Imunisasi adalah investasi terbesar bagi anak di masa depan. Imunisasi adalah hak
anak yang tidak bisa ditunda dan diabaikan sedikitpun. Imunisasi sudah terbukti
manfaat dan efektifitasnya dan teruji keamanannya secara ilmiah dengan
berdasarkan kejadian berbasis bukti. Tetapi masih banyak saja orangtua dan
kelompok orang yang menyangsikannya. Setiap tahun ada sekitar 2,4 juta anak
usia kurang dari 5 tahun di dunia yang meninggal karena penyakit-penyakit yang
dapat dicegah oleh vaksinasi. Di Indonesia, sekitar 7 persen anak belum
mendapatkan vaksinasi. Masalah utama yang menghambat akses anak terhadap
program vaksinasi adalah harga yang masih mahal serta kurang aktifnya petugas
vaksinasi dalam menjangkau masyarakat. Hal itu adalah wajar terjadi karena
demikian banyak informasi yang beredar yang tidak berdasarkan pemikiran
ilmiah. Hambatan lain adalah munculnya kelompok-kelompok antivaksinasi yang
menyebabkan kampanye hitam dengan membawa faktor agama dan budaya.
Bahkan terdapat kelompok tertentu yang menyebarkan kampanye hitam imunisasi
demi kepentingan kelompok tertentu khususnya dalam kepentingan bisnis
terselubung yang mereka lakukan. Sebagian kelompok ini adalah yang berdiri
dibelakang sekelompok oknum pelaku naturopathy atau bisnis terapi herbal.
Dalam tren dunia kesehaan modern bukan lagi soal pengobatan, tapi pencegahan.
Banyak orangtua yang menyesali kelalaiannya ketika anak sakit. Beberapa waktu
yang lalu, misalnya, orangtua panik karena banyak anak di Indonesia terkena
Polio. Demikian juga saat terjadi Kejadian Luar Biasa DPT di Jawa Timur yang
mengancam jiwa beberapa anak dan bayi.
Persoalan black campaign dari vaksin ternyata juga ditemui di negara-negara lain,
misalnya di Filipina. Menurut Enrique Tayag, President of Philliphine Foundation
for Vaccination, kelompok antivaksin juga menjadi tantangan. “Bagaimanapun
masyarakat harus diingatkan manfaat vaksin untuk kesehatan anak jauh lebih
besar daripada efek samping yang ditakutkan,” katanya dalam kesempatan yang
sama
Amankah Imunisasi ?
Masih sering dijumpai orang tua yang menunda bahkan menolak imunisasi.
Umumnya lantaran masih ragu terhadap keamanan imunisasi. Hal ini bisa
dimengerti karena informasi yang tersebar mengenai dugaan efek samping
imunisasi. Salah satu yang paling santer adalah berita anak sakit atau bahkan
meninggal setelah mendapatkan vaksin polio. Belum lagi kecurigaan imunisasi
menyebabkan autism.
Saat ini 194 negara terus melakukan vaksinasi untuk bayi dan balita. Badan resmi
yang meneliti dan mengawasi vaksin di negara tersebut umumnya terdiri atas
para dokter ahli penyakit infeksi, imunologi, mikrobiologi, farmakologi,
epidemiologi, dan biostatistika. Sampai saat ini tidak ada negara yang melarang
vaksinasi, justru semua negara berusaha meningkatkan cakupan imunisasi lebih
dari 90% .
Kelebihan Imunisasi Dalam beberapa kasus seperti buku kesehatan hilang, ganti
dokter atau hal yang lain seorang anak mendapatkan imunisasi yang berlebihan.
Yang seharusnya sekali tetapi diberikan 2 kali. Berbahayakah hal ini ? Jangan
khawatir anak kelebihan imunisasi, tidak ada istilah overdosis dalam imunisasi
sebagaimana kalau kelebihan obat. Sejauh ini belum pernah dilaporkan akibat
yang ditimbulkan karena imunisasi yang berlebihan. Justru daya tahan anak akan
terpacu lagi dan meningkat. Jadi kalau ayah ibu lupa apakah bayinya sudah
diimunisasi atau belum, ya diimunisasi saja lagi. Toh, tak ada bahayanya, malah
jadi lebih safe.
Kondisi Saat Imunisasi Anak yang akan mendapat imunisasi harus dalam kondisi
sehat. Karena, imunisasi diberikan dengan memasukkan virus yang dilemahkan
atau bagian dari bakteri ke dalam tubuh. Untuk membentuk kekebalan yang
tinggi, anak harus dalam kondisi fit. Anak yang sedang sakit, misalnya diare atau
demam berdarah, badannya sedang memerangi penyakit. Jika dimasukkan kuman
atau virus lain dalam imunisasi, maka tubuhnya akan bekerja sangat berat,
sehingga kekebalan yang terbentuk tidak tinggi. Dalam kondisi penyakit ringan
seperti diare, batuk-pilek biasa, bukan merupakan indikasi kontra atau
diperbolehkan untuk imunisasi. Tapi batuk-pilek atau penyakit dengan demam
tinggi, sebaiknya jangan diberikan imunisasi.
Harus diwaspadai pada anak yang memiliki kekebalan tubuh yang rendah.
Misalnya anak tewrinfeksi TBC, AIDS, atau penyakit berat lain seperti kanker.
Berbahaya juga jika anak tengah meminum obat-obat khusus yang menurunkan
daya tahan. Jika ada anak yang mengalami kondisi-kondisi seperti itu, harus
menunggu hingga ia sembuh, minimal hingga kondisinya sedang bagus. Jika
sedang minum obat, ditunggu hingga obatnya selesai.
Imunisasi Halal
Vaksinasi polio ini sangat penting agar anak-anak kita tidak tertular virus polio.
Virus ini cukup berbahaya. Jika anak terkena sulit untuk diobati. Anak bangsa,
khususnya Balita, perlu diupayakan agar terhindar dari penyakit Polio, antara lain
melalui pemberian vaksin imunisasi.
Vaksin khusus tersebut (IPV) dalam proses pembuatannya menggunakan enzim
yang berasal dari porcine (babi), namun dalam hasil akhir tidak terdeteksi unsur
babi, dan belum ditemukan IPV jenis lain yang dapat menggantikan vaksin
tersebut.
Jika anda merasa yakin anak anda sehat tentu imunisasi polio hanya sebuah
pilihan dan bukan merupakan kewajiban. Tapi jika anda “awam” tentang
pengetahuan mengenai kesehatan buah hati anda, maka imunisasi adalah suatu
kewajiban. Bukankah dianjurkan untuk menyerahkan sesuatu hal pada “ahlinya”.
Muhammad SAW berkata, “Jangan serahkan suatu pekerjaan pada yang bukan
ahlinya. Bila dikerjakan oleh yang bukan ahlinya, maka tunggu kehancurannya“.
Pada kasus ini tidak salah bila kita bersandar pada Depkes dan MUI.
Wabah polio 2005-2006 di Sukabumi karena banyak bayi balita tidak diimunisasi
polio, dalam hitungan beberapa bulan, virus polio menyebar cepat ke Banten,
Lampung, Madura, menyebabkan 305 anak lumpuh permanen. Wabah campak di
Jawa Tengah dan Jawa Barat 2010-2011 mengakibatkan 5.818 anak dirawat di
rumah sakit dan 16 anak di antaranya meninggal dunia. Wabah difteri dari Jawa
Timur 2009 – 2011 menyebar ke Kalimantan Timur, Selatan, Tengah, Barat, DKI
Jakarta, menyebabkan 816 anak harus di rawat di rumah sakit, 54 meninggal.
Daftar Pustaka:
http://www.bumn.go.id/biofarma/berita/3151