Disusun Oleh :
Satuan Acara Penyuluhan dengan judul “Perubahan Dan Masalah Terkait Perubahan, Phbs, Dan
Resiko Kesehatan Reproduksi Pada Masa Remaja Dan Pranikah” ini telah diperiksa dan
disahkan pada tanggal :
…..Oktober 2020
Pembimbing Institusi
A. Latar Belakang
Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa, dimana
pada masa ini merupakan proses awal kematangan organ reproduksi. Pada masa ini
banyak terjadi perubahan baik dalam hal fisik maupun psikis. Perubahan-perubahan
tersebut dapat mengganggu psikologis remaja. Kondisi ini menyebabkan remaja dalam
kondisi rawan dalam menjalani proses pertumbuhan dan perkembangannya. Kondisi
tersebut dapat diperberat dengan adanya globalisasi yang ditandai dengan makin pesatnya
informasi melalui media sosial (Batubara, 2010).
Perubahan fisik yang berkelanjutan pada remaja menyebabkan remaja akan sadar
dan lebih sensistiv terhadap tubuhnya dan mencoba membandingkan dengan temannya
yang sebaya. Jika perubahan tidak berlangsung lancar, maka akan berpengaruh terhadap
perkembangan psikis dan emosi remaja bila tidak dipersiapkan sejak dini untuk
menghadapinya. Remaja sangat penting untuk dibekali pengetahuan yang cukup
mengenai persiapan dalam menghadai perubahan yang terjadi pada masa remaja.
Pemberian informasi ini dimaksudkan agar remaja tidak memiliki persepsi yang salah
terhadap berbagai kondisi perubahan yang terjadi dalam dirinya, selain itu dapat
meningkatkan pemahaman, pengetahuan, sikap dan perilaku positif remaja tentang
masalah seks, dan juga masalah perilaku hidup bersih dan sehat, serta resiko reproduksi
remaja sehingga remaja dapat mempertanggung jawabkan atas tindakannya terhadap diri
sendiri maupun lingkungan (Wijaya, 2016).
Perilaku hidup bersih dan sehat tersebut diharapkan dapat diterapkan pada semua
golongan masyarakat termasuk anak usia sekolah. Banyak faktor yang mempengaruhi
perilaku hidup bersih dan sehat seperti kebiasaan di rumah, lingkungan masyarakat,
sekolah, guru yang kurang memberikan contoh teladan atau memperagakan dan anak itu
sendiri. Berdasarkan visi Indonesia sehat 2010, terdapat paradiga sehat yang terdiri dari
tiga pilar, yaitu lingkungan sehat, perilaku sehat dan pelayanan kesehatan yang bermutu,
adil dan merata. Perilaku sehat ini merupakan perilaku yang digunakan untuk memelihara
, meningkatkan kesehatan, menghindari atau mencegah terjadinya penyakit, melindungi
diri dari berbagai macam penyakit, dan keikutsertaan dalam meningkatkan kualitas
kesehatan (Depkes RI, 2013). Program perbaikan tidak hanya sebatas pada lingkungan
sehat dan pelayanan kesehatan, tetapi juga memperhatikan faktor perilaku, hal ini
disebabkan faktor perilaku dapat menjadi faktor terjadinya berbagai penyakit, baik
penyakit menular maupun penyakit tidak menular (Marlina, 2011).
Selain PHBS remaja perlu meningkatkan pengetahuan tentang resiko reproduksi.
Remaja adalah keompok usia rentan terhadap perilaku berisiko, termasuk perilaku seks
pranikah. Diketahui data Center for Disease and Prevention (2015), prevalensi remaja
yang melakukan seks pranikah sebesar 41%, dan angka ini menunjukkan tren
peningkatan dari tahun ke tahun. Hal ini juga terjadi di Indonesia, didukung dengan
survei yang ada menunjukkan bahwa prevalensi remaja yang melakukan seks pranikah
sebesar 4,5% untuk laki-laki dan 0,7% untuk perempuan. Berdasarkan hasil survei SDKI
2012 Kader Kesehatan Remaja (KKR) menunjukkan bahwa sekitar 9,3% atau 3,7 juta
remaja menyatakan pernah melakukan hubungan seksual pranikah. Angka ini meningkat
pada survei SDKI tahun 2017, 50% remaja laki-laki dan perempuan 30% mengaku
pernah melakukan hubungan seks pranikah.
Berdasarkan penelitian WHO, sejak awal 2010 hingga kini, di Indonesia
diperkirakan ada sekitar 20%-60% kasus aborsi yang disengaja (inducted abortion).
Banyaknya kasus seks pranikah dan aborsi khususnya di kalangan remaja terjadi akibat
adanya kesenjangan informasi tentang kesehatan reproduksi. Semakin berkembangnya
teknologi informasi dan mudahnya akses informasi menjadikan para remaja semakin
mudah mendapatkan informasi tentang kesehatan reproduksi yang belum tentu benar.
Pengetahuan remaja saat ini dipengaruhi oleh apapun yang ada dilingkungan mereka,
karena masa remaja adalah masa transisi yang pembentukannya juga dipengaruhi oleh
usia dan lingkungan sekitar, sehingga diperlukan adanya pendidikan kesehatan
reproduksi remaja sebagai upaya menurunkan angka kejadian seks pranikah dan aborsi.
Oleh karena uraian yang telah dipaparkan diatas maka diperlukan pemberian
edukasi kepada remaja dan penulis mengambil pokok bahasan “Perubahan Dan Masalah
Terkait Perubahan, Phbs, Dan Resiko Kesehatan Reproduksi Pada Masa Remaja Dan
Pranikah”.
B. Tujuan
1) Tujuan Instruksional Umum
Setelah mengikuti kegiatan webinar, diharapkan remaja mampu memahami tentang
Perubahan Dan Masalah Terkait Perubahan, Phbs, Dan Resiko Kesehatan Reproduksi
Pada Masa Remaja Dan Pranikah
2) Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mengikuti kegiatan webinar, remaja mampu :
1. Menjelaskan Pengertian Remaja
2. Menyebutkan Batasan Usia Remaja
3. Menjelaskan Perkembangan Fisik Pada Remaja
4. Menyebutkan Masalah Terkait Perubahan Pada Remaja
5. Menjelaskan Pola Makan
6. Menjelaskan Pola Aktivitas fisik
7. Menjelaskan Dampak Merokok
8. Menjelaskan Dampak Minum-minuman keras
9. Menyebutkan Resiko Hubungan Seksual
10. Menyebutkan Resiko Kehamilan Remaja
11. Menyebutkan Resiko Aborsi
E. Media
1. Power Point
2. Online Video Conference
3. Laptop
4. Google Meeting
G. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur Kegiatan
a. Konsultasi dengan pembimbing
b. Kontrak waktu dengan peserta
2. Evaluasi Proses Kegiatan
a. Peserta yang hadir dalam webinar adalah remaja
b. Pada saat webinar semua peserta tidak ada yang meninggalkan room google meeting
c. Semua peserta mendengarkan penyuluhan risiko reproduksi remaja dengan tenang
3. Evaluasi Hasil Kegiatan
Peserta dapat mengerti dan memahami tentang Perubahan Dan Masalah Terkait Perubahan,
Phbs, Dan Resiko Kesehatan Reproduksi Pada Masa Remaja Dan Pranikah
H. Sumber Belajar
Ayu, Kurniawati. 2017. Hubungan Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Tentang Aborsi
dengan Sikap Remaja Terhadap Aborsi di MAN 2 Kediri Jawa Timur. Yogyakarta:
Unnes Journal of Public Health.
Alfiyah, dkk. 2018. Gambaran Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Seksual
Pranikah pada Remaja di SMPN 1 Solokanjeruk Kabupaten Bandung. Sumedang :
Jurnal Pendidikan Keperawatan Indonesia. Fakultas Keperawatan, Universitas
Padjajaran.
Badan Litbangkes. 2006. Laporan Penelitian Survey Kesehatan Berbasis Sekolah di Depok
Jawa Barat pada sekolah tingkat SMP. Jakarta: Kementrian Kesehatan
Badan Litbangkes. 2013. Laporan Nasional RISKESDAS 2013. Jakarta: Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia.
Badan Litbangkes. 2015. Perilaku Berisiko Kesehatan Pada Pelajar SMP Dan SMA Di
Indonesia. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Batubara, R. J. 2010. Adolescent Development (Perkembangan Remaja). Sari Pediatri,
Vol.12, No. 1, 21-29
Centre for Desease Control and Prevention Youth Risk Behavior Survailance-US. 2015.
Daryanto.2010. Media Pembelajaran. Yogyakarta : Gava Media
Desmita. 2012. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya
DP2KBP3A. 2017. Bidang Ketahanan dan Kesejahteraan Keluarga yang Menangani
Kesehatan Reproduksi.
Infodatin Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. Situasi Kesehatan
Reproduksi Remaja. 2012.
Kartono,Kartini.2007.Psikologi Anak.Bandung: Mandar Maju
Kementerian Kesehatan RI. 2018. Buku KIE Kader Kesehatan Remaja Direktorat Jenderal
Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Kusumawardani, N. et al. 2015. Perilaku Berisiko Kesehatan pada Pelajar SMP dan SMA
di Indonesia Puslitbang Upaya kesehatan Masyarakat. Jakarta: Badan Litbangkes
Kementerian Kesehatan RI
Muhibah, F.A.B. 2011. Tingkat Pengetahuan Pelajar Sekolah Menengah SainsHulu Selangor
Mengenaik Efek Rokok Terhadap Kesehatan. (KTI).Universitas Sumatera Utara.
Medan
Omarsari dkk. 2010. Kehamilan Pranikah Remaja di Kabu- paten Sumedang. Sumedang :
Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 3, No. 2, Oktober 2010.
Rahardjo, dkk. 2017. Perilaku Seks Pranikah pada Mahasiswa: Menilik Peran Harga Diri,
Komitmen Hubungan, dan Sikap terhadap Perilaku Seks Pranikah. Jurnal Psikologi.
Universitas Gunadarma.
Sadikin, Z.D dan Louisa, M. 2008. Program Berhenti Merokok. Jakarta :Departemen
Farmakologi dan Terapeutik, Fakultas KedokteranUniversitas Indonesia.
Sarwono, S.W. 2012. Psikologi remaja. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Siyam, Syarifah Nur Laili Siyam, S.N.L., Nurhapsari, A., & Benyamin, B. 2015. Pengaruh
Stimulasi Permainan Ular Tangga Tentang Gingivitis Terhadap Pengetahuan Anak
Usia 8-11 Tahun. ODONTO Dental Journal, 2 (1), 25-28.
Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia. 2012
Wijaya, Yu. S. 2016. Pengaruh Layanan Informasi Tentang Kesehatan Reproduksi Remaja
Terhadap Persepsi Siswa Tentang Seksual Remaja Pada Siswa X-9 SMA PGRI I
Pati.
Lampiran 1
1. Pengertian Remaja
Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini
merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang
meliputi perubahan biologis, perubahan psikologis, dan perubahan sosial. Remaja sering
kali didefinisikan sebagai periode transisi antara masa kanak-kanak ke masa dewasa, atau
masa usia belasan tahun, atau seseorang yang menunjukkan tingkah laku tertentu seperti
susah diatur, mudah terangsang perasaannya dan sebagainya. Kartini Kartono (1995: 148)
“masa remaja disebut pula sebagai penghubung antara masa kanak-kanak dengan masa
dewasa”. Pada periode ini terjadi perubahan-perubahan besar dan esensial mengenai
kematangan fungsi-fungsi rohaniah dan jasmaniah, terutama fungsi seksual. Disisi lain Sri
Rumini dan Siti Sundari (2004: 53) “menjelaskan masa remaja adalah masa peralihan dari
masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek/fungsi untuk
memasuki masa dewasa”.
World Health Organization (WHO) mendefinisikan remaja dalam (Sarlito Wirawan
Sarwono, 2012: 7) adalah suatu masa ketika:
a. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda- tanda seksual
sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual.
b. Individu mengalami perkembangan psikologi dan pola identifıkasi dari kanak-kanak
menjadi dewasa.
c. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan yang
relatif lebih mandiri.
Berdasarkan beberapa pengertian remaja yang telah dikemukakan para ahli, maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa remaja adalah individu yang sedang berada pada masa
peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa dan ditandai dengan perkembangan
yang sangat cepat dari aspek fısik, psikis dan sosial.
2. Batasan Usia Remaja
Terdapat batasan usia pada masa remaja yang difokuskan pada upaya
meninggalkan sikap dan perilaku kekanak-kanakan untuk mencapai kemampuan
bersikap dan berperilaku dewasa yaitu:
a. Remaja Awa1 (12-15 Tahun)
Pada masa ini, remaja mengalami perubahan jasmani yang sangat pesat dan
perkembangan intelektual yang sangat intensif, sehingga minat anak pada dunia luar
sangat besar dan pada saat ini remaja tidak mau dianggap kanak-kanak lagi namun
belum bisa meninggalkan pola kekanak-kanakannya. Selain itu pada masa ini
remaja sering merasa sunyi, ragu-ragu, tidak stabil, tidak puas dan merasa kecewa.
b. Remaja Pertengahan (15-18 Tahun)
Kepribadian remaja pada masa ini masih kekanak-kanakan tetapi pada masa remaja
ini timbul unsur baru yaitu kesadaran akan kepribadian dan kehidupan badaniah
sendiri. Remaja mulai menentukan nilai-nilai tertentu dan melakukan perenungan
terhadap pemikiran filosofis dan etis. Maka dari perasaan yang penuh keraguan
pada masa remaja awal ini rentan akan timbul kemantapan pada diri sendiri. Rasa
percaya diri pada remaja menimbulkan kesanggupan pada dirinya untuk melakukan
penilaian terhadap tingkah laku yang dilakukannya. Selain itu pada masa ini remaja
menemukan diri sendiri atau jati dirnya.
c. Remaja Akhir (18-21 Tahun)
Pada masa ini remaja sudah mantap dan stabil. Remaja sudah mengenal dirinya dan
ingin hidup dengan pola hidup yang digariskan sendiri dengan keberanian. Remaja
mulai memahami arah hidupnya dan menyadari tujuan hidupnya. Remaja sudah
mempunyai pendirian tertentu berdasarkan satu pola yang jelas yang baru
ditemukannya.
3. Perkembangan Fisik pada Remaja
Masa remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari masa anak menuju masa
dewasa. Pada masa ini individu mengalami berbagai perubahan, baik fısik maupun psikis.
Perubahan yang tampak jelas adalah perubahan fısik, dimana tubuh berkembang pesat
sehingga mencapai bentuk tubuh orang dewasa yang disertai pula orang dewasa. Pada
periode ini pula remaja berubah dengan menunjukkan gejala primer dan sekunder dalam
pertumbuhan remaja. Diantara perubahan-perubahan fisik tersebut dibedakan menjadi dua
yaitu:
a. Ciri-ciri seks primer
Ciri-ciri seks primer pada remaja adalah remaja laki-laki sudah bisa melakukan fungsi
reproduksi bila telah mengalami mimpi basah. Mimpi basah biasanya terjadi pada
remaja laki-laki usia antara 10-15 tahun, pada remaja perempuan bila sudah mengalami
menarche (menstruasi), menstruasi adalah peristiwa keluarnya cairan darah dari alat
kelamin perempuan berupa luruhnya lapisan dinding dalam rahim yang banyak
mengandung darah.
b. Ciri-ciri seks sekunder
Tanda-tanda fisik sekunder merupakan tanda-tanda badaniah yang membedakan pria
dan wanita. Pada wanita bisa ditandai antara lain pertumbuhan tulang-tulang (badan
menjadi tinggi, anggota badan menjadi panjang), pertumbuhan payudara, tumbuh bulu
yang halus dan lurus berwarna gelap di kemaluan, mencapai pertumbuhan ketinggian
badan setiap tahunnya, bulu kemaluan menjadi keriting, haid, dan tumbuh bulu- bulu
ketiak. Pada laki-laki bisa ditandai dengan pertumbuhan tulang-tulang, tumbuh bulu
kemaluan yang halus, lurus, dan berwarna gelap, awal perubahan suara, bulu kemaluan
menjadi keriting, tumbuh rambut-rambut halus di wajah (kumis, jenggot), tumbuh bulu
ketiak, rambut-rambut di wajah bertambah tebal dan gelap, tumbuh bulu di dada.
4. Masalah Terkait Perubahan Pada Masa Remaja
Berbagai kesulitan dan problematika yang dihadapi remaja sangatlah kompleks.
Kebutuhan remaja di desa dan di kota sangat berbeda. Seorang remaja di desa, bila sudah akil
balik kemungkinan akan dinikahkan oleh orangtuanya, keadaaan ini menjadi masalah
kesehatan bila mempunyai masalah gizi seperti menderita anemia, kurus bahkan sangat kurus.
Sebaliknya berbeda dengan para remaja yang hidup di kota, kehidupan dan kebutuhan
remaja semakin menuntut mengikuti kemajuan teknologi. Gaya hidup di perkotaan dapat
menyebabkan pelbagai masalah psikososial seperti kesulitan belajar, Penyalahgunaan
NAPZA, seks tidak aman. Menu makanan siap saji (fast food) merupakan salah satu hal yang
menyebabkan kelebihan berat badan bahkan kegemukan.
Demikian pula latar belakang sosial budaya yang berbeda, menyebabkan problematika
berbeda pula. Bila diteliti lebih Ianjut, ternyata prioritas kebutuhan atau problematika masing-
masing individu juga berbeda-beda. Masalah remaja berasal dari:
a. Individu remaja sendiri:
1) Emosi
Umumnya remaja malu mengemukakan pendapat, tidak mau dicela dan mau benar
sendiri.
2) Perubahan pribadi
Umumnya remaja tidak menyukai sikap sombong, sulit berbaur dengan orang yang
asing, malu tampil di muka umum dan lain lain. Perlu di persiapkan, kalau tidak
mereka akan menarik diri, melamun hal-hal yang menyebabkan pikiran kacau.
3) Kesehatan
Yang menjadi perhatian remaja, antara lain:
Pertumbuhan badan memerlukan gizi yang cukup kualitas maupun kwatitasnya perlu
perawatan tubuh agar tetap menarik misal: mengatasi masalah jerawat larangan
merokok yang datang dari orang tua dan guru, dan timbulnya sakit-sakit tertentu
terutama sakit kepala bagi remaja putri perubahan pada alat kelamin
4) Kebutuhan keuangan
Kebutuhan yang dianggap penting melalui belanja, adalah: Makanan/jajan
Pakaian/perlengkapan, Hiburan. Namun orang tua menganggap hal ini tidak
penting, alasannya: semaunya sendiri meniru teman-temannya tidak tahu mana
kebutuhan yang penting instropeksi diri yang kurang.
5) Perilaku seks
Secara fisik remaja sudah dapat melakukan hubungan seks, namun kesiapan fisik
yang sehat dan sosial ekonomi belum bisa memenuhi persyaratan nikah yang
ideal. Problem inilah yang menjadi sumber konflik dalam diri, dilain fihak
pengetahuan tentang seks yang bertanggung jawab tidak didapatkan.
Padahal remaja memiliki rasa ingin tahu yang besar terhadap:
a) Bahaya dan akibat hubungan seks yang bebas
b) Masturbasi/onani
c) Mimpi basah
d) Menstruasi
6) Persiapan keluarga
Dibanding laki-laki remaja perempuan lebih besar perhatiannya terhadap persiapan
berkeluarga, antara lain: memilih jodoh yang tepat, apa fungsi suami atau isteri,
dan lain lain, umumnya mereka belum banyak mengetahui hal tersebut
7) Pemilihan pekerjaan dan kesempatan belajar.
Banyak remaja kurang menyadari dengan sepenuhnya tentang pilihan pekerjaan dan
belajar yang tepat bagi dirinya
8) Agama dan akhlak
Dikhawatirkan remaja yang belum tertanam agama sejak kecil ragu tehadap
keyakinan beragama, oleh karena kadang-kadang tidak sesuai dengan logika f
ikirannya. Lebih ekstrim lagi bisa terjadi bahwa agama dianggap menghambat
kehidupan.
b. Lingkungan sosial sekitar remaja
1) Keluarga
Sering terjadi pertentangan antara remaja dan orang tuanya, dimana orang tua terlalu
otoriter dan belum banyak mengetahui dan memperhatikan tentang perkembangan
remaja
2) Sekolah
Sebagai lembaga pendidikan sekolah sangat berperan dalam memberikan dan
menanamkan nilai kepribadian selain ilmu pengetahuan. Namun banyak persoalan yang
terjadi, seperti : pelajaran teori yang membosankan lebih banyak dari pada praktek,
perubahan pola belajar karena kurikulum yang berubah dan lain lain.
3) Penyediaan sarana hiburan dan olah raga
c. Faktor lain di luar lingkungan dekat remaja
1) Mitos
Banyak mitos yang berkembang di masyarakat yang belum terbukti kebenarannya,
tetapi dipercaya dapat berpengaruh terhadap keyakinan dan perilaku reproduksi remaja.
2) Kehidupan sosial
Budaya, sosial dan adat istiadat sangat berpengaruh pada kehidupan remaja. Remaja
sering suka terhadap hal yang baru dan terutama berbau asing.
3) Politik.
Dapat mempengaruhi remaja, dalam keadaan wajar bisa secara bebas dipakai untuk
mengembangkan diri tanpa tekanan-tekanan politik dari luar. Demikian banyaknya
problem yang dihadapi remaja sehingga banyak konflik yang akhirnya menimbulkan
reaksi menarik diri atau melarikan diri ke hal-hal negatif. Stres yang terlalu berat,
berlarut-larut dan tidak terselesaikan dapat menimbulkan gangguan jiwa yaitu depresi.
Gejala depresi adalah perasaan sedih dan tertekan yang menetap, putus asa dan tidak
dapat menikmati kegiatan yang biasa dilakukan. Manifesttasi depresi pada remaja
adalah gangguan perilaku, misalnya; menentang guru/orang tua, sulit belajar, kenakalan
remaja, kebut-kebutan, berkelahi/tawuran, perilaku seks berisiko dan lain lain. Jenis
gangguan jiwa selain depresi yang sering terjadi pada remaja yaitu: gangguan cemas,
gangguan psikosomatik (somatoform} dan ganggguan psikotik. Pencegahan agar
gangguan tersebut tidak terjadi, memerlukan pengertian dari orang tua, guru dan
kerabatnya untuk memberikan bimbingan supaya remaja mampu melewati masa
transisinya dengan baik.
Pada masa remaja ditandai dengan adanya pertumbuhan fisik yang cepat. Keadaan fisik
pada masa remaja dipandang sebagai suatu hal yang penting, namun ketika keadaan fisik tidak
sesuai dengan harapannya (ketidaksesuaian antara body image dengan self picture) dapat
menimbulkan rasa tidak puas dan kurang percaya diri. Begitu juga, perkembangan fisik yang
tidak proporsional. Kematangan organ reproduksi pada masa remaja membutuhkan upaya
pemuasan dan jika tidak terbimbing oleh norma-norma dapat menjurus pada penyimpangan
perilaku seksual. (akhmadsudrajat, 2008)
a. Perkembangan Fisik dan Motorik pada Remaja
Menurut Bella Kartini tahun 2015, perkembangan fisik dan motorik remaja adalah sebagai
berikut :
1) Perubahan seks sekunder yang terjadi ialah pada pinggul, payudara, rambut, kulit, otot,
dan suara
2) tumbuhnya rambut pada ketiak, kemaluan, lengan, kaki, dan wajah
3) Kulit juga terjadi perubahan menjadi lebih kasar, lebih tebal, agak pucat dan lubang
poripori bertambah besar.
4) Perubahan pada otot ialah otot semakin kuat dan besar sehingga memberikan bentuk
pada bahu, lengan dan tungkai kaki
5) Sedangkan pada suara, remaja putri akan mengalami perubahan suara dari suara kanak-
kanak menjadi lebih merdu dan melengking.
6) Pacu tumbuh yang pesat, yaitu pertambahan tinggi dan berat badan yang cepat
b. Masalah Fisik dan motorik pada Remaja
Menurut Dhamayanti, 2017, masalah fisik dan motorik remaja adalah sebagai berikut
1) Malu terhadap perubahan fisiknya
2) Kulit berminyak dan berjerawat
3) Obesitas
4) Sulit konsentrasi
5) Nyeri saat haid
c. Solusi Masalah Fisik dan motorik pada Remaja
Menurut Dhamayanti, 2017, solusi masalah fisik dan motorik remaja adalah sebagai
berikut
1) Tidak mengkritik atau membandingkan antar remaja
2) Membiasakan makan makanan sehat
3) latihan fisik atau olahraga minimal satu minggu sekali
4) mengetahui pendidikan reproduksi remaja yang benar
5) peduli terhadap diri sendiri termasuk kesehatan dan kebersihan badan
Pada masa remaja awal ditandai dengan perkembangan kemampuan intelektual yang
pesat. Namun ketika, si remaja tidak mendapatkan kesempatan pengembangan kemampuan
intelektual, terutama melalui pendidikan di sekolah, maka boleh jadi potensi intelektualnya
tidak akan berkembang optimal. Begitu juga masa remaja, terutama remaja awal merupakan
masa terbaik untuk mengenal dan mendalami bahasa asing. Namun dikarenakan keterbatasan
kesempatan dan sarana dan pra sarana, menyebabkan si remaja kesulitan untuk menguasai
bahasa asing. Tidak bisa dipungkiri, dalam era globalisasi sekarang ini, penguasaan bahasa
asing merupakan hal yang penting untuk menunjang kesuksesan hidup dan karier seseorang.
Namun dengan adanya hambatan dalam pengembangan ketidakmampuan berbahasa asing
tentunya akan sedikit-banyak berpengaruh terhadap kesuksesan hidup dan kariernya.
Terhambatnya perkembangan kognitif dan bahasa dapat berakibat pula pada aspek emosional,
sosial, dan aspek-aspek perilaku dan kepribadian lainnya.(akhmadsudrajat, 2008)
a. Perkembangan Kognitif dan bahasa pada Remaja
Menurut Bujuri, 2018 dan Darouich, dkk. 2017 Perkembangan Kognitif dan Bahasa pada
Remaja yaitu :
1) kemampuan berfikir, seperti kemampuan bernalar, mengingat, menghafal, memecahkan
masalah-masalah nyata, beride dan kreatifitas.
2) perkembangan keterampilan, termasuk komunikasi, motorik, sosial, emosi, dan
keterampilan adaptif
b. Masalah-masalah yang mungkin timbul karena perkembangan bahasa dan kognitif:
1) Belajar bahasa asing yang tidak menyenangkan cenderung benci terhadap pelajaran dan
gurunya
2) Ketidakselarasan antara bakat, minat dan kemampuan
3) Terutama pada remaja awal cenderung berpikir “di sini dan sekarang” dalam
mengambil keputusan hidup
4) Sangat rentan dengan pemikiran “sesat” tetapi dasar logika berpikirnya kuat
5) Dengan berkembangnya kognitif pada masa remaja sangat kaya idealisme, pencari
idola, rasa ingin tahu dan ingin diakui-dihargai. Jika potensi-potensi ini tidak
terfasilitasi dengan tepat sangat mungkin mengalami salah arah.
6) Cara yang dapat dilakukan untuk mengembangkan keterampilan bahasa dan kognitif
individu adalah sebagai berikut:
a) Belajar melakukan dialog batin sebagai cara untuk menghadapi dan mengatasi
masalah atau memperkuat perilaku diri sendiri.
b) Belajar membaca dan menafsirkan isyarat-isyarat sosial.
c) Belajar menggunakan langkah-langkah penyelesaian masalah dan pengambilan
keputusan.
d) Belajar memahami sudut pandang orang lain.
e) Belajar memahami sopan santun, yaitu perilaku mana yang dapat diterima dan mana
yang tidak.
f) Belajar bersifat positif terhadap kehidupan
Masa remaja disebut pula sebagai masa social hunger (kehausan sosial), yang ditandai
dengan adanya keinginan untuk bergaul dan diterima di lingkungan kelompok sebayanya
(peer group). Penolakan dari peer group dapat menimbulkan frustrasi dan menjadikan dia
sebagai isolated dan merasa rendah diri. Namun sebaliknya apabila remaja dapat diterima
oleh rekan sebayanya dan bahkan menjadi idola tentunya ia akan merasa bangga dan memiliki
kehormatan dalam dirinya. Problema perilaku sosial remaja tidak hanya terjadi dengan
kelompok sebayanya, namun juga dapat terjadi dengan orang tua dan dewasa lainnya,
termasuk dengan guru di sekolah. Hal ini disebabkan pada masa remaja, khususnya remaja
awal akan ditandai adanya keinginan yang ambivalen, di satu sisi adanya keinginan untuk
melepaskan ketergantungan dan dapat menentukan pilihannya sendiri, namun di sisi lain dia
masih membutuhkan orang tua, terutama secara ekonomis. Sejalan dengan pertumbuhan
organ reproduksi, hubungan sosial yang dikembangkan pada masa remaja ditandai pula
dengan adanya keinginan untuk menjalin hubungan khususdengan lain jenis dan jika tidak
terbimbing dapat menjurus tindakan penyimpangan perilaku sosial dan perilaku seksual. Pada
masa remaja juga ditandai dengan adanya keinginan untuk mencoba-coba dan menguji
kemapanan norma yang ada, jika tidak terbimbing, mungkin saja akan berkembang menjadi
konflik nilai dalam dirinya maupun dengan lingkungannya.
a. Perkembangan perilaku sosial, moralitas dan keagamaan.
Di dalam IDAI tahun 2017 Perkembangan perilaku sosial, moralitas dan keagamaan.
1) Moralitas terjadi apabila seseorang mengambil sikap yang baik dikarenakan dia sadar
akan kejiwaan dan tanggung jawab, bukan untuk mencari keuntungan dan tanpa pamrih
2) Memandang etika lebih condong kearah ilmutentang baik atau buruk. Etika lebih
dikenal dengan kode etik
3) Agama menuntut seorang untukmendasarkan diri pada wahyu Tuhan dan ajaran agama
4) Ikatan solidaritas, nilai dan tradisi sebaya sangat kuat
c. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengembangkan kepribadian dan emosional individu
adalah:
1) Mengidentifikasi dan memberi nama atau label perasaan
2) Mengungkapkan perasaan
3) Menilai intensitas perasaan
4) Mengelola perasaan
5) Menunda pemuasan
6) Mengendalikan dorongan hati
7) Mengurangi stress
8) Memahami perbedaan antara perasaan dan tindakan
Lampiran 2
2) Vitamin B
Vitamin B terdapat di dalam beras dan kacang hijau.Vitamin B terdiri dari
vitamin B1 dan vitamin B12. Vitamin B1 berperan dalam metabolisme
karbohidrat di dalam tubuh. Sedangkan vitamin yang berperan dalam
pembentukan sel darah merah adalah vitamin B12.
3) Vitamin C Vitamin ini berperan dalam pemeliharaan jaringan dan peningkatan
daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit. Vitamin C terdapat dalam buah dan
sayur yang segar.
4) Vitamin D
Vitamin ini di dalam tubuh sering dalam bentuk provitamin D, yaitu vitamin D
yang belum aktif, untuk mengubahnya menjadi vitamin D dengan bantuan sinar
ultra violet, sinar matahari.
5) Vitamin E
Vitamin ini dibutuhkan relatif sedikit dibanding vitamin lainnya. Vitamin E ini
banyak terdapat dalam kacang kedelai, dan tauge. Vitamin E berfungsi sebagai
anti oksidan atau pemangsa radikal bebas dan untuk hormonal (hormon estrogen).
6) Vitamin K
Vitamin ini berguna dalam proses pembekuan darah, vitamin ini terdapat dalam
hati (hati sapi, ayam dan lainlain).
e) Mineral
Banyak terdapat dalam lauk pauk atau sayuran, misalnya Fe (zat besi) terdapat dalam
bayam, kangkung, daun katuk dan sayuran hijau lainnya. Mineral zat besi (Fe)
berperan dalam pembentukan sel darah merah. Ca/Kalsium (zat kapur) terdapat dalam
ikan laut. Zat ini berfungsi dalam pembentukan gigi dan tulang, bersama dengan
Vitamin D. Disamping itu ada beberapa jenis mineral lain yang dibutuhkan tubuh
dalam jumlah tidak banyak seperti Phospor (P), Magnesium (Mg), Seng (Zn),
Natrium (Na), Kalium (K) dan lain-lain.
Di samping kelima zat di atas, peranan air tidak boleh dilupakan. Tanpa air fungsi kelima
zat gizi di atas tidak dapat berjalan. Oleh karena itu air tidak kalah pentingnya untuk
diperhatikan terutama dalam pemeliharaan organ-organ tubuh yang vital seperti ginjal.
3) Fungsi Makanan Terdapat 3 (tiga) fungsi makanan, yaitu :
a) Sebagai zat pembangun
b) Sebagai sumber tenaga
c) Sebagai zat pengatur
Sumber gambar : http://muzamil09.blogspot.co.id/2013/03/triguna-makanan-dangizi-
seimbang.html
4) Pentingnya Sarapan
Sarapan bagi anak usia sekolah dan remaja sangat penting. Sarapan adalah kegiatan
makan dan minum yang dilakukan antara bangun pagi sampai dengan jam 9 pagi untuk
memenuhi sebagian kebutuhan gizi harian (15-30% kebutuhan gizi) dalam rangka
mewujudkan hidup sehat, aktif, dan produktif. Sarapan terbaik dilakukan pada pukul
06.00 atau sebelum jam 07.00. Sarapan terbukti dapat meningkatkan konsentrasi belajar;
memberikan energi pada otak bagi anak sekolah sehingga dapat menerima pelajaran
dengan lebih baik. Tidak sarapan dapat berdampak buruk bagi proses belajar di sekolah,
menurunkan aktifitas fisik anak, menyebabkan kegemukan pada remaja dan
meningkatkan risiko jajan yang tidak sehat.
c. Menyusun Menu Gizi Seimbang
Jenis bahan makanan sebagai berikut:
1) Makanan Pokok
Makanan pokok dapat dipilih dari nasi (URT: 3/4 gelas) atau padanannya misalnya
kentang (URT: 2 buah sedang), singkong (URT: 1 ½ potong), ubi jalar kuning (URT: 1
biji sedang), mie basah (URT: 2 gelas), tepung sagu (URT: 8 sendok makan), dll.
2) Lauk-pauk
Lauk-pauk dapat dipilih dari bahan makanan hewani misalnya ikan segar (URT: 1 potong
sedang), telur (URT: 1 butir), daging ayam (URT: 1 potong sedang), daging sapi (URT: 1
potong sedang),dll atau lauk nabati, misalnya tahu (URT: 2 potong sedang), tempe (URT:
2 potong sedang), kacang tanah (URT: 2 sendok makan), kacang merah (URT: 2 ½
sendok makan), dll.
3) Sayur-sayuran
Jenis sayuran yang dapat dipilih misalnya bayam, kangkung, daun singkong, kacang
panjang, buncis, wortel, labu siam dll dengan URT sebanyak 1 gelas.
4) Buah-buahan
Buah-buahan misalnya pepaya (URT: 1 potong besar), semangka (URT: 2 potong
sedang), nanas (URT: ¼ buah sedang), mangga (URT: ¾ buah besar), jeruk manis (URT:
2 buah sedang), pisang ambon (1 buah sedang), apel malang (URT: 1 buah sedang) dll.
5) Air Putih
Dianjurkan minum air putih sebanyak 8 gelas per hari dan disesuaikan dengan aktivitas
sehari-hari. Air putih sangat diperlukan untuk proses petumbuhan dan perkembangan
anak. Keseimbangan air dalam tubuh kita perlu diperhatikan dengan cara mengatur
jumlah masukan/keluaran air yang seimbang.
URT: Ukuran Rumah Tangga, adalah bahan-bahan makanan dalam jumlah tertentu
dengan kandungan gizi yang kurang lebih sama sehingga bisa disaling tukarkan satu macam
bahan makanan dengan yang lainnya dalam satu kelompok makanan tersebut.
Makanan yang kita makan dianjurkan merupakan makanan yang bervariasi dan
beragam untuk melengkapi kebutuhan gizi yang dibutuhkan tubuh. Porsi makanan dalam
piring dibagi 3 bagian:
1) 1/3 untuk makanan pokok
2) 1/3 untuk sayuran
3) 1/3 terdiri dari lauk pauk dan buah-buahan
d. Gizi Lebih atau Obesitas
a) Pengertian Kegemukan dan Obesitas
Kelebihan berat badan sebagai akibat dari penimbunan lemak berlebihan. Kegemukan
dan obesitas dapat disebabkan oleh faktor genetik dan lingkungan yaitu pola makan
yang tidak memenuhi prinsip gizi seimbang dan kurangnya aktivitas fisik.
b) Akibat Masalah Kegemukan dan Obesitas
Kegemukan dan obesitas pada anak usia sekolah dan remaja berisiko berlanjut ke
masa dewasa, dan merupakan faktor risiko terjadinya berbagai penyakit tidak menular
seperti penyakit kardiovaskuler, diabetes mellitus, kanker, osteoartritis, dan lain lain.
Pada anak usia sekolah dan remaja, kegemukan dan obesitas juga dapat
mengakibatkan berbagai masalah kesehatan yang sangat merugikan kualitas hidup
anak seperti gangguan pertumbuhan tungkai kaki, gangguan tidur, sleep apnea (henti
napas sesaat) dan gangguan pernapasan lain.
c) Pencegahan Kegemukan dan Obesitas
Pola hidup sehat mencegah kegemukan dan obesitas dengan melakukan hal-hal
sebagai berikut:
(1) Mengonsumsi buah dan sayur > 5 porsi per hari
(2) Membatasi menonton TV, bermain komputer, game/playstation < 2 jam sehari
(3) Tidak menyediakan TV di kamar anak
(4) Mengurangi makanan dan minuman manis
(5) Mengurangi makanan berlemak dan gorengan
(6) Mengurangi makan di luar
(7) Membiasakan makan pagi dan membawa makanan bekal ke sekolah
(8) Memibasakan makan bersama keluarga minimal 1 kali sehari
(9) Makan makanan sesuai dengan waktunya
(10) Meningkatkan aktivitas fisik minimal 1 jam/hari
(11) Melibatkan keluarga untuk perbaikan gaya hidup untuk pencegahan gizi lebih
(12) Membiasakan menimbang berat badan secara teratur
(13) Target penurunan BB yang normal
1. Aktivitas Fisik pada anak sekolah (Panduan Germas, 2017)
Kegiatan aktivitas fisik pada anak sekolah bertujuan untuk mewujudkan peserta didik
yang sehat, bugar, berprestasi melalui pendidikan dan pembudayaan aktivitas fisik, latihan
fisik serta olahraga yang baik, benar, terukur dan teratur di sekolah. Adapun bentuk kegiatan
di sekolah:
a. Gerak Barisan
Gerakan yang dapat dilakukan sebelum peserta didik memasuki kelas, disertai lagu yang
gembira.
b. Gerak Kapiten
Gerakan yang dapat dilaksanakan pada saat pergantian pelajaran disertai lagu yang
gembira, untuk menghilangkan rasa jenuh atau ngantuk.
c. Bermain Waktu Istirahat
d. Senam Anak Bangsa
Latihan awal pada saat peserta didik berolah raga, yang dipandu oleh guru olah raga.
2. Perilaku Merokok
Rokok merupakan hasil olahan tembakau yang terbungkus, dihasilkan dari tanaman
Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica dan spesies lainnya yag menjadi penyebab kematian
terbesar yang dapat dicegah di dunia saat ini yang membunuh 5,4 juta orang per tahun. Jika
dibiarkan, angka ini akan terus meningkat dua kali lipat pada tahun 2030. Rokok berisi bahan
psikoaktif yang sangat adiktif, yaitu nikotin.
Menurut Muhibah (2011) racun rokok yang paling utama adalah nikotin, tar dan
karbon monoksida :
a. Nikotin dapat meningkatkan adrenalin yang membuat jantung berdebar lebih cepat dan
bekerja lebih keras, frekuensi jantung meningkat dan kontraksi jantung meningkat
sehingga menimbulkan tekanan darah meningkat.
b. Tar adalah substansi hidrokarbon yang bersifat lengket dan menempel pada paru-paru,
mengandung bahan-bahan karsinogen.
c. Karbon monoksida, merupakan gas berbahaya yang terkandung dalam asap pembuangan
kendaraan. CO menggantikan 15% oksigen yang seharusnya dibawa oleh sel-sel darah
merah. CO juga dapat merusak lapisan dalam pembuluh darah dan meninggikan endapan
lemak pada dinding pembuluh darah, menyebabkan pembuluh darah tersumbat.
Perilaku merokok merupakaan kegiatan membakar tembakau yang kemudian dihisap
isinya, baik menggunakan rokok maupun menggunakan pipa dan kebiasaan yang mahal ini,
bisa menyebabkan berbagai penyakit, dan berpotensi meningkatkan biaya kesehatan di masa
depan. Menurut Sadikin et al,. (2008) alasan seseorang merokok ialah sebagai berikut:
a. Khawatir tidak diterima di lingkungannya jika tidak merokok.
b. Ingin tahu, alasan ini banyak dikemukakan oleh kalangan muda, terutama perokok wanita.
c. Untuk kesenangan, alasan ini lebih banyak diutarakan oleh perokok pria
d. Pergaulan, karena ingin menyenangkan teman atau membuat suasana menyenangkan,
Merokok pada usia muda sudah merupakan masalah kesehatan usia sekolah dan
remaja yaitu masih ditemukan anak yang merokok di sekolah maupun lingkungan tempat
tinggal, karena semakin muda umur mulai merokok semakin tinggi risiko mejadi perokok
berat dan terkena beberapa penyakit kronik. Di Indonesia, 17,32% dari seluruh siswa dan
32,82% siswa laki-laki mencoba merokok pertama kali pada usia < 13 tahun. Sedangkan pada
siswa perempuan ada sebesar 3,04% yang pertama kali mencoba merokok pada usia <13
tahun. Bahkan lebih khusus lagi lebih banyak siswa laki-laki (5,02%) yang merokok pertama
kali pada usia <7 tahun dari pada siswa perempuan (0,92%).
Pada anak remaja yang baru mulai merokok, konsentrasi kotinin dalam saliva (ludah),
sebuah produk nikotin yang bersifat merusak, terus meningkat secara tajam sampai mencapai
tingkat yang terdapat pada perokok tetap (Gambar 2.1). Tingkat rata-rata nikotin yang dihirup
cukup untuk memberikan efek farmakologis dan memainkan perannya untuk merangsang
perilaku merokok. Namun banyak perokok muda meremehkan risiko kecanduan merokok ini.
Merokok adalah kebiasaan yang sangat tidak sehat bagi perokok sendiri dan orang lain
yang ada disekitarnya, apabila seseorang merokok di dalam rumah maka penghuni rumah
lainnya akan mendapat dampak negatif dari asap rokok tersebut. Asap yang dikeluarkan dari
rokok mengandung zat yang sifatnya racun bagi tubuh dan dapat menyebabkan sakit kanker,
jantung dan gangguan janin pada ibu hamil
Menurut Center of Desease Control (CDC) dalam Octafrida (2011) merokok
membahayakan setiap organ di dalam tubuh. Merokok menyebabkan penyakit dan memperburuk
kesehatan, seperti:
a. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)
PPOK sudah terjadi pada 15% perokok. Individu yang merokok mengalami penurunan pada
Forced Expiratory Volume in second (FEV1), dimana kira-kira hampir 90% perokok berisiko
menderita PPOK (Saleh, 2011).
b. Pengaruh Rokok terhadap Gigi
Hubungan antara merokok dengan kejadian karies, berkaitan dengan penurunan fungsi saliva
yang berperan dalam proteksi gigi. Risiko terjadinya kehilangan gigi pada perokok, tiga kali
lebih tinggi dibanding pada bukan perokok (Andina, 2012). Halitosis atau bau mulut adalah
bau tidak sedap yang keluar dari mulut saat menghembuskan nafas. Penyebab utama bau
mulut adalah kebersihan mulut yang buruk. Adanya infeksi kronis pada mulut bisa
menimbulkan bau mulut yang menetap. Selain itu, makanan tertentu, merokok, dan alcohol
juga dapat memicu halitosis.
c. Pengaruh Terhadap Sistem Reproduksi
Merokok akan mengurangi terjadinya konsepsi, fertilitas pria maupun wanita. Pada wanita
hamil yang merokok, anak yang dikandung akan mengalami penuruan berat badan, lahir
prematur, bahkan kematian janin (Anggraini, 2013).
Banyak dampak negatif dari rokok antara lain gangguan pada paru-paru dan saluran
pernafasan yang menyebabkan kanker, gangguan pada jantung dan pembuluh darah,
gangguan pada otak/susunan syaraf pusat yang menyebabkan stroke, gangguan pada sistem
pencernaan menyebabkan penyakit lambung, gangguan sistem reproduksi wanita pada ibu
hamil yang dapat menggangu janin sehingga bayi lahir dengan berat badan rendah dan
keguguran, gangguan pada ginjal, merubah warna gigi, kuku, kulit, rambut.
3. Aborsi
Wanita :
5% meraba
Pria :
21% meraba
A. SEKS BEBAS
Perilaku seks bebas adalah segala cara mengekspresikan dan melepaskan dorongan
seksual yang berasal dari kematangan organ seksual, seperti berkencan intim, bercumbu,
sampai melakukan kontak seksual yang dinilai tidak sesuai dengan norma (Desmita, 2012).
Sarwono (2012) menyatakan bahwa perilaku seks bebas adalah segala tingkah laku yang
didorong oleh hasrat seksual baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis mulai dari
tingkah laku yang dilakukannya dengan sentuhan, beciuman (kissing) berciuman belum
menempelkan alat kelamin yang biasanyadilakukan dengan memegang payudara atau
melalui oral seks pada alat kelamin tetapi belum bersenggama (necking) dan bercumbuan
sampai menempelkan alat kelamin yaitu dengan saling menggesekkan alat kelamin dengan
pasangan namun belum bersenggama (petting) dan yang sudah bersenggama (intercourse),
yang dilakukan di luar hubungan pernikahan.
Sehingga seks bebas dapat diartikan sebagai hubungan kelamin yang dilakukan
secara bebas (berganti-ganti pasangan) yang tidak sesuai dengan norma-norma yang ada di
masyarakat. Beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku seks bebas (Sugiyanto, 2013) :
a. Industri pornografi
b. Pengetahuan individu tentang kesehatan reproduksi
c. Pengalaman masa anak-anak
d. Pembinaan religius
Dampak Seks bebas
a. hamil diluar nikah
b. mengarah ke aborsi
c. putus sekolah
d. menikah diusia dini
Pencegahan
a. memberikan bimbingan positif dari sekolah maupun orangtua di rumah
b. meningkatkan kedisiplinan di sekolah maupun di rumah
c. memberikan pendidikan seks melalui seminar atau talk show kesehatan
d. peran penting orangtua dalam memberikan nasehat dan mendidik
e. memberikan pondasi iman dan taqwa
f. Menjalon hubungan baik antara orang tua dengan anak yaitu dengan komunikasi yang
baik
g. Peran penting orang tua dalam masa tumbuh kembang remaja