Anda di halaman 1dari 10

SATUAN ACARA PENYULUHAN

PERAWATAN RHEUMATOID ARTHRITIS PADA Tn.I

STASE GERONTIK

Dosen Pembimbing :
Ns. Luri Mekeama, S.Kep, M.Kep

Disusun Oleh :
Aisya Rahmadhanty
(G1B219008)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN IX


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2020
Topik : Rheumatoid Arthritis
Sasaran : Tn.I dan keluarga
Tempat : Rumah Tn.I
Hari/tanggal : Rabu, 15 April 2020
Waktu : 1 x 30 menit (14.00-14.30 WIB)

A. LatarBelakang
Penyakit reumatik adalah penyakit yang menyerang persendian dan
struktur di sekitarnya yang terdiri lebih dari 100 jenis. Salah satu jenis dari
penyakit reumatik adalah Rheumatoid Arthritis (Nainggolan,2009).
Rheumatoid Arthritis (RA) adalah penyakit autoimun progresif dengan
inflamasi kronik yang menyerang sistem muskuloskeletal namun dapat
melibatkan organ dan sistem tubuh secara keseluruhan, yang ditandai dengan
pembengkakan, nyeri sendi serta destruksi jaringan sinovial yang disertai
gangguan pergerakan diikuti dengan kematian prematur (Mclnnes,201).
Data epidemiologi di Indonesia tentang penyakit RA dari Poliklinik
Reumatologi RSCM Jakarta menunjukkan bahwa jumlah kunjungan
penderita RA selama periode Januari sampai Juni 2007 sebanyak 203 dari
jumlah seluruh kunjungan sebanyak 1.346 pasien. Nainggolan (2009)
memaparkan bahwa provinsi Bali memiliki prevalensi penyakit rematik di
atas angka nasional yaitu 32,6%. Walaupun penyebab RA masih belum
diketahui secara pasti, namun banyak faktor risiko yang dapat meningkatkan
angka kejadian RA. Diantaranya adalah faktor genetik, usia lanjut, jenis
kelamin perempuan, faktor sosial ekonomi, faktor hormonal, etnis, dan faktor
lingkungan seperti merokok, infeksi, faktor diet, polutan, dan urbanisasi
(Tobon et al,2009).
Banyak penyakit degeneratif yang onsetnya dimulai sejak usia
pertengahan menyebabkan produktifitas masyarakat menurun dan masa lansia
di kemudian hari menjadi kurang berkualitas. Salah satu penyakit tersebut
adalah Rheumatoid Arthritis, dimana proses patologi imunologinya terjadi
beberapa tahun sebelum muncul gejala klinis. Walaupun angka kejadian RA
banyak terjadi pada lansia namun tidak menutup kemungkinan proses
patologi telah terjadi seiring peningkatan usia dan adanya berbagai faktor
risiko yang saling berkaitan. Banyak upaya yang dapat dilakukan guna
mencegah terjadinya RA dan memberikan pengobatan secara cepat dan tepat
bagi yang telah terdiagnosis salah satunya dengan melakukan deteksi dini
pada masyarakat usia dewasa. Penatalaksanaan yang sengaja dirancang untuk
mencapai tujuan-tujuan itu meliputi Pendidikan Kesehatan terhadap lansia
dan keluarga, mengajarkan latihan fisik pada lansia, mencukupi lansia dengan
gizi seimbang, serta menggunakan obat-obatan dalam meredakan rasa nyeri.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan tentang Rheumatoid Arthritis
selama 30 menit, sasaran mampu memahami tentang bagaimana
penyakit Rheumatoid Arthritis serta perawatannya.
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan peserta mampu:
a. Memahami pengertian Rheumatoid Arthritis
b. Memahami penyebab Rheumatoid Arthritis
c. Memahami tanda dan gejala Rheumatoid Arthritis
d. Memahami penatalaksanaan dan cara perawatan Rheumatoid
Arthritis

C. Sasaran
Sasaran dari penyuluhan ini adalah lansia, Tn.I dan keluarga Tn.I

D. Tempat dan Waktu pelaksanaan


1. Tempat : Rumah Tn.I
2. Hari / Tanggal : Rabu, 15 April 2020
3. Waktu : 14.00 – 14.30 WIB

E. Metode
1. Ceramah
2. Tanya Jawab / Diskusi
F. Setting Tempat
: Penyuluh
: Peserta

G. Media dan Alat Bantu Penyuluhan


1. Leaflet/lembar balik

H. Kegiatanpenyuluhan
Tahap Kegiatan penyuluhan Kegiatan Audiens
kegiatan
dan waktu
Pendahulua 1. Mengucapkan salam. 1. Menjawab salam.
n (5 menit) 2. Memperkenalkan diri 2. Mendengarkan dan
3. Menjelaskan topik dan tujuan penyuluhan memperhatikan.
yang akan dicapai. 3. Mendengarkan dan
4. Membuat kontrak waktu. memperhatikan.
5. Menggali pengetahuan lansia tentang 4. Menyetujui kontrak.
rheumatoid arthritis 5. Menjawab

Penyajian 1. Menjelaskan pengertian Rheumatoid 1. Mendengarkan dan


(35 menit) Arthritis memperhatikan.
2. Menjelaskan penyebab Rheumatoid 2. Mendengarkan dan
Arthritis memperhatikan.
3. Menjelaskan tanda dan gejala 3. Mendengarkan dan
Rheumatoid Arthritis memperhatikan.
4. Menjelaskan pemeriksaan penunjang 4. Mendengarkan dan
yang harus dilakukan untuk mendeteksi memperhatikan.
Rheumatoid Arthritis 5. Mendengarkan dan
5. Menjelaskan penatalaksanaan dan cara memperhatikan.
perawatan Rheumatoid Arthritis 6. Mendengarkan
6. Memberi reinforcement positif kepada 7. Bertanya.
lansia
7. Memberi kesempatan untuk bertanya
kepada lansia

Penutup 1. Mengajukan pertanyaan pada lansia untuk 1. Menjawab pertanyaan.


(5 menit) mengevaluasi hasil pemahaman. 2. Mendengarkan dan
2. Memberikan reinforcement positif atas memperhatikan.
pendapat lansia 3. Mendengarkan dan
3. Menyimpulkan materi memperhatikan.
4. Memberikan salam penutup. 4. Menjawab salam.

6. Materi ( Terlampir)

7. KriteriaEvaluasi
a. EvaluasiStruktur
1. Audiens dapat mengikuti kegiatan sesuai rencana.
2. Alat yang dibutuhkan tersedia sesuai rencana.
b. Evaluasi Proses
1. Pelaksanaan sesuai rencana.
2. Audiens berpartisipasi aktif selama kegiatan.
c. Evaluasi Hasil
a) 95% dapat menyebutkan apa itu Rheumatoid Arthritis
b) 95% dapat menyebutkan penyebab Rheumatoid Arthritis
c) 95% dapat menyebutkan tanda dan gejala Rheumatoid Arthritis
d) 95% dapat menyebutkan penatalaksanaan dan cara perawatan
Rheumatoid Arthritis

8. Penutup
Demikianlah Satuan Acara Penyuluhan ini dibuat agar dapat dilaksanakan
dengan baik, kami menyadari SAP ini jauh dari sempurna, maka dari itu kami
mohon kritik dan saran demi perbaikan di masa yang akan datang.

Jambi, April 2020


Penyuluh
MATERI PENYULUHAN
RHEUMATOID ARTHRITIS (RA)
A. Pengertian
Kata arthritis berasal dari bahasa Yunani, “arthon” yang berarti sendi,
dan “itis” yang berarti peradangan. Secara harfiah, arthritis berarti radang
pada sendi. Sedangkan Rheumatoid Arthritis adalah suatu penyakit autoimun
dimana persendian (biasanya tangan dan kaki) mengalami peradangan,
sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan seringkali menyebabkan kerusakan
pada bagian dalam sendi (Febriana,2015)

B. Penyebab (Etiologi)
Penyebab Artritis Rhemathoid masih belum diketahui. Faktor genetik dan
beberapa faktor lingkungan telah lama diduga berperan dalam timbulnya
penyakit ini (Nugroho, 2012).
Faktor risiko yang berhubungan dengan peningkatan kasus Rheumatoid
Arthritis dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Tidak Dapat Dimodifikasi
1. Faktor genetik
Faktor genetik berperan 50% hingga 60% dalam perkembangan
rheumatoid arthritis. Beberapa ahli menyebutkan bahwa hal ini
disebabkan adanya gen-gen. Namun, tidak semua orang dengan gen ini
pasti akan terkena RA. Sebab, ada faktor-faktor pemicu yang berperan
terhadap kejadian RA. Maka, ada kemungkinan bahwa RA dapat
diturunkan dalam garis keluarga. Ada 4 gen yang memiliki keterkaitan
dengan rheumatoid arthritis , sebagai berikut:
1) HLA (Human Leukocyte Antigens) gen ini paling signifikan dalam
mengembangkan RA, terutama gen HLA-DRB1.
2) STAT4 adalah gen yng mengatur dan mengaktifkan system
kekebalan tubuh
3) TRAF1/C5 adalah gen yang menyebabkan peradangan kronis pada
tubuh
4) PTPN22 (Protein Tyrosine Phosphatase Non-receptor 22) adalah
gen yang paling dikaitkan dengan muncunya penyakit RA dan
perkembangan penyakit autoimun lainnya.
2. Usia
Rheumatoid arthritis biasanya timbul antara usia 40-60 tahun.
Namun penyakit ini juga dapat terjadi pada dewasa tua dan anak-anak
(Rheumatoid Arthritis Juvenil). Prevalensi dan beratnya RA semakin
meningkat dengan bertambahnya usia.
3. Jenis kelamin
Rheumatoid arthritis lebih sering pada perempuan dibanding laki-laki.
Meskipun mekanisme yang terkait jenis kelamin masih belum jelas.
Perbedaan pada hormon seks kemungkinan memiliki pengaruh.
b. Dapat Dimodifikasi
1. Gaya hidup
Merokok berhubungan dengan produksi dari rheumatoid factor (RF).
Merokok juga berhubungan dengan gen ACPA-positif RA dimana
perokok menjadi 10 hingga 40 kali lebih tinggi dibandingkan bukan
perokok. Banyaknya isu terkait faktor risiko RA salah satunya adalah
makanan. Sebuah penelitian menyebutkan daging merah dapat
meningkatkan risiko RA sedangkan buah-buahan dan minyak ikan
memproteksi kejadian RA. Jenis pekerjaan yang meningkatkan risiko
RA adalah petani, pertambangan, dan yang terpapar dengan banyak zat
kimia.
2. Faktor hormonal
Pada perempuan dengan sindrom polikistik ovari, siklus menstruasi
ireguler, dan menarche usia sangat muda.
3. Risiko RA meningkat pada obesitas atau yang memiliki IMT > 30

C. Tanda dan gejala


Gejala rheumatoid arthritis tergantung pada tingkat peradangan jaringan.
Ketika jaringan tubuh meradang, penyakit ini akan kambuh. Ketika jaringan
berhenti meradang, penyakit ini tidak akan kambuh. Ketika RA kambuh gejala
dapat termasuk kelelahan, kehilangan energi, kekurangan nafsu makan,
demam, nyeri otot dan sendi serta kekakuan. Otot dan kekakuan sendi
biasanya paling sering di pagi hari. Rasa nyeri, pembengkakan, panas,
eritemia dan gangguan fungsi merupakan klinis yang klasik untuk Reumatoid
Arthritis (Smeltzer & Bare, 2002).
Adapun tanda dan gejala yang umum ditemukan, yaitu (Buffer,2010):
sendi terasa nyeri dan kaku pada pagi hari, bermula sakit dan kekakuan pada
daerah lutut, bahu, siku, pergelangan tangan dan kaki, juga jari-jari, mulai
terlihat bengkak setelah beberapa bulan, bila diraba akan terasa hangat, terjadi
kemerahan dan terasa sakit atau nyeri, bila sudah tidak tertahan dapat
menyebabkan demam, dapat terjadi berulang.

D. Pencegahan dan Penanganan Pada Rheumatoid Arthritis


a. Pencegahan
Etiologi untuk penyakit RA ini belum diketahui secara pasti, namun
berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya, ada beberapa hal yang
dapat dilakukan untuk menekan faktor risiko:
1) Membiasakan berjemur di bawah sinar matahari pagi untuk
mengurangi risiko peradangan oleh RA.
2) Melakukan peregangan setiap pagi untuk memperkuat otot sendi.
Gerakan-gerakan yang dapat dilakukan antara lain, jongkok-bangun,
menarik kaki ke belakang pantat, ataupun gerakan untuk melatih otot
lainnya. Bila mungkin, aerobik juga dapat dilakukan.
3) Menjaga berat badan. Jika orang semakin gemuk, lutut akan bekerja
lebih berat untuk menyangga tubuh. Mengontrol berat badan dengan
diet makanan dan olahraga dapat mengurang risiko.
4) Mengonsumsi makanan kaya kalsium seperti almond, kacang polong,
jeruk, bayam, buncis, sarden, yoghurt, dan susu skim. Selain itu
vitamin A,C, D, E dan antioksidan mampu mencegah inflamasi.
5) Memenuhi kebutuhan air tubuh. Cairan synovial atau cairan pelumas
pada sendi juga terdiri dari air. Dengan demikian diharapkan
mengkonsumsi air dalam jumlah yang cukup dapat memaksimalkan
sisem bantalan sendi yang melumasi antar sendi, sehingga gesekan
bisa terhindarkan (Candra, 2013)
6) Berdasarkan sejumlah penelitian sebelumnya, ditemukan bahwa
merokok merupakan faktor risiko terjadinya RA. Sehingga salah satu
upaya pencegahan RA yang bisa dilakukan masyarakat ialah tidak
menjadi perokok akif maupun pasif. (Febriana, 2015).
b. Penanganan
Langkah pertama dari program penatalaksanaan arthritis
rheomatoid adalah memberikan pendidikan kesehatan yang cukup
tentang penyakit kepada klien dan keluarganya. Penyakit ini
menyebabkan banyak keluhan yang diderita oleh pasien diantaranya
nyeri yang dapat menyerang lutut, pergelangan tangan, kaki, dan
diberbagai persendian lainnya. Teknik non-farmakologi yang dapat
digunakan untuk menghilangkan nyeri pada penderita rematik
diantaranya yaitu dengan massage kutenus atau pijat, kompres hangat,
teknik relaksasi dan istirahat. Tindakan non-farmakologi itu dapat
dilakukan sendiri dirumah dan caranya sederhana. Selain itu tindakan
non-farmakologi dapat digunakan sebagai pertolongan pertama ketika
nyeri menyerang (Wenni, 2002). Sebelum melakukan kompres hangat
lansia bisa mengatur posisi senyaman mungkin, penggunaan panas
mempunyai keuntungan meningkatkan aliran darah ke suatu area dan
memungkinkan dapat turut menurunkan nyeri. Panas lembab dapat
menghilangkan kekakuan pada pagi hari akibat Reumatoid arthritis
(Smeltzer, 2001)
Penderita arthritis rheomatoid tidak memerlukan diet khusus,
prinsip umum untuk memperoleh diet seimbang sangat penting.
Pengaturan berat badan dan aktivitas klien haruslah seimbang karena
biasanya klien akan mudah menjadi terlalu gemuk disebabkan aktivitas
klien dengan penyakit ini relatif rendah. Namun, bagian yang penting
dari seluruh program penatalaksanaan adalah pemberian obat. Obat-obat
dipakai untuk mengurangi nyeri, meredakan peradangan, dan untuk
mengubah perjalanan penyakit. Obat utama pada arthritis rheomatoid
adalah obat-obatan antiinflamasi nonsteroid (NSAID) yang dierikan
untuk meguranggi nyeri sendi akibat inflamasi. NSAID yang dapat
diberikan anatara lain : aspirin, ibuprofen, peroksikam. Tujuan utama
dari program pengobatan adalah untuk menghilangkan nyeri dari
peradangan, mempertahankan fungsi sendi dan kemampuan maksimal
dari klien, serta mencegah dan atau memperbaiki deformitas yang terjadi
pada sendi. Penatalaksanaan yang sengaja dirancang untuk mencapai
tujuan-tujuan itu meliputi pendidikan, istirahat, latihan fisik, dan
termoterapi, gizi, serta obat-obatan.

DAFTAR PUSTAKA

Febriana (2015). Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Rheumatoid Arthritis


Ankle Billateral Di RSUD Saras Husada Purworejo. Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta

Nugroho Taufan.(2012). Luka Bakar dan Artritis Rhemathoid. Yogyakarta: Nume

Smeltzer S.C.,Bare B.G. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Volume
3 Edisi 8. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai