Anda di halaman 1dari 12

Alcohol and Alcoholism

PSIKOLOGI FAAL
DISUSUN OLEH

DESWITA WIDYASARI
ALCOHOL AND ALCOHOLISM

1. ALCOHOL 2. ALCOHOLISM
alkohol adalah istilah yang umum untuk senyawa organik apa
pun yang memiliki gugus hidroksil yang terikat pada atom Kecanduan alkohol adalah kondisi ketika seseorang mengalami
karbon, yang ia sendiri terikat pada atom hidrogen dan/atau ketergantungan akan alkohol dan sulit untuk mengendalikan
atom karbon lain. Alkohol sering dipakai untuk menyebut konsumsinya. Ada beberapa istilah lain yang digunakan untuk kondisi
etanol, yang juga disebut grain alcohol, dan kadang untuk ini, yaitu alkoholisme dan gangguan penggunaan alkohol (alcohol use
minuman yang mengandung alkohol. disorder).
OH OL A ND

ALC
ALC OH OLIS M
GENETICS
Mengidentifikasi gen-gen ini sulit karena masing-masing memainkan peran kecil
dalam gambaran yang jauh lebih besar. Namun penelitian telah menunjukkan
bahwa kombinasi gen tertentu memiliki hubungan yang kuat dengan alkoholisme.
Ada juga gen perilaku yang diturunkan yang dapat memengaruhi kecenderungan
alkoholisme. Penyakit mental, seperti depresi dan skizofrenia, lebih sering terjadi pada
orang dengan riwayat keluarga gangguan ini. Orang dengan penyakit mental memiliki
risiko lebih tinggi untuk beralih ke penyalahgunaan zat sebagai cara untuk mengatasi.
ALCOHOL AND

ALCOHOLISM
FACTOR RISK
Konsumsi alkohol telah diid
e nt
penyakit, kecacatan, dan ke ifikasi sebagai faktor risiko penting untuk
kategori penyakit dan cedmatian. Secara keseluruhan, berikut ini adalah
alkohol: er a utama yang dipengaruhi o
leh konsumsi

Penyakit menular
Kanker Penyakit kardiovaskular
Diabetes Penyakit hati dan pankreas; dan
Penyakit neuropsikiatri Cedera yang tidak disengaja dan
disengaja
ADDICTION Luar
1. Seeking Pleasure and Avoiding Displeasure
2. Cravings in Response to Cues Biasa!
Kecanduan alkohol terjadi akibat konsumsi alkohol yang terlalu banyak sehingga kadarnya
cukup untuk membuat perubahan kimiawi di otak. Perubahan kimiawi ini meningkatkan
sensasi puas saat minum alkohol, sehingga memicu penderitanya untuk lebih sering
meminumnya. Seiring waktu, sensasi puas yang dirasakan dari minum alkohol akan hilang.
Oleh karena itu, penderita akan tetap minum alkohol untuk mencegah gejala putus zat
yang dapat muncul ketika penderita tidak minum alkohol.
Brain Reorganization

Medications to Combat Substance Abuse

Medications to Combat Alcohol Abuse Medications to Combat Opiate Abuse


Brain

Reorganazation

plastisitas ot ak (n eu ro pl as tic ity ) ad al ah ke m am pu an


otak melak uk an re or ga ni sa si da la m be nt uk ad an ya
interkoneksi ba ru pa da sa ra f. Plas tis ita s m er up ak an
sifat yang m en un ju kk an ka pa sitas ot ak un tu k
berubah da n be ra da pt as i te rh ad ap ke bu tu ha n
fungsional. M ek anism e in i te rm as uk pe ru ba ha n kim ia
saraf (n eu ro ch em ic al), pe ne rim aa n sa ra f
(neurorece pt ive) , pe ru ba ha n st ru ktur ne ur on sa ra f
dan organi sa si ot ak . Pl as tis ita s ju ga te rjad i pa da
proses perk em ba ng an da n ke m at an ga n sis te m sa ra f.
A TIO NS TO C OM BAT

MED IC
SU BS T AN CE ABU SE
farmakoterapi
penting dalam secara progresif memaink
besar diguna pengobatan kecanduan. Oban peran yang lebih
psikososial dakan sebagai tambahan at-obatan sebagian
tergantung pa n peran farmakoterapi untuk perawatan
da jenis SUD te dalam pengob
rtentu. atan
Sebagian besa
neurotransmit r farmakoterapi menarge
kecanduan speer/neuromodulator yang tkan reseptor otak
dalam tiga kela sifik. Sebagian besar obat disregulasi akibat
s umum terma untuk SUD ma
suk: suk ke

(a) obat agonis penuh (b) agonis parsial (c) obat antagonis
(full agonist medications) (partial agonists) (antagonist medications)
MEDICATIONS TO COMBAT

ALCOHOL ABUSE
1. Disulfiram (Antabuse) 2. Naltrexone (Revia)
Ia bekerja dengan menghambat aldehid dehidrogenase, enzim Naltrexone adalah antagonis opioid kompetitif yang mungkin
yang mengubah asetaldehida menjadi asetat dalam pemecahan memblokir aspek menguntungkan dari minum dengan
alkohol. Sebagai asetaldehida membangun reaksi disulfiram- menempati reseptor opioid. Ketika naltrexone hadir di otak,
etanol (DER). DER adalah keadaan permusuhan yang berfungsi alkohol tidak dapat merangsang pelepasan dopamin, sehingga
untuk memadamkan perilaku adiktif melalui penguatan negatif mengurangi efek memabukkan alkohol. Satu hipotesis
dan counterconditioning perilaku. Tujuan penggunaan kemampuan naltrexone untuk mengurangi minum setelah
disulfiram adalah untuk membantu pasien mencapai periode selang berpantang bahwa hal itu memicu sedasi dan
awal pantang yang memfasilitasi keterlibatan dalam menyebabkan pasien menghindari alkohol untuk melemahkan
pengobatan psikososial. Obat ini tidak bisa menyembuhkan sedasi tambahan.
kecanduan alcohol hanya untuk mengatasi.
MEDICATIONS TO COMBAT

ALCOHOL ABUSE
3. Acamprosate (Campral)
Acamprosate adalah obat yang digunakan untuk menangani
ketergantungan terhadap alkohol. Untuk meningkatkan efektivitas
penggunaan obat ini, anda harus benar-benar mempunyai niat untuk
berhenti meminum alkohol atau menjalani program detoksifikasi.
Acamprosate mempengaruhi zat kimia dalam otak yang tidak seimbang
pada orang yang kecanduan alkohol. Mekanisme kerja obat ini adalah
mengembalikan keseimbangan GABA dan glutamat neurotransmiter
dengan mengurangi transmisi glutamatergic dan modulasi
hipereksitabilitas neuronal.
Medications to

Combat Opiate Abuse


1. METADON 2. BUPRENORFIN
kurang menimbulkan sedasi dibanding morfin dengan masa memiliki sifat agonis opioid maupun antagonis dan dapat memperburuk
kerja lebih lama. Pada penggunaan jangka panjang, metadon gejala putus obat, termasuk nyeri, pada pasien yang bergantung pada
tidak boleh diberikan lebih dari 2 kali sehari untuk opioid lain. Buprenorfin berpotensi untuk disalahgunakan dan dapat
menghindari risiko akumulasi dan overdosis opioid. Metadon menimbulkan ketergantungan. Buprenorfin memiliki lama kerja yang
dapat digunakan sebagai pengganti morfin pada penderita
jauh lebih panjang dari morfin dan pemberian secara sublingual
yang mengalami reaksi eksitasi (atau eksaserbasi rasa nyeri)
dengan morfin. merupakan analgesik yang efektif untuk 6-8 jam. Kemungkinan
timbulnya muntah dapat menjadi masalah. Tidak seperti kebanyakan
analgesik opioid lainnya; efek buprenorfin hanya dapat dihilangkan
secara parsial oleh nalokson. Kodein efektif untuk mengurangi nyeri
ringan hingga sedang, tetapi terlalu sering menimbulkan konstipasi bila
dipakai untuk jangka panjang.
Terima Kasih!

Anda mungkin juga menyukai