Anda di halaman 1dari 13

SATUAN ACARA PENYULUHAN

PERILAKU PACARAN SEHAT

DISUSUN OLEH :

Bustaman Ratnaningtyas
Candra Rina Yulistyawati
Galih Adi Y. Titia Kusuma
G. Satria Pramantara Zulaikah
Khairun Nuhan Zulinda Risma
Nurrin Sabrina

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG


JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI PROFESI NERS
2017

SATUAN ACARA PENYULUHAN


POKOK BAHASAN : Kesehatan Reproduksi Remaja
SUB POKOK BAHASAN : Masalah Kesehatan Reproduksi Berhubungan
Dengan Perilaku Pacaran Yang Kurang Sehat.
WAKTU : 30 Menit
HARI / TANGGAL :
SASARAN : Siswa-siswi kelas 7
TEMPAT : Ruang Kelas

I. TUJUAN UMUM

Setelah diberikan pendidikan kesehatan tentang pacaran yang sehat dan


dampak terhadap masalah kesehatan reproduksi pada siswa SMP
diharapkan siswa mengetahui tentang masalah – masalah yang di
munculkan akibat perilaku pacaran yang kurang sehat serta dampaknya
terhadap kesehatan reproduksi.

II. TUJUAN KHUSUS


Setelah diberikan pendidikan kesehatan tentang pacaran yang sehat dan
kesehatan reproduksi diharapkan siswa mampu :
1. Menyebutkan pentingnya berperilaku pacaran yang sehat
2. Menyebutkan gaya sehat dalam berpacaran
3. Menjelaskan pentingnya kesehatan reproduksi pada remaja
4. menjelaskan dampak perilaku berpacaran yang kurang sehat
terhadap kesehatan reproduksi
5. Menyebutkan resiko yang dapat terjadi pada remaja bila
berperilaku pacaran yang kurang sehat
6. Menyebutkan hal-hal yang perlu diperhatikan selama usia remaja
III. KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR
NO. TAHAP KEGIATAN MEDIA

1. Pembukaan  Memberi salam


(5 menit)  Menjelaskan tujuan Lisan
 Menjelaskan proses belajar mengajar

2. Pelaksanaan  Menanyakan kepada tentang pacaran LCD


(20 menit) yang sehat
 Menjelaskan gaya sehat dalam
berpacaran
 Menjelaskan pentingnya kesehatan
reproduksi
 Menjelaskan dampak perilaku
berpacaran yang kurang sehat terhadap
kesehatan reproduksi
 Menyebutkan resiko yang dapat
terjadi pada remaja bila berperilaku
pacaran yang kurang sehat
 Menyebutkan hal-hal yang perlu
diperhatikan selama usia remaja

3. Penutup  Evaluasi Lisan


(5 menit)  Menyimpulkan materi
 Memberi kesempatan pada klien untuk
bertanya
 Memberi salam penutup

IV. MEDIA
 LCD
 Leaflet
V. METODE
 Ceramah
 Tanya jawab

VI. EVALUASI
1. Standar persiapan
a. Pengaturan tempat
b. Kesiapan materi dan LCD
c. Mempersiapkan materi
d. Pembagian leaflet
2. Standar proses
a. Membaca buku referensi tentang kesehatan reproduksi dan
perilaku pacaran yang kurang sehat
b. Memberi penyuluhan tentang dampak perilaku berpacaran yang
kurang sehat dan dampak terhadap kesehatan reproduksi
3. Standar hasil
a. 75 % peserta mampu menyebutkan pentingnya berperilaku pacaran
yang sehat
b. 75 % peserta mampu menyebutkan gaya sehat dalam berpacaran
c. 75 % peserta mampu menjelaskan pentingnya kesehatan
reproduksi pada remaja
d. 75 % peserta mampu menjelaskan dampak perilaku berpacaran
yang kurang sehat terhadap kesehatan reproduksi
e. 75 % peserta mampu menyebutkan resiko yang dapat terjadi pada
remaja bila berperilaku pacaran yang kurang sehat
f. 75 % peserta mampu menyebutkan hal-hal yang perlu diperhatikan
selama usia remaj

VII. Pengorganisasian & uraian tugas


 Leader: Nurrin Sabrina
 Menyusun rencana kegiatan acara penyuluhan
 Membentuk anggota dan membagi tugas kegiatan
 Mengawasi kegiatan dan bertanggung jawab terhadap kejadian yang
tak terduga saat acara penyuluhan berlangsung
 Melakukan evaluasi kegiatan

 Protokol / Pembawa acara : Rina Yulistyawati


Uraian tugas :
 Membuka acara penyuluhan, memperkenalkan diri, dan tim kepada
peserta/keluarga pasien.
 Menyampaikan tujuan penyuluhan
 Mengatur proses dan lama penyuluhan.
 Menutup acara penyuluhan.

 Penyuluh / Pengajar : Ratnaningtyas dan Zulinda Risma


Uraian tugas :
 Menjelaskan materi penyuluhan dengan jelas dan menggunakan
bahasa yang mudah dipahami oleh peserta.

 Fasilitator : Bustaman, Titia Kusuma, dan Candra


Uraian tugas :
 Menyiapkan ruangan, keluarga pasien, serta alat dan bahan yang
diperlukan saat penyuluhan
 Ikut bergabung dan duduk bersama di antara peserta.
 Memotivasi peserta untuk bertanya materi yang belum jelas, tetap
aktif, dan memperhatikan proses penyuluhan.
 Membagikan leaflet kepada peserta

 Observer : Khairun Nuhan dan G. Satria


Uraian tugas :
 Mengamati perilaku verbal dan non verbal peserta selama proses
penyuluhan.
 Mengevaluasi hasil penyuluhan dengan rencana penyuluhan.
 Menyampaikan evaluasi tugas masing-masing anggota kegiatan
penyuluhan yang dirasa tidak sesuai dengan rencana penyuluhan.

 Notulen : Zulaikah
 Mencatat nama, alamat, dan jumlah peserta, serta menempatkan diri
sehingga memungkinkan dapat mengamankan jalannya proses
penyuluhan.
 Mencatat pertanyaan yang diajukan peserta.
 Melaporkan proses kegiatan selama kegiatan penyuluhan

 Dokumentator : Galih adi Yuwono


Mendokumentasikan proses kegiatan penyuluhan

VII. DAFTAR PUSTAKA


 Saifuddin, A.F & Hidayana, I.M. 1999. Seksualitas Remaja. Pustaka
Sinar Harapan, Jakarta
 Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) & Yayasan Widya
Prakarsa. 1999. Evaluasi Proyek Youth Center di 6 Propinsi di
Indonesia. PKBI & Yayasan Widya Prakarsa, Jakarta

 Triratnawati, A. 1999. Perilaku Seks Mahasiswa dan Pencegahan AIDS


(Studi Kasus pada 10 Mahasiswa Kesehatan di Yogyakarta).
Jurnal Epidemiologi Indonesia volume 3 Edisi 1-1999

 Iskandar, Meiwita B. et.al. 1998. A Pioneer Establishment of One-Stop


Family Clinic for Urban Young People’s Sexual and
Reproductive Health Problems in South Jakarta. The Population
Council, Jakarta

 Khisbiyah, Y. 1997. Kehamilan tak Dikehendaki di Kalangan Remaja.


PPK UGM, Yogyakarta

KESEHATAN REPRODUKSI
REMAJA
MASALAH KESEHATAN REPRODUKSI BERHUBUNGAN
DENGAN PERILAKU PACARAN YANG KURANG SEHAT

I. Latar belakang
Masa remaja adalah masa yang indah. Banyak hal yang terjadi dalam
masa transisi remaja dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Satu proses
masa yang semua anak manusia telah, sedang dan akan terjadi dalam sebuah
proses tumbuh kembang remaja. Dunia remaja memang unik, sejuta
peristiwa terjadi dan sering diciptakan dengan ide-ide yang cermelang dan
positif. Namun demikian tidak sedikit juga hal-hal negatif yang terjadi.
Salah satu yang menarik dan terjadi dalam dunia remaja adalah trend
pacaran yang digemari sebagian remaja walau tidak sedikit juga orang
dewasa gemar melakukannya. Dan kalau boleh dibilang pacaran bak makan
kacang rebus saat nonton sepak bola. Bahkan ada rumor yang menarik,
bahwasanya bila ada remaja yang belum punya pacar berarti belum
memperoleh identitas diri yang lengkap atau hal tersebut mampu membuat
rasa percaya diri raib ditelan bumi.
Memang tidak dapat dipungkiri bila pacaran merupakan suatu
fenomena tersendiri dikalangan remaja. Dan kalaupun dicari satu definisi
pacaran akan sangat sulit dan itu terkadang tergantung dari pola pikir
masing - masing remaja yang sedang pacaran.

II. Definisi
Pacaran adalah ajang dari untuk mendapatkan kepuasan libido
seksual, atau pacaran hanya sebagai lebel " saya punya pacar dan dapat
mendongkrak rasa percaya diri (PD) ".
pacaran adalah suatu hal yang penting, karena dengan pacaran kita
punya seseorang yang bisa membantu kita dalam mengatasi persoalan hidup
dan untuk definisi pacaran tentu akan ada banyak yang lainnya
Seksualitas dan kesehatan reproduksi remaja didefinisikan sebagai
keadaan sejahtera fisik dan psikis seorang remaja, termasuk keadaan
terbebas dari kehamilan yang tak dikehendaki, aborsi yang tidak aman,
penyakit menular seksual (PMS) ter-masuk HIV/AIDS, serta semua bentuk
kekerasan dan pemaksaan seksual

III. Gaya pacaran sehat


Bila remaja sudah punya pacar, bisa disalurkan dengan pacaran sehat
seperti pacaran tidak harus berduaan di tempat sepi, melainkan bergabung
dengan teman-temannya agar terhindar hal-hal negatif.
"sehat" harus jadi pilihan kita kalau tidak mau kena akibatnya. Nah,
bagaimana gaya pacaran kita bisa disebut sehat?
1. Sehat fisik

Sehat secara fisik berarti tidak ada kekerasan dalam berpacaran.


Biarpun cowok secara fisik lebih kuat, bukan berarti bisa seenaknya
menindas kaum cewek. Pokoknya, dilarang saling memukul, menampar,
apalagi menendang.

2. Sehat emosional

Hubungan kita dengan orang lain akan terjalin dengan baik apabila
ada rasa nyaman, saling pengertian dan keterbukaan. Kita tidak cuma
dituntut untuk mengenali emosi diri sendiri, tetapi juga emosi orang lain.
Dan yang penting lagi adalah bagaimana kita mengungkapkan dan
mengendalikan emosi dengan baik. Kita memang tidak boleh juga
melakukan kekerasan nonfisik, marah-marah, apalagi mengumpat-umpat
orang lain, termasuk pacar kita.
3. Sehat sosial

Pacaran tidak mengikat. Artinya, hubungan sosial dengan yang lain


harus tetap dijaga. Kalau pagi, siang, dan malam selalu bareng sama pacar,
bisa bahaya lho! Kita enggak bakalan punya teman. Dan bukan tidak
mungkin, kita akan merasa asing di lingkungan sendiri. Tidak mau, kan?

4. Sehat seksual

Secara biologis, kita yang masih remaja ini mengalami


perkembangan dan kematangan seks. Tanpa disadari, pacaran juga
memengaruhi kehidupan seksual seseorang. Kedekatan secara fisik bisa
memicu keinginan untuk melakukan kontak fisik. Kalau diteruskan, bisa
tidak terkontrol alias kebablasan. Jadi, dalam berpacaran kita harus saling
menjaga. Artinya tidak melakukan hal-hal yang berisiko.

Banyak diskusi dan seminar yang membahas masalah pacaran dan


seks. Penelitian tentang remaja dan perilaku seksnya pun sudah banyak.
Hal ini dikarenakan dalam kenyataannya, banyak remaja yang sudah
melakukan aktivitas-aktivitas yang berisiko dan pada akhirnya adalah
intercourse.

IV. Penyebab Resiko Kesehatan Reproduksi


Risiko ini dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling
berhubungan, yaitu
a. Tuntutan untuk kawin muda dan hubungan seksual,
b. Akses terhadap pendidikan dan pekerjaan,
c. Ketidaksetaraan jender,
d. Kekerasan seksual dan
e. Pengaruh media massa maupun gaya hidup.
V. Akibat Dari Kesehatan Reproduksi Yang Salah
Gaya hidup dalam masa remaja biasanya melibatkan perilaku berisiko
yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok usia lain apada
masyarakat. Keadaan ini menyebabkan berbagai kasus morbiditas banyak
dijumpai pada remaja, terutama :
a. Kehamilan yang tidak di inginkan
Makin banyaknya cara berpacaran yang “kebablasan”. Mereka
tanpa pikir panjang melakukan hubungan seksual diluar nikah. Mereka
tidak menyadari bahwa hubungan seksual yang pertama dapat
menyebabkan kehamilan, karena dimungkinkan pada saat itu wanita
sedang dalam masa subur. Akibat lainnya adalah kehamilan yang tidak
diinginkan yang mendorong mereka untuk melakukan aborsi dengan
cara apapun, dari minum obat – obatan, jamu – jamuan dan pergi minta
bantuan dukun
b. Aborsi
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan pada atau sebelum
kehamilan 20 minggu atau buah kehamilan belum mampu hidup di luar
kandungan.
Abortus spontan : abortus yang terjadi secara alamiah tanpa
intervensi luar untuk mengakhiri kehamilan (keguguran, miscarriage).
Abortus buatan : terjadi akibat intervensi tertentu yang bertujuan
untuk mengakhiri proses kehamilan. (pengguguran, aborsi atau abortus
provokatus)
Sehingga banyak risiko yang terjadi akibat tindakan aborsi yang
sembarangan yang akan mengakibatkan terjadinya : Endometritis,
Infeksi genitalia, Ca cervix Pendarahan yang mengakibatkan kematian,
Gangguan kejiwaan
c. Kekerasan Seksual
yang sering terjadi pada kalangan remaja yaitu pemerkosaan serta
tindakan sodomi pada remaja terhadap anak di bawah umur, kelainan
sexual (sadisme)
d. Serta masalah keterbatasan akses terhadap informasi dan pelayanan
kesehatan
Di segi pelayanan kesehatan, pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak
serta Keluarga Berencana di Indonesia hanya dirancang untuk
perempuan yang telah menikah, tidak untuk remaja. Petugas kesehatan
pun belum dibekali dengan keterampilan untuk melayani kebutuhan
kesehatan reproduksi para remaja (Iskandar, 1997).
Jumlah fasilitas kesehatan reproduksi yang menyeluruh untuk remaja
sangat terbatas. Kalaupun ada, pemanfaatannya relatif terbatas pada
remaja dengan masalah kehamilan atau persalinan tidak direncanakan.
Keprihatinan akan jaminan kerahasiaan (privacy) atau kemampuan
membayar, dan kenyataan atau persepsi remaja terhadap sikap tidak
senang yang ditunjukkan oleh pihak petugas kesehatan, semakin
membatasi akses pelayanan lebih jauh, meski pelayanan itu ada. Di
samping itu, terdapat pula hambatan legal yang berkaitan dengan
pemberian pelayanan dan informasi kepada kelompok remaja (Outlook,
2000).
e. Kekerasan fisik dan kenakalan remaja untuk mencari perhatian yang
tidak didapatkan di rumah
Remaja yang di keluarganya kurang mendapat perhatian orang tua
akan memungkinkan mereka untuk melakukan hal – hal yang negatif
diantaranya pemakaian narkoba, kenakalan remaja, tindakan kriminal,
sex bebas, serta melakukan sesuatu tanpa ada pertimbangan –
pertimbangan yang matang
VI. Daftar pustaka

 Saifuddin, A.F & Hidayana, I.M. 1999. Seksualitas Remaja. Pustaka


Sinar Harapan, Jakarta

 Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) & Yayasan Widya


Prakarsa. 1999. Evaluasi Proyek Youth Center di 6 Propinsi di
Indonesia. PKBI & Yayasan Widya Prakarsa, Jakarta

 Triratnawati, A. 1999. Perilaku Seks Mahasiswa dan Pencegahan AIDS


(Studi Kasus pada 10 Mahasiswa Kesehatan di Yogyakarta).
Jurnal Epidemiologi Indonesia volume 3 Edisi 1-1999

 Iskandar, Meiwita B. et.al. 1998. A Pioneer Establishment of One-Stop


Family Clinic for Urban Young People’s Sexual and
Reproductive Health Problems in South Jakarta. The Population
Council, Jakarta

 Khisbiyah, Y. 1997. Kehamilan tak Dikehendaki di Kalangan Remaja.


PPK UGM, Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai