sudah dilemahkan atau dimatikan dengan tujuan merangsang imun tubuh untuk membentuk
antibodi.
Dengan terbentuknya antibodi, maka anak akan memiliki kekebalan terhadap penyakit
tertentu, walau tidak 100%, namun jauh lebih baik dibandingkan anak tanpa vaksinasi.
Pertama adalah munculnya KLB atas penyakit yang dulunya telah tereradikasi, misalnya KLB
difteri di Aceh dan Sumatera Barat pada akhir tahun 2014. Kedua adalah angka partisipasi
Cakupan imunisasi lengkap bayi di Indonesia menurun dari angka 90% pada tahun 2008,
menjadi 86,5% pada tahun 2015. Hal ini masih dibawah target cakupan 2015, yakni sebesar
91%.
Kelompok ini menolak vaksin karena menganggap vaksin menggunakan unsur yang diharamkan
seperti babi. Untuk kelompok ini, perlu dilakukan edukasi dan pendekatan ideologis.
Masyarakat harus diedukasi bahwa sebenarnya unsur babi hanya digunakan pada sebagian
kecil vaksin. Unsur babi dalam hal ini enzim tripsin berperan sebagai katalisator yang
Kuman tersebut diambil antigennya untuk jadi bahan pembentukan vaksin. Namun setelah itu
dilakukan purifikasi dan ultrafikasi dan pengenceran hingga 1/67,5 milyar kali. Sehingga pada
proses akhir sudah tidak terdapat unsur babi.
Pendekatan ideologis, khususnya dari segi agama adalah dengan menyertakan sertifikasi halal
pada vaksin dari pihak berwenang misalnya Majelis Ulama Indonesia. Hal ini sebenarnya sudah
Kelompok ini menganggap vaksinasi merupakan konspirasi korporat guna menggarup untung
dari masyarakat atau guna melemahkan kelompok tertentu. Ada juga yang menolak konsep
vaksin karena dianggap sebagai bentuk ketidakpasrahan terhadap Yang Maha Kuasa. Kelompok
inilah yang umumnya sangat bersikeras menolak vaksin karena sudah antipasti terhadap
Bahkan ketika telah diberikan bukti mengenai efektivitas vaksin dan bahaya jika tidak
melakukannya, kelompok ini akan cenderung menolak. Oleh karenanya perlu dilakukan
pendekatan dialog terhadap kelompok ini guna meluruskan pandangan mereka berkaitan
dengan vaksin. Pendekatan melalui tokoh agama juga perlu dilakukan. Hal ini sebagaimana yang
telah ditegaskan oleh MUI bahwa vaksin tidak bertentangan dengan agama dan justru sesuai
Kelompok ini menolak vaksinasi karena takut akan efek samping vaksinasi. Untuk kelompok ini
perlu dilakukan edukasi bahwa vaksin yang beredar di pasaran, utamanya yang menjadi
program wajib pemerintah sudah barang tentu aman. Hal ini dikarenakan pembuatan vaksin
melalui penelitian yang panjang dan sangat memperhatikan keamanan dan keakuratan.
Satu jenis vaksin bisa memakan waktu belasan tahun dimulai dari uji lab, uji pada hewan,
relawan, orang dewasa, kemudian baru diterapkan pada anak. Jika dalam proses tersebut
vaksin menunjukkan dampak negatif yang berbahaya maka vaksin itu akan dicabut. Mengenai
efek samping berupa demam ringan paska imunisasi harus diberikan permakluman kepada
kelompok ini, bahwa hal tersebut hanyalah efek samping ringan yang berlangsung singkat.
Pada akhirnya, kontroversi mengenai vaksin ini akan menjadikan anak Indonesia sebagai
korban. Korban keegoisan, ketidaktahuan dan kebobrokan orangtua, organisasi, LSM dan pihak
lainnya. Ironisnya kelompok antivaksin ini sangat yakin akan kepercayaan informasi yang
Propaganda yang mereka lakukan juga cukup masif dan justru lebih dipercaya oleh sebagian
kelompok masyarakat, bukan hanya kalangan ekonomi rendah namun juga mereka dengan
ekonomi menengah keatas. Bahkan ada pula tenaga kesehatan yang turut menjadi pihak yang
antivaksin.
Dilihat dari peraturan perundang-undangan, vaksin dan imunisasi wajib diberikan oleh
pemerintah dan sepatutnya didukung oleh seluruh pihak. Hal ini sesuai dengan Undang-undang
nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan pasal 130 yang berbunyi "pemerintah wajib
Di lain pihak, pelarangan pemberian vaksin kepada anak dapat disamakan dengan bentuk
penelantaran dan pelanggaran akan hak anak. Adapun pelanggaran ini harusnya dikenakan
sanksi pidana sebagaimana yang tercantum dalam Undang-undang nomor 23 tahun 2003
Pada UU tersebut pasa 77c dan d disebutkan "penelantaran terhadap anak yang
mengakibatkan anak mengalami sakit atau penderitaan baik fisik, mental, maupun sosial"
"dipidana dengan pidana penjara paling lama lima tahun dan/atau denda paling banyak Rp
100.000.000".
Oleh karenanya diperlukan upaya komprehensif dan lintas sektor guna mendorong program
imunisasi dan vaksinasi di masyarakat. Upaya dilakukan dengan mengedukasi masyarakat dan
membuka ruang dialog mengenai hal-hal berkaitan dengan vaksinasi. Hal ini dilakukan utamnaya
oleh tenaga kesehatan dan kader.
Kerjasama lintas sektor misalnya dengan tokoh agama juga diperlukan guna memberikan
keamanan dan ketenangan kepada masyarakat yang ingin melakukan vaksinasi. Selain itu akses
untuk vaksinasi serta cakupan produk vaksinasi juga secara perlahan perlu ditingkatkan demi
menjamin kesehatan masyarakat Indonesia secara umum dan anak Indonesia secara khusus.
Vaksin haram karena menggunakan media ginjal kera, babi, aborsi bayi, darah orang
yang tertular penyakit infeksi yang notabene pengguna alkohol, obat bius, dan lain-
benzetonium klorida, dan zat-zat berbahaya lainnya yg akan memicu autisme, cacat
Kekebalan tubuh sebenarnya sudah ada pada setiap orang. Sekarang tinggal bagaimana
Konspirasi dan akal-akalan negara barat untuk memperbodoh dan meracuni negara
Bisnis besar di balik program imunisasi bagi mereka yang berkepentingan. Mengambil
dan negara muslim seperti minum madu, minyak zaitun, kurma, dan habbatussauda.
Adanya beberapa laporan bahwa anak mereka yang tidak di-imunisasi masih tetap
membawa virus Toksoplasma, Rubella, Hepatitis B yang membahayakan ibu dan janin.
Bahkan bisa menyebabkan bayi baru lahir langsung meninggal. Dan bisa dicegah dengan
vaksin.
wabah seperti kolera, difteri, dan polio. Apalagi saat ini berkembang virus flu burung
yg telah mewabah. Hal ini menimbulkam keresahan bagi petugas kesahatan yang
menangani. Jika tidak ada, mereka tidak akan mau dekat-dekat. Juga meresahkan
masyarakat sekitar.
Walaupun kekebalan tubuh sudah ada, akan tetapi kita hidup di negara berkembang
yang notabene standar kesehatan lingkungan masih rendah. Apalagi pola hidup di
zaman modern. Belum lagi kita tidak bisa menjaga gaya hidup sehat. Maka untuk
Efek samping yang membahayakan bisa kita minimalisasi dengan tanggap terhadap
kondisi ketika hendak imunisasi dan lebih banyak cari tahu jenis-jenis merk vaksin
Jangan hanya percaya isu-isu tidak jelas dan tidak ilmiah. Contohnya vaksinasi MMR
menyebabkan autis. Padahal hasil penelitian lain yang lebih tersistem dan dengan
metodologi yang benar, kasus autis itu ternyata banyak penyebabnya. Penyebab autis
itu multifaktor (banyak faktor yang berpengaruh) dan penyebab utamanya masih
harus diteliti.
Jika ini memang konspirasi atau akal-akalan negara barat, mereka pun terjadi pro-
kontra juga. Terutama vaksin MMR. Disana juga sempat ribut dan akhirnya diberi
kebebasan memilih. Sampai sekarang negara barat juga tetap memberlakukan vaksin
Mengapa beberapa negara barat ada yang tidak lagi menggunakan vaksinasi tertentu
atau tidak sama sekali? Karena standar kesehatan mereka sudah lebih tinggi,
lingkungan bersih, epidemik (wabah) penyakit infeksi sudah diberantas, kesadaran dan
Bandingkan dengan negara berkembang. Sayuran dan buah penuh dengan pestisida jika
tidak bersih dicuci. Makanan dengan zat pengawet, pewarna, pemanis buatan, mie
instant, dan lain-lain. Dan perlu diketahui jika kita mau masuk ke beberapa negara
maju, kita wajib divaksin dengan vaksin jenis tertentu. Karena mereka juga tidak ingin
Ada beberapa fatwa halal dan bolehnya imunisasi. Ada juga sanggahan bahwa vaksin
halal karena hanya sekedar katalisator dan tidak menjadi bagian vaksinContohnya
Fatwa MUI yang menyatakan halal. Dan jika memang benar haram, maka tetap
di negara kita. Harus segera dicegah karena sudah banyak yang terjangkit polio,
vaksinasi.html
Hal ini berkaitan dengan program “wajib” pemerintah berkaitan dengan imunisasi -yang kita
kenal dengan PPI [Program Pengembangan Imunisasi]- di mana ada lima vaksin yang menjadi
imunisasi “wajib”.
Sudah menjadi aqidah ahlus sunnah wal jamaah bahwa kita wajib mentaati pemerintah.
vaksinasi.html
sini bukanlah wajib secara mutlak dalam pelaksanaannya. Sebagaimana wajib, ada yang
wajib ‘ain dan wajib kifayah. wajib Karena ada beberapa alasan.
1. Memang ada UU no. 4 tahun 1894 tentang wabah penyakit menular dan secara tidak
langsung imunisasi masuk di sini karena salah satu peran imunisasi adalah memberantas
1984 Ancaman bagi yang tidak mendukungnya, bisa dihukum penjara dan denda.
Akan tetapi, pemerintah juga masih kurang konsisten dalam menerapkan hukuman ini. Bisa
“Kita tidak bisa memberikan sanksi hukuman, tetapi kita hanya bisa menghimbau kepada
aparat, ibu-ibu, LSM, majelis taklim, ketua RT, dan lurah, agar menggerakkan warganya ke
[sumber: http://www.detiknews.com/index.php/detik.read/tahun/2005/bulan/05/tgl/31/ti
me/115902/idnews/371768/idkanal/10]
Walaupun sumber tersebut tahun 2005, tetapi ini menunjukkan setidaknya pemerintah
2. Belum ada peraturan pemerintah atau undang-undang khusus yang mengatur secara jelas,
tegas, dan shorih tentang kewajiban imunisasi, hukuman, serta kejelasan penerapan
hukuman.
3. Kalaupun mewajibkan lima imunisasi termasuk polio, maka bagaimana dengan daerah yang
terpencil, daerah yang tidak mendapatkan pasokan imunisasi seperti beberapa daerah di
Papua? Apakah mereka dipenjara semua? Atau didenda semua? Haruskah mereka mencari-
Bagimana dengan yang tidak mampu membayar imunisasi? Karena pemerintah belum
menggratiskan secara menyeluruh imunisasi. Walaupun ada yang murah, tetapi tetap saja
ada penduduk yang untuk makan sesuap nasi saja sulit. Apakah orang miskin-papa seperti
4. Sampai sekarang, wallahu a’lam, kami belum pernah mendengar ada kasus orang yang
dihukum penjara atau denda hanya karena anaknya belum atau tidak diimunisasi.
5. Cukup banyak mereka yang kontra imunisasi dan vaksin baik individu, LSM, atau organisai
tertentu mengeluarkan pendapat menolak imunisasi padahal ini sangat bertentangan dengan
imunisasi. Tetapi, wallahu a’lam, kami tidak melihat tindak tegas pemerintah terhadap
mereka.
vaksinasi.html
Majelis Ulama Eropa untuk Fatwa dan Penelitian telah memberikan jawaban untuk masalah
vaksin yang digunakan dalam vaksinasi anak terhadap polio. Dalam masalah tersebut, Majelis
Pertama:
Penggunaan obat semacam itu ada manfaatnya dari segi medis. Obat semacam itu dapat
melindungi anak dan mencegah mereka dari kelumpuhan dengan izin Allah. Dan obat semacam
ini (dari enzim babi) belum ada gantinya hingga saat ini. Dengan menimbang hal ini, maka
penggunaan obat semacam itu dalam rangka berobat dan pencegahan dibolehkan. Hal ini
dengan alasan karena mencegah bahaya (penyakit) yang lebih parah jika tidak
mengkonsumsinya. Dalam bab fikih, masalah ini ada sisi kelonggaran yaitu tidak mengapa
menggunakan yang najis (jika memang cairan tersebut dinilai najis). Namun sebenarnya
cairan najis tersebut telah mengalami istihlak (melebur) karena bercampur dengan zat suci
yang berjumlah banyak. Begitu pula masalah ini masuk dalam hal darurat dan begitu primer
yang dibutuhkan untuk menghilangkan bahaya. Dan di antara tujuan syari’at adalah
Kedua:
Majelis merekomendasikan pada para imam dan pejabat yang berwenang hendaklah posisi
mereka tidak bersikap keras dalam perkara ijtihadiyah ini yang nampak ada maslahat bagi
anak-anak kaum muslimin selama tidak bertentangan dengan dalil yang definitif (qoth’i).
Perlu diketahui juga bahwa di Saudi Arabia sendiri untuk pendaftaran haji melalui hamlah
(travel) diwajibkan bagi setiap penduduk asli maupun pendatang untuk memenuhi
syarat tath’im (vaksinasi) karena banyaknya wabah yang tersebar saat haji nantinya. Syarat
inilah yang harus dipenuhi sebelum calon haji dari Saudi mendapatkan tashrih atau izin
Merupakan tindakan yang kurang bijak bagi mereka yang menolak imunisasi, menyebarkan
keyakinan mereka secara luas di media-media, memprovokasi agar menolak keras imunisasi
program imunisasi.
seseorang melihat hilal Ramadhan dengan jelas dan sangat yakin, kemudian persaksiannya
ditolak oleh pemerintah. Pemerintah belum mengumumkan besok puasa, maka hendaknya ia
dengan mengumumkan dan menyebarluaskan persaksiannya akan hilal, padahal sudah ditolak
oleh pemerintah. Karena hal ini akan membuat perpecahan dan keresahan di masyarakat.
Islam mengajarkan kita agar tidak langsung menyebarluaskan setiap berita atau isu ke
masyarakat secara umum. Hendaklah kita jangan mudah termakan berita yang kurang jelas
atau isu murahan kemudian ikut-kutan menyebarkannya padahal ilmu kita terbatas mengenai
hal tersebut. Hendaklah kita menyerahkan kepada kepada ahli dan tokoh yang berwenang
untuk menindak lanjuti, meneliti, mengkaji, dan menelaah berita atau isu tersebut. Kemudian
merekalah yang lebih mengetahui dan mempertimbangkan apakah berita ini perlu diekspos
atau disembunyikan.
vaksinasi.html
Vaksin haram?
Ini yang cukup meresahkan karena sebagian besar masyarakat Indonesia adalah muslim.
Namun mari kita kaji, kita ambil contoh vaksin polio atau vaksin meningitis yang produksinya
menggunakan enzim tripsin dari serum babi. Belakangan ini menjadi buah bibir karena cukup
meresahkan jama’ah haji yang diwajibkan pemerintah Arab Saudi vaksin, karena mereka
tidak ingin terkena atau ada yang membawa penyakit tersebut ke jama’ah haji di Mekkah.
Banyak penjelasan dari berbagai pihak, salah satunya dari Drs. Iskandar, Apt., MM, -
Direktur Perencanaan dan pengembangan PT. Bio Farma (salah satu perusahaan pembuat
vaksin di Indonesia)- yang mengatakan bahwa enzim tripsin babi masih digunakan dalam
“Air PAM dibuat dari air sungai yang mengandung berbagai macam kotoran dan najis, namun
menjadi bersih dan halal stetalh diproses”. Beliau juga mengatakan, “Dalam proses
pembuatan vaksin, enzim tripsin babi hanya dipakai sebagai enzim proteolitik [enzim yang
digunakan sebagai katalisator pemisah sel/protein]. Pada hasil akhirnya [vaksin], enzim
tripsin yang merupakan unsur turunan dari pankreas babi ini tidak terdeteksi lagi. Enzim ini
Babi-Untuk-Pembuatan-Vaksin]
Jika ini benar, maka tidak bisa kita katakan bahwa vaksin ini haram, karena minimal bisa
kita kiaskan dengan binatang jallalah, yaitu binatang yang biasa memakan barang-barang
najis. Binatang ini bercampur dengan najis yang haram dimakan, sehingga perlu dikarantina
kemudian diberi makanan yang suci dalam beberapa hari agar halal dikonsumsi. Sebagian
ulama berpendapat minimal tiga hari dan ada juga yang berpendapat sampai aroma, rasa dan
vaksinasi.html
Kemudian ada istilah [“ ]استحالةistihalah” yaitu perubahan benda najis atau haram menjadi
benda yang suci yang telah berubah sifat dan namanya. Contohnya adalah jika kulit bangkai
yang najis dan haram disamak, maka bisa menjadi suci atau jika khamr menjadi cuka -
misalnya dengan penyulingan- maka menjadi suci. Pada enzim babi vaksin tersebut telah
berubah nama dan sifatnya atau bahkan hanya sebagai katalisator pemisah, maka yang
vaksinasi.html
Inilah landasan yang digunakan MUI, jika kita kaji sesuai dengan syarat:
berarti kami merendahkan pengobatan nabi dan tradisional], maka kita jawab bahwa itu
adalah pengobatan yang bersifat umum dan tidak spesifik. Sebagaimana jika kita mengobati
virus tertentu, maka secara teori bisa sembuh dengan meningkatkan daya tahan tubuh, akan
tetapi bisa sangat lama dan banyak faktor, bisa saja dia mati sebelum daya tahan tubuh
2. Enzim babi pada vaksin hanya sebagai katalisator, sekedar penggunaannya saja.
vaksinasi.html
Maka, pendapat terkuat bahwa pada pada asalnya tidak boleh berobat dengan benda-benda
2. Benar-benar yakin bahwa obat ini sangat bermanfaat pada penyakit tersebut.
vaksinasi.html
Jika masih saja tidak boleh dan haram bagaimanapun juga kondisinya
Jika masih berkeyakinan bahwa vaksin itu omong kosong, haram dan tidak berguna, maka
ketahuilah, vaksin inilah yang memberikan kekuatan psikologis kepada kami para tenaga
kesehatan untuk bisa menolong dan mengobati masyarakat umum. Jika kami -tenaga
kesehatan- tidak melakukan vaksinasi hepatitis B, seandainya mereka yang kontra vaksinasi
terkena hepatitis B dan perlu disuntik atau dioperasi, maka saya atau pun tenaga medis
lainnya akan berpikir dua kali untuk melakukan operasi jika mereka belum divaksin hepatitis
B. Maka hati kami akan gusar dalam menjalankan tugas kami, kita tidak tahu jika ada pasien
yang luka, berdarah, lalu kita bersihkan lukanya, kemudian ternyata diketahui bahwa dia
berpenyakis hepatitis B. Karena keyakinan sudah divaksinasi hepatitis B, maka hal itu
Begitu juga jika istri mereka hendak melahirkan dan terkena hepatitis B, bidan yang
membantu mereka akan berpikir dua kali untuk membantu persalinan jika dia belum vaksin
hepatitis B. Karena hepatitis B termasuk penyakit kronis dengan prognosis buruk, belum
Untuk memastikan hal ini perlu penelitian dan fakta yang jelas, dan sampai sekarang belum
ada bukti yang kuat mengenai hal ini. Walapun mereka kafir tetapi Islam mengajarkan tidak
boleh dzalim tehadap mereka, dengan menuduh tanpa bukti dan berdasar paranoid selama
Malah yang ada adalah bukti-bukti bahwa tidak ada konspirasi dalam hal ini, berikut kami
1. Pro-kontra imunisasi dan vaksin tidak hanya berada di Negara Islam dan Negara
berkembang saja, tetapi dinegara-negara barat dan Negara non-Islam lainnya seperti di
Sumber: http://www.metrotvnews.com/ekonomi/news/2011/07/28/59298/Kelompok-
Antivaksin-tak-Hanya-Ada-di-Indonesia
Pro-kontra imunisasi sudah ada sejak Pasteur mengenalkan imunisasi rabies, sampai
keputusan imunisasi demam tifoid semasa perang Boer. Demikian juga penentang imunisasi
cacar di Inggris sampai membawanya di parlemen Inggris. Para Ibu di Jepang dan Inggris
menolak imunisasi DPT karena menyebabkan reaksi panas (demam). [Pedoman Imunisasi di
2. Amerika melakukan imunisasi bagi pasukan perang mereka. Ini menjawab tuduhan bahwa
imuniasi hanya untuk membodohi Negara muslim dan sudah tidak populer di Negara barat,
bahkan mereka mengeluarkan jurnal penelitian resmi untuk meyakinkan dan menjawab pihak
kontra imunisasi. Salah satunya adalah jurnal berjudul, “Immunization to Protect the US
Armed Forces: Heritage, Current Practice, and Prospects” Sangat lucu jika mereka mau
bunuh diri dengan melemahkan dan membodohi pasukan perang mereka dengan imunisasi.
3. WHO juga sedang meneliti pengembangan imunisasi tanpa menggunakan unsur binatang
Jika memang ada bisnis uang orang-orang Yahudi di balik imunisasi, maka ini perlu ditinjau
lagi, karena Indonesia sudah memproduksinya sendiri, misalnya PT. Bio Farma. Jika memang
mereka ingin memeras negara muslim, mengapa mereka tidak monopoli saja, tidak
Tidak ada yang obat yang bisa menjamin 100% kesembuhan dan menjamin 100% pencegahan.
Semua tergantung banyak faktor, salah satunya adalah daya tahan tubuh kita. Begitu juga
Bahkan madu, habbatussauda, dan bekam juga ada efek sampingnya, hanya saja kita bisa
menghilangkan atau meminimalkannya jika sesuai aturan. Begitu juga dengan imunisasi yang
dikenal dengan istilah KIPI [Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi]. Misalnya, sedikit demam, dan
Ada pengakuan bahwa anaknya yang tidak diimunisasi lebih sehat dan pintar dari yang
diimunisasi. Maka kita jawab, bisa jadi itu karena faktor-faktor lain yang tidak terkait
dengan imunisasi, dan perlu dibuktikan. Banyak orang-orang miskin dan kumuh anaknya lebih
sehat dan lebih pintar dibandingkan mereka yang kaya dan pola hidupnya sehat. Apakah kita
akan mengatakan, jadi orang miskin saja supaya lebih sehat? Kita tahu sebagian besar anak
Indonesia diimunisasi dan lihatlah mereka semuanya banyak yang pintar-pintar dan
menjuarai berbagai olimpiade tingkat internasional. Apakah kita kemudian akan mengatakan,
ikut imunisasi saja supaya bisa menjuarai olimpiade tingkat internasional? Sehingga, jangan
karena satu dua kasus, kemudian kita menyamakannya pada semua kasus.
Umumnya penelitian-penelitian ini adalah penelitian tahun lama yang kurang bisa dipercaya,
mereka belum memahami benar teori imunologi yang terus berkembang. Kemudian tahun
2000-an muncul kembali yaitu peneliti Wakefield dan Montgomerry yang mengajukan laporan
penelitian adanya hubungan vaksin MMR dengan autism pada anak. Ternyata penelitian ini
yang belum memberikan bukti shahih. Bukti juga masih sepotong-potong. Baik pengadilan
London maupun redaksi majalah yang memuat tulisan ini akhirnya menyesal dan menyatakan
bukti yang diajukan lemah dan kabur. [Pedoman Imunisasi di Indonesia hal 366-367]
Bukan cacar air [varicella] yang kami maksud, tetapi cacar smallpox. Yang sebelumnya
mewabah di berbagai negara dan sekarang hampir semua negara menyatakan negaranya
“Following their jubilant announcement in 1980 that smallpox had finally been eradicated
from the world, the World Health Organization lobbied for the numbers of laboratories
holding samples of the virus to be reduced. In 1984 it was agreed that smallpox be kept in
diberantas dari bumi, WHO melobi agar jumlah laboratorium yang memegang sampel virus
bisa dikurangi. Pada tahun 1984, disepakati bahwa (virus) cacar hanya disimpan di dua
Sumber: http://www.bbc.co.uk/history/british/empire_seapower/smallpox_01.shtml
Lihat bagaimana dua negara adidaya saat itu yang saling berperang berusaha mendapatkan
ilmu ini dengan menyimpan bibit penyakit tersebut. Jika ini hanya main-main dan bohong
belaka, mengapa harus diperebutkan oleh banyak negara dan akhirnya dibatasi dua Negara
saja. Lihat juga karena vaksinlah yang menyelamatkan dunia dari wabah saat itu, dengan izin
Allah Ta’ala.
Kita tidak boleh memaksa, kita hanya bisa mengarahkan. Sama dengan wabah cacar, maka
polio juga menjadi sasaran pemusnahan di muka bumi. Oleh karena itu, semua orang harus
ikut serta sehingga virus polio bisa musnah di muka bumi ini. Jika ada beberapa orang saja
yang masih membawa virus ini kemudian menyebar, maka program ini akan gagal. Di
Mungkin kita harus belajar dari kasus yang terjadi di Belanda. Di sana, ada daerah-daerah
yang karena faktor religius, mereka menolak untuk divaksin, biasa disebut “Bible Belt”,
mereka tersebar di beberapa daerah di Belanda. Akibatnya, terjadi outbreak (wabah) virus
Measles antara tahun 1999-2000 dengan lebih dari 3000 kasus virus Measles dan setelah
diteliti ternyata terjadi di daerah-daerah yang didominasi oleh orang-orang Bible Belt.
Padahal kita tahu, sejak vaksin Measles berhasil ditemukan tahun 1965-an [sekarang vaksin
MMR (Measles, Mumps, Rubella)], kasus Measles sudah hampir tidak ada lagi.
Maka ini menjadi pelajaran bagi kita, ketika daya tahan tubuh kita tidak memiliki pertahanan
tubuh spesifik untuk virus tertentu, bisa jadi kita terjangkit virus tersebut dan
menularkannya kepada orang lain bahkan bisa jadi menjadi wabah. Karena bisa jadi, untuk
membangkitkan daya tahan spesifik terhadap serangan virus tertentu yang berbahaya,
sistem imunitas kita kalah cepat dengan serangan virusnya, sehingga bisa barakibat fatal.
Dan inilah yang sebenarnya bisa dicegah dengan imunisasi. Itulah mengapa pemerintah
sangat ingin agar imunisasi bisa mencakup hampir 100% anak, agar setiap orang mempunyai
daya tahan tubuh spesifik terhadap virus tersebut. [dua paragraf di atas adalah tambahan
Imunisasi dibangun di atas teori sistem imunitas (sistem pertahanan tubuh) dengan istilah-
itilah yang mungkin pernah didengar seperti antibodi, immunoglubulin, sel-B, sel-T, antigen,
dan lain-lain. Teori inilah yang melandasi ilmu kedokteran barat yang saat ini digunakan oleh
bagaimana obat-obat yang mampu meningkatkan sistem imun. Bahkan habbatussauda pun
diteliti dan sudah ada jurnal kedoktean resmi yang menyatakan bahwa habbatussauda dapat
meningkatkan sistem imun. Semua dibangun di atas teori ini. Dan masih banyak lagi, misalnya
vaksin bisa ular. Bagaimana seorang yang digigit ular berbisa kemudian bisa selamat dengan
vaksinasi.html
Selama ini, pemberian vaksin kekebalan tubuh untuk anak-anak berpedoman kepada fatwa
MUI nomor 4 tahun 2016 tentang imunisasi. Fatwa tersebut membolehkan vaksin atau
Namun, hingga kini vaksin MR belum memiliki sertifikasi halal dari MUI.
Wakil Sekretaris Jenderal MUI Pusat Bidang Fatwa, Shalahuddin Al Ayyubi mengakui hingga
kini belum ada pendaftaran sertifikasi halal ke MUI, baik dari importir maupun produsen dari
vaksin tersebut.
"Apalagi ini diwajibkan oleh pemerintah. Makanya kita aktif mengajak Kementerian Kesehatan,
kita akan helpful (membantu) kepada pemerintah, kepada Kementerian Kesehatan dalam hal
ini, untuk mencari solusi yang terbaik. Ini komunikasi saja tidak ada," kata Shalahuddin.
Kendati begitu, Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Anung
Sugihantono menampik minimnya koordinasi dengan MUI terkait halal atau haramnya vaksin
MR.
"Sejauh ini koordinasi terus dilakukan sejak fase I, dikerjakan untuk kegiatan untuk program
imunisasi secara umum dan pelaksanaan imunisasi MR pada fase kedua ini. Kita sudah lakukan
komunikasi, bukan hanya dengan jajaran kementerian/lembaga tapi juga jajaran MUI," kata
dia.
Dia menambahkan, Kemenkes sudah mengimbau importir dari vaksin ini, yakni perusahaan
"Sebagaimana yang tertulis di Undang-Undang bahwa yang mendaftarkan itu adalah produsen,
dan kami sejauh ini mendorong pihak Biofarma selaku penyedia vaksin ini untuk mendorong
produsen untuk mendaftarkan itu di dalam sebuah proses regulasi yang ada," jelasnya.
Ditambahkan pula pemerintah akan tetap menjalankan fase kedua dari program imunisasi MR
yang fokus di 28 provinsi di luar Pulau Jawa selama bulan Agustus dan September.
"Yang jelas kami tetap akan memberikan pelayanan kepada yang memerlukan pelayanan itu
"Dan waktu kita kan dua bulan, jadi tahapan-tahapan ini tetap kita ikuti sejalan juga nanti apa-
apa yang dilakukan oleh pihak produsen untuk kegiatan itu," katanya.
Bagaimanapun, seperti disebutkan oleh seorang ibu dan pengurus MUI, sertifikasi halal
Tanpa kejelasan itu, program vaksinasi gratis untuk pencegahan penyebaran penyakit campak
dan rubella di Indonesia, mungkin tidak dapat menjangkau seluruh sasaran, yang di luar Pulau
Menurut Kantor regional Asia Tenggara dari Badan Kesehatan Dunia (WHO), Indonesia
merupakan salah satu negara tertinggal dalam upaya menangani penyakit campak.
Pasangan Herlina Suryani Oktavia dan Oki Andriansyah percaya anak-anak memiliki kekebalan
tubuh dari asupan makanan dan gizi yang baik sehingga tidak membutuhkan vaksinasi.
"Kita nggak memilih (vaksinasi) karena saya pikir anak itu punya daya tahan tubuh sendiri.
Saya sebagai orang tua harus menjaga daya tahan tubuh anak tiap hari dengan asupan yang
Anak pertama pasangan ini sempat divaksinasi, namun anak keduanya tidak pernah divaksinasi
sama sekali.
Sekolah yang menolak imunisasi campak dan rubella akan diajak dialog
Uganda berlakukan hukuman penjara pada orangtua yang tak imunisasi anaknya
Dokter spesialis anak dan penulis buku Pro Kontra Imunisasi, dr. Arifianto SPA, menyebutkan
asupan makanan bergizi, suplemen, serta ASI (air susu ibu) bagi anak penting tetapi harus
"Vaksin itu memberikan kekebalan spesifik terhadap penyakit tertentu seperti campak dan
polio. Kenapa vaksin diberikan pada usia sangat dini, bahkan bayi baru lahir pun langsung diberi
(tubuh) mereka sudah dikenalkan sejak dini untuk membentuk kekebalan yang spesifik
Salah satu orang tua yang aktif menolak vaksinasi melalui media sosial adalah Mega Indah
Dia yakin pola hidup yang sehat dan seimbang dapat mencegah anak untuk tertular penyakit.
Selain itu, masalah kehalalan vaksin merupakan salah satu pertimbangan dalam memutuskan
"Saya zero tolerance terhadap babi. Saya tidak akan memasukkan anak saya sesuatu yang ada
sangkut pautnya dengan zat babi. Ada yang bilang kecuali darurat, tapi darurat seperti apa?
Kalau halal-haram itu jadi pertimbangan utama sebagai orang Islam," ungkap Mega.
Laman Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyebutkan vaksin yang beredar di Indonesia
tidak mengandung babi. Akan tetapi, dalam pembuatan vaksin seperti polio, enzim tripsin babi
memang digunakan, walau sudah "dibersihkan dan dihilangkan" sehingga tidak mengganggu
"Ada dua cara penggunaannya. Pertama, sebagai katalisator ketika dilihat produk akhir itu
sudah tidak terdeteksi sama sekali, secara umum sangat terlarut jadi tak ada produk babinya
dalam produk akhirnya. Kedua, sebagai stabilisator, tapi ketika dalam penelitian DNA sudah
Meski belum ada sertifikasi halal, bukan berarti vaksin itu haram. Namun untuk menengahi
masalah halal dan haram vaksin, Arifianto mendorong pemerintah dan produsen untuk
MUI juga telah mengeluarkan Fatwa No. 4 tahun 2016 yang membolehkan imunisasi sebagai
bentuk ikhtiar atau upaya untuk memberikan kekebalan tubuh dan mencegah penyakit
tertentu.
Ketua Komisi Fatwa MUI, Prof. Hasanuddin AF, mengatakan fatwa itu dikeluarkan karena
"Bahkan kalau tidak divaksinasi menimbulkan penyakit berat, kecacatan, bahkan menimbulkan
kematian maka imunisasi hukumnya wajib, tetapi vaksinasi itu harus menggunakan vaksin yang
Namun, menurut Hassanudin, dalam keadaan darurat--misalnya akan menimbulkan wabah atau
kematian--imunisasi dapat dilakukan meski belum ada vaksin yang halal. Dia mencontohkan
jemaah yang harus divaksin meningitis sebelum ada vaksin bersertifikat halal, karena
Hassanudin mengatakan MUI belum mengeluarkan sertifikasi halal untuk vaksin MR yang
"MUI dalam kapasitas tidak menghalalkan dan tidak mengharamkan karena belum diproses,
tetapi jika orang tua memandang perlu divaksinasi yakin divaksinasi dan bermanfaat untuk
kesehatan anak ya saya kira tak masalah divaksinasi saja. Tetapi yang ragu dan belum yakin
Dirjen Pencegahan Penularan Penyakit P2P Kemenkes, Muhammad Subuh, mengaku pihaknya
140 negara, termasuk 48 negara Organisasi Kerjasama Islam (OKI). Subuh menegaskan tidak
"Pada prinsipnya vaksin untuk campaknya sendiri dibuat (dengan dibiakkan pada) embrio ayam,
sedangkan untuk rubellanya sendiri (dibiakkan) bagian sel manusia tetapi tidak langsung,
bagian sel yang lain. Itu yang diambil dan digabung jadi campak dan rubella," jelas Subuh.
Dia mengatakan imunisasi ini memiliki manfaat yang lebih besar karena dapat mencegah
"Campak pada anak-anak gejalanya kesannya ringan tapi komplikasinya yang berbahaya bisa
diare berat, menyerang sistem syaraf, kejang-kejang dan mungkin kebutaan dan kematian,"
jelas Subuh.
Sementara Rubella jika dialami perempuan yang hamil trimester pertama akan menyerang
janin dan dapat lahir dengan kebutaan atau kecacatan; gangguan jantung dan pertumbuhan,
Data juga menunjukkan campak masih merupakan penyebab kematian 134.200 anak-anak di
Meski demikian, banyak orangtua yang masih meragukan keamanan vaksin, seringkali
"Saya tak mau ambil risiko memberikan vaksin untuk menyelamatkan orang lain, tapi anak saya
yang terima risikonya, iya nggak? Udah kejadian kan sekarang risikonya bermunculan. KIPI itu
sekarang udah mulai keluar kasus yang ada lumpuh dan segalanya kan?" ungkap Mega.
Masalah keamanan vaksin ini seringkali dikaitkan dengan asumsi yang berkembang sebelum
investigasi dilakukan oleh pihak berwenang. Salah satu yang banyak diberitakan adalah kasus
Tetapi setelah diinvestigasi, Subuh mengatakan kelumpuhan itu tidak ada kaitannya dengan
vaksinasi MR.
"Jadi sebelumnya sudah ada sakit dan sekarang sudah pulih karena onset-nya itu, dari saat
timbul penyakit setelah disuntik nggak pas. Itu sudah dapat ditentukan bukan karena
imunisasi, semua yang masuk kita tampung, tindakan medis pasti ada," jelas Subuh.
Dalam menghadapi penolakan ini, Subuh menyatakan vaksin yang digunakan di Indonesia
terjamin keamanannya. Adapun vaksin MR telah digunakan di 141 negara dan tidak ada laporan
Proses produksi vaksin yang melewati beberapa tahap, membuatnya aman untuk digunakan.
"Vaksin itu dibuat dibuat setelah melewati tiga tahap klinis, dibuat sudah sangat aman,
walaupun ada kemungkinan yang dipasarkan ternyata ada efek samping, tapi kasus dibilang
sangat jarang. Ada KIPI demam, nyeri di bekas suntikan itu wajar, tapi misalnya vaksin
menimbulkan alergi berat sampai menimbulkan orang meninggal itu bisa dibilang very rare,
Arifianto mengatakan untuk menjadi satu vaksin harus memenuhi dua syarat aman dan
efektif. Artinya mampu menimbulkan kekebalan tubuh sehingga anak tersebut tidak sakit.
Hak atas fotoBBC INDONESIAImage captionDesi Budi Rejki salah satu orang tua yang
diimunisasi. Namun, dr Arifiato mengingatkan anak-anak yang tidak diimunisasi ini justru
"Syarat keberhasilan selain efektif cakupan diatas 95% kalau tidak tercapai maka tidak akan
tercapai yang namanya herd immunity atau kekebalan lingkungan. Kita sadar tak ada vaksin
yang 100% cakupannya, tapi dengan cakupan minimal itu akan melindungi anak-anak yang tidak
"Efektivitas vaksin tidak 100%. untuk vaksin cacar air (misalnya), sekitar 70-90%, jadi dari 10
anak yg diimunisasi cacar air, sekitar 1-3 tetap sakit, tetapi lebih dari separuhnya tidak
sakit," tambahnya.
Cakupan imunisasi yang kurang bisa menyebabkan timbulnya Kejadian Luar Biasa (KLB) seperti
KLB tersebut disebabkan target cakupan imunisasi kumulatif satu provinsi 90%. Pada 2014
Subuh mengatakan sejumlah program imunisasi yang dilakukan untuk mencegah terjadinya
wabah, dan sejumlah keberhasilan vaksinasi antara lain, cacar pada 1974, tetanus
"Untuk campak, Indonesia menargetkan bebas pada 2020 mendatang," jelas dia.
Menurut kantor regional Asia Tenggara dari Badan Kesehatan Dunia (WHO SEARO),
Indonesia merupakan salah satu negara yang tertinggal dalam upaya menangani penyakit
Data WHO SEARO menunjukkan 1,1 juta anak berusia satu tahun tidak mendapatkan vaksinasi
pada 2016 lalu. Indonesia bahkan berada di bawah Maladewa dan Bhutan yang telah
Indonesia memulai program imunisasi pada 1956, tetapi sulit untuk meraih cakupan 100% dari
seluruh target. Data Kementerian Kesehatan, balita yang mendapatkan imunisasi dasar baru
terbesar keempat di dunia. Setelah impor bahan baku dari India dan diolah, sebagian besar
juga dieskpor ke negara-negara Muslim. Bio Farma tentu melihat dan mencermati dengan baik
bahan baku tersebut," ujar Nila saat temu media di Gorontalo, Senin (17/7).
Staf Ahli Bidang Ekonomi Kesehatan Mohamad Subuh mengatakan, Indonesia adalah negara
dengan cakupan virus Measles Rubella (MR) tertinggi. Kendati kerap mendapatkan penolakan
dari sebagian masyarakat, Kemenkes memiliki cara jitu untuk menyadarkan masyarakat
"Kunci utama adalah peran pemimpin daerah, tokoh masyarakat, atau pimpinan agama. Tahun
2017 lalu daerah yang paling sulit menerima vaksin adalah Madura. Tapi, yang pertama kali
mencapai cakupan 100 persen imunisasi justru Madura. Rahasianya, bupati dan ulama yang
kami rangkul untuk aktif mengajak masyarakat. Strategi komunikasi harus diubah," kata
Subuh.
Baca juga: Targetkan 11 Ribu Imunisasi MR, Pemkab Gorontalo Incar MURI
Editors’ Picks
Uji Coba Perdana MRT, Ini Pendapat Dan Harapan Warga Jakarta
Menurut Subuh, rajin mengonsumsi makanan sehat tak serta-merta menjamin kekebalan
tubuh. Imunisasi tetap diperlukan agar tubuh mampu menghadapi penyakit tak terduga.
"Pada penyakit-penyakit tertentu, gak bisa dengan cara lain untuk membangkitkan kekebalan
tubuh kecuali dengan imunisasi. Ada imunisasi dasar lengkap yang harus dipatuhi. Oleh sebab
itu, komunikasi yang baik melalui pendekatan multisektor akan berhasil mengkampanyekan
imunisasi," ujarnya.
3. Sertifikasi vaksin halal masih berproses
ANTARA FOTO/M Agung Rajasa
Soal pro kontra vaksin, lanjut Subuh, Kemenkes sejak tahun 2016 sudah berdiskusi dengan
Majelis Ulama Indonesia (MUI), baik komisi fatwa maupun lembaga sertifikasi halal MUI.
Namun, pemerintah tersendat lantaran harus berkomunikasi dengan produsen bahan dasar
vaksin di India.
"Ada tiga negara yang memproduksi bahan baku vaksin, yaitu Jepang, China, dan India.
Sementara yang diakui oleh WHO adalah India. Sampai sekarang masih berproses sertifikasi
halalnya. Belum ada pengganti lain rubella kecuali produk impor dari India," ujar Subuh.
Subuh menjelaskan, anak yang terserang virus MR berisik terserang kebutaan, ketulian
sampai kematian. Dalam hitungan ekonomi, perlindungan 110 ribu anak dengan anggaran Rp26
"Sementara kalau gak diimunisasi, anggaran pengobatan bisa mencapai Rp1,1 triliun.
Masyarakat tak perlu takut imunisasi anaknya, kan pemerintah yang menanggung semua
meskipun mengandung babi, menjadi perbincangan publik, khususnya di kalangan orang tua.
Lewat Fatwa Nomor 33 tahun 2018, MUI sebenarnya menegaskan bahwa Vaksin MR produksi
Serum Institute of India (SII) yang digunakan untuk imunisasi di Indonesia, “haram karena
mengandung babi”.
MUI membolehkan penggunaan Vaksin MR karena sejumlah kondisi.
“Ada kondisi keterpaksaan. (Selain itu) belum ditemukan Vaksin MR yang halal dan suci. Ada
keterangan dari ahli yang kompeten dan dipercaya tentang bahaya yang ditimbulkan akibat
tidak diimunisasi, dan belum adanya vaksin yang halal.” tulis MUI dalam rilisnya yang
Meskipun begitu, Chaerul Mufti, seorang ayah di Payakumbuh, Sumatera Barat, tetap “tidak
membolehkan” anak lelakinya yang berusia enam tahun untuk divaksin MR.
“Saya tahu (vaksin) dibutuhkan, tetapi ada rasa tidak menerima, kalau anak saya disuntik
pakai zat yang ada babinya,” kata Chaerul kepada VOA Indonesia lewat sambungan telepon.
Dia pun bercerita bahwa sikapnya itu sejalan dengan sekolah swasta Islam tempat anaknya
Pembicaraan soal halal-haram Vaksin MR ramai mencuat sejak pemerintah Indonesia memulai
program imunisasi Vaksin MR secara serentak, pada 1 Agustus hingga akhir September 2018.
Imunisasi ditujukan pada bayi berusia sembilan bulan sampai anak berusia 15 tahun. Targetnya
“Kembalikan saja pada niat orang tua. Penyakit kan datang dari Tuhan. Toh zaman dulu saya
Berbeda dengan Chaerul, Andri Pratama yang tinggal di Jakarta, berniat memvaksin lengkap
“Kan terbukti anak butuh. Kalau secara medis bagus dan dibutuhkan, ditambah lagi dengan
pernyataan MUI yang membolehkan, ya saya tetap imunisasi,” tutur Andri kepada VOA
Indonesia.
Pusat Pemberantasan dan Pencegahan Penyakit Amerika (CDC), lewat situs resminya
menuliskan bahwa Measles atau Campak jika tidak ditangani bisa menimbulkan komplikasi
“Dari setiap 1.000 anak yang kena campak, satu atau dua di antaranya meninggal dunia,” tulis
CDC.
Gambar penyakit Rubella atau Campak Jerman.
Sementara CDC menjabarkan bahwa Rubella atau Campak Jerman yang menginfeksi
perempuan hamil yang tidak divaksin, “berpotensi membuatnya keguguran atau bayinya
Fatwa haram tapi boleh MUI ini diikuti sejumlah rekomendasi. Di antaranya adalah
permintaan agar pemerintah “wajib menjamin ketersediaan vaksin halal” bagi masyarakat.
Namun, lewat akun Twitter resminya, @KemenkesRI, kementerian yang dikepalai oleh Nila F
Moelek itu pada Selasa (21/08) mencuitkan bahwa “Imunisasi adalah investasi bangsa.
Lindungi buah hati dari penyakit Measles Rubella dengan imunisasi MR. Pemberian imunisasi
✔@KemenkesRI
Replying to @KemenkesRI
Jika kekebalan komunitas terjadi 95% maka tidak akan terjadi penyebaran penyakit MR.
#ImunisasiMR
Kemenkes RI
✔@KemenkesRI
Imunisasi merupakan investasi bangsa . Lindungi buah hati dari penyakit Measles
Rubella dengan Imunisasi MR. Pemberian imunisasi MR, merupakan upaya melindungi generasi
selanjutnya #ImunisasiMR
bersahutan.
Muhammad Nasir lewat akun Twitter-nya @NasirHagu menuding “MUI masuk angin. Kalau
haram ya haram…”
#VaksinMR - 2
3. Penggunaan Vaksin MR produk dari Serum Institute of India (SII), pada saat ini,
MUHAMMAD NASIR@NasirHagu
Sementara Prasdianto lewat akunnya @kamentrader mengkritik Fatwa MUI yang dinilainya
tidak tegas.
“Ibu-ibu hamil yang dapat keringanan tidak puasa aja, masih banyak yang sok-sok kuat (puasa)
atau merasa sholeh kalau pas hamil tetap puasa. Apalagi ada pernyataan kayak gini, yakin gw
Prasdianto@kamentrader
"Walau Haram tapi bisa dipakai" Sadar ga sih MUI keluarin pernyataan ini?. Ibu2 hamil dapet
keringanan ga puasa aja masih buanyak yg sok2 kuat atau bahkan merasa lebih sholeh klo pas
hamil tetep puasa. Apalagi ada pernyataan kaya gini? Yakin gw , pada adu sholeh ga pake
vaksin
21
Ada juga yang beranggapan kalau Vaksin MR ini tidak memerlukan Fatwa MUI. Misalnya akun
Twitter @Dearnoto.
“Ini ushul fiqih tingkat dasar. Kalau kondisi darurat jangankan buat vaksin, makan babi juga
dima“fu dimaafkan atas hukum asalnya. Saya kira betul mereka menggoreng vaksin babi ini
ANJARI MARS@anjarisme
https://mui.or.id/berita/kondisi-mendesak-mui-fatwakan-penggunaan-vaksin-mr-mubah/ …
68 Channel@dearnoto
Soal beginian ga perlu fatwa MUI. Ini ushul fiqih tingkat dasar. Kalau kondisi darurat
jangankan buat vaksin, makan babi juga dima“fu dimaafkan atas hukum asalnya. Saya kira
betul mrk menggoreng vaksin babi ini krn tak suka pemerintah
Sementara Asti Astari mengaku deg-degan karena Fatwa MUI yang mengharamkan tetapi
membolehkan Vaksin MR, akan membuatnya berdebat dengan mertua. “Siapin mental dan
telinga,” katanya.
Fatwa haram MUI terkait vaksin yang mengandung babi, sudah pernah terjadi sebelumnya.
Pada tahun 2006, Majelis Ulama Indonesia mengeluarkan fatwa haram atas Vaksin Meningitis
“Kalau prosesnya itu berinteraksi dengan yang haram, maka hasil akhirnya juga haram,” kata
Padahal kala itu pemerintah Arab Saudi mewajibkan Vaksin Meningitis setelah penyakit itu
mewabah pada Jemaah Haji tahun 2000. Setidaknya 64 orang meninggal dunia karenanya.
Fatwa Haram MUI itu ditujukan pada vaksin buatan Glaxo Smith Kline, sebuah perusahaan
Pemerintah pun sempat merugi hingga Rp20 miliar karena vaksin yang telah dibeli tidak bisa
dikembalikan.
Sebuah sekolah yang sedang melakukan imunisasi.
Meskipun begitu MUI mengeluarkan fatwa halal pada dua produk vaksin meningitis lainnya,
yaitu vaksin produksi Novartis asal Italia dan Tian Yuan asal China.
Lewat Fatwa MUI Nomor 4 tahun 2016 tentang Imunisasi, MUI menuliskan “vaksin imunisasi
yang berbahan haram, hukumnya haram. Imunisasi dengan vaksin haram tidak dibolehkan,
kecuali: digunakan pada kondisi darurat, belum ditemukan bahan vaksin yang halal, serta
adanya keterangan tenaga medis kompeten bahwa tidak ada vaksin yang halal.” [rh]
Majelis Ulama Indonesia (MUI) baru saja mengeluarkan fatwa yang memutuskan
memperbolehkan penggunaan vaksin Measless Rubella (MR) digunakan meski mengandung babi
dalam proses produksinya. Keputusan ini menuai reaksi yang beragam dari masyarakat.
Sebagian orang tua mengaku bakal tetap memberikan vaksin MR itu untuk anak mereka.
Sedangkan sebagian lainnya masih enggan menggunakan vaksin itu dan memilih menunggu
yang kini berusia 16 bulan. Dia bakal tetap memberikan vaksin MR meski vaksin itu
Lihat juga:
Feni beranggapan selama belum ada pengganti untuk vaksin MR, vaksin itu masih boleh
digunakan.
"Menurut saya haram karena ada kandungan babi. Tapi, selama belum ada bahan pengganti ya
mau bagaimana. Kalau memang mendesak insyaallah enggak apa-apa yang penting keamanan dan
Feni menilai vaksin MR yang ada saat ini memiliki lebih banyak manfaat. Vaksin itu penting
bagi kesehatan anak dan orang di sekitar. Feni mengaku bakal langsung memberikan vaksin itu
"Soalnya MR penting banget. Bukan cuma buat anak, tapi biar anak enggak menularkan virus
Rubella ke orang lain. Dampaknya parah banget kalau sampai menular ke ibu hamil," tutur Feni.
Pada ibu hamil, virus Rubella dapat mengakibatkan keguguran atau bayi cacat lahir seperti
Lihat juga:
Pendapat yang sama juga diutarakan Natatsa. Perempuan 29 tahun ini sudah memberikan
vaksin MR kepada dua anaknya, awal bulan ini.
Natatsa tetap memberikan vaksin MR kepada anaknya meski status kehalalannya saat itu
masih kontroversi. Menurutnya, vaksin itu boleh digunakan karena tak ada penggantinya.
"Saya mikirnya kalo buat vaksin enggak apa-apa, karena kan ada dalilnya selama belum ada
pengganti untuk babi, vaksinnya mubah dan ini bukan hanya untuk vaksin tapi juga obat," ucap
Natatsa.
Setelah memberikan vaksin MR kepada dua anaknya, Natatsa menyebut kedua anaknya
mengalami efek samping yang berbeda. Anak pertamanya Muhammad Maliq yang berusia 8
tahun tidak mengalami efek samping yang berarti. Sedangkan si bungsu, Nabilla Alika yang
berusia tiga tahun mengalami demam serta panas dan bengkak di area bekas suntikan.
Natatsa yang tinggal di Cibubur itu mengaku tak mempermasalahkan efek samping itu.
"Setiap anak beda-beda. Soalnya ada beberapa vaksin yang cara kerjanya seperti itu," ujar
Natatsa.
Tak cuma para ibu yang memutuskan untuk tetap memberikan vaksinasi MR pada anak-
anaknya, para ayah ternyata juga mengambil keputusan untuk melakukan vaksinasi MR.
"Akan vaksin dalam waktu dekat. Karena pemerintah sudah menyatakan bahwa anak butuh
vaksin itu, secara medis juga bagus dan dibutuhkan, ditambah lagi fatwa MUI yang
menyatakan boleh karena ada keterpaksaan. Karena kalo tidak divaksin akan menimbulkan
"Syariat Islam yang menkondisikan secara fleksibel adalah jika itu haram dan jika memang
tidak ada hal lain yang bisa digunakan maka bisa digunakan," kata Arif.
Lain lagi dengan N (nama disamarkan) yang berusia 36 tahun. Dia tak mau memberikan vaksin
Menurut N, babi merupakan sesuatu yang diharamkan dalam Islam sehingga tak boleh
digunakan.
"Masak di penggorengan bekas babi aja haram, bagaimana pula masuk dalam darah. Kalau
N menyebut masih akan menunggu pemerintah untuk mencari pengganti vaksin MR yang halal.
"Sampai kapannya belum tahu. Insyaallah tunggu yang halal. Yakin pemerintah bakal berusaha
Serupa dengan N, A (30) juga menolak vaksin MR lantaran kandungan babi yang ada di
dalamnya. Dia mengaku tak bakal memberikan vaksin MR untuk buah hatinya yang kini baru
"Saya percaya vaksin MR bisa membuat anak saya sehat, tapi ya kalau bisa jangan pakai
kandungan babi. Masak saya harus melawan apa yang saya percayai," katanya.
A bakal menunggu hadirnya vaksin MR yang diproduksi sendiri oleh Bio Farma. Jika vaksin MR
buatan Indonesia sudah ada, A bakal langsung memberi putra kesayangannya vaksin MR.
"Nunggu yang dari Bio Farma. Kan, katanya mereka mau ngembangin. Kita tunggu aja,"
ujarnya. (asr/chs)
Bagikan :
tertular infeksi yang notabene pengguna alkohol, obat bius, dan lain-lain. Ini semua haram
benzetonium klorida, dan zat-zat berbahaya lainnya yang akan memicu autisme, cacat otak,
dan lain-lain.
- Kekebalan tubuh sebenarnya sudah ada pada setiap orang. Sekarang tinggal bagaimana
negara muslim seperti minum madu, minyak zaitun, kurma, dan habbatussauda.
- Adanya beberapa laporan bahwa anak mereka tidak diimunisasi masih tetap sehat, dan
- Mencegah lebih baik daripada mengobati. Karena telah banyak kasus ibu hamil membawa
virus Toksoplasma, Rubella, Hepatitis B yang membahayakan ibu dan janin. Bahkan bisa
menyebabkan bayi baru lahir bisa meninggal. Dan bisa dicegah dengan vaksin.
- Vaksinasi penting dilakukan untuk mencegah penyakit inveksi berkembang menjadi wabah
seperti kolera, difteri, dan polio. Apalagi saat ini berkembang virus flu burung yang telah
mewabah. Hal ini menimbulkan keresahan bagi petugas kesehatan yang menangani. Jika tidak
ada, mereka tidak akan mau dekat-dekat. Juga meresahkan masyarakat sekitar.
- Walaupun kekebalan tubuh sudah ada, akan tetapi kita hidup dinegara berkembang yang
notabene standart kesehatan lingkungannya masih rendah. Apalagi pola hidup di zaman
modern. Belum lagi kita tidak bisa menjaga gaya hidup sehat. Maka untuk antisipasi terpapar
- Efek samping yang membahayakan bisa kita minimalisasi dengan tanggap terhadap kondisi
ketika hendak imunisasi dan lebih banyak cari tahu jenis-jenis merk vaksin serta jadwal yang
- Jangan hanya percaya isu-isu tidak jelas dan tidak ilmiah. Contohnya vaksinasi MMR
menyebabkan autis. Padahal hasil penelitian lain yang lebih tersistem dan dengan metodologi
yang benar, kasus autis itu ternyata banyak penyebabnya. Pemyebab autis itu multifaktor
(banyak faktor yang berpengaruh) dan penyebab utamanya masih harus diteliti.
- Ada beberapa fatwa halal dan bolehmya imunisasi. Ada juga sanggahan bahwa vaksin halal
karena hanya sekedar katalisator dan tidak menjadi bagian vaksin. Contohnya fatwa MUI yang
menyatakan halal. Dan jika memang benar haram, maka tetap diperbolehkan karena mengingat
keadaan darurat, daripada penyakit infeksi mewabah di negara kita. Harus segera dicegah
Pro dan kontra sebenarnya terjadi tahun 1962, hal tersebut terjadi 50 tahun yang lalu dimana
saat ini dengan berkembang pesatnya kemajuan teknologi pembuatan vaksin yang lebih aman
Program imunisasi dasar Departemen Kesehatan yang telah dimulai sejak tahun 1970-an
memakai produksi dalam negri yaitu PT Bio Farma, dan telah diklarifikasi bahwa tidak ada
embrio manusia ataupun produk dari bagian tubuh manusia yang dipakai untuk pembuatan
vaksin.
Vaksin didalam program imunisasi ada 7 penyakit yang dapat dicegah dengan imusisasi, yaitu
BCG terhadap TBC, Polio, Campak DPT (difteri, tetanus dan pertusis, hepatitis B dan campak).
Perbincangan soal vaksin kembali mengemuka setelah dua putri pemeran film Oki Setiana Dewi
mengalami demam tinggi karena terinfeksi virus campak, yang bisa dicegah dengan vaksin.
Warganet bersilang pendapat setelah screenshot komentar dokter anak Dr. Piprim Basarah
menjadi viral, yang intinya ia menyayangkan sikap Oki yang ia sebut anti-vaksin.
Terlepas dari sikap Oki yang sesungguhnya, topik vaksin atau imunisasi sejak lama memang
kontroversial. Ada rupa-rupa alasan orang tak mau memvaksin anaknya. Salah satunya terkait
isu agama, tatkala ada bahan vaksin yang disebut-sebut mengandung lemak babi.
Selain alasan religius, ada pula alasan yang didukung argumen dan bukti yang beragam dan
kompleks. Mulai dari argumen yang menyatakan bahwa terdapat efek samping negatif akibat
vaksinasi, peningkatan tingkat disabilitas pada anak terkait imunisasi. Ada pula anggapan
vaksin sebagai racun dan bahan yang tidak diperlukan tubuh, sampai dengan anggapan vaksin
Dalam skala global gerakan anti-vaksin ini juga punya akar sejarah yang panjang. Heidi J.
Larson, PhD dari London School of Hygiene and Tropical Medicine menyatakan bahwa gerakan
anti-vaksin pertama dibentuk pada 1866 yang bertajuk anti-compulsory vaccination league,
Namun, tercatat sepanjang abad ke-20, cacar telah membunuh sekitar 300 sampai 500 juta
orang. Organisasi kesehatan dunia (WHO) bahkan baru menyatakan cacar sebagai penyakit
yang telah berhasil dituntaskan oleh imunisasi sejak tahun 1980 pada kampanye imunisasi
Selain itu, sejak tahun 1988, kasus polio telah menurun lebih dari 99 persen di seluruh dunia,
dan hanya Afganistan, Nigeria dan Pakistan yang terus berjuang melawan penyakit menular
"Sekarang ini, misi utama mereka [gerakan anti-vaksin] didedikasikan untuk mempertanyakan
atau menolak vaksinasi," jelas Larson. "Hal lain yang mereka lakukan adalah dengan berkutat
mengurusi isu seperti: anti-vaksin sebagai bentuk kebebasan dari kontrol pemerintah; Anti-
bisnis besar; Naturopati dan homeopati—memasukkan vaksin ke daftar zat non-alami yang
harus dihindari, seperti vaksin yang dirasakan oleh beberapa orang karena mengandung bahan
kimia dan racun yang berlebihan—dan kelompok anti-transgenik yang sentimental," jelas
Larson.
Argumen-Argumen Anti-vaksin
Bagi banyak orang, aktris Amerika Jenny McCarthy adalah sosok ibu dari gerakan anti-vaksin.
Sikapnya yang sangat vokal terhadap vaksin campak, gondok, dan rubela (MMR). Dia percaya
vaksin itulah yang memicu Evan, anaknya mengalami autisme. Anggapan McCarthy dipicu oleh
penelitian Dr. Andrew Wakefield yang diterbitkan di jurnal medis Inggris, The Lancet.
Penelitian itu kemudian dibantah dan ditarik kembali, setelah dilaporkan bahwa data
Wakefield ternyata palsu. Menurut Brian Deer, jurnalis investigatif untuk London’s Sunday
Times, Wakefield dibayar lebih dari £400.000 ($665.000) oleh seorang pengacara yang
Dari faktor religius, bukan hanya umat muslim saja yang memperdebatkan kehadiran vaksin.
Seorang warga Amerika Serikat dalam catatannya menyatakan keyakinannya bahwa manusia
"Tubuhku dirancang oleh Tuhan untuk menyembuhkan diri sendiri dan mengatur diri sendiri
dan tidak ada orang yang bisa melakukannya untuk melakukan lebih baik dari pada Tuhan,"
tulisnya. Pengguna lain dari Amerika Serikat menyatakan, "[...] apapun yang melibatkan zat
yang seharusnya tidak pernah masuk dalam tubuh manusia, seharusnya tidak disuntikkan atau
UNICEF dalam catatannya soal gerakan anti-vaksin di Eropa Barat menuliskan bahwa
ketidakpercayaan yang kuat terhadap pemerintah dan industri farmasi dalam komunitas anti-
Mereka menyebut perusahaan farmasi di sana sebagai ‘mesin pasar yang korup’.
Terkait teori konspirasi dalam vaksin, pendapat lain menyatakan bahwa industri vaksin adalah
perusahaan yang disetir oleh tujuan mendapat laba, dengan dalih menyelamatkan nyawa dan
melindungi manusia. Ketidakpercayaan terhadap pemerintah juga besar. Ada anggapan bahwa
Namun, Heidi J. Larson dari London School of Hygiene and Tropical Medicine menyatakan
vaksin untuk anak-anak adalah kewajiban, bukan pilihan. Setiap orangtua menurutnya bertugas
merawat semua anak di lingkungannya. Kesehatan masyarakat tidak akan tercapai jika di satu
lingkungan ada satu orang anak saja yang tidak diberikan vaksin, dan kemudian ia sakit.
“Anda merawat semua anak untuk melindungi masyarakat luas. Keluarga yang menerima subsidi
pemerintah atau asuransi kesehatan seharusnya tidak diizinkan untuk tidak ikut vaksinasi.
Larson juga menyatakan bahwa gerakan anti-vaksin sangat berbahaya, karena kebanyakan
mereka melulu percaya bahwa dokter menghasilkan uang dengan memberikan vaksin. “Yang
benar adalah biaya untuk dokter dan organisasi kesehatan sangat besar,” katanya.
Vaksin, menurut Larson, adalah salah satu penemuan kesehatan terbaik sepanjang sejarah
"Mereka [vaksin] tidaklah sempurna, dan mereka tidak akan pernah sempurna. Tapi, seperti
semua intervensi sains dan kesehatan, kita harus terus bercita-cita untuk memperbaiki apa
yang harus kita lakukan dengan lebih baik. Sementara itu, gunakan alat terbaik untuk hal yang
Kepala Laboratorium Protein Terapeutik dan Vaksin, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
(LIPI), Dr. Adi Santoso, kepada Tirto menjelaskan bahwa vaksin adalah zat yang berasal dari
virus atau bakteria yang telah dilemahkan atau dimatikan melalui mekanisme ilmiah. Vaksin,
kata Adi, dapat digunakan untuk menghasilkan kekebalan aktif pada tubuh terhadap suatu
penyakit tertentu.
“Selain menimbulkan terjadinya proses kekebalan tubuh secara aktif dalam tubuh manusia,
katanya.
Adi merinci manfaat-manfaat vaksin, salah satunya adalah penghematan biaya dalam jangka
panjang. Menurut dia, vaksinasi memang membutuhkan biaya sangat besar tetapi dalam jangka
panjang penghematan biaya yang berkaitan dengan penyakit tentunya akan lebih besar lagi
manfaatnya.
Manfaat kedua, kata Adi, vaksin mencegah perkembangan resistensi terhadap antibiotik.
“Orang yang telah divaksin tentunya mempunyai kekebalan tubuh yang lebih baik sehingga
Keuntungan ketiga vaksin, lanjut Adi, adalah peningkatan harapan hidup. Menurut data WHO,
vaksin juga dapat meningkatkan harapan hidup dengan melindungi terhadap penyakit yang
Adi mencontohkan studi di Amerika serikat: orang yang diberi vaksin influenza memiliki
sekitar 20 persen risiko lebih rendah menderita penyakit kardiovaskular dan serebrovaskular,
dan risiko kematian 50 persen lebih rendah dari semua penyebab, dibandingkan dengan
dapat menekan kekhawatiran atas suatu penyakit tertentu. “Dapat dibayangkan betapa
sulitnya kita akan bepergian apabila suatu daerah tertentu terserang suatu penyakit,” jelas
Adi.
Mulai 8 Maret hingga 15 Maret 2016, pemerintah mengadakan pekan imunisasi nasional (PIN)
untuk memperluas cakupan imunisasi polio, terutama pada anak-anak usia 0-59 bulan.
Pemerintah juga menetapkan target eradikasi polio pada 2020 dengan meningkatkan level
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) oleh Balitbang Kementerian Kesehatan
pada 2013, cakupan imunisasi dasar lengkap masih jauh dari target Renstra Kemenkes tahun
2010-2014. Pada 2013, Kemenkes menetapkan target cakupan imunisasi dasar sebesar 88
persen.
Sedangkan, data Riskesdas menunjukkan cakupan imunisasi dasar baru mencapai 59,2 persen.
Oleh karena itu, diperkirakan masih ada 3,9 juta balita yang diimunisasi tidak lengkap atau
Di antara berbagai alasan keengganan orang tua untuk mengimunisasi anaknya, yang paling
menonjol adalah persoalan sulitnya akses terhadap layanan kesehatan. Dan yang paling ironis,
Saat ini, penyakit difteri dapat dikatakan sebagai penyakit langka dengan angka kejadian
sangat kecil, hanya 713 kasus per tahun. Namun, menariknya pada Februari 2016 lalu, penyakit
ini ditetapkan sebagai kejadian luar biasa (KLB) di Kabupaten Cirebon, Majalengka, dan
Indramayu. Penyebabnya adalah penolakan komunitas tertentu terhadap vaksinasi DPT yang
Perdebatan klasik halal-tidaknya vaksin, nyatanya mampu menutup mata sebagian orang
terhadap manfaatnya yang jauh lebih besar. Padahal, dalam kacamata kebijakan, imunisasi
suatu bangsa.
Relasi antara kesehatan dan kesejahteraan merupakan topik yang amat digemari para peneliti
kebijakan kesehatan. Sudah menjadi logika umum bahwa kesehatan dan kesejahteraan
Bangsa yang sejahtera memiliki rakyat yang sehat, dan sebaliknya, bangsa yang rakyatnya
Vaksinasi dalam kacamata kebijakan merupakan proses penting dalam mencegah keluarnya
inefficient cost. Misalnya, dengan melakukan vaksinasi DPT pada anak-anak kita, orang tua
(dan negara) dapat terhindar dari potensi pengeluaran biaya kesehatan yang harus ditanggung
Vaksinasi juga dapat mencegah kecacatan permanen yang mungkin diderita anak bila ia
menderita penyakit seperti polio. Dengan memberikan imunisasi kepada anak, mereka dapat
Sedangkan, orang tua (dan negara) akan terhindar dari pengeluaran yang tidak perlu.
Prinsip inilah yang dikenal dengan eksternalitas positif dalam kajian ekonomi kesehatan.
Dalam riset oleh Bloom, Canning, dan Weston (2005) disebutkan, potensi keuntungan ekonomis
yang mungkin dicapai dengan melakukan imunisasi adalah sekitar 12 persen pada 2005 dan 18
persen pada 2020. Penelitian lainnya oleh Ozawa dkk (2011) menyebutkan, imunisasi tak hanya
berpotensi menyelamatkan 6,4 juta jiwa bayi di seluruh dunia, tetapi juga 231 juta dolar AS
Dengan cakupan imunisasi yang tinggi, imunitas kelompok dapat tercapai. Artinya, semakin
banyak anak yang diimunisasi, penyakit akan tereradiksi dengan sendirinya, sekaligus
Imunisasi tak hanya sekadar melindungi satu-dua anak saja, tapi punya amplifikasi efek positif
penyakit berat, dan kecacatan permanen. Pun halnya beberapa ormas Islam lain, seperti
Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama yang mengonfirmasi bolehnya penggunaan vaksin dengan
Tentunya dapat disimpulkan bahwa imunisasi dasar (BCG, polio, DPT-HiB, hepatitis B, dan
campak) wajib untuk diberikan dan tidak ada lagi alasan kuat untuk bersikap resisten
terhadap imunisasi.
Pertanyaan soal kehalalan vaksin merupakan isu usang yang berkali-kali dikumandangkan.
Enzim tripsin yang diekstraksi dari pankreas babi hanya berfungsi sebagai katalisator yang
membantu melepaskan induk bibit vaksin dari tempat ia disemai. Setelahnya, induk vaksin itu
dicuci hingga bersih hingga enzim tripsin tersebut tidak lagi dapat dideteksi dalam produk
akhir vaksin.
Menurut mereka, thibun nabawi sudah mampu melindungi anak-anak dari penyakit.
Hal ini tak sepenuhnya salah, tapi thibun nabawi tidak serta-merta menghilangkan urgensitas
imunisasi.
Yang berbahaya, para antivaksin menanamkan pemahaman kepada orang awam bah wa tidak
apa-apa membiarkan anak mereka terjangkit penyakit polio, tetanus, difteri, campak dan
Hal ini menyesatkan karena penyakit tersebut mematikan yang amat berbahaya bagi bayi dan
balita yang sistem ke kebalan tubuhnya belum sempurna. Iro nisnya, tak hanya orang awam,
nyatanya tak sedikit tenaga kesehatan yang justru meng ambil bagian dalam kampanye
antivaksin.
Imunisasi sudah selayaknya dipandang lebih dari sekadar persoalan mikro. Seharusnya orang
tua sadar, dengan memvaksinasi anaknya, mereka juga sedang melindungi anak lainnya yang
Berupaya mencari informasi dari tenaga ahli yang kompeten juga merupakan hal penting agar
orang tua tak lagi disesatkan oleh logika irasional dan informasi menyesatkan soal imunisasi.
Oleh karenanya, orang tua tak perlu ragu untuk memberikan anaknya imunisasi dasar yang
lengkap sesuai anjuran pemerintah sebagai wujud cinta kasih orang tua kepada anaknya.