Anda di halaman 1dari 12

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

PENCEGAHAN PENYAKIT STROKE

PADA MAHASISWA SEMESTER I DI STIKES SURYA GLOBAL YOGYAKARTA

Pokok Pembahasan : STROKE

Sub pokok pemahasan : Pencegahan Penyakit STROKE

Sasaran : Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Semester 1 (10


orang)

Hari/Tanggal Pelaksanaan : Selasa, 3 Desember 2019

Jam/waktu : Pukul 14.20 WIB – selesai ( 30menit)

Tempat : Ruang 15 STIKes Surya Global Yogyakarta

Penyuluh : 1. Sudarmono (Ketua)

2. Andri wiguna(Anggota)

3. Fadhil Nursya’bana (Anggota)

4. Ibrahim (Anggota)

A. Tujuan Instruksi Umum (TIU)


Setelah dilakukan penyuluhan, diharapkan Mahasiswa mampu mengetahui Pencegahan
Penyakit STROKE dan dapat diaplikasikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

B. Tujuan Intruksi Khusus (TIK)


Setelah diberikan penyuluhan selama 1x 30 menit, diharapkan Mahasiswa mampu:
1. Menyebutkan Pengertian STROKE
2. Menyebutkan Penyebab STROKE
3. Menyebutkan Tanda & Gejala STROKE
4. Mampu Menjelaskan Bagaimana Pengobatan STROKE
5. Mampu Menjelaskan Bagaimana Pencegahan STROKE

C. Materi penyuluhan
Terlampir.

D. Metode pembelajaran
- Ceramah
- Tanya jawab

E. Media penyuluhan
- Power point
- Leaflet

F. Kegiatan pembelajaran
Konsep

No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta


.

1. 5 menit Pembukaan: Menyambut salam dan


mendengarkan
1. Memperkenalkan diri
(anggota kelompok)

2. Menjelaskan tujuan
dari penyuluhan

3. Melakukan kontrak
waktu

4. Menyebutkan materi
penyuluhan yang akan
diberikan

2. 15 menit Inti :

1. Menjelaskan materi
penyuluhan

2. Memperlihatkan PPT
Memperhatikan materi
(Power Point)

4. 5 menit Evaluasi: Mengajukan pertanyaan

1. Memberikan
kesempatan kepada
siswa untuk bertanya

5. 5 menit Penutup : Menjawab salam

1 Salam penutup

2 Menutup dengan
Hamdallah

G. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
 Kesiapan Panitia masih belum sesuai dengan planning
 Kesiapan mahasiswa dalam menerima materi masih kurang focus di awal karena
adanya masih dalam pengkondisian peserta di tambah dengan akan masuknya jam
selanjutnya
 Media dan alat memadai, tetapi kabel proyektor kadang suka bermaslah kalau
disentuh
 Setting sesuai dengan kegiatan
2. Evaluasi Proses
 Pelaksanaan preplanning sesuai dengan alokasi waktu
 Peserta pendkes mengikuti kegiatan dengan aktif
3. Evaluasi Hasil
Peserta mampu menjawab 90% pertanyaan yang diajukan oleh pemateri pada saat
evaluasi.
Materi Penyuluhan

A. Pengertian Stroke

Stroke adalah kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke otak terganggu atau berkurang
akibat penyumbatan (stroke iskemik) atau pecahnya pembuluh darah (stroke hemoragik).
Tanpa darah, otak tidak akan mendapatkan asupan oksigen dan nutrisi, sehingga sel-sel pada
sebagian area otak akan mati.
Ketika sebagian area otak mati, bagian tubuh yang dikendalikan oleh area otak yang
rusak tidak dapat berfungsi dengan baik. Stroke adalah keadaan darurat medis karena sel otak
dapat mati hanya dalam hitungan menit. Penanganan yang cepat dapat meminimalkan
kerusakan otak dan kemungkinan munculnya komplikasi.
Menurut riset kesehatan dasar yang diselenggarakan oleh Kementrian Kesehatan RI pada
tahun 2013, di Indonesia terdapat lebih dari 2 juta penduduk, atau 12 dari 1000 penduduk,
menderita stroke dengan persentase terbesar berasal dari provinsi Sulawesi Selatan.
Selain itu, stroke juga merupakan pembunuh nomor 1 di Indonesia, lebih dari 15%
kematian di Indonesia disebabkan oleh stroke. Stroke iskemik memiliki kejadian yang lebih
sering dibandingkan dengan stroke hemoragik, namun stroke hemoragik membunuh lebih
sering dibandingkan dengan stroke iskemik.
Hipertensi yang diikuti dengan diabetes dan kolesterol tinggi merupakan kondisi yang
paling sering meningkatkan risiko terjadinya stroke di Indonesia.

A. Etiologi (Penyebab) STROKE

Stroke pada anak-anak dan orang dewasa muda sering ditemukan jauh lebih sedikit
daripada hasil di usia tua, tetapi sebagian stroke pada kelompok usia yang lebih muda bisa
lebih buruk. Kondisi turun temurun predisposisi untuk stroke termasuk penyakit sel sabit,
sifat sel sabit, penyakit hemoglobin SC (sickle cell), homosistinuria, hiperlipidemia dan
trombositosis. Namun belum ada perawatan yang memadai untuk hemoglobinopati, tetapi
homosistinuria dapat diobati dengan diet dan hiperlipidemia akan merespon untuk diet atau
mengurangi lemak obat jika perlu. Identifikasi dan pengobatan hiperlipidemia pada usia dini
dapat memperlambat proses aterosklerosis dan mengurangi risiko stroke atau infark miokard
pada usia dewasa (Gilroy, 1992).
Secara patologi stroke dibedakan menjadi sebagai berikut:
1) Stroke Iskemik
Sekitar 80% sampai 85% stroke adalah stroke iskemik, yang terjadi akibat obstruksi atau
bekuan di satu atau lebih arteri besar pada sirkulasi serebrum.
Klasifikasi stroke iskemik berdasarkan waktunya terdiri atas: 1. Transient Ischaemic Attack
(TIA): defisit neurologis membaik dalam waktu kurang dari 30 menit, 2. Reversible
Ischaemic Neurological Deficit (RIND): defisit neurologis membaik kurang dari 1 minggu,
3. Stroke In Evolution (SIE)/Progressing Stroke, 4. Completed Stroke.
Beberapa penyebab stroke iskemik meliputi:
- Trombosis
Aterosklerosis (tersering); Vaskulitis: arteritis temporalis, poliarteritis nodosa; Robeknya
arteri: karotis, vertebralis (spontan atau traumatik); Gangguan darah: polisitemia,
hemoglobinopati (penyakit sel sabit).
- Embolisme
Sumber di jantung: fibrilasi atrium (tersering), infark miokardium, penyakit jantung rematik,
penyakit katup jantung, katup prostetik, kardiomiopati iskemik; Sumber tromboemboli
aterosklerotik di arteri: bifurkasio karotis komunis, arteri vertebralis distal; Keadaan
hiperkoagulasi: kontrasepsi oral, karsinoma.
- Vasokonstriksi
- Vasospasme serebrum setelah PSA (Perdarahan Subarakhnoid).
Terdapat empat subtipe dasar pada stroke iskemik berdasarkan penyebab: lakunar,
thrombosis pembuluh besar dengan aliran pelan, embolik dan kriptogenik (Dewanto dkk,
2009).
2) Stroke Hemoragik
Stroke hemoragik, yang merupakan sekitar 15% sampai 20% dari semua stroke, dapat
terjadi apabila lesi vaskular intraserebrum mengalami ruptur sehingga terjadi perdarahan ke
dalam ruang subarakhnoid atau langsung ke dalam jaringan otak.
Beberapa penyebab perdarahan intraserebrum: perdarahan intraserebrum hipertensif;
perdarahan subarakhnoid (PSA) pada ruptura aneurisma sakular (Berry), ruptura malformasi
arteriovena (MAV), trauma; penyalahgunaan kokain, amfetamin ; perdarahan
akibat tumor otak; infark hemoragik; penyakit perdarahan sistemik termasuk terapi
antikoagulan (Price, 2005).

B. Patofisiologi STROKE

Gangguan pasokan aliran darah otak dapat terjadi di mana saja di dalam arteri-arteri yang
membentuk Sirkulus Willisi : arteria karotis interna dan sistem vertebrobasilar atau semua
cabang-cabangnya.

Secara umum, apabila aliran darah ke jaringan otak terputus selama 15 sampai 20 menit,
akan terjadi infark atau kematian jaringan. Perlu diingat bahwa oklusi di suatu arteri tidak
selalu menyebabkan infark di daerah otak yang diperdarahi oleh arteri tersebut. Alasannya
adalah bahwa mungkin terdapat sirkulasi kolateral yang memadai ke daerah tersebut. Proses
patologik yang mendasari mungkin salah satu dari berbagai proses yang terjadi di dalam
pembuluh darah yang memperdarahi otak. Patologinya dapat berupa (1) keadaan penyakit
pada pembuluh itu sendiri, seperti pada aterosklerosis dan trombosis, robeknya dinding
pembuluh, atau peradangan; (2) berkurangnya perfusi akibat gangguan status aliran darah,
misalnya syok atau hiperviskositas darah; (3) gangguan aliran darah akibat bekuan atau
embolus infeksi yang berasal dari jantung atau pembuluh ekstrakranium; atau (4) ruptur
vaskular di dalam jaringan otak atau ruang subaraknoid (Price et al, 2006).

C. Manifestasi Klinik STROKE


Gejala stroke cenderung terjadi secara tiba-tiba dan hanya selalu menyerang satu sisi bagian
tubuh. Hal ini semakin memburuk dalam jangka waktu 24 sampai 72 jam. Gejala yang biasa
terjadi termasuk:

 Sakit kepala tiba-tiba


 Kehilangan keseimbangan, bermasalah dengan berjalan
 Kelelahan
 Kehilangan kesadaran atau koma
 Vertigo dan pusing
 Penglihatan yang buram dan menghitam
 Kelemahan atau mati rasa pada satu sisi bagian tubuh di wajah, tangan, kaki
 Adanya masalah dengan berbicara dan pendengaran.

D. Pengobatan STROKE

Penanganan khusus terhadap pasien stroke dilakukan oleh dokter saraf tergantung pada
jenis stroke yang dialami pasien, apakah stroke disebabkan gumpalan darah yang
menghambat aliran darah ke otak (stroke iskemik) atau disebabkan perdarahan di dalam atau
di sekitar otak (stroke hemoragik).

 Pengobatan stroke iskemik. Penanganan awal stroke iskemik akan berfokus untuk
menjaga jalan napas, mengontrol tekanan darah, dan mengembalikan aliran darah.
Penanganan tersebut dapat dilakukan dengan cara:
1. Penyuntikkan rtPA. Penyuntikan rtPA (recombinant tissue plasminogen activator)
melalui infus dilakukan untuk mengembalikan aliran darah. Namun, tidak semua
pasien dapat menerima pengobatan ini. Dokter akan menentukan apakah pasien
merupakan kandidat yang tepat untuk diberikan rtPA.
2. Obat antiplatelet. Untuk mencegah pembekuan darah, digunakan obat antiplatelet,
seperti aspirin.
3. Obat antikoagulan. Untuk mencegah pembekuan darah, pasien dapat diberikan obat-
obatan antikoagulan, seperti heparin, yang bekerja dengan cara mengubah komposisi
faktor pembekuan dalam darah. Obat antikoagulan biasanya diberikan pada penderita
stroke dengan gangguan irama jantung.
4. Obat antihipertensi. Pada penderita stroke baru, biasanya tekanan darah tidak
diturunkan terlalu rendah untuk menjaga suplai darah ke otak. Namun, setelah
keadaan stabil tekanan darah akan diturunkan ke level optimal. Obat hipertensi juga
digunakan untuk mencegah stroke berulang, mengingat hipertensi merupakan faktor
risiko terbanyak penyebab stroke. Contoh obat hipertensi adalah obat penghambat
enzim pengubah angiotensin (ACE inhibitor), obat penghambat alfa dan beta (alpha-
dan beta-blocker), diuretik thiazide, dan obat antagonis kalsium (calcium channel
blocker).
5. Statin. Dokter akan memberikan obat kolesterol golongan statin, seperti atorvastatin,
untuk mengatasi kolesterol tinggi. Statin berguna untuk menghambat enzim penghasil
kolesterol di dalam organ hati.
6. Endarterektomi karotis. Terkadang operasi diperlukan untuk mencegah
berulangnya stroke iskemik, salah satunya adalah endarterektomi karotis. Melalui
prosedur ini, tumpukan lemak yang menghambat arteri karotis dibuang oleh dokter
dengan sebuah pembedahan di leher pasien. Arteri katoris merupakan arteri yang
terdapat di setiap sisi leher yang menuju ke otak. Meski efektivitas operasi
endarterektomi karotis dalam mencegah stroke iskemik cukup tinggi, namun prosedur
ini tidak sepenuhnya aman dilakukan pada pasien yang juga menderita kondisi
lainnya, terutama penyakit jantung.
7. Angioplasti. Selain endarterektomi karotis, arteri karotis juga dapat dilebarkan
dengan teknik angioplasti. Angioplasti dilakukan melalui kateter yang dimasukkan
melalui pembuluh darah di pangkal paha untuk selanjutnya diarahkan ke arteri
karotis. Kateter ini membawa sebuah balon khusus dan stent. Setelah berada dalam
arteri karotis, balon digelembungkan untuk memperluas arteri yang tersumbat lalu
disangga dengan ring atau stent.
 Pengobatan stroke hemoragik. Pada kasus stroke hemoragik, penanganan awal
bertujuan untuk mengurangi tekanan pada otak dan mengontrol perdarahan. Ada
beberapa bentuk pengobatan terhadap stroke hemoragik, antara lain:
1. Obat-obatan. Dokter dapat memberikan obat untuk menurunkan tekanan di otak,
menurunkan tekanan darah, dan mencegah kejang. Jika pasien mengonsumsi obat
antikoagulan atau antiplatelet, dokter akan memberikan transfusi faktor pembekuan
atau obat-obatan untuk membalik efek obat pengencer darah tersebut.
2. Operasi. Selain dengan obat, stroke hemoragik juga bisa ditangani dengan operasi.
Operasi dilakukan untuk mengurangi tekanan dalam otak, dan bila memungkinkan
memperbaiki pembuluh darah yang pecah
 Pengobatan TIA (Transient Ischemic Attack). Pengobatan TIA bertujuan untuk
mengendalikan faktor risiko yang dapat memicu timbulnya stroke, sehingga dapat
mencegah stroke. Dokter akan memberikan obat yang meliputi obat antiplatelet atau
obat antikoagulan, obat kolesterol, serta obat antihipertensi, tergantung dari faktor
risiko yang dimiliki pasien. Dalam beberapa kasus, prosedur operasi endarterektomi
karotis diperlukan jika terdapat penumpukan lemak pada arteri karotis.

E. Pencegahan STROKE

Langkah utama untuk mencegah stroke adalah menerapkan gaya hidup sehat. Selain itu,
kenali dan hindari faktor risiko yang ada, serta ikuti anjuran dokter. Beberapa cara yang
dapat dilakukan untuk mencegah stroke, antara lain:

 Menjaga pola makan. Terlalu banyak mengonsumsi makanan asin dan berlemak
dapat meningkatkan jumlah kolesterol dalam darah dan risiko menimbulkan
hipertensi yang dapat memicu terjadinya stroke. Jenis makanan yang rendah lemak
dan tinggi serat sangat disarankan untuk kesehatan. Hindari konsumsi garam yang
berlebihan. Konsumsi garam yang baik adalah sebanyak 6 gram atau satu sendok teh
per hari.
Makanan yang disarankan adalah makanan yang kaya akan lemak tidak jenuh, protein,
vitamin, dan serat. Seluruh nutrisi tersebut bisa diperoleh dari sayur, buah, biji-bijian utuh,
dan daging rendah lemak seperti dada ayam tanpa kulit.

 Olahraga secara teratur. Olahraga secara teratur dapat membuat jantung dan sistem
peredaran darah bekerja lebih efisien. Olahraga juga dapat menurunkan kadar
kolesterol dan menjaga berat badan serta tekanan darah pada tingkat yang sehat.
Bagi orang yang berusia 19-64 tahun, pastikan melakukan aktivitas aerobik setidaknya 150
menit seminggu yang dibagi dalam beberapa hari, ditambah dengan latihan kekuatan otot
setidaknya dua kali seminggu. Yang termasuk aktivitas aerobik antara lain jalan cepat atau
bersepeda. Sementara yang termasuk latihan kekuatan, antara lain angkat beban, yoga,
ataupun push-up dan sit-up
Namun bagi mereka yang baru sembuh dari stroke, sebaiknya berkonsultasi terlebih dahulu
dengan dokter sebelum memulai kegiatan olahraga. Olahraga teratur biasanya mustahil
dilakukan di beberapa minggu atau beberapa bulan pertama setelah stroke. Pasien bisa mulai
berolahraga setelah rehabilitasi mengalami kemajuan
 Berhenti merokok. Risiko stroke meningkat dua kali lipat jika seseorang merokok,
karena rokok dapat mempersempit pembuluh darah dan membuat darah mudah
menggumpal. Tidak merokok berarti juga mengurangi risiko berbagai masalah
kesehatan lainnya, seperti penyakit paru-paru dan jantung.
 Hindari konsumsi minuman beralkohol. Minuman keras mengandung kalori tinggi.
Jika minuman beralkohol dikonsumsi secara berlebihan, maka seseorang rentan
terhadap berbagai penyakit pemicu stroke, seperti diabetes dan hipertensi. Konsumsi
minuman beralkohol berlebihan juga dapat membuat detak jantung menjadi tidak
teratur.
 Hindari penggunaan NAPZA. Beberapa jenis NAPZA, seperti kokain dan
methamphetamine, dapat menyebabkan penyempitan arteri dan mengurangi aliran
darah.
Daftar Pustaka

Arifianto, S.A., Moechammad, S. & Onny, S., 2014. Klasifikasi Stroke Berdasarkan

Kelainan Patologos dengan Learning Vector Quantization. Jurnal EECCIS.


8(2):117-22

Irdelia, R. R., Joko, A. T., & Bebasari, E. (2014). Profil Faktor Resiko yang dapat

Dimodifikasi pada Kasus Stroke Berulang di RSUD Arifin Achmad Provinsi


Riau. Jom FK Vol 1(2).

Anda mungkin juga menyukai