suntik, set infus, kantong darah, sarung
tangan, dan sebagainya.

Limbah Rumah Sakit


Limbah adalah produk akhir yang berupa material buangan dari sebuah
proses pencucian, dekontaminasi atau proses metabolisme tubuh, yang dapat
berbentuk cairan atau setengah padat. Limbah rumah sakit adalah semua limbah
baik biologis maupun nonbiologis yang terbentuk akibat kegiatan di rumah sakit
dan yang akan dibuang serta tidak dipergunakan lagi. Limbah medis atau klinik
adalah bagian dari limbah rumah sakit yang terbentuk akibat proses penangan
pasien baik saat proses diagnosa, pengobatan, ataupun saat proses lainnya
termasuk riset yang berhubungan dengan kegiatan di rumah sakit. Limbah infeksius
adalah bagian dari limbah media yang dapat mengakibatkan penularan penyakit.

Center Disease Control and prevention (CDC) menentukan criteria limbah medis
dan memerlukan perhatian khusus :
1. Limbah medis tajam yang terkontaminasi
2. Limbah laboratorium serta bekas biakan kuman
3. Jaringan patologi dan organ
4. Darah serta hasil olahan darah
5. Limbah hewan (laboratorium atau rumah sakit yang menggunakan hewan).

Anda mungkin juga menyukai