STASE GERONTIK
Dosen Pembimbing :
Ns. Luri Mekeama, S.Kep, M.Kep
Disusun Oleh :
Aisya Rahmadhanty
(G1B219008)
A. LatarBelakang
Penyakit reumatik adalah penyakit yang menyerang persendian dan
struktur di sekitarnya yang terdiri lebih dari 100 jenis. Salah satu jenis dari
penyakit reumatik adalah Rheumatoid Arthritis (Nainggolan,2009).
Rheumatoid Arthritis (RA) adalah penyakit autoimun progresif dengan
inflamasi kronik yang menyerang sistem muskuloskeletal namun dapat
melibatkan organ dan sistem tubuh secara keseluruhan, yang ditandai dengan
pembengkakan, nyeri sendi serta destruksi jaringan sinovial yang disertai
gangguan pergerakan diikuti dengan kematian prematur (Mclnnes,201).
Data epidemiologi di Indonesia tentang penyakit RA dari Poliklinik
Reumatologi RSCM Jakarta menunjukkan bahwa jumlah kunjungan
penderita RA selama periode Januari sampai Juni 2007 sebanyak 203 dari
jumlah seluruh kunjungan sebanyak 1.346 pasien. Nainggolan (2009)
memaparkan bahwa provinsi Bali memiliki prevalensi penyakit rematik di
atas angka nasional yaitu 32,6%. Walaupun penyebab RA masih belum
diketahui secara pasti, namun banyak faktor risiko yang dapat meningkatkan
angka kejadian RA. Diantaranya adalah faktor genetik, usia lanjut, jenis
kelamin perempuan, faktor sosial ekonomi, faktor hormonal, etnis, dan faktor
lingkungan seperti merokok, infeksi, faktor diet, polutan, dan urbanisasi
(Tobon et al,2009).
Banyak penyakit degeneratif yang onsetnya dimulai sejak usia
pertengahan menyebabkan produktifitas masyarakat menurun dan masa lansia
di kemudian hari menjadi kurang berkualitas. Salah satu penyakit tersebut
adalah Rheumatoid Arthritis, dimana proses patologi imunologinya terjadi
beberapa tahun sebelum muncul gejala klinis. Walaupun angka kejadian RA
banyak terjadi pada lansia namun tidak menutup kemungkinan proses
patologi telah terjadi seiring peningkatan usia dan adanya berbagai faktor
risiko yang saling berkaitan. Banyak upaya yang dapat dilakukan guna
mencegah terjadinya RA dan memberikan pengobatan secara cepat dan tepat
bagi yang telah terdiagnosis salah satunya dengan melakukan deteksi dini
pada masyarakat usia dewasa. Penatalaksanaan yang sengaja dirancang untuk
mencapai tujuan-tujuan itu meliputi Pendidikan Kesehatan terhadap lansia
dan keluarga, mengajarkan latihan fisik pada lansia, mencukupi lansia dengan
gizi seimbang, serta menggunakan obat-obatan dalam meredakan rasa nyeri.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan tentang Rheumatoid Arthritis
selama 30 menit, sasaran mampu memahami tentang bagaimana
penyakit Rheumatoid Arthritis serta perawatannya.
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan peserta mampu:
a. Memahami pengertian Rheumatoid Arthritis
b. Memahami penyebab Rheumatoid Arthritis
c. Memahami tanda dan gejala Rheumatoid Arthritis
d. Memahami penatalaksanaan dan cara perawatan Rheumatoid
Arthritis
C. Sasaran
Sasaran dari penyuluhan ini adalah lansia, Tn.I dan keluarga Tn.I
E. Metode
1. Ceramah
2. Tanya Jawab / Diskusi
F. Setting Tempat
: Penyuluh
: Peserta
H. Kegiatanpenyuluhan
Tahap Kegiatan penyuluhan Kegiatan Audiens
kegiatan
dan waktu
Pendahulua 1. Mengucapkan salam. 1. Menjawab salam.
n (5 menit) 2. Memperkenalkan diri 2. Mendengarkan dan
3. Menjelaskan topik dan tujuan penyuluhan memperhatikan.
yang akan dicapai. 3. Mendengarkan dan
4. Membuat kontrak waktu. memperhatikan.
5. Menggali pengetahuan lansia tentang 4. Menyetujui kontrak.
rheumatoid arthritis 5. Menjawab
6. Materi ( Terlampir)
7. KriteriaEvaluasi
a. EvaluasiStruktur
1. Audiens dapat mengikuti kegiatan sesuai rencana.
2. Alat yang dibutuhkan tersedia sesuai rencana.
b. Evaluasi Proses
1. Pelaksanaan sesuai rencana.
2. Audiens berpartisipasi aktif selama kegiatan.
c. Evaluasi Hasil
a) 95% dapat menyebutkan apa itu Rheumatoid Arthritis
b) 95% dapat menyebutkan penyebab Rheumatoid Arthritis
c) 95% dapat menyebutkan tanda dan gejala Rheumatoid Arthritis
d) 95% dapat menyebutkan penatalaksanaan dan cara perawatan
Rheumatoid Arthritis
8. Penutup
Demikianlah Satuan Acara Penyuluhan ini dibuat agar dapat dilaksanakan
dengan baik, kami menyadari SAP ini jauh dari sempurna, maka dari itu kami
mohon kritik dan saran demi perbaikan di masa yang akan datang.
B. Penyebab (Etiologi)
Penyebab Artritis Rhemathoid masih belum diketahui. Faktor genetik dan
beberapa faktor lingkungan telah lama diduga berperan dalam timbulnya
penyakit ini (Nugroho, 2012).
Faktor risiko yang berhubungan dengan peningkatan kasus Rheumatoid
Arthritis dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Tidak Dapat Dimodifikasi
1. Faktor genetik
Faktor genetik berperan 50% hingga 60% dalam perkembangan
rheumatoid arthritis. Beberapa ahli menyebutkan bahwa hal ini
disebabkan adanya gen-gen. Namun, tidak semua orang dengan gen ini
pasti akan terkena RA. Sebab, ada faktor-faktor pemicu yang berperan
terhadap kejadian RA. Maka, ada kemungkinan bahwa RA dapat
diturunkan dalam garis keluarga. Ada 4 gen yang memiliki keterkaitan
dengan rheumatoid arthritis , sebagai berikut:
1) HLA (Human Leukocyte Antigens) gen ini paling signifikan dalam
mengembangkan RA, terutama gen HLA-DRB1.
2) STAT4 adalah gen yng mengatur dan mengaktifkan system
kekebalan tubuh
3) TRAF1/C5 adalah gen yang menyebabkan peradangan kronis pada
tubuh
4) PTPN22 (Protein Tyrosine Phosphatase Non-receptor 22) adalah
gen yang paling dikaitkan dengan muncunya penyakit RA dan
perkembangan penyakit autoimun lainnya.
2. Usia
Rheumatoid arthritis biasanya timbul antara usia 40-60 tahun.
Namun penyakit ini juga dapat terjadi pada dewasa tua dan anak-anak
(Rheumatoid Arthritis Juvenil). Prevalensi dan beratnya RA semakin
meningkat dengan bertambahnya usia.
3. Jenis kelamin
Rheumatoid arthritis lebih sering pada perempuan dibanding laki-laki.
Meskipun mekanisme yang terkait jenis kelamin masih belum jelas.
Perbedaan pada hormon seks kemungkinan memiliki pengaruh.
b. Dapat Dimodifikasi
1. Gaya hidup
Merokok berhubungan dengan produksi dari rheumatoid factor (RF).
Merokok juga berhubungan dengan gen ACPA-positif RA dimana
perokok menjadi 10 hingga 40 kali lebih tinggi dibandingkan bukan
perokok. Banyaknya isu terkait faktor risiko RA salah satunya adalah
makanan. Sebuah penelitian menyebutkan daging merah dapat
meningkatkan risiko RA sedangkan buah-buahan dan minyak ikan
memproteksi kejadian RA. Jenis pekerjaan yang meningkatkan risiko
RA adalah petani, pertambangan, dan yang terpapar dengan banyak zat
kimia.
2. Faktor hormonal
Pada perempuan dengan sindrom polikistik ovari, siklus menstruasi
ireguler, dan menarche usia sangat muda.
3. Risiko RA meningkat pada obesitas atau yang memiliki IMT > 30
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer S.C.,Bare B.G. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Volume
3 Edisi 8. Jakarta: EGC