• Morfin digunakan untuk mengatasi nyeri yang hebat karena dapat menimb
ulkan efek analgesik melalui ikatan dengan reseptor opioid di sistem saraf
pusat
Efek Samping penggunaan morfin dan gejala putus obat
Faktor yang
mempengaruhi
Alasan :
1. Keingintahuan yang besar untuk mencoba, tanpa sadar atau berpikir panjang
mengenai akibatnya
2. Keinginan untuk bersenang-senang
3. Keinginan untuk mengikuti trend atau gaya
4. Keinginan untuk diterima oleh lingkungan atau kelompok
5. Lari dari kebosanan, masalah atau kesusahan hidup
6. Pengertian yang salah bahwa penggunaan sekali-sekali tidak menimbulkan
ketagihan
7. Tidak mampu atau tidak berani menghadapi tekanan dari lingkungan atau
kelompok pergaulan untuk menggunakan NAPZA
8. Tidak dapat berkata TIDAK terhadap NAPZA
ETIOLOGI
Faktor lingkungan
Lingkungan keluarga
Lingkungan sekolah
Lingkungan teman
sebaya
PATOFISIOLOGI
AN adalah seorang remaja putri berusia 17 tahun pengguna narkotika jenis morfin. A
N sudah menggunakan dengan cara suntik dan AN sekarang ini akan menjalani per
awatan di rumah sakit ketergantungan obat. AN menggunakan morfin pada tahap so
sial use. Gejala yang pusing, mengantuk, mulut kering dan berkeringat.
• Melakukan program terapi rumatan metadon dengan dosis 20-30 mg 3 hari pertama.
• Alasan pemilihan metadon adalah karena methadone adalah obat yang memiliki mekani
sme aksi yang sama seperti morfin, yaitu sama sama bekerja pada reseptor
Alur terapi morfin dengan metadone
a. Tahap penerimaan
b. Tahap inisiasi
• Dosis awal 20-30 mg untuk 3 hari pertama.
• Metadone harus diberikan dalam bentuk cair dan diencerkan dalam 100 cc dengan larutan
sirup.
c. Tahap stabilisasi
• Dosis yang dianjurkan dalam tahap ini adalah dengan menaikan dosis awal 5 – 10 mg dal
am tiap 3-5 hari. Total kenaikan per minggu tidak boleh lebih dari 30mg.
• Menaikan dosis secra perlahan guna untuk memasuki tahap rumatan.
d. Tahap rumatan
Dosis rata rata 60-120 mg perhari dan harus dipantau.
e. Fase penghentian methadone
Dihentikan secara bertahap, perlahan atau tapering off jika pasien stabil minimal 6 bulan
bebas heroin dan memiliki dukungan hidup yang memadai (penurunan dosis aksimal 10 %
setiap 2 minggu)
PTRM
Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM) merupakan salah
satu dari program pengurangan dampak buruk (harm reductio
n). PTRM diharapkan dapat mengurangi penggunaan narkoba
, perilaku berisiko, tindak kriminal, dan meningkatkan produktif
itas, kondisi tempat tinggal, dan dukungan keluarga bagi peng
guna narkotika suntik (penasun).
PTRM di Provinsi DIY telah dilaksanakan sejak tahun 2006.
RSUP Sardjito merupakan rumah sakit pengampu PTRM yan
g membawahi 4 satelit pelayanan yaitu:
1. RSJ. Grhasia
2. Puskesmas Gedongtengen
3. Puskesmas Umbulharjo I
4. Puskesmas Banguntapan II.
(social clinical pharmacy indonesia journal (vol. 1, no.1, 2016)
EBM – EVIDENCE BASED MEDICINE
• Pasien diobservasi setelah minum dosis pertama untuk mengetahui tanda-tanda intoksika
si dalam 3 hari pertama.
• Jika terjadi gejala intoksikasi, dokter melakukan penilaian pada dosis yang akan digunaka
n pada selanjutnya.
• Evaluasi dilakukan minimal satu kali seminggu dalam setiap bulan.
• Penilaian dilakukan terhadap pasien :
1. Derajat keparahan gejala putus obat
2. Intoksikasi
3. Penggunaan obat lain
4. Efek samping
5. Persepsi pasien terhadap kecukupan dosis
6. Kepatuhan terhadap regimen obat yang diberikan
7. Kualitas tidur, nafsu makan, dll
KIE
PMK No 57 tahun 2013 tentang Pedoman Penyelenggaraan Program Terapi Rumatan Medatan
Eskasasnanda, I Dewa Putu . 2014. Fenomena Kecanduan Narkotika. Prodi Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Sosial. Universitas Negeri Malang.
Qudsi, Alfiani Sofia, & Heru Dwi Jatmiko. 2016. Prevalensi Kejadian Ponv pada Pemberian M
orfin Sebagai Analgetik Pasca Operasi Penderita Tumor Payudara dengan Anestesi Umum di
RSUP Dr. Kariadi Semarang. Jurnal Kedokteran Diponegoro. Volume 5, Nomor 3.
Thank you