Anda di halaman 1dari 26

N A PZ A

Narkotik, Psikotropika, dan Zat Aditif Lain


Nida Adillah
20170350094
PENDAHULUAN

Menurut undang-undang no 35 tahun 2009, Narkotika adalah zat atau obat


yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semi
sintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran,
hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat
menimbulkan ketergantungan.
JENIS JENIS NARKOTIKA
• Morfin
• Heroin atau Putaw
• Kokain
• Ganja
• LSD atau Lysergic Acid
• Opiat atau Opium
• Kodein
MORFIN
• Morfin adalah agonis opioid yang berasal dari tanaman papaver somniveru
m dan papaver album.

• Morfin digunakan untuk mengatasi nyeri yang hebat karena dapat menimb
ulkan efek analgesik melalui ikatan dengan reseptor opioid di sistem saraf
pusat
Efek Samping penggunaan morfin dan gejala putus obat

Efek samping : Gejala putus obat :


a. Mengantuk
b. Pusing / sakit kepala a. Kegelisahan
c. Mual b. Tubuh berkeringat
d. Sembelit c. Nyeri otot
e. Mulut terasa kering
d. Mual
f. Tubuh berkeringat
g. Gangguan tidur
EPIDEMIOLOGI
1. Menurut statistik global, diperkirakan rata-rata 243 juta penduduk du
nia yang berusia 15-64 tahun telah menggunakan obat terlarang teru
tama ganja, opioid, kokain, dan amphetamine-tipe stimulan (ATS) de
ngan angka kematian diperkirakan mencapai 20 juta pertahun. (WH
O,2010)
2. DI Indonesia, jumlah kasus penyalahgunaan Napza diperkirakan seb
anyak 3,8juta sampai 4,1 juta orang atau sekitar 2,1-2,25% dari total
penduduk pada tahun 2013. (Kemenkes, 2014)
3. Hasil proyeksi perhitungan kasus penyalahgunaan Napza menunjuk
an peningkatan jumlah dari 4,1 juta pada tahun 2013 menjadi 5,0 jut
a pada tahun 2020 yang akan datang. (BNN,2014)
Contents
ETIOLOGI

Faktor yang
mempengaruhi

Faktor Individu Faktor Lingkungan


ETIOLOGI

Faktor kepribadian Faktor individu Faktor konstitusi

Alasan :
1. Keingintahuan yang besar untuk mencoba, tanpa sadar atau berpikir panjang
mengenai akibatnya
2. Keinginan untuk bersenang-senang
3. Keinginan untuk mengikuti trend atau gaya
4. Keinginan untuk diterima oleh lingkungan atau kelompok
5. Lari dari kebosanan, masalah atau kesusahan hidup
6. Pengertian yang salah bahwa penggunaan sekali-sekali tidak menimbulkan
ketagihan
7. Tidak mampu atau tidak berani menghadapi tekanan dari lingkungan atau
kelompok pergaulan untuk menggunakan NAPZA
8. Tidak dapat berkata TIDAK terhadap NAPZA
ETIOLOGI

Faktor lingkungan
Lingkungan keluarga

Lingkungan sekolah

Lingkungan teman
sebaya
PATOFISIOLOGI

• Opioid menimbulkan analgesia dengan cara berikatan dengan


reseptor opioid, terutama didapatkan di SSP dan medula spinal
is yang berperan pada transmisi dan modulasi nyeri.
• Morfin dan kebanyakan agonis opioid yang bekerja pada resep
tor dapat menyebabkan miosis. Miosis ditimbulkan oleh perang
sangan pada segmen otonom inti saraf okulmotor
GEJALA OVERDOSIS MORFIN

a) Gangguan pernapasan (penurunan frekuensi safas, pola


pernapasan, sianosis)
b) Penurunan kesadaran berupa somnolen berat yang mem
buruk dengan cepat menjadi stupor atau koma.
c) Kulit menjadi dingin dan basah
d) Pupil miosis
Kasus

 AN adalah seorang remaja putri berusia 17 tahun pengguna narkotika jenis morfin. A
N sudah menggunakan dengan cara suntik dan AN sekarang ini akan menjalani per
awatan di rumah sakit ketergantungan obat. AN menggunakan morfin pada tahap so
sial use. Gejala yang pusing, mengantuk, mulut kering dan berkeringat.

 Riwayat : merokok saat kelas 2 SMP, alkohol dan obat-obatan saat k


elas 1 MAN.
 Riwayat obat lain : tramadol
SOAP
S ( SUBJEKTIF ) O ( OBJEKTIF )

• Usia : 17 tahun • Morfin suntik


• Pusing • Merokok
• Mengantuk • Alkohol
• Berkeringat
• Tramadol
• Mulut kering
• Remaja putri • Sosial use
A ( ASSESSMENT )
Nama Obat Pemerian Terapi Ketergantungan

Alkaloid opium dengan kemampuan analgesik Terapi ketergantungan menggun


sedatif. Menurunkan tekanan vena dan resiste akan metadon (PMK 57 tahun 20
nsi vaskuler sistemik. Dimetabolisme di hati, t 15)
Morfin ½ 3 jam, clearance lambat, durasi memanjang
jika ada gangguan ginjal

Analgesik non narkotik, t½ 6 jam, memanjang j


Tramadol
ika ada gangguan ginjal
Analisis Obat
Nama o Indikasi Mekanisme aksi Dosis ESO Referensi
bat
Methadon adalah a Dewasa PO : dosi 1. Mual dan muta MIMS
gonis sintesis opioi s awal 2,5 mg da h Medscape
d yang mana berik n 10 mg setiap 6- 2. Konstipasi
atan dengan resept 8 jam. 3. Anoreksia
or opiat di CNS, se 4. Nyeri abdomin
hingga dapat menu Dosis ketergantu al
runkan rasa dan re ngan opiod : 5. Mengantuk
spon nyeri. Dosis awal 20-30 6. Depresi perna
mg sebagai dosis
pasan
Methadone digunaka tunggal
7. Hipotensi
n sebagai terapi untu 8. Bradikardi
k dependensi opioid, Dosis lanjutan : 5-
Metadon 9. Retensi urin
10 mg digunakan
dikenal sebagai met
apabila gejala put
hadone managemen
us obat tidak berk
t therapy (MMT)
urang. Maksimal
dosis dalam seha
ri 40 mg.
PLAN

• Melakukan program terapi rumatan metadon dengan dosis 20-30 mg 3 hari pertama.

• Alasan pemilihan metadon adalah karena methadone adalah obat yang memiliki mekani
sme aksi yang sama seperti morfin, yaitu sama sama bekerja pada reseptor
Alur terapi morfin dengan metadone
a. Tahap penerimaan
b. Tahap inisiasi
• Dosis awal 20-30 mg untuk 3 hari pertama.
• Metadone harus diberikan dalam bentuk cair dan diencerkan dalam 100 cc dengan larutan
sirup.
c. Tahap stabilisasi
• Dosis yang dianjurkan dalam tahap ini adalah dengan menaikan dosis awal 5 – 10 mg dal
am tiap 3-5 hari. Total kenaikan per minggu tidak boleh lebih dari 30mg.
• Menaikan dosis secra perlahan guna untuk memasuki tahap rumatan.
d. Tahap rumatan
Dosis rata rata 60-120 mg perhari dan harus dipantau.
e. Fase penghentian methadone
Dihentikan secara bertahap, perlahan atau tapering off jika pasien stabil minimal 6 bulan
bebas heroin dan memiliki dukungan hidup yang memadai (penurunan dosis aksimal 10 %
setiap 2 minggu)
PTRM
Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM) merupakan salah
satu dari program pengurangan dampak buruk (harm reductio
n). PTRM diharapkan dapat mengurangi penggunaan narkoba
, perilaku berisiko, tindak kriminal, dan meningkatkan produktif
itas, kondisi tempat tinggal, dan dukungan keluarga bagi peng
guna narkotika suntik (penasun).
PTRM di Provinsi DIY telah dilaksanakan sejak tahun 2006.
RSUP Sardjito merupakan rumah sakit pengampu PTRM yan
g membawahi 4 satelit pelayanan yaitu:
1. RSJ. Grhasia
2. Puskesmas Gedongtengen
3. Puskesmas Umbulharjo I
4. Puskesmas Banguntapan II.
(social clinical pharmacy indonesia journal (vol. 1, no.1, 2016)
EBM – EVIDENCE BASED MEDICINE

Pemeliharaan buprenorfin dibandingkan dengan


plasebo atau pemeliharaan metadon untuk kete
rgantungan opioid

 Buprenorfin dan metadon sama efektifnya, t


etapi metadon lebih unggul dalam mempertahan
kan orang dalam pengobatan.

Buprenorphine maintenance versus placebo or methadone maintenance


for opioid dependence (Review) Copyright © 2014The CochraneCollabor
ation. Published by John Wiley & Sons, Ltd.
Monitoring PTRM

• Pasien diobservasi setelah minum dosis pertama untuk mengetahui tanda-tanda intoksika
si dalam 3 hari pertama.
• Jika terjadi gejala intoksikasi, dokter melakukan penilaian pada dosis yang akan digunaka
n pada selanjutnya.
• Evaluasi dilakukan minimal satu kali seminggu dalam setiap bulan.
• Penilaian dilakukan terhadap pasien :
1. Derajat keparahan gejala putus obat
2. Intoksikasi
3. Penggunaan obat lain
4. Efek samping
5. Persepsi pasien terhadap kecukupan dosis
6. Kepatuhan terhadap regimen obat yang diberikan
7. Kualitas tidur, nafsu makan, dll
KIE

• Keluarga diharapkan memberi semangat dalam melakukan terapi


• Pasien diharapkan tidak berkendara jauh atau beraktifitas berlebihan.
• Mengingat agar selalu berdoa kepada Allah SWT
DAFTAR PUSTAKA

PMK No 57 tahun 2013 tentang Pedoman Penyelenggaraan Program Terapi Rumatan Medatan

Medscape. Morphine. https://reference.medscape.com/drug/ms-contin-astramorp-morphine-3


43319

Eskasasnanda, I Dewa Putu . 2014. Fenomena Kecanduan Narkotika. Prodi Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Sosial. Universitas Negeri Malang.

Qudsi, Alfiani Sofia, & Heru Dwi Jatmiko. 2016. Prevalensi Kejadian Ponv pada Pemberian M
orfin Sebagai Analgetik Pasca Operasi Penderita Tumor Payudara dengan Anestesi Umum di
RSUP Dr. Kariadi Semarang. Jurnal Kedokteran Diponegoro. Volume 5, Nomor 3.
Thank you

Anda mungkin juga menyukai