Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

Staphylococcus Aureus

TUGAS PRODI TEKNIK PENGOLAHAN PRODUK PERIKANAN


MATA KULIAH MIKROBILOLOGI HASIL PERIKANAN

SEMESTER III

Dosen Pengampu: Niken Prawesti L., S.Pi., MP.

Disusun Oleh:

Nama: Preti Sinta


NIT: 20.4.02.085

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

BADAN RISET SUMBER DAYA MANUSIA KELAUTAN DAN PERIKANAN

POLITEKNIK KELAUTAN DAN PERIKANAN SIDOARJO

2021
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah swt. pemilik segala yang bernyawa dan penguasa
segala keteraturan, yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini disusun untuk
memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Mikrobiologi Hasil Perikanan dengan
harapan dapat menambah wawasan bagi penulis khususnya dan para pembaca
makalah ini.

Makalah ini memuat tentang Bakteri Staphylococcus aureus. Penulis


menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan
baik ditinjau dari isi maupun dari segi penyajiannya. Oleh karena itu, penulis
senantiasa mengharapkan kontribusi pemikiran dari pembaca sehingga makalah
ini bermanfaat bagi kita semua.

Sumenep, November 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ..................................................................................................................... iii

BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................................. 1

BAB 2 PEMBAHASAN ................................................................................................... 2

2.1 Staphylococcus Aureus .................................................................................... 2

2.2 Akibat Terinfeksi Bakteri Staphylococcus Aureus..................................... 3

2.3 Pencegahan Terinfeksi Bakteri Staphylococcus Aureus ......................... 5

2.4 Cara Pengobatan ................................................................................................. 6

2.5 Metode Pengujian Bakteri Staphylococcus Aureus................................... 6

BAB 3 PENUTUP ............................................................................................................ 9

3.1 Kesimpulan ........................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 10

iii
BAB 1 PENDAHULUAN
Staphylococcus aureus adalah bakteri berbentuk kokus dan bersifat gram
positif, tersebar luas dialam dan ada yang hidup sebagai flora normal pada
manusia yang terdapat di aksila, daerah inguinal dan perineal, dan lubang hidung
bagian anterior. Sekitar 25-30 % manusia membawa Staphylococus aureus
didalam rongga hidung dan kulitnya (Soedarto, 2014).

Staphylococcus aureus dapat menimbulkan penyakit pada manusia atau


bersifat patogen. Jaringan tubuh dapat diinfeksi dan menyebabkan timbulnya
penyakit dengan tanda-tanda khas, yaitu peradangan, nekrosis, dan
pembentukan abses. Infeksi yang disebabkan bakteri Staphylococcus aureus
dapat berupa infeksi tenggorokan, pneumonia, meningitis, keracunan makanan,
berbagai infeksi kulit, dan impetigo. Penyebaran penyakit ini cukup tinggi
didaerah endemik (FKUI, 2002)

Studi epidemiologi menunjukkan bahwa infeksi akibat Staphylococcus


aureus di dunia meningkat pada dua dekade terakhir. Data di Amerika Serikat
dan Eropa menunjukkan bahwa Staphylococcus aureus merupakan bakteri
patogen tersering penyebab infeksi dengan prevalensi 18-30%, sedangkan di
wilayah Asia Staphylococus aureus dan Pseudomonas aeruginosa memiliki
angka kejadian infeksi yang hampir sama banyak (Mehraj et al., 2014; Tong et
al., 2015).

Sebagian bakteri Stafilokokus merupakan flora normal pada kulit, saluran


pernafasan, dan saluran pencernaan makanan pada manusia. Bakteri ini juga
ditemukan di udara dan lingkungan sekitar. S. aureus yang patogen bersifat
invasif, menyebabkan hemolisis, membentuk koagulase, dan mampu meragikan
manitol (Warsa, 1994).

1
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Staphylococcus Aureus
Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram positif berbentuk bulat
berdiameter 0,7-1,2 µm, tersusun dalam kelompok-kelompok yang tidak teratur
seperti buah anggur, fakultatif anaerob, tidak membentuk spora, dan tidak
bergerak. Bakteri ini tumbuh pada suhu optimum 37 ºC, tetapi membentuk
pigmen paling baik pada suhu kamar (20-25 ºC). Koloni pada perbenihan padat
berwarna abu-abu sampai kuning keemasan, berbentuk bundar, halus, menonjol,
dan berkilau. Lebih dari 90% isolat klinik menghasilkan S. aureus yang
mempunyai kapsul polisakarida atau selaput tipis yang berperan dalam virulensi
bakteri (Jawetz et al.,1995; Novick et al., 2000).

Staphylococcus aureus (S. aureus) merupakan bakteri komensal dan


patogen pada manusia. Sekitar 30% dari populasi manusia dikolonisasi oleh
Staphylococcus aureus, umumnya bakteri ini terdapat pada kulit, saluran
pernapasan dan saluran pencernaan tanpa menyebabkan masalah kesehatan.
Bakteri ini menjadi suatu masalah ketika terdapat suatu fokus infeksi dan dapat
menyebar dari satu orang ke orang lain melalui kontak langsung atau melalui
objek yang terkontaminasi. Staphylococcus aureus yang patogen bersifat invasif.
Infeksi Staphylococcus aureus dapat menyebabkan bakterimia, endokarditis,
osteoartikular, osteomielitis akut hematogen, infeksi pada kulit dan jaringan
lunak, meningitis, infeksi paru-paru dan infeksi yang terkait dengan peralatan
medis (Jawetz et al., 2005; Zeller, 2011; Tong et al., 2015).

2
2.2 Akibat Terinfeksi Bakteri Staphylococcus Aureus
Infeksi dari Staphylococcus aureus ini dapat menimbulkan penyakit
dengan kemampuannya menginvasi jaringan dan melalui pembentukan zat
ekstraseluler, yaitu protein yang berperan sebagai faktor virulensi (Jawetz et al.,
2 2007). Salah satu protein yang dihasilkan oleh Staphylococcus aureus adalah
enzim β-laktamase, yang berperan menghilangkan daya antibakteri terutama
pada golongan penisilin, dengan merusak cincin β- laktam yang menyebabkan
antibiotik tersebut tidak bekerja sehingga terjadi resistensi (Dwiprahasto, 2005;
Klein et al., 2007).

Bakteri Staphylococcus aureus bisa menjadi penyebab berbagai penyakit.


Gejala yang ditimbulkannya pun tidak sama. Berikut berbagai penyakit yang bisa
disebabkan oleh bakteri ini.

1. Infeksi Kulit
Staphylococcus aureus merupakan penyebab dari terjadinya infeksi
kulit yang beragam. Berikut ini beberapa infeksi yang dapat muncul serta
gejalanya yang perlu diwaspadai:
a. Bisul
Salah satu penyakit paling umum dari infeksi Stapyloccous aureus
adalah bisul. Bisul bisa muncul saat bakteri ini menginfeksi bagian
folikel rambut di bawah permukaan kulit, sehingga mengakibatkan
munculnya kantung berisi nanah.
Area kulit yang terkena bisul akan terlihat kemerahan dan bengkak.
Saat pecah, nanah akan keluar dari area tersebut. Umumnya, bisul
muncul di ketiak atau di area pangkal paha.
b. Impetigo
Impetigo adalah penyakit kulit menular yang nyeri dan gatal. Secara
umum, impetigo bisa terlihat seperti cacar, tapi dengan ukuran
benjolan lebih besar dan berisi nanah.
c. Selulitis
Selulitis juga merupakan infeksi yang menyerang kulit. Hanya saja,
infeksi terjadi pada lapisan kulit yang lebih dalam. Sama seperti bisul
dan impetigo, penyakit ini juga akan menimbulkan benjolan berisi
nanah di kulit yang berwarna kemerahan.
d. Staphylococcal scalded skin syndrome (SSSS)

3
Staphylococcal scalded skin syndrome merupakan penyakit kulit
serius dimana bakteri staphylococcus aureus menghasilkan racun
yang menyebabkan lapisan luar kulit melepuh dan mengelupas. Anak
kecil di bawah 6 tahun berisiko lebih besar mengalami infeksi kulit ini.
2. Keracunan Makanan
Bakteri ini juga sering kali menyebabkan penyakit yang terjadi akibat
keracunan makanan. Gejala yang ditimbulkan bisa berupa mual, muntah,
diare, dan demam. Apabila kondisi ini tidak kunjung reda, maka lama-
kelamaan dehidrasi juga bisa terjadi.
3. Septikemia
Septikemia adalah kondisi yang bisa juga disebut sebagai keracunan
darah. Kondisi ini bisa terjadi apabila bakteri Staphylococcus masuk ke
dalam aliran darah. Gejala awal septikemia umumnya ditandai dengan
demam dan menurunnya tekanan darah.Bakteri tersebut juga bisa masuk
hingga ke pembuluh darah bagian dalam dan menginfeksi berbagai organ
vital seperti otak, paru-paru, dan jantung. Selain itu, tulang dan otot
hingga alat pacu jantung juga bisa menjadi sasaran infeksi bakteri
staphylococcus.
4. Septic Arthritis
Septic arthritis adalah infeksi bakteri staphylococcus yang terjadi di
sendi, seperti lutut, bahu, pinggul, dan jari. Gejala yang timbul pada
kondisi ini antara lain pembengkakan pada sendi, sakit di area yang
terinfeksi, dan demam.
5. Toxic Shock Syndrome
Toxic shock syndrome (TSS) adalah kondisi berbahaya yang bisa
mengancam nyawa. Beberapa jenis bakteri staphylococcus, termasuk
Staphylococcus aureus bisa menghasilkan racun yang akan merusak
jaringan-jaringan di tubuh.Kondisi ini seringkali berhubungan dengan
adanya infeksi luka, kontaminasi saat operasi, atau penggunaan tampon
yang kurang tepat. TSS dapat ditandai dengan munculnya gejala-gejala di
bawah ini:
a. Demam tinggi
b. Mual dan muntah
c. Ruam di telapak tangan dan telapak kakik yang mirip dengan luka
bakar akibat paparan sinar matahari

4
d. Linglung
e. Nyeri otot
f. Diare
g. Sakit perut
6. MRSA
Methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA) adalah infeksi
akibat bakteri Staphylococcus aureus yang sudah resisten terhadap
berbagai antibiotik. MRSA bisa terjadi saat bakteri tersebut
menggandakan diri dalam jumlah yang tidak terkendali.Penyakit ini
sangat menular dan berbahaya, tapi bisa diatasi hingga tuntas dengan
jenis antibiotik yang tepat. Beberapa gejala dari MRSA tidak jauh berbeda
dari infeksi staphylococcus lainnya, yaitu benjolan berisi nanah dan
demam.Namun di sisi lain, penyakit ini juga bisa menyebabkan
penderitanya sesak napas, pusing, batuk, hingga merasakan nyeri dada.
7. Endokarditis
Saat bakteri Staphyolococcus aureus masuk hingga ke jantung, maka
kondisi yang dinamakan endokarditis bisa terjadi. Hal ini bisa berbahaya
bagi tubuh dan dokter biasanya akan memberikan antibiotik dosis tinggi
untuk mengatasinya.Apabila infeksi yang terjadi sudah sampai merusak
bagian-bagian jantung, maka dokter dapat melakukan operasi untuk
mengatasinya.

2.3 Pencegahan Terinfeksi Bakteri Staphylococcus Aureus


Upaya pencegahan infeksi oleh bakteri Staphylococus aureus dengan
dilakukan pengobatan sedini mungkin. Untuk itu diperlukan diagnosa infeksi
dengan tepat yaitu dilakukan isolasi dan identifikasi bakteri yang berasal dari
penderita infeksi. Identifikasi bakteri dapat dilakukan dengan beberapa cara
seperti mengamati sifat morfologi koloni bakteri, mengamatin secara mikroskopis
melalui pewarnaan bakteri, dan identifikasi melalui uji biokimia. Uji biokimia
didasarkan pada berbagai hasil metabolisme yang disebabkan oleh daya kerja
enzim (Radji M., 2011).

Untuk mencegah infeksi akibat bakteri Staphylococcus aureus, ada beberapa


cara sederhana yang bisa Anda lakukan, yaitu:

a. Menanamkan kebiasaan mencuci tangan. Langkah sederhana ini ampuh


dalam mencegah penyebaran bakteri. Bakteri ini umum ditemui pada

5
kulit, mata, hidung dan tenggorokan. Dengan mencuci tangan secara
rutin, Anda dapat menurunkan risiko terkena infeksi berbagai jenis
bakteri.
b. Tutup kulit yang terluka dengan perban sampai luka sembuh.
c. Hindari kontak dengan luka orang lain. Luka yang terbuka mengandung
banyak kuman, yang berpotensi menularkan penyakit pada orang lain.
d. Jangan gunakan peralatan pribadi secara bersama-sama. Berbagi
peralatan pribadi, misalnya peralatan mandi, dapat menyebabkan
penyebaran infeksi antar individu.

Apabila tinggal serumah dengan seseorang yang sedang terinfeksi bakteri ini,
maka Anda bisa melakukan langkah-langkah di bawah ini agar tidak tertular:

a. Hindari saling bertukar benda-benda yang bisa menjadi medium


penularan, seperti pakaian, handuk, dan sikat gigi.
b. Langsung cuci tangan dengan bersih setelah berkontak dengan
penderita.
c. Pastikan sprei dan handuk penderita infeksi dibersihkan setiap hari
dengan air panas dan pemutih pakaian hingga infeksi benar-benar
sembuh.

2.4 Cara Pengobatan


Infeksi Staphylococcus aureus yang ringan seperti bisul, dapat diatasi
dengan kompres air hangat selama sekitar 20 menit, sebanyak tiga hingga empat
kali sehari. Pemberian antibiotik salep maupun oral juga dapat dilakukan apabila
dokter merekomendasikannya. Apabila infeksi menimbulkan rasa nyeri yang
cukup hebat, bisa meredakannya dengan mengonsumsi obat pereda nyeri
seperti ibuprofen atau paracetamol. Untuk mempercepat proses penyembuhan,
tutup area infeksi dengan kasa steril atau perban. Jika infeksi yang terjadi cukup
parah, maka dokter akan merekomendasikan perawatan secara intensif di rumah
sakit. Pemberian antibiotik dosis tinggi atau operasi seperti drainase cairan
nanah juga dapat dilakukan.

2.5 Metode Pengujian Bakteri Staphylococcus Aureus


Salah satu uji biokimia yang digunakan untuk penentuan spesies bakteri
adalah tes koagulase. Tes koagulase digunakan untuk diferensiasi
Staphylococcus aureus dari spesies Staphylococcus lainnya. Bakteri

6
Staphylococus aureus memberikan hasil positif dikarenakan mampu mengubah
faktor koagulase reaktif didalam serum (faktor VII). Faktor ini bereaksi dengan
enzim koagulase dan menghasilkan esterase dan aktivitas pembekuan dengan
cara pengaktifan protrombin menjadi thrombin, sehingga enzim koagulase dapat
menggumpalkan fibrinogen didalam plasma dan menyebabkan pembentukan
bekuan fibrin untuk melindungi diri terhadap fagositosis dan respon imun hospes
(Soedarto, 2014).

Selain itu, untuk mengetahui jumlah bakteri staphylococcus aureus pada


produk perikanan dapat menggunakan metode cawan hitung (Plate Count) agar
sebar. Dimana prinsip kerja metode cawan hitung agar sebar yaitu dengan cara
menuangkan media Baird Parker Agar ke dalam cawan petri steril, biarkan
membeku, kemudian contoh sebanyak 1ml disebar diatas permukaan media.
Konfirmasi koloni terduga staphylococcus aureus dilakukan dengan uji koagulase
dan uji tambahan. Metode ini sesuai untuk menganalisis makanan yang diduga
mengandung koloni ,ebih dari 100 staphylococcus aureus.

Peralatan yang dgunakan dalam uji bakteri staphylococcus aureus antara lain:

a. Autoclave
b. Alat penghitung koloni
c. Alat timbang analitik dengan ketelitian ± 0,0001 g
d. Alat timbang dengan ketelitian ± 0,1 g
e. Botol pengencer 20 ml
f. Blender beserta jar yang dapat disterilisasi atau stomacher
g. Batang gelas bengkok diameter 3 mm-4 mm, dengan panjang tangkai 15
cm-20 cm
h. Cawan petri 15 mm x 90 mm
i. Gelas ukur 250 ml
j. Gelas preparat
k. Inkubator (35 ± 1) ᵒC
l. Membran aparalus
m. Membran filter
n. Pipet gelas atau pipetor 0,1 ml dan 22 ml
o. Pipet pasteur
p. Waterbath

7
Media dan pereaksi yang dgunakan dalam uji bakteri staphylococcus aureus
antara lain:

a. Baird parker agar (B.1)


b. Brain heart infusion borth (B.2)
c. Coagulase plasma (Rebbit) dengan EDTA
d. Larutan butterfield’s phospate buffered (C.1)
e. Parafin oil steril
f. Pereaksi katalase (3% H2O2) (C.2)
g. Pereaksi pewarnaan gram (C.3)
h. Purple carbohydrate broth (masing-masing mengandung glucose
danmanitol 0,5%) (B.3)
i. Toluidine blue – DNA agar (B.4)
j. Trypticase (tryptic) soy agar (B.5)

Prosedur pengujian bakteri staphilococcus aureus

Timbang contoh secara aseptik sebanyak 25 g untuk contoh dengan


ketentuan 3.5.1 dan 3.5.2 dan 50 g untuk contoh dengan ketentuan 3.5.3,
kemudian masukkan dalam wadah atau plastik steril. Untuk contoh 25 g
tambahkan 225 ml larutan butterfield’s phosphate buffered dan untuk contoh 50 g
tambahkan 450 ml larutan butterfield’s phosphate buffered, homogenkan selama
2 menit. Homogenat ini merupakan larutan pengenceran 101. Dengan
menggunakan pipet steril, ambil 1 ml homogenat dan masukkan ke dalam 9 ml
larutan butterfield’s phosphate buffered untuk mendapatkan pengenceran 102.
Siapkan pengenceran selanjutnya (103) dengan mengambil 1 ml contoh dari
pengenceran 102 ke dalam 9 ml larutan butterfield’s phosphate buffered. Pada
setiap pengenceran dilakukan pengocokan minimal 25 kali. Selanjutnya lakukan
hal yang sama untuk pengenceran 104, 105, dan seterusnya sesuai kondisi
contoh.

8
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan
a. Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram positif berbentuk bulat
berdiameter 0,7-1,2 µm, tersusun dalam kelompok-kelompok yang tidak
teratur seperti buah anggur, fakultatif anaerob, tidak membentuk spora,
dan tidak bergerak.
b. Bakteri ini tumbuh pada suhu optimum 37 ºC, tetapi membentuk pigmen
paling baik pada suhu kamar (20-25 ºC).
c. Bakteri staphylococcus bisa menjadi penyebab dai beberapa penyakit
seperti infeksi kulit, keracunan makanan, septikemia, septic arthitis, toxic
schock syndrome, MRSA, dan endokarditis.
d. Infeksi bakteri staphylococcus dapat ditangani dengan cara melakukan
pengobatan mandiri jika infeksi masih belum parah. Namun jika infeksi
yang ditimbulkan parah dapat segera dibawa ke rumah sakit dan akan
diberi penanganan lebih lanjut oleh dokter.
e. Pencegahan terinfeksi bakteri staphylococcus aureus dapat dilakukan
dengan cara menjaga pola hidup sehat setiap hari.
f. Pengujian bakteri staphylococcus menggunakan uji koagulase. Uji
koagulase digunakan untuk diferensiasi Staphylococcus aureus dari
spesies Staphylococcus lainnya. Bakteri Staphylococus aureus
memberikan hasil positif dikarenakan mampu mengubah faktor koagulase
reaktif didalam serum (faktor VII). Sedangkan untuk mengetahui jumlah
koloni bakteri staphylococcus digunakan metode Plate Count Agar.

9
DAFTAR PUSTAKA
Agung, F. 2009. Staphilococcus Aureus. http://pustaka.unpad.ac.id/wp-
content/uploads/2011/09/pustaka_unpad_staphylococcus.pdf. [22 November
2021]

Aldodokter. 2021. Kenali Bahaya Staphylococcus Aureus.


https://www.alodokter.com/kenali-bahaya-bakteri-staphylococcus-
aureus#:~:text=Infeksi%20bakteri%20Staphylococcus%20aureus%20pada,dan%
20adanya%20nanah%20pada%20luka [22 November 2021]

Humphreys H. Staphylococcus. In: Greenwood D, Slack R, Peutherer J, Barer M, editors.


Medical Microbiology. 17th ed. Edinburg: Blackwell; 2007. p. 172–7.

Staphylococcus aureus. In: http://en.wikipedia.org/ wiki/Staphylococcus_aureus May


2009.

Standar Nasional Indonesia. 2011. Uji Mikrobiologi Bakteri Staphylococcus Aureus Pada
Produk Perikanan. SNI 2332.1.

Musvita, A. 2019. Uji Koagulase Bakteri Staphylococcus Aureus.


https://www.youtube.com/watch?v=F9WsjbmNFKs [22 November 2021]

10

Anda mungkin juga menyukai