Anda di halaman 1dari 44

SATUAN ACARA PENYULUHAN

PERUBAHAN DAN MASALAH TERKAIT


PERUBAHAN, PHBS, DAN RESIKO KESEHATAN REPRODUKSI
PADA MASA REMAJA DAN PRANIKAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Webinar Kelompok Praktek Kebidanan Stase I

Disusun Oleh :

Dela Dwi Indriani (P17312205007)


Ninik Akbari Mubarokah (P17312205008)
Azren Aini Fatmawati (P17312205009)
Lovy Fiara Zuninda R (P17312205010)
Ika Septiana Saputri (P17312205011)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN MALANG
2020
LEMBAR PENGESAHAN

Satuan Acara Penyuluhan dengan judul “Perubahan Dan Masalah Terkait Perubahan, Phbs, Dan
Resiko Kesehatan Reproduksi Pada Masa Remaja Dan Pranikah” ini telah diperiksa dan
disahkan pada tanggal :
…..Oktober 2020

Pembimbing Institusi

Tarsikah, S.SiT., M.Keb


NIP. 197501262005012002
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Identitas Satuan Acara Penyuluhan (SAP)


a. Pokok Bahasan    : Perubahan Dan Masalah Terkait Perubahan, Phbs, Dan Resiko Kesehatan
Reproduksi Pada Masa Remaja Dan Pranikah
b. Sub Pokok Bahasan      :
1) Pengertian Remaja
2) Batasan Usia Remaja
3) Perkembangan Fisik Pada Remaja
4) Masalah Terkait Perubahan Pada Remaja
5) Pola Makan
6) Aktivitas fisik
7) Merokok
8) Minum-minuman keras
9) Hubungan Seksual
10) Kehamilan Remaja
11) Aborsi
c. Sasaran            : Remaja
d. Hari / tanggal  : 21 Oktober 2020
e. Jam : 09.00 – 10.30 WIB
f. Waktu             : 90 menit
g. Tempat            : Rumah masing-masing

A. Latar Belakang
Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa, dimana
pada masa ini merupakan proses awal kematangan organ reproduksi. Pada masa ini
banyak terjadi perubahan baik dalam hal fisik maupun psikis. Perubahan-perubahan
tersebut dapat mengganggu psikologis remaja. Kondisi ini menyebabkan remaja dalam
kondisi rawan dalam menjalani proses pertumbuhan dan perkembangannya. Kondisi
tersebut dapat diperberat dengan adanya globalisasi yang ditandai dengan makin pesatnya
informasi melalui media sosial (Batubara, 2010).
Perubahan fisik yang berkelanjutan pada remaja menyebabkan remaja akan sadar
dan lebih sensistiv terhadap tubuhnya dan mencoba membandingkan dengan temannya
yang sebaya. Jika perubahan tidak berlangsung lancar, maka akan berpengaruh terhadap
perkembangan psikis dan emosi remaja bila tidak dipersiapkan sejak dini untuk
menghadapinya. Remaja sangat penting untuk dibekali pengetahuan yang cukup
mengenai persiapan dalam menghadai perubahan yang terjadi pada masa remaja.
Pemberian informasi ini dimaksudkan agar remaja tidak memiliki persepsi yang salah
terhadap berbagai kondisi perubahan yang terjadi dalam dirinya, selain itu dapat
meningkatkan pemahaman, pengetahuan, sikap dan perilaku positif remaja tentang
masalah seks, dan juga masalah perilaku hidup bersih dan sehat, serta resiko reproduksi
remaja sehingga remaja dapat mempertanggung jawabkan atas tindakannya terhadap diri
sendiri maupun lingkungan (Wijaya, 2016).
Perilaku hidup bersih dan sehat tersebut diharapkan dapat diterapkan pada semua
golongan masyarakat termasuk anak usia sekolah. Banyak faktor yang mempengaruhi
perilaku hidup bersih dan sehat seperti kebiasaan di rumah, lingkungan masyarakat,
sekolah, guru yang kurang memberikan contoh teladan atau memperagakan dan anak itu
sendiri. Berdasarkan visi Indonesia sehat 2010, terdapat paradiga sehat yang terdiri dari
tiga pilar, yaitu lingkungan sehat, perilaku sehat dan pelayanan kesehatan yang bermutu,
adil dan merata. Perilaku sehat ini merupakan perilaku yang digunakan untuk memelihara
, meningkatkan kesehatan, menghindari atau mencegah terjadinya penyakit, melindungi
diri dari berbagai macam penyakit, dan keikutsertaan dalam meningkatkan kualitas
kesehatan (Depkes RI, 2013). Program perbaikan tidak hanya sebatas pada lingkungan
sehat dan pelayanan kesehatan, tetapi juga memperhatikan faktor perilaku, hal ini
disebabkan faktor perilaku dapat menjadi faktor terjadinya berbagai penyakit, baik
penyakit menular maupun penyakit tidak menular (Marlina, 2011).
Selain PHBS remaja perlu meningkatkan pengetahuan tentang resiko reproduksi.
Remaja adalah keompok usia rentan terhadap perilaku berisiko, termasuk perilaku seks
pranikah. Diketahui data Center for Disease and Prevention (2015), prevalensi remaja
yang melakukan seks pranikah sebesar 41%, dan angka ini menunjukkan tren
peningkatan dari tahun ke tahun. Hal ini juga terjadi di Indonesia, didukung dengan
survei yang ada menunjukkan bahwa prevalensi remaja yang melakukan seks pranikah
sebesar 4,5% untuk laki-laki dan 0,7% untuk perempuan. Berdasarkan hasil survei SDKI
2012 Kader Kesehatan Remaja (KKR) menunjukkan bahwa sekitar 9,3% atau 3,7 juta
remaja menyatakan pernah melakukan hubungan seksual pranikah. Angka ini meningkat
pada survei SDKI tahun 2017, 50% remaja laki-laki dan perempuan 30% mengaku
pernah melakukan hubungan seks pranikah.
Berdasarkan penelitian WHO, sejak awal 2010 hingga kini, di Indonesia
diperkirakan ada sekitar 20%-60% kasus aborsi yang disengaja (inducted abortion).
Banyaknya kasus seks pranikah dan aborsi khususnya di kalangan remaja terjadi akibat
adanya kesenjangan informasi tentang kesehatan reproduksi. Semakin berkembangnya
teknologi informasi dan mudahnya akses informasi menjadikan para remaja semakin
mudah mendapatkan informasi tentang kesehatan reproduksi yang belum tentu benar.
Pengetahuan remaja saat ini dipengaruhi oleh apapun yang ada dilingkungan mereka,
karena masa remaja adalah masa transisi yang pembentukannya juga dipengaruhi oleh
usia dan lingkungan sekitar, sehingga diperlukan adanya pendidikan kesehatan
reproduksi remaja sebagai upaya menurunkan angka kejadian seks pranikah dan aborsi.
Oleh karena uraian yang telah dipaparkan diatas maka diperlukan pemberian
edukasi kepada remaja dan penulis mengambil pokok bahasan “Perubahan Dan Masalah
Terkait Perubahan, Phbs, Dan Resiko Kesehatan Reproduksi Pada Masa Remaja Dan
Pranikah”.
B. Tujuan
1) Tujuan Instruksional Umum
Setelah mengikuti kegiatan webinar, diharapkan remaja mampu memahami tentang
Perubahan Dan Masalah Terkait Perubahan, Phbs, Dan Resiko Kesehatan Reproduksi
Pada Masa Remaja Dan Pranikah
2) Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mengikuti kegiatan webinar, remaja mampu :
1. Menjelaskan Pengertian Remaja
2. Menyebutkan Batasan Usia Remaja
3. Menjelaskan Perkembangan Fisik Pada Remaja
4. Menyebutkan Masalah Terkait Perubahan Pada Remaja
5. Menjelaskan Pola Makan
6. Menjelaskan Pola Aktivitas fisik
7. Menjelaskan Dampak Merokok
8. Menjelaskan Dampak Minum-minuman keras
9. Menyebutkan Resiko Hubungan Seksual
10. Menyebutkan Resiko Kehamilan Remaja
11. Menyebutkan Resiko Aborsi

C. Materi Pendidikan Kesehatan


Terlampir
D. Metode
1. Ceramah
2. Tanya Jawab

E. Media
1. Power Point
2. Online Video Conference
3. Laptop
4. Google Meeting

F. Tahapan Satuan Acara Penyuluhan (SAP)


KEGIATAN /
KEGIATAN PENYULUH KEGIATAN PESERTA
WAKTU
Pembukaan Memberi salam Menjawab salam
15 menit Memperkenalkan diri Memperhatikan dan bertanya
Memberitahukan Untuk Mengisi
Mengerjakan soal pre test
Absensi
Melaksanakan Pre Test Memperhatikan gambar
Memberitahukan topik dan tujuan Memperhatikan dan
instruksional khusus mendengarkan
Pelaksanaan Menjelaskan Menjelaskan Pengertian
45 menit
Remaja
Menyebutkan Batasan Usia Remaja
Menjelaskan Perkembangan Fisik
Pada Remaja
Menyebutkan Masalah Terkait
Perubahan Pada Remaja
Menjelaskan Pola Makan
Menjelaskan Pola Aktivitas fisik
Menjelaskan Dampak Merokok

Menjelaskan Dampak Minum-


minuman keras
Menyebutkan Resiko Hubungan Peserta mendengarkan dan
memperhatikan. Apabila ada
Seksual
pertanyaan peserta dapat
Menyebutkan Resiko Kehamilan menuliskan pada kolom room chat
Remaja pada google meeting
Menyebutkan Resiko Aborsi
Penutup Menyimpulkan hasil dari webinar
5 Menit Mendengarkan dan menyimak

Evaluasi Melaksanakan Pos Test


Mengerjakan soal pos test
5 Menit
Terminasi Menutup pertemuan dengan ucapan
5 menit terimakasih dan apresiasi kepada Menjawab salam
peserta

G. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur Kegiatan
a. Konsultasi dengan pembimbing
b. Kontrak waktu dengan peserta
2. Evaluasi Proses Kegiatan
a. Peserta yang hadir dalam webinar adalah remaja
b. Pada saat webinar semua peserta tidak ada yang meninggalkan room google meeting
c. Semua peserta mendengarkan penyuluhan risiko reproduksi remaja dengan tenang
3. Evaluasi Hasil Kegiatan
Peserta dapat mengerti dan memahami tentang Perubahan Dan Masalah Terkait Perubahan,
Phbs, Dan Resiko Kesehatan Reproduksi Pada Masa Remaja Dan Pranikah

H. Sumber Belajar
Ayu, Kurniawati. 2017. Hubungan Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Tentang Aborsi
dengan Sikap Remaja Terhadap Aborsi di MAN 2 Kediri Jawa Timur. Yogyakarta:
Unnes Journal of Public Health.
Alfiyah, dkk. 2018. Gambaran Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Seksual
Pranikah pada Remaja di SMPN 1 Solokanjeruk Kabupaten Bandung. Sumedang :
Jurnal Pendidikan Keperawatan Indonesia. Fakultas Keperawatan, Universitas
Padjajaran.
Badan Litbangkes. 2006. Laporan Penelitian Survey Kesehatan Berbasis Sekolah di Depok
Jawa Barat pada sekolah tingkat SMP. Jakarta: Kementrian Kesehatan
Badan Litbangkes. 2013. Laporan Nasional RISKESDAS 2013. Jakarta: Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia.
Badan Litbangkes. 2015. Perilaku Berisiko Kesehatan Pada Pelajar SMP Dan SMA Di
Indonesia. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Batubara, R. J. 2010. Adolescent Development (Perkembangan Remaja). Sari Pediatri,
Vol.12, No. 1, 21-29
Centre for Desease Control and Prevention Youth Risk Behavior Survailance-US. 2015.
Daryanto.2010. Media Pembelajaran. Yogyakarta : Gava Media
Desmita. 2012. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya
DP2KBP3A. 2017. Bidang Ketahanan dan Kesejahteraan Keluarga yang Menangani
Kesehatan Reproduksi.
Infodatin Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. Situasi Kesehatan
Reproduksi Remaja. 2012.
Kartono,Kartini.2007.Psikologi Anak.Bandung: Mandar Maju
Kementerian Kesehatan RI. 2018. Buku KIE Kader Kesehatan Remaja Direktorat Jenderal
Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Kusumawardani, N. et al. 2015. Perilaku Berisiko Kesehatan pada Pelajar SMP dan SMA
di Indonesia Puslitbang Upaya kesehatan Masyarakat. Jakarta: Badan Litbangkes
Kementerian Kesehatan RI
Muhibah, F.A.B. 2011. Tingkat Pengetahuan Pelajar Sekolah Menengah SainsHulu Selangor
Mengenaik Efek Rokok Terhadap Kesehatan. (KTI).Universitas Sumatera Utara.
Medan
Omarsari dkk. 2010. Kehamilan Pranikah Remaja di Kabu- paten Sumedang. Sumedang :
Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 3, No. 2, Oktober 2010.
Rahardjo, dkk. 2017. Perilaku Seks Pranikah pada Mahasiswa: Menilik Peran Harga Diri,
Komitmen Hubungan, dan Sikap terhadap Perilaku Seks Pranikah. Jurnal Psikologi.
Universitas Gunadarma.
Sadikin, Z.D dan Louisa, M. 2008. Program Berhenti Merokok. Jakarta :Departemen
Farmakologi dan Terapeutik, Fakultas KedokteranUniversitas Indonesia.
Sarwono, S.W. 2012. Psikologi remaja. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Siyam, Syarifah Nur Laili Siyam, S.N.L., Nurhapsari, A., & Benyamin, B. 2015. Pengaruh
Stimulasi Permainan Ular Tangga Tentang Gingivitis Terhadap Pengetahuan Anak
Usia 8-11 Tahun. ODONTO Dental Journal, 2 (1), 25-28.
Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia. 2012
Wijaya, Yu. S. 2016. Pengaruh Layanan Informasi Tentang Kesehatan Reproduksi Remaja
Terhadap Persepsi Siswa Tentang Seksual Remaja Pada Siswa X-9 SMA PGRI I
Pati.
Lampiran 1

MATERI PERUBAHAN DAN MASALAH TERKAIT PERUBAHAN PADA MASA


REMAJA

1. Pengertian Remaja
Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini
merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang
meliputi perubahan biologis, perubahan psikologis, dan perubahan sosial. Remaja sering
kali didefinisikan sebagai periode transisi antara masa kanak-kanak ke masa dewasa, atau
masa usia belasan tahun, atau seseorang yang menunjukkan tingkah laku tertentu seperti
susah diatur, mudah terangsang perasaannya dan sebagainya. Kartini Kartono (1995: 148)
“masa remaja disebut pula sebagai penghubung antara masa kanak-kanak dengan masa
dewasa”. Pada periode ini terjadi perubahan-perubahan besar dan esensial mengenai
kematangan fungsi-fungsi rohaniah dan jasmaniah, terutama fungsi seksual. Disisi lain Sri
Rumini dan Siti Sundari (2004: 53) “menjelaskan masa remaja adalah masa peralihan dari
masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek/fungsi untuk
memasuki masa dewasa”.
World Health Organization (WHO) mendefinisikan remaja dalam (Sarlito Wirawan
Sarwono, 2012: 7) adalah suatu masa ketika:
a. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda- tanda seksual
sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual.
b. Individu mengalami perkembangan psikologi dan pola identifıkasi dari kanak-kanak
menjadi dewasa.
c. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan yang
relatif lebih mandiri.
Berdasarkan beberapa pengertian remaja yang telah dikemukakan para ahli, maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa remaja adalah individu yang sedang berada pada masa
peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa dan ditandai dengan perkembangan
yang sangat cepat dari aspek fısik, psikis dan sosial.
2. Batasan Usia Remaja
Terdapat batasan usia pada masa remaja yang difokuskan pada upaya
meninggalkan sikap dan perilaku kekanak-kanakan untuk mencapai kemampuan
bersikap dan berperilaku dewasa yaitu:
a. Remaja Awa1 (12-15 Tahun)
Pada masa ini, remaja mengalami perubahan jasmani yang sangat pesat dan
perkembangan intelektual yang sangat intensif, sehingga minat anak pada dunia luar
sangat besar dan pada saat ini remaja tidak mau dianggap kanak-kanak lagi namun
belum bisa meninggalkan pola kekanak-kanakannya. Selain itu pada masa ini
remaja sering merasa sunyi, ragu-ragu, tidak stabil, tidak puas dan merasa kecewa.
b. Remaja Pertengahan (15-18 Tahun)
Kepribadian remaja pada masa ini masih kekanak-kanakan tetapi pada masa remaja
ini timbul unsur baru yaitu kesadaran akan kepribadian dan kehidupan badaniah
sendiri. Remaja mulai menentukan nilai-nilai tertentu dan melakukan perenungan
terhadap pemikiran filosofis dan etis. Maka dari perasaan yang penuh keraguan
pada masa remaja awal ini rentan akan timbul kemantapan pada diri sendiri. Rasa
percaya diri pada remaja menimbulkan kesanggupan pada dirinya untuk melakukan
penilaian terhadap tingkah laku yang dilakukannya. Selain itu pada masa ini remaja
menemukan diri sendiri atau jati dirnya.
c. Remaja Akhir (18-21 Tahun)
Pada masa ini remaja sudah mantap dan stabil. Remaja sudah mengenal dirinya dan
ingin hidup dengan pola hidup yang digariskan sendiri dengan keberanian. Remaja
mulai memahami arah hidupnya dan menyadari tujuan hidupnya. Remaja sudah
mempunyai pendirian tertentu berdasarkan satu pola yang jelas yang baru
ditemukannya.
3. Perkembangan Fisik pada Remaja
Masa remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari masa anak menuju masa
dewasa. Pada masa ini individu mengalami berbagai perubahan, baik fısik maupun psikis.
Perubahan yang tampak jelas adalah perubahan fısik, dimana tubuh berkembang pesat
sehingga mencapai bentuk tubuh orang dewasa yang disertai pula orang dewasa. Pada
periode ini pula remaja berubah dengan menunjukkan gejala primer dan sekunder dalam
pertumbuhan remaja. Diantara perubahan-perubahan fisik tersebut dibedakan menjadi dua
yaitu:
a. Ciri-ciri seks primer
Ciri-ciri seks primer pada remaja adalah remaja laki-laki sudah bisa melakukan fungsi
reproduksi bila telah mengalami mimpi basah. Mimpi basah biasanya terjadi pada
remaja laki-laki usia antara 10-15 tahun, pada remaja perempuan bila sudah mengalami
menarche (menstruasi), menstruasi adalah peristiwa keluarnya cairan darah dari alat
kelamin perempuan berupa luruhnya lapisan dinding dalam rahim yang banyak
mengandung darah.
b. Ciri-ciri seks sekunder
Tanda-tanda fisik sekunder merupakan tanda-tanda badaniah yang membedakan pria
dan wanita. Pada wanita bisa ditandai antara lain pertumbuhan tulang-tulang (badan
menjadi tinggi, anggota badan menjadi panjang), pertumbuhan payudara, tumbuh bulu
yang halus dan lurus berwarna gelap di kemaluan, mencapai pertumbuhan ketinggian
badan setiap tahunnya, bulu kemaluan menjadi keriting, haid, dan tumbuh bulu- bulu
ketiak. Pada laki-laki bisa ditandai dengan pertumbuhan tulang-tulang, tumbuh bulu
kemaluan yang halus, lurus, dan berwarna gelap, awal perubahan suara, bulu kemaluan
menjadi keriting, tumbuh rambut-rambut halus di wajah (kumis, jenggot), tumbuh bulu
ketiak, rambut-rambut di wajah bertambah tebal dan gelap, tumbuh bulu di dada.
4. Masalah Terkait Perubahan Pada Masa Remaja
Berbagai kesulitan dan problematika yang dihadapi remaja sangatlah kompleks.
Kebutuhan remaja di desa dan di kota sangat berbeda. Seorang remaja di desa, bila sudah akil
balik kemungkinan akan dinikahkan oleh orangtuanya, keadaaan ini menjadi masalah
kesehatan bila mempunyai masalah gizi seperti menderita anemia, kurus bahkan sangat kurus.
Sebaliknya berbeda dengan para remaja yang hidup di kota, kehidupan dan kebutuhan
remaja semakin menuntut mengikuti kemajuan teknologi. Gaya hidup di perkotaan dapat
menyebabkan pelbagai masalah psikososial seperti kesulitan belajar, Penyalahgunaan
NAPZA, seks tidak aman. Menu makanan siap saji (fast food) merupakan salah satu hal yang
menyebabkan kelebihan berat badan bahkan kegemukan.
Demikian pula latar belakang sosial budaya yang berbeda, menyebabkan problematika
berbeda pula. Bila diteliti lebih Ianjut, ternyata prioritas kebutuhan atau problematika masing-
masing individu juga berbeda-beda. Masalah remaja berasal dari:
a. Individu remaja sendiri:
1) Emosi
Umumnya remaja malu mengemukakan pendapat, tidak mau dicela dan mau benar
sendiri.
2) Perubahan pribadi
Umumnya remaja tidak menyukai sikap sombong, sulit berbaur dengan orang yang
asing, malu tampil di muka umum dan lain lain. Perlu di persiapkan, kalau tidak
mereka akan menarik diri, melamun hal-hal yang menyebabkan pikiran kacau.
3) Kesehatan
Yang menjadi perhatian remaja, antara lain:
Pertumbuhan badan memerlukan gizi yang cukup kualitas maupun kwatitasnya perlu
perawatan tubuh agar tetap menarik misal: mengatasi masalah jerawat larangan
merokok yang datang dari orang tua dan guru, dan timbulnya sakit-sakit tertentu
terutama sakit kepala bagi remaja putri perubahan pada alat kelamin
4) Kebutuhan keuangan
Kebutuhan yang dianggap penting melalui belanja, adalah: Makanan/jajan
Pakaian/perlengkapan, Hiburan. Namun orang tua menganggap hal ini tidak
penting, alasannya: semaunya sendiri meniru teman-temannya tidak tahu mana
kebutuhan yang penting instropeksi diri yang kurang.
5) Perilaku seks
Secara fisik remaja sudah dapat melakukan hubungan seks, namun kesiapan fisik
yang sehat dan sosial ekonomi belum bisa memenuhi persyaratan nikah yang
ideal. Problem inilah yang menjadi sumber konflik dalam diri, dilain fihak
pengetahuan tentang seks yang bertanggung jawab tidak didapatkan.
Padahal remaja memiliki rasa ingin tahu yang besar terhadap:
a) Bahaya dan akibat hubungan seks yang bebas
b) Masturbasi/onani
c) Mimpi basah
d) Menstruasi
6) Persiapan keluarga
Dibanding laki-laki remaja perempuan lebih besar perhatiannya terhadap persiapan
berkeluarga, antara lain: memilih jodoh yang tepat, apa fungsi suami atau isteri,
dan lain lain, umumnya mereka belum banyak mengetahui hal tersebut
7) Pemilihan pekerjaan dan kesempatan belajar.
Banyak remaja kurang menyadari dengan sepenuhnya tentang pilihan pekerjaan dan
belajar yang tepat bagi dirinya
8) Agama dan akhlak
Dikhawatirkan remaja yang belum tertanam agama sejak kecil ragu tehadap
keyakinan beragama, oleh karena kadang-kadang tidak sesuai dengan logika f
ikirannya. Lebih ekstrim lagi bisa terjadi bahwa agama dianggap menghambat
kehidupan.
b. Lingkungan sosial sekitar remaja
1) Keluarga
Sering terjadi pertentangan antara remaja dan orang tuanya, dimana orang tua terlalu
otoriter dan belum banyak mengetahui dan memperhatikan tentang perkembangan
remaja
2) Sekolah
Sebagai lembaga pendidikan sekolah sangat berperan dalam memberikan dan
menanamkan nilai kepribadian selain ilmu pengetahuan. Namun banyak persoalan yang
terjadi, seperti : pelajaran teori yang membosankan lebih banyak dari pada praktek,
perubahan pola belajar karena kurikulum yang berubah dan lain lain.
3) Penyediaan sarana hiburan dan olah raga
c. Faktor lain di luar lingkungan dekat remaja
1) Mitos
Banyak mitos yang berkembang di masyarakat yang belum terbukti kebenarannya,
tetapi dipercaya dapat berpengaruh terhadap keyakinan dan perilaku reproduksi remaja.
2) Kehidupan sosial
Budaya, sosial dan adat istiadat sangat berpengaruh pada kehidupan remaja. Remaja
sering suka terhadap hal yang baru dan terutama berbau asing.
3) Politik.
Dapat mempengaruhi remaja, dalam keadaan wajar bisa secara bebas dipakai untuk
mengembangkan diri tanpa tekanan-tekanan politik dari luar. Demikian banyaknya
problem yang dihadapi remaja sehingga banyak konflik yang akhirnya menimbulkan
reaksi menarik diri atau melarikan diri ke hal-hal negatif. Stres yang terlalu berat,
berlarut-larut dan tidak terselesaikan dapat menimbulkan gangguan jiwa yaitu depresi.
Gejala depresi adalah perasaan sedih dan tertekan yang menetap, putus asa dan tidak
dapat menikmati kegiatan yang biasa dilakukan. Manifesttasi depresi pada remaja
adalah gangguan perilaku, misalnya; menentang guru/orang tua, sulit belajar, kenakalan
remaja, kebut-kebutan, berkelahi/tawuran, perilaku seks berisiko dan lain lain. Jenis
gangguan jiwa selain depresi yang sering terjadi pada remaja yaitu: gangguan cemas,
gangguan psikosomatik (somatoform} dan ganggguan psikotik. Pencegahan agar
gangguan tersebut tidak terjadi, memerlukan pengertian dari orang tua, guru dan
kerabatnya untuk memberikan bimbingan supaya remaja mampu melewati masa
transisinya dengan baik.
Pada masa remaja ditandai dengan adanya pertumbuhan fisik yang cepat. Keadaan fisik
pada masa remaja dipandang sebagai suatu hal yang penting, namun ketika keadaan fisik tidak
sesuai dengan harapannya (ketidaksesuaian antara body image dengan self picture) dapat
menimbulkan rasa tidak puas dan kurang percaya diri. Begitu juga, perkembangan fisik yang
tidak proporsional. Kematangan organ reproduksi pada masa remaja membutuhkan upaya
pemuasan dan jika tidak terbimbing oleh norma-norma dapat menjurus pada penyimpangan
perilaku seksual. (akhmadsudrajat, 2008)
a. Perkembangan Fisik dan Motorik pada Remaja
Menurut Bella Kartini tahun 2015, perkembangan fisik dan motorik remaja adalah sebagai
berikut :
1) Perubahan seks sekunder yang terjadi ialah pada pinggul, payudara, rambut, kulit, otot,
dan suara
2) tumbuhnya rambut pada ketiak, kemaluan, lengan, kaki, dan wajah
3) Kulit juga terjadi perubahan menjadi lebih kasar, lebih tebal, agak pucat dan lubang
poripori bertambah besar.
4) Perubahan pada otot ialah otot semakin kuat dan besar sehingga memberikan bentuk
pada bahu, lengan dan tungkai kaki
5) Sedangkan pada suara, remaja putri akan mengalami perubahan suara dari suara kanak-
kanak menjadi lebih merdu dan melengking.
6) Pacu tumbuh yang pesat, yaitu pertambahan tinggi dan berat badan yang cepat
b. Masalah Fisik dan motorik pada Remaja
Menurut Dhamayanti, 2017, masalah fisik dan motorik remaja adalah sebagai berikut
1) Malu terhadap perubahan fisiknya
2) Kulit berminyak dan berjerawat
3) Obesitas
4) Sulit konsentrasi
5) Nyeri saat haid
c. Solusi Masalah Fisik dan motorik pada Remaja
Menurut Dhamayanti, 2017, solusi masalah fisik dan motorik remaja adalah sebagai
berikut
1) Tidak mengkritik atau membandingkan antar remaja
2) Membiasakan makan makanan sehat
3) latihan fisik atau olahraga minimal satu minggu sekali
4) mengetahui pendidikan reproduksi remaja yang benar
5) peduli terhadap diri sendiri termasuk kesehatan dan kebersihan badan
Pada masa remaja awal ditandai dengan perkembangan kemampuan intelektual yang
pesat. Namun ketika, si remaja tidak mendapatkan kesempatan pengembangan kemampuan
intelektual, terutama melalui pendidikan di sekolah, maka boleh jadi potensi intelektualnya
tidak akan berkembang optimal. Begitu juga masa remaja, terutama remaja awal merupakan
masa terbaik untuk mengenal dan mendalami bahasa asing. Namun dikarenakan keterbatasan
kesempatan dan sarana dan pra sarana, menyebabkan si remaja kesulitan untuk menguasai
bahasa asing. Tidak bisa dipungkiri, dalam era globalisasi sekarang ini, penguasaan bahasa
asing merupakan hal yang penting untuk menunjang kesuksesan hidup dan karier seseorang.
Namun dengan adanya hambatan dalam pengembangan ketidakmampuan berbahasa asing
tentunya akan sedikit-banyak berpengaruh terhadap kesuksesan hidup dan kariernya.
Terhambatnya perkembangan kognitif dan bahasa dapat berakibat pula pada aspek emosional,
sosial, dan aspek-aspek perilaku dan kepribadian lainnya.(akhmadsudrajat, 2008)
a. Perkembangan Kognitif dan bahasa pada Remaja
Menurut Bujuri, 2018 dan Darouich, dkk. 2017 Perkembangan Kognitif dan Bahasa pada
Remaja yaitu :
1) kemampuan berfikir, seperti kemampuan bernalar, mengingat, menghafal, memecahkan
masalah-masalah nyata, beride dan kreatifitas.
2) perkembangan keterampilan, termasuk komunikasi, motorik, sosial, emosi, dan
keterampilan adaptif
b. Masalah-masalah yang mungkin timbul karena perkembangan bahasa dan kognitif:
1) Belajar bahasa asing yang tidak menyenangkan cenderung benci terhadap pelajaran dan
gurunya
2) Ketidakselarasan antara bakat, minat dan kemampuan
3) Terutama pada remaja awal cenderung berpikir “di sini dan sekarang” dalam
mengambil keputusan hidup
4) Sangat rentan dengan pemikiran “sesat” tetapi dasar logika berpikirnya kuat
5) Dengan berkembangnya kognitif pada masa remaja sangat kaya idealisme, pencari
idola, rasa ingin tahu dan ingin diakui-dihargai. Jika potensi-potensi ini tidak
terfasilitasi dengan tepat sangat mungkin mengalami salah arah.
6) Cara yang dapat dilakukan untuk mengembangkan keterampilan bahasa dan kognitif
individu adalah sebagai berikut:
a) Belajar melakukan dialog batin sebagai cara untuk menghadapi dan mengatasi
masalah atau memperkuat perilaku diri sendiri.
b) Belajar membaca dan menafsirkan isyarat-isyarat sosial.
c) Belajar menggunakan langkah-langkah penyelesaian masalah dan pengambilan
keputusan.
d) Belajar memahami sudut pandang orang lain.
e) Belajar memahami sopan santun, yaitu perilaku mana yang dapat diterima dan mana
yang tidak.
f) Belajar bersifat positif terhadap kehidupan
Masa remaja disebut pula sebagai masa social hunger (kehausan sosial), yang ditandai
dengan adanya keinginan untuk bergaul dan diterima di lingkungan kelompok sebayanya
(peer group). Penolakan dari peer group dapat menimbulkan frustrasi dan menjadikan dia
sebagai isolated dan merasa rendah diri. Namun sebaliknya apabila remaja dapat diterima
oleh rekan sebayanya dan bahkan menjadi idola tentunya ia akan merasa bangga dan memiliki
kehormatan dalam dirinya. Problema perilaku sosial remaja tidak hanya terjadi dengan
kelompok sebayanya, namun juga dapat terjadi dengan orang tua dan dewasa lainnya,
termasuk dengan guru di sekolah. Hal ini disebabkan pada masa remaja, khususnya remaja
awal akan ditandai adanya keinginan yang ambivalen, di satu sisi adanya keinginan untuk
melepaskan ketergantungan dan dapat menentukan pilihannya sendiri, namun di sisi lain dia
masih membutuhkan orang tua, terutama secara ekonomis. Sejalan dengan pertumbuhan
organ reproduksi, hubungan sosial yang dikembangkan pada masa remaja ditandai pula
dengan adanya keinginan untuk menjalin hubungan khususdengan lain jenis dan jika tidak
terbimbing dapat menjurus tindakan penyimpangan perilaku sosial dan perilaku seksual. Pada
masa remaja juga ditandai dengan adanya keinginan untuk mencoba-coba dan menguji
kemapanan norma yang ada, jika tidak terbimbing, mungkin saja akan berkembang menjadi
konflik nilai dalam dirinya maupun dengan lingkungannya.
a. Perkembangan perilaku sosial, moralitas dan keagamaan.
Di dalam IDAI tahun 2017 Perkembangan perilaku sosial, moralitas dan keagamaan.
1) Moralitas terjadi apabila seseorang mengambil sikap yang baik dikarenakan dia sadar
akan kejiwaan dan tanggung jawab, bukan untuk mencari keuntungan dan tanpa pamrih
2) Memandang etika lebih condong kearah ilmutentang baik atau buruk. Etika lebih
dikenal dengan kode etik
3) Agama menuntut seorang untukmendasarkan diri pada wahyu Tuhan dan ajaran agama
4) Ikatan solidaritas, nilai dan tradisi sebaya sangat kuat

b. Masalah-masalah yang mungkin timbul karena perkembangan bahasa dan kognitif:

1) Munculnya perilaku anti sosial pada remaja


2) Konflik dengan orang tua
3) Penyalahgunaan NAPZA
4) Mudah digerakkan dalam perilaku destruktif
5) Mudah terlibat dalam kegiatan massa
6) Seks bebas
7) kasus kriminalitas
8) kekerasan
9) anarchism
10) premanisme
11) merosotnya disiplin
12) tumbuhnya budaya materialisme dan hedonism, merosotnya sopan santun dan
tawuran pelajar
c. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengembangkan perilaku sosial, moralitas dan
keagamaan adalah:
1) Mempelajari keterampilan komunikasi nonverbal.
2) Mempelajari keterampilan komunikasi verbal.
3) Belajar berempati
4) Mempelajari dinamika kelompok
5) Belajar mengembangkan pemahaman
6) Cara lain yang dapat digunakan sebagai intervensi edukatif untuk mengembangkan
emosi remaja agar dapat memiliki kecerdasan emosional adalah dengan melakukan
kegiatan-kegiatan yang di dalamnya terdapat materi
Masa remaja disebut juga masa untuk menemukan identitas diri (self identity). Usaha
pencarian identitas pun, banyak dilakukan dengan menunjukkan perilaku coba-coba, perilaku
imitasi atau identifikasi. Ketika remaja gagal menemukan identitas dirinya, dia akan
mengalami krisis identitas atau identity confusion, sehingga mungkin saja akan terbentuk
sistem kepribadian yang bukan menggambarkan keadaan diri yang sebenarnya.Reaksi-reaksi
dan ekspresi emosional yang masih labil dan belum terkendali pada masa remaja dapat
berdampak pada kehidupan pribadi maupun sosialnya. Dia menjadi sering merasa tertekan
dan bermuram durja atau justru dia menjadi orang yang berperilaku agresif. Pertengkaran dan
perkelahian seringkali terjadi akibat dari ketidakstabilan emosinya.
a. Perkembangan kepribadian, dan emosional pada Remaja
1) pencarian identitas diri
2) timbul kepercayaan diri dan mulai menemukan jati dirinya
3) kontrol diri

b. Masalah-masalah yang mungkin timbul karena perkembangan kepribadian dan emosional:


1) Keadaan emosinya goncang dan tidak stabil
2) Mudah condong kepada trendsetter
3) Emosi sering terdorong, bersemangat, peka, mudah tersinggung
4) Pemikiran dan perhatiannya terpusat pada dirinya.
5) Perhatian kepada diri dan penampilannya berlebihan
6) Butuh akan penerimaan sosial dan kebebasan
7) Memerlukan pengertian mendalam tentang kebutuhan, bakat, kapasitas diri,
8) Rasa ingin tahu cara bergaul dengan lawan  jenis
9) cenderung membangkang dan memiliki sifat memberontak

c. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengembangkan kepribadian dan emosional individu
adalah:
1) Mengidentifikasi dan memberi nama atau label perasaan
2) Mengungkapkan perasaan
3) Menilai intensitas perasaan
4) Mengelola perasaan
5) Menunda pemuasan
6) Mengendalikan dorongan hati
7) Mengurangi stress
8) Memahami perbedaan antara perasaan dan tindakan
Lampiran 2

POLA HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA REMAJA

2. Pengertian perilaku hidup sehat


Kesehatan pribadi adalah kesehatan diri seseorang yang bersih dari segala penyakit
yaitu berasal dari dalam tubuh diri sendiri dan lingkungan sekitar. Diri dan lingkungan yang
bersih dapat membantu anak usia sekolah dan remaja agar terhindar dari penyakit. Untuk
menjaga diri dan lingkungan yang sehat, anak usia sekolah dan remaja dapat menerapkan
Perilaku Hidup Sehat, dengan menerapkan perilaku ini, anak usia sekolah dan remaja secara
sadar melakukan kegiatan sehari-hari dengan menerapkan prinsip hidup sehat. Manfaat dari
PHBS adalah setiap orang menjadi sehat dan tidak mudah sakit, serta anak-anak tumbuh
sehat dan cerdas. Dampak yang dapat ditimbulkan dari masalah kesehatan bermacam-
macam seperti diare, keracunan makanan, kegemukan, demam berdarah, penyakit
pernapasan, gangguan pertumbuhan, dan penyakit terkait lainnya.
(Kemenkes RI,2018).
3. Macam-macam perilaku yang berdampak pada kesehatan remaja
Pola makan
a. Konsep Gizi
Kandungan makanan yang seimbang menjamin terpenuhinya kebutuhan tubuh beserta
aktivitasnya. Remaja merupakan masa peralihan dari anak menjadi dewasa di mana terjadi
pertumbuhan fisik, mental dan emosional yang sangat cepat. Makanan yang mengandung
unsur zat gizi sangat diperlukan untuk proses tumbuh kembang. Dengan mengonsumsi
makanan yang cukup gizi dan teratur, remaja akan tumbuh sehat sehingga dapat mencapai
prestasi belajar yang tinggi, kebugaran untuk mengikuti semua aktivitas dan menjadi sumber
daya manusia yang berkualitas. Remaja putri yang cukup mengonsumsi makanan yang
bergizi akan terpelihara kesehatan reproduksinya, sehingga akan menjadi calon ibu yang
sehat pada saat memasuki masa perkawinan. Jika kondisi sehat ini dipertahankan terus
sampai memasuki masa hamil akan dapat melahirkan anak yang sehat dan cerdas.
Kecukupan gizi didapatkan dari keseimbangan antara jumlah dan jenis makanan yang
dikonsumsi dengan kebutuhan, sehingga bermanfaat bagi terpeliharanya fungsi tubuh secara
optimal.
1) Pengertian Gizi
Gizi adalah substansi organik berupa zat pada makanan yang dibutuhkan organisme
untuk menjaga fungsi dari sistem tubuh, pertumbuhan, pemeliharaan jaringan tubuh, dan
kesehatan.
2) Zat Gizi
Dalam makanan terdapat 5 (lima) kelompok zat gizi yaitu :
a) Hidrat arang atau karbohidrat
Sebagai makanan pokok menghasilkan tenaga yang satuannya kalori. Sumber tenaga
ini dibutuhkan untuk bekerja, bernafas dan lain-lain. Contoh makanan sumber
karbohidrat: nasi, kentang, ubi, singkong, mie, roti, sagu, jagung dan lain-lain.
b) Protein
Protein terdiri dari protein nabati dan protein hewani. Banyak terdapat dalam lauk
pauk, protein nabati (tumbuhan) seperti tahu, tempe, kacang kedelai dan kacang-
kacangan yang lain. Protein hewani seperti daging, telur, ikan dan lain-lain.
c) Lemak
Banyak terdapat dalam lauk-pauk (daging berlemak) dan minyak (minyak goreng).
d) Vitamin
Zat ini banyak terdapat dalam semua bahan makanan terutama dalam sayur-sayuran
dan buah-buahan yang segar.
1) Vitamin A
Vitamin ini berperan dalam proses pertumbuhan tubuh utamanya untuk
penglihatan dan untuk daya tahan tubuh. Banyak terdapat dalam sayuran hijau
terutama daun singkong dan buah-buahan yang berwarna (pepaya, mangga).

2) Vitamin B
Vitamin B terdapat di dalam beras dan kacang hijau.Vitamin B terdiri dari
vitamin B1 dan vitamin B12. Vitamin B1 berperan dalam metabolisme
karbohidrat di dalam tubuh. Sedangkan vitamin yang berperan dalam
pembentukan sel darah merah adalah vitamin B12.
3) Vitamin C Vitamin ini berperan dalam pemeliharaan jaringan dan peningkatan
daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit. Vitamin C terdapat dalam buah dan
sayur yang segar.
4) Vitamin D
Vitamin ini di dalam tubuh sering dalam bentuk provitamin D, yaitu vitamin D
yang belum aktif, untuk mengubahnya menjadi vitamin D dengan bantuan sinar
ultra violet, sinar matahari.
5) Vitamin E
Vitamin ini dibutuhkan relatif sedikit dibanding vitamin lainnya. Vitamin E ini
banyak terdapat dalam kacang kedelai, dan tauge. Vitamin E berfungsi sebagai
anti oksidan atau pemangsa radikal bebas dan untuk hormonal (hormon estrogen).
6) Vitamin K
Vitamin ini berguna dalam proses pembekuan darah, vitamin ini terdapat dalam
hati (hati sapi, ayam dan lainlain).
e) Mineral
Banyak terdapat dalam lauk pauk atau sayuran, misalnya Fe (zat besi) terdapat dalam
bayam, kangkung, daun katuk dan sayuran hijau lainnya. Mineral zat besi (Fe)
berperan dalam pembentukan sel darah merah. Ca/Kalsium (zat kapur) terdapat dalam
ikan laut. Zat ini berfungsi dalam pembentukan gigi dan tulang, bersama dengan
Vitamin D. Disamping itu ada beberapa jenis mineral lain yang dibutuhkan tubuh
dalam jumlah tidak banyak seperti Phospor (P), Magnesium (Mg), Seng (Zn),
Natrium (Na), Kalium (K) dan lain-lain.
Di samping kelima zat di atas, peranan air tidak boleh dilupakan. Tanpa air fungsi kelima
zat gizi di atas tidak dapat berjalan. Oleh karena itu air tidak kalah pentingnya untuk
diperhatikan terutama dalam pemeliharaan organ-organ tubuh yang vital seperti ginjal.
3) Fungsi Makanan Terdapat 3 (tiga) fungsi makanan, yaitu :
a) Sebagai zat pembangun
b) Sebagai sumber tenaga
c) Sebagai zat pengatur
Sumber gambar : http://muzamil09.blogspot.co.id/2013/03/triguna-makanan-dangizi-
seimbang.html

Ketiga fungsi makanan tersebut diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan


tubuh, dan terdapat pada ”Makanan Bergizi Seimbang”. Oleh karena itu setiap hari kita
harus makan makanan bergizi seimbang yaitu keragaman makanan pokok; telur/ tempe/
tahu/ ikan/ daging; sayur-sayuran; dan buah-buahan.
b. Pedoman Gizi Seimbang
1) Pengertian
Gizi Seimbang adalah susunan pangan sehari-hari yang mengandung zat gizi dalam jenis
dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan memperhatikan prinsip
keanekaragaman pangan, aktivitas fisik, perilaku hidup bersih dan memantau berat badan
secara teratur dalam rangka mempertahankan berat badan normal untuk mencegah
masalah gizi. Gizi Seimbang untuk Remaja usia 10-19 tahun, kelompok ini adalah
kelompok usia peralihan dari anak-anak menjadi remaja muda sampai dewasa. Kondisi
penting yang berpengaruh terhadap kebutuhan zat gizi kelompok ini adalah pertumbuhan
cepat memasuki usia pubertas, kebiasaan jajan, menstruasi dan perhatian terhadap
penampilan fisik citra tubuh (body image) pada remaja puteri. Dengan demikian
perhitungan terhadap kebutuhan zat gizi pada kelompok ini harus memperhatikan
kondisi-kondisi tersebut. Khusus pada remaja puteri, perhatian harus lebih ditekankan
terhadap persiapan mereka sebelum menikah.
2) Pilar Gizi Seimbang
Prinsip Gizi Seimbang terdiri dari 4 (empat) Pilar yang pada dasarnya merupakan
rangkaian upaya untuk menyeimbangkan antara zat gizi yang keluar dan zat gizi yang
masuk dengan memantau berat badan secara teratur. Empat Pilar ini merupakan prinsip
dasar gizi seimbang, yang terdiri dari:
a) Pilar 1: Mengkonsumsi aneka ragam pangan
Konsumsi aneka ragam pangan sangat penting karena tidak ada satupun jenis bahan
pangan yang mengandung semua jenis zat gizi yang dibutuhkan tubuh untuk tetap
sehat, kecuali Air Susu Ibu (ASI). ASI mengandung semua zat gizi yang dibutuhkan
tubuh, tapi hanya untuk bayi baru lahir sampai berusia 6 bulan. Selain itu, di dalam
tubuh terjadi interaksi antar zat gizi, misalnya zat gizi tertentu memerlukan zat gizi
yang lainnya untuk dapat ditranspor atau dicerna oleh tubuh. Misalnya, pencernaan
karbohidrat, lemak, dan protein memerlukan vitamin B yang dapat ditemukan pada
sayuran berdaun hijau.
b) Pilar 2: Membiasakan perilaku hidup bersih
Hidup bersih mengurangi risiko terkena penyakit infeksi, yang nantinya dapat
mempengaruhi status gizi kita. Saat kita sakit, zat gizi di dalam tubuh dipergunakan
terutama untuk melawan penyakit tersebut, sehingga pertumbuhan dan perkembangan
tubuh kita tidak optimal. Kebiasaan hidup bersih misalnya cuci tangan, menjaga kuku
tetap pendek dan bersih, memakai alas kaki dan menutup makanan dengan baik.
c) Pilar 3: Melakukan aktivitas fisik
Aktivitas fisik sangat penting untuk menjaga kebugaran dan meningkatkan fungsi
jantung, paru dan otot, serta menurunkan risiko obesitas. Aktivitas fisik tidak harus
selalu berupa olahraga, segala macam aktivitas seperti bermain juga termasuk dalam
melakukan aktivitas fisik. Hal ini akan dijelaskan lebih detail pada sesi 14.
d) Pilar 4: Memantau berat badan secara teratur
Salah satu tanda keseimbangan zat gizi di dalam tubuh adalah tercapainya berat badan
normal, yaitu berat badan yang sesuai untuk tinggi badan, yang biasa dikenal sebagai
Indeks Masa Tubuh (IMT). Pada anak usia sekolah dan remaja, penentuan status gizi
berdasarkan IMT harus disesuaikan dengan usianya. Dengan rutin memantau berat
badan (dan tinggi badan), maka kita dapat mengetahui status gizi kita, dan mencegah
atau melakukan tindakan penanganan bila berat badan menyimpang dari yang
seharusnya
3) Pesan Khusus Gizi Seimbang untuk Anak dan Remaja
a) Biasakan makan bersama keluarga
b) Makan 3 kali sehari dan kudapan 2 kali sehari
c) Biasakan mengkonsumsi ikan dan sumber protein lainnya
d) Perbanyak makan sayur dan buah-buahan
e) Biasakan membawa bekal makanan dan air putih yang cukup
f) Batasi makanan cepat saji dan GGL (Gula 4 sdm, Garam 1 sdt dan Lemak 5 sdm)
g) Pilih makanan yang terbungkus dan disimpan di tempat tertutup
h) Pilih makanan tanpa pengawet, pewarna mencolok, penyedap, pemanis buatan dan
pengenyal
i) Biasakan menyikat gigi 2 kali sehari Hindari merokok dan minuman beralkohol
j) Lakukan kegiatan fisik dan olah raga secara teratur

4) Pentingnya Sarapan
Sarapan bagi anak usia sekolah dan remaja sangat penting. Sarapan adalah kegiatan
makan dan minum yang dilakukan antara bangun pagi sampai dengan jam 9 pagi untuk
memenuhi sebagian kebutuhan gizi harian (15-30% kebutuhan gizi) dalam rangka
mewujudkan hidup sehat, aktif, dan produktif. Sarapan terbaik dilakukan pada pukul
06.00 atau sebelum jam 07.00. Sarapan terbukti dapat meningkatkan konsentrasi belajar;
memberikan energi pada otak bagi anak sekolah sehingga dapat menerima pelajaran
dengan lebih baik. Tidak sarapan dapat berdampak buruk bagi proses belajar di sekolah,
menurunkan aktifitas fisik anak, menyebabkan kegemukan pada remaja dan
meningkatkan risiko jajan yang tidak sehat.
c. Menyusun Menu Gizi Seimbang
Jenis bahan makanan sebagai berikut:
1) Makanan Pokok
Makanan pokok dapat dipilih dari nasi (URT: 3/4 gelas) atau padanannya misalnya
kentang (URT: 2 buah sedang), singkong (URT: 1 ½ potong), ubi jalar kuning (URT: 1
biji sedang), mie basah (URT: 2 gelas), tepung sagu (URT: 8 sendok makan), dll.
2) Lauk-pauk
Lauk-pauk dapat dipilih dari bahan makanan hewani misalnya ikan segar (URT: 1 potong
sedang), telur (URT: 1 butir), daging ayam (URT: 1 potong sedang), daging sapi (URT: 1
potong sedang),dll atau lauk nabati, misalnya tahu (URT: 2 potong sedang), tempe (URT:
2 potong sedang), kacang tanah (URT: 2 sendok makan), kacang merah (URT: 2 ½
sendok makan), dll.
3) Sayur-sayuran
Jenis sayuran yang dapat dipilih misalnya bayam, kangkung, daun singkong, kacang
panjang, buncis, wortel, labu siam dll dengan URT sebanyak 1 gelas.
4) Buah-buahan
Buah-buahan misalnya pepaya (URT: 1 potong besar), semangka (URT: 2 potong
sedang), nanas (URT: ¼ buah sedang), mangga (URT: ¾ buah besar), jeruk manis (URT:
2 buah sedang), pisang ambon (1 buah sedang), apel malang (URT: 1 buah sedang) dll.
5) Air Putih
Dianjurkan minum air putih sebanyak 8 gelas per hari dan disesuaikan dengan aktivitas
sehari-hari. Air putih sangat diperlukan untuk proses petumbuhan dan perkembangan
anak. Keseimbangan air dalam tubuh kita perlu diperhatikan dengan cara mengatur
jumlah masukan/keluaran air yang seimbang.
URT: Ukuran Rumah Tangga, adalah bahan-bahan makanan dalam jumlah tertentu
dengan kandungan gizi yang kurang lebih sama sehingga bisa disaling tukarkan satu macam
bahan makanan dengan yang lainnya dalam satu kelompok makanan tersebut.
Makanan yang kita makan dianjurkan merupakan makanan yang bervariasi dan
beragam untuk melengkapi kebutuhan gizi yang dibutuhkan tubuh. Porsi makanan dalam
piring dibagi 3 bagian:
1) 1/3 untuk makanan pokok
2) 1/3 untuk sayuran
3) 1/3 terdiri dari lauk pauk dan buah-buahan
d. Gizi Lebih atau Obesitas
a) Pengertian Kegemukan dan Obesitas
Kelebihan berat badan sebagai akibat dari penimbunan lemak berlebihan. Kegemukan
dan obesitas dapat disebabkan oleh faktor genetik dan lingkungan yaitu pola makan
yang tidak memenuhi prinsip gizi seimbang dan kurangnya aktivitas fisik.
b) Akibat Masalah Kegemukan dan Obesitas
Kegemukan dan obesitas pada anak usia sekolah dan remaja berisiko berlanjut ke
masa dewasa, dan merupakan faktor risiko terjadinya berbagai penyakit tidak menular
seperti penyakit kardiovaskuler, diabetes mellitus, kanker, osteoartritis, dan lain lain.
Pada anak usia sekolah dan remaja, kegemukan dan obesitas juga dapat
mengakibatkan berbagai masalah kesehatan yang sangat merugikan kualitas hidup
anak seperti gangguan pertumbuhan tungkai kaki, gangguan tidur, sleep apnea (henti
napas sesaat) dan gangguan pernapasan lain.
c) Pencegahan Kegemukan dan Obesitas
Pola hidup sehat mencegah kegemukan dan obesitas dengan melakukan hal-hal
sebagai berikut:
(1) Mengonsumsi buah dan sayur > 5 porsi per hari
(2) Membatasi menonton TV, bermain komputer, game/playstation < 2 jam sehari
(3) Tidak menyediakan TV di kamar anak
(4) Mengurangi makanan dan minuman manis
(5) Mengurangi makanan berlemak dan gorengan
(6) Mengurangi makan di luar
(7) Membiasakan makan pagi dan membawa makanan bekal ke sekolah
(8) Memibasakan makan bersama keluarga minimal 1 kali sehari
(9) Makan makanan sesuai dengan waktunya
(10) Meningkatkan aktivitas fisik minimal 1 jam/hari
(11) Melibatkan keluarga untuk perbaikan gaya hidup untuk pencegahan gizi lebih
(12) Membiasakan menimbang berat badan secara teratur
(13) Target penurunan BB yang normal
1. Aktivitas Fisik pada anak sekolah (Panduan Germas, 2017)
Kegiatan aktivitas fisik pada anak sekolah bertujuan untuk mewujudkan peserta didik
yang sehat, bugar, berprestasi melalui pendidikan dan pembudayaan aktivitas fisik, latihan
fisik serta olahraga yang baik, benar, terukur dan teratur di sekolah. Adapun bentuk kegiatan
di sekolah:
a. Gerak Barisan
Gerakan yang dapat dilakukan sebelum peserta didik memasuki kelas, disertai lagu yang
gembira.
b. Gerak Kapiten
Gerakan yang dapat dilaksanakan pada saat pergantian pelajaran disertai lagu yang
gembira, untuk menghilangkan rasa jenuh atau ngantuk.
c. Bermain Waktu Istirahat
d. Senam Anak Bangsa
Latihan awal pada saat peserta didik berolah raga, yang dipandu oleh guru olah raga.

2. Perilaku Merokok
Rokok merupakan hasil olahan tembakau yang terbungkus, dihasilkan dari tanaman
Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica dan spesies lainnya yag menjadi penyebab kematian
terbesar yang dapat dicegah di dunia saat ini yang membunuh 5,4 juta orang per tahun. Jika
dibiarkan, angka ini akan terus meningkat dua kali lipat pada tahun 2030. Rokok berisi bahan
psikoaktif yang sangat adiktif, yaitu nikotin.
Menurut Muhibah (2011) racun rokok yang paling utama adalah nikotin, tar dan
karbon monoksida :
a. Nikotin dapat meningkatkan adrenalin yang membuat jantung berdebar lebih cepat dan
bekerja lebih keras, frekuensi jantung meningkat dan kontraksi jantung meningkat
sehingga menimbulkan tekanan darah meningkat.
b. Tar adalah substansi hidrokarbon yang bersifat lengket dan menempel pada paru-paru,
mengandung bahan-bahan karsinogen.
c. Karbon monoksida, merupakan gas berbahaya yang terkandung dalam asap pembuangan
kendaraan. CO menggantikan 15% oksigen yang seharusnya dibawa oleh sel-sel darah
merah. CO juga dapat merusak lapisan dalam pembuluh darah dan meninggikan endapan
lemak pada dinding pembuluh darah, menyebabkan pembuluh darah tersumbat.
Perilaku merokok merupakaan kegiatan membakar tembakau yang kemudian dihisap
isinya, baik menggunakan rokok maupun menggunakan pipa dan kebiasaan yang mahal ini,
bisa menyebabkan berbagai penyakit, dan berpotensi meningkatkan biaya kesehatan di masa
depan. Menurut Sadikin et al,. (2008) alasan seseorang merokok ialah sebagai berikut:
a. Khawatir tidak diterima di lingkungannya jika tidak merokok.
b. Ingin tahu, alasan ini banyak dikemukakan oleh kalangan muda, terutama perokok wanita.
c. Untuk kesenangan, alasan ini lebih banyak diutarakan oleh perokok pria
d. Pergaulan, karena ingin menyenangkan teman atau membuat suasana menyenangkan,
Merokok pada usia muda sudah merupakan masalah kesehatan usia sekolah dan
remaja yaitu masih ditemukan anak yang merokok di sekolah maupun lingkungan tempat
tinggal, karena semakin muda umur mulai merokok semakin tinggi risiko mejadi perokok
berat dan terkena beberapa penyakit kronik. Di Indonesia, 17,32% dari seluruh siswa dan
32,82% siswa laki-laki mencoba merokok pertama kali pada usia < 13 tahun. Sedangkan pada
siswa perempuan ada sebesar 3,04% yang pertama kali mencoba merokok pada usia <13
tahun. Bahkan lebih khusus lagi lebih banyak siswa laki-laki (5,02%) yang merokok pertama
kali pada usia <7 tahun dari pada siswa perempuan (0,92%).
Pada anak remaja yang baru mulai merokok, konsentrasi kotinin dalam saliva (ludah),
sebuah produk nikotin yang bersifat merusak, terus meningkat secara tajam sampai mencapai
tingkat yang terdapat pada perokok tetap (Gambar 2.1). Tingkat rata-rata nikotin yang dihirup
cukup untuk memberikan efek farmakologis dan memainkan perannya untuk merangsang
perilaku merokok. Namun banyak perokok muda meremehkan risiko kecanduan merokok ini.
Merokok adalah kebiasaan yang sangat tidak sehat bagi perokok sendiri dan orang lain
yang ada disekitarnya, apabila seseorang merokok di dalam rumah maka penghuni rumah
lainnya akan mendapat dampak negatif dari asap rokok tersebut. Asap yang dikeluarkan dari
rokok mengandung zat yang sifatnya racun bagi tubuh dan dapat menyebabkan sakit kanker,
jantung dan gangguan janin pada ibu hamil
Menurut Center of Desease Control (CDC) dalam Octafrida (2011) merokok
membahayakan setiap organ di dalam tubuh. Merokok menyebabkan penyakit dan memperburuk
kesehatan, seperti:
a. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)
PPOK sudah terjadi pada 15% perokok. Individu yang merokok mengalami penurunan pada
Forced Expiratory Volume in second (FEV1), dimana kira-kira hampir 90% perokok berisiko
menderita PPOK (Saleh, 2011).
b. Pengaruh Rokok terhadap Gigi
Hubungan antara merokok dengan kejadian karies, berkaitan dengan penurunan fungsi saliva
yang berperan dalam proteksi gigi. Risiko terjadinya kehilangan gigi pada perokok, tiga kali
lebih tinggi dibanding pada bukan perokok (Andina, 2012). Halitosis atau bau mulut adalah
bau tidak sedap yang keluar dari mulut saat menghembuskan nafas. Penyebab utama bau
mulut adalah kebersihan mulut yang buruk. Adanya infeksi kronis pada mulut bisa
menimbulkan bau mulut yang menetap. Selain itu, makanan tertentu, merokok, dan alcohol
juga dapat memicu halitosis.
c. Pengaruh Terhadap Sistem Reproduksi
Merokok akan mengurangi terjadinya konsepsi, fertilitas pria maupun wanita. Pada wanita
hamil yang merokok, anak yang dikandung akan mengalami penuruan berat badan, lahir
prematur, bahkan kematian janin (Anggraini, 2013).
Banyak dampak negatif dari rokok antara lain gangguan pada paru-paru dan saluran
pernafasan yang menyebabkan kanker, gangguan pada jantung dan pembuluh darah,
gangguan pada otak/susunan syaraf pusat yang menyebabkan stroke, gangguan pada sistem
pencernaan menyebabkan penyakit lambung, gangguan sistem reproduksi wanita pada ibu
hamil yang dapat menggangu janin sehingga bayi lahir dengan berat badan rendah dan
keguguran, gangguan pada ginjal, merubah warna gigi, kuku, kulit, rambut.

3. Perilaku Minum-minuman Keras


Gambaran penggunaan minuman keras (miras) atau alkohol di Indonesia yang
didapatkan dari survey nasional kesehatan berbasis sekolah di Indonesia pada tahun 2015
adalah sebagai berikut.
Hasil SDKI(2012) menunjukkan bahwa perilaku konsumsi minuman beralkohol
cukup tinggi dikalangan remaja remaja laki-laki usia 15 – 24 tahun (15.6%) untuk pernah
minum akohol kadang-kadang, dimana angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan
angka nasional RISKESDAS 2007 yaitu sebesar 5.5%, sebesar 5,61% siswa Indonesia
pertama kali minum minuman beralkohol lebih dari beberapa teguk pada umur <= 13 tahun,
sebesar 1,68% yang mendapatkan alkohol dari membeli di swalayan atau toko atau warung
dan 1,61% mendapatkan dari teman, sebesar 5,20% minum minuman beralkohol dengan
teman, selain itu ada sebesar 1,41% minum dengan keluarga dan sebesar 2,63% siswa pernah
ada ≥ 1 kali masalah dengan keluarga atau teman, membolos sekolah, atau terlibat
perkelahian yang disebabkan minuman beralkohol (Kusumawardani et al., 2015).
Minuman beralkohol atau biasa disebut miras (minuman keras) merupakan salah
satu zat adiktif yang mana setiap pengguna zat tersebut dapat menimbulkan ketergantungan.
Minuman alkohol adalah minuman yang mengandung etanol yang diproses dari bahan hasil
pertanian yang mengandung karbohidrat dengan cara fermentasi dan destilasi atau tanpa
destilasi. Etanol merupakan bentuk molekul sederhana dari alkohol, yang sangat mudah
diserap dalam saluran percernaan mulai dari mulut, esofagus, lambung sampai usus halus.
Ada 3 golongan minuman keras / beralkohol, yaitu :
a. Golongan A : kandungan etil alkohol di bawah 5%, misalnya bir bintang, san Miguel,
greensand.
b. Golongan B : kandungan etil alkohol lebih dari 5-20%, misalnya anggur Malaga, anggur
orang tua, sochu, crème cacao.
c. Golongan C : kandungan etil alkohol lebih dari 20-55% misalnya wiski, vodka.
Terdapat pula minuman beralkohol yang dibuat sendiri (lokal) dengan tingkat
persentase alkohol yang bervariasi dan berbahaya bagi tubuh. Contoh minuman-minuman
terebut ialah minuman lokal (milo) di Papua, cap tikus di Wilayah Sulawesi dan Maluku,
tuak di Sumatera dan Bima.
Minum alkohol dapat mempengaruhi kerja otak sehingga efek yang bisa ditimbulkan
dari perilaku konsumsi minuman beralkohol ini antara lain : mabuk, jalan sempoyongan dan
bicara cadel, ketidakmampuan belajar dan mengingat kecelakaan (karena mabuk ketika
berkendaraan), terlibat kekerasan atau perbuatan merusak, serta mempengaruhi perilaku dan
kepribadian dalam pemakaian terus menerus dapat merusak lambung, hati dan kematian.
Sedangkan dampak yang mungkin ditimbulka dari perilaku minum-minuma keras antara lain :
a. Gangguan pada fisik : menekan susunan saraf pusat yang artinya memperlambat fungsi
tertentu dari beberapa bagian otak, iritasi saluran pencernaan (mual, muntah, diare).
b. Gangguan perilaku : ketergantungan pada alkohol .
Beberapa cara yang dapat membantu menghindarkan diri dari perilaku minum-
minuman keras selama masa remaja ini antara lain :
a. Meningkatkan iman dan ibadah kita agar senantiasa dilindungi dari godaan miras.
b. Hati-hati dalam pergaulan, jangan salah bergaul dan jangan ambil pengaruh buruk dari
teman.
c. Siapkan diri dan mental untuk menolak dan mengatakan tidak jika ditawari miras. Katakan
“tidak” pada miras untuk melawan keinginginan untu mengkonsumsinya kembali.
d. Percaya Pada Dirimu Sendiri, jadilah dirimu sendiri serta Tingkatkan Harga Dirimu.
Sayangilah dan hormatilah dirimu sendiri apapun bentuknya, belajar bersyukur dengan
merasa puas dengan dirimu sendiri dan buatlah yang terbaik dengan segala yang kamu
miliki.
e. Mengisi waktu dengan kegiatan yang lebih positif, misalnya mengembangkan minat dan
bakat. Dengan mengisi waktu luang dengan kegiatan positif dapat menolong kamu untuk
lebih mandiri, lebih dapat mengembangkan jati dirimu, membuat hidupmu lebih menarik
dan berbahagia.
f. Menyebarluaskan informasi mengenai miras dan bahaya yang diakibatkannya kepada
teman sebaya.
g. Menerapkan gaya hidup Pendidikan Keterampilan Hidup Sehat (PKHS). Kebiasaan hidup
yang sehat seperti makan makanan bergizi, olahraga yang teratur dengan lingkungan yang
sehat mempengaruhi kesehatan yang baik. Orang yang sehat tidak memerlukan obat.
Sebaliknya, orang yang sering sakit lama-lama bisa menimbulkan ketergantungan obat.
Hidup sehat serta keterampilan untuk hidup tanpa menyalahgunakan narkoba jauh lebih
murah daripada tindakan pengobatan dan rehabilitasi (Kementerian Kesehatan RI, 2018).
Lampiran 3

RESIKO KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA

Reproduksi adalah proses kehidupan manusia dalam menghasilkan keturunan demi


kelestarian hidupnya. Risiko reproduksi remaja meliputi :

1. Hubungan seks (seks bebas)

2. Kehamilan usia dini

3. Aborsi

Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) Tahun 2017

1. Perilaku Remaja dalam Berpacaran

Wanita :

 64% Pegangan tangan

 30% cium bibir

 5% meraba

Pria :

 75% pegangan tangan

 50% cium bibir

 21% meraba

2. Usia pertama kali hubungan seksual


11-14 th :
 6% wanita
 6% Pria
15-19 th :
 59% wanita
 74% pria
3. Kehamilan Tidak Diinginkan
59% remaja wanita mempunyai pengalaman kehamilan tidak diinginkan.
4. Aborsi Disengaja
Ada sekitar 20-60% kasus aborsi yang disengaja.

A. SEKS BEBAS
Perilaku seks bebas adalah segala cara mengekspresikan dan melepaskan dorongan
seksual yang berasal dari kematangan organ seksual, seperti berkencan intim, bercumbu,
sampai melakukan kontak seksual yang dinilai tidak sesuai dengan norma (Desmita, 2012).
Sarwono (2012) menyatakan bahwa perilaku seks bebas adalah segala tingkah laku yang
didorong oleh hasrat seksual baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis mulai dari
tingkah laku yang dilakukannya dengan sentuhan, beciuman (kissing) berciuman belum
menempelkan alat kelamin yang biasanyadilakukan dengan memegang payudara atau
melalui oral seks pada alat kelamin tetapi belum bersenggama (necking) dan bercumbuan
sampai menempelkan alat kelamin yaitu dengan saling menggesekkan alat kelamin dengan
pasangan namun belum bersenggama (petting) dan yang sudah bersenggama (intercourse),
yang dilakukan di luar hubungan pernikahan.
Sehingga seks bebas dapat diartikan sebagai hubungan kelamin yang dilakukan
secara bebas (berganti-ganti pasangan) yang tidak sesuai dengan norma-norma yang ada di
masyarakat. Beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku seks bebas (Sugiyanto, 2013) :
a. Industri pornografi
b. Pengetahuan individu tentang kesehatan reproduksi
c. Pengalaman masa anak-anak
d. Pembinaan religius
Dampak Seks bebas
a. hamil diluar nikah
b. mengarah ke aborsi
c. putus sekolah
d. menikah diusia dini

Pencegahan
a. memberikan bimbingan positif dari sekolah maupun orangtua di rumah
b. meningkatkan kedisiplinan di sekolah maupun di rumah
c. memberikan pendidikan seks melalui seminar atau talk show kesehatan
d. peran penting orangtua dalam memberikan nasehat dan mendidik
e. memberikan pondasi iman dan taqwa
f. Menjalon hubungan baik antara orang tua dengan anak yaitu dengan komunikasi yang
baik
g. Peran penting orang tua dalam masa tumbuh kembang remaja

B. Kehamilan Usia Dini (Kehamilan Remaja)


a. Pengertian
Kehamilan usia dini (usia muda/remaja) adalah kehamilan yang terjadi pada
remaja putri berusia <20 tahun. Kehamilan tersebut dapat disebabkan oleh karena
hubungan seksual (hubu ngan intim) dengan pacar, dengan suami, pemerkosaan, maupun
faktor-faktor lain yang menyebabkan sperma membuahi telurnya dalam rahim perempuan
tersebut.
Menurut Susanti (2008), kehamilan pada remaja dapat menimbulkan masalah
karena pertumbuhan tubuhnya belum sempurna, kurang siap dalam sosial ekonomi,
kesulitan dalam persalinan, atau belum siap melaksanakan peran sebagai ibu.
b. Faktor Penyebab kehamilan usia dini
a) Kurangnya pendidikan moral dan agama
b) Tradisi atau kebiasaan suatu daerah yang sangat mendukung terjadinya pernikahan
dini
c) Kurangnya perhatian orangtua
d) Kurangnya informasi mengenai kesehatan organ reproduksi dan kesehatan
e) Tidak ingin menggunakan alat kontrasepsi
f) Pendidikan formal dan informal yang rendah
g) Pergaulan bebas dan seks bebas
h) Pengaruh alkohol dan obat-obatan terlarang
i) Kemiskinan
j) Kekerasan dalam rumah tangga
c. Dampak dari Hamil Usia Dini
Dibandingkan dengan yang hamil di usia 20-30 tahun, hamil dan melahirkan di
bawah 18 tahun memang jauh lebih berisiko. Berikut ini beberapa risiko yang dapat
terjadi :
a) Risiko kematian ibu dan bayi
Di seluruh dunia, terutama negara berkembang, ada sekitar 50.000 remaja
perempuan usia 15-19 tahun yang meninggal tiap tahun pada masa kehamilan atau
pada saat proses persalinan. Semakin muda remaja perempuan mengalami
kehamilan, maka semakin berisiko bagi dirinya saat persalinan dan anak yang
dikandungnya. Hal ini dikarenakan tubuhnya secara umum belum siap untuk
menjalani proses persalinan, antara lain karena panggul sempit. Ketiadaan pelayanan
kesehatan yang memadai terkadang tidak memungkinkan ibu dan/atau bayi selamat
dalam proses persalinan seperti ini. Apalagi kehamilan di bawah umur memang lebih
banyak terjadi pada kalangan masyarakat tingkat ekonomi bawah.
b) Risiko kelainan pada bayi
Bagi para perempuan yang hamil di usia muda, terutama mereka yang tidak
mendapat dukungan dari keluarga dekat atau pasangannya, berisiko tinggi tidak
mendapat perawatan yang memadai di masa kehamilan terutama pada pemenuhan
nutrisi saat hamil. Kebutuhan nutrisi yang tidak tercukupi dengan baik dapat
menyebabkan kelainan atau cacat bawaan lahir.
c) Bayi lahir dengan berat badan di bawah normal
Perempuan yang hamil di usia terlalu muda berisiko tinggi melahirkan bayi
dengan berat badan sangat rendah, seperti kurang dari 1,5 kg. Hal ini bisa terjadi
karena kelahiran prematur atau di bawah usia kehamilan 37 minggu. Bayi dengan
berat badan kurang dari normal membutuhkan perawatan khusus, terutama untuk
membantunya bernapas setelah dilahirkan.
d) Penyakit menular seksual
Remaja yang berhubungan seksual di usia muda lebih berisiko mengidap
penyakit menular seksual, seperti HIV, klamidia, sifilis, dan herpes. Keengganan,
ketidaktahuan, atau belum matangnya pola pikir membuat tidak sedikit remaja
berhubungan seksual tanpa menggunakan pengaman seperti kondom. Penyakit-
penyakit tersebut dapat ditularkan bahkan melalui hubungan seks termasuk seks oral
atau anal.
e) Depresi pasca-melahirkan
Remaja perempuan lebih berisiko mengalami depresi pasca-melahirkan karena
merasa tidak siap, terutama jika tidak mendapat dukungan dari keluarga dan/atau
pasangan. Depresi berisiko membuat remaja tidak mampu merawat bayinya dengan
baik.
d. Meminimalkan Risiko
Meski risiko mengandung dan melahirkan di usia muda sangat tinggi, namun ada cara
yang dapat diusahakan agar ibu selamat dan bayi dapat lahir dengan sehat, antara lain :
a) Berkonsultasi rutin ke dokter kandungan
b) Jauhi obat-obatan terlarang, minuman keras
c) Konsumsi makanan sehat
d) Cari dukungan dari kerabat dan sahabat terdekat demi kesiapan mental diri sendiri
e) Temui seorang konselor atau grup konseling yang bisa membantu mendapatkan
informasi atau membuat keputusan mengenai hubungan, kehamilan, adopsi, maupun
aborsi
e. Mencegah Hamil di Usia Muda
a) Penanaman Pendidikan Moral
Pendidikan moral ini dapat ditanamkan baik dikeluarga, sekolah dan
lingkungan masyarakat. Pendidikan ini menyangkut pada pendidikan karakter dan
agama yang berjalan beriringan dalam pembentukan karakter anak. Mengajarkan
moral pada anak untuk tidak bergaul sebebas mungkin yang dapat memicu terjadinya
hal-hal yang tidak diinginkan. Peran orangtua dalam memperhatikan pergaulan anak
menjadi faktor utama untuk mencegah kehamilan usia dini
b) Mengubah tradisi masyarakat
Kehamilan usia dini dapat disebabkan oleh tradisi masyarakat yang sudah
berjamur turun temurun yaitu menikah muda. Pasalnya, tradisi ini membolehkan
remaja untuk menikah pada usia masih muda sekalipun. Karena memandang bahwa
wanita hanya akan mengurus rumah dan anak-anak tanpa peran yang lain sama
sekali. Tradisi ini mengharuskan anak remaja yang mungkin terbilang masih harus
menempuh pendidikan, harus menikah muda lebih dulu. Mengubah tradisi ini adalah
sebuah keharusan bagi kita semua.
c) Penggunaan kontrasepsi
Jika sudah menikah pada usia dini serta belum dikaruniai seorang anak. Maka
penggunaan kontrasepsi sangatlah berguna. Menunda kehamilan sampai waktu yang
sudah matang menjadi cara yang sangat baik untuk mencegah kehamilan usia dini.
C. ABORSI
Aborsi adalah terhentinya kehamilan dengan kematian dan pengeluaran janin pada
usia kurang dari 20 minggu dengan berat janin kurang dari 500 gram yaitu sebelum janin
dapat hidup di luar kandungan secara mandiri.
Aborsi tidak aman adalah penghentian kehamilan yang dilakukan oleh orang yang
tidak terlatih/kompeten dan menggunakan sarana yang tidak memadai, sehingga
menimbulkan banyak komplikasi bahkan kematian.
Macam-macam aborsi :
a. Aborsi Spontan/alamiah
b. Aborsi buatan/sengaja
c. Aborsi terapeutik/medis
Resiko aborsi :
Resiko kesehatan dan keselamatan secara fisik :
a. Kematian mendadak karena perdarahan hebat
b. Kemarian mendadak karena pembiuasan yang gagal
c. Kematian secara lambat akibat infeksi serius disekitar kandungan
d. Rahim yang sobek
e. Kerusakan leher rahim yang menyebabkan cacat pada anak berikutnya.
f. Kanker leher rahim, kanker payudara, kanker indung telur, kanker hati
g. Kelainan plasenta/ari-ari
h. Menjadi mandul/ tidak mampu memiliki keturunan lagi
Resiko gangguan psikologis :
a. Kehilangan harga diri
b. Berteriak-teriak
c. Mimpi buruk berkali-kali mengenai bayi
d. Ingin melakukan bunuh diri
e. Mulai mencoba menggunakan obat-obat terlarang
f. Tidak bisa menikmati lagi hubungan seksual
Solusi :
a. Memberikan pendidikan agama
b. Bila terjadi kehamilan diluar nikah sebaiknya dinikahkan
c. Orangtua harus menciptakan tatanan kehidupan religious
d. Bagi yang melakukan tindakan aborsi dapat dikenakan sanksi
Lampiran 4

PRETEST DAN POSTTEST PERUBAHAN DAN MASALAH TERKAIT PERUBAHAN,


PHBS, DAN RESIKO KESEHATAN REPRODUKSI
PADA MASA REMAJA DAN PRANIKAH
1. Batas usiatahap remaja awal yaitu antara usia
a. 8-10 tahun
b. 11-13 tahun
c. 14-16 tahun
d. 16-19 tahun
2. Tanda-tanda seks primer yang terjadi pada remaja laki-laki yaitu
a) Tumbuh rambut-rambut halus di wajah (kumis,jenggot)
b) Tumbuh bulu di dada
c) Mimpi basah
d) Suara menjadi berat
3. Tanda-tanda seks sekunder yang terjadi pada remaja perempuan, kecuali
a. Menstruasi
b. Payudara dan putting susu tampak menonjol
c. Tumbuh bulu halus di ketiak dan kemaluan
d. Badan menjadi tinggi
4. Contoh kebiasaan pola makan remaja yang buruk yaitu
A. Makan mie instan
B. Minum susu
C. Makan salad
D. Minum air putih
5. Salah satu solusi masalah fisik pada remaja adalah
a. Mengkritik atau membandingkan antar remaja
b. Membiasakan makan makanan sehat
c. Hindari olahraga
d. Tidak mempedulikan diri sendiri termasuk kesehatan dan kebersihan badan
6. Di bawah ini yang bukan termasuk perilaku hidup bersih dan sehat adalah
a. Membuang sampah pada tempatnya
b. Berolahraga
c. Makan buah dan sayur-sayuran
d. Merokok
7. Dampak yang ditimbulkan apabila tidak menerapkan pola perilaku hidup bersih dan sehat
adalah
a. Berat badan tubuh ideal
b. Diare
c. Stress berkurang
d. Terhidar dari penyakit
8. Lauk pauk merupakan sumber protein yang terdiri dari protein hewani dan protein nabati. Di
bawah ini yang termasuk sumber protein hewani adalah
a. Kacang kacangan
b. Daging
c. Tahu
d. Tempe
9. Dampak perilaku merokok bagi tubuh adalah
a. Gangguan system pernafasan
b. Diare
c. Sakit kepala
d. Demam
10. Beberapa lama aktivitas fisik yang disarankan setiap hari
a. Minimal 40 menit
b. Minimal 30 menit
c. Minimal 20 menit
d. Minimal 10 menit
11. Berikut ini yang bukan merupakan resiko reproduksi remaja adalah
a. Seks bebas
b. Kehamilan tidak diinginkan
c. Aborsi
d. Prestasi meningkat
12. Dampak dari perilaku seks bebas pada remaja adalah
a. Disayang orang tua
b. Aborsi
c. Lanjut seekolah
d. Prestasi meningkat
13. Tindakan untuk mencegah kehamilan tidak diinginkan yaitu
a. Pacaran
b. Penggunaan kontrasepsi
c. Melakukan seks bebas
d. Pergaulan bebas
14. Dampak yang ditimbulkan dari aborsi adalah
a. Perdarahan
b. HIV
c. Mual muntah
d. Diare
15. Tindakan untuk mencegah perilaku seks bebas sebagai berikut kecuali
a. Memberikan pendidikan sejak dini
b. Memperkuat pendidikan agama
c. Mempererat hubungan orang tua dan anak
d. Pergaulan bebas

Anda mungkin juga menyukai