Anda di halaman 1dari 27

EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN KERSEN (Muntingia

calabura L.) TERHADAP KADAR GULA DARAH


PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE II
DI DESA DARUNGAN KECAMATAN PARE
KABUPATEN KEDIRI

SKRIPSI

Untuk memenuhi Persyaratan


Memeperoleh Gelar Sarjana Keperawatan

Oleh :

ERINDA CIPTA AMINDARI


NIM. 201601035

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES KARYA HUSADA KEDIRI
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Diabetes adalah the silent killer karena hampir sepertiga orang dengan
diabetes tidak mengetahui mereka merupakan penderita diabetes mellitus,
padahal ika kita melihat tanda-tanda awal dari diabetes mellitus itu sendiri
dengan adanya polidipsi, polifagi, poliuri, itu merupakan tanda awal yang harus
diketahui oleh masyarakat awam (Tandra 2007).
Namun Kenyataannya masyarakat meremehkan bahkan tidak
mentahui tanda dan gejala awal diabetes mellitus itu sendiri sehingga membuat
penanganan akan terlambat. Biasanya mereka memeriksakan diri ke Puskesmas
ataupun Rumah Sakit telah mendertita diabetes. Sehingga penyakit tersebut
telah berkembang ke arah komplikasi.
Menurut WHO pada tahun 2015 penderita diabetes di dunia mencapai
415 juta orang dewasa penderita diabetes. Hampir 80% penderita diabetes
berasal dari negara berkembang dan berpenghasilan rendah dan menengah.
Persentase orang dewasa dengan diabetes adalah 8,5% yang artinya 1 diantara
11 orang dewasa adalah penyandang diabetes.
Penderita diabetes di Indonesia mengalami kenaikan yang cukup signifikan.
Para penderitanya tidak hanya kalangan lansia namun juga kalangan yang
masih produktif. Prevalensi diabetes mellitus berdasarkan diagnose dokter 1,5%
dan 0,4% dan diabetes mellitus berdasarkan diagnosis atau gejala sebesar 2,1
%. Prevalensi pada wanita cenderung lebih tinggi dari pada pria
(Riskesdas,2013).
Diabetes mellitus tipe 2 terdapat dua penyebab yang berhubungan dengan
insulin, yaitu resistensi insulin dengan gangguan sekresi insulin(Price,2006).
Hormon insulin ini berfungsi sebagai pengatur keseimbangan kadar gula dalam
darah sebagai akibat dari gangguan produksi hormon insulin akan terjadi
kenaikan kadar gula darah diatas normal (Em yunir dalam AW Sudoyono ,
setiyohadi, Alwi, Simadibrata, Setiati, 2007).
Penderita diabetes mellitus defisiensi atau resistensi hormon insulin
menyebabkan kadar gula darah menjadi tinggi karena menurunnya pengambilan
glukosa oleh jaringan otot tidak mendapatkan energi dari glukosadan memuat
alternatif dengan membakar lemak dan protein. Sehingga memunculkan gejala
seperti lemas, letih, selalu haus, mudah lapar, sering kencing, dan pandangan
kabur (Ghoffar, 2011). Apabila kadar gula darah dalam tubuh tidak terkendali
mka dapat mengakibatkan terjadinya komplikasi seperti retinopati, neuropati,
dan nefropati (Black&Hawks, 2014).
Cara mengatasi peningkatan jumlah penderita diabetes mellitus ini yang paling
tepat adalah dengan cara pencegahan secara primer, sekunder, dan tersier
(Perkeni, 2011). Untuk penanganan diabetes mellitus bisa dilakukan dengan
cara farmakologi dan non farmakalogi. Salah satu contohnya yaitu olahraga
aerobik, diit rendah gula, kurangi berat badan, dan menggunakan obat
tradisional atau herbal yaitu suatu proses penyembuhan dengan ramuan
tanaman yang berkhasiat sebagai obat (Soegondo, 2008). Dengan pengobatan
secara non farmakologis penderita diabetes ini dapat menggunakan ekstrak
daun kersen (Muntingia Calabura L).
Daun kersen memiliki kandungan kimia tanin yang berfungsi sebagai
antiseptik, saponin berfungsi sebagai antimikroba, dan flavonoid sebagai
antioksidan (Prasetyo, 2014). Mekanisme daun kersen sebagai antidiabetes
yaitu daun kersen memiliki kandungan flavonoid yang dapat menstabilkan gula
darah meliputi stimulasi glikolisis langsung pada jaringan perifer dengan
peningkatan pengeluaran glukosa dari darah, mengurangi glukoneogenesis pada
hati, memperlambat absorbsi glukosa dari darah, pengurangan kadar glukagon
dalam plasma dan meningkatkan produksi insulin pada reseptor insulin selain
itu flavonoid ini bertindak langsung untuk menstimulus sel β yang ada untuk
melepaskan insulin atau penyerapan glukosa. Flavonoid ini memiliki
kandungan 0,5%/gram daun kersen (Muntingia Calabura L) yang dapat
meningkatkan enzim antioksidan sehingga defisiensi insulin dapat teratasi
(Sridar et,al, 2011).
Berdasarkan uraian diatas membuat peneliti ingin melakukan penelitian tentang
efektifitas ekstrak daun kersen (Muntiingia Calabura L) terhadap kadar gula
darah pada pasien diabetes mellitus tipe II di Desa Darungan Kecamatan Pare
Kabupaten Kediri.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat ditarik rumusan masalah yaitu
bagaimana efektivitas daun kersen terhadap kadar gula darah pada pasien
Diabetes Mellitus tipe 2 di Desa Darungan, Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Menganalisis efektivitas daun kersen terhadap penderita
Diabetes Mellitus tipe 2 di Desa Darungan, Kecamatan Pare, Kabupaten
Kediri.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mengetahui karakteristik subjek penelitian
Mengetahui besar prevalensi penderita Diabetes Mellitus di Desa
Darungan, Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri.
b. Mengidentifikasi kadar gula darah sebelum pemberian ekstrak daun
kersen (Muntingia Calabura L) pada pasien diabetes tipe II.
c. Mengidentifikasi kadar gula darah sesudah pemberian ekstrak daun
kersen (Muntingia Calabura L) pada pasien diabetes tipe II.
d. Mengetahui efek ekstrak daun kersen terhadap kadar gula darah
pada pasien Diabetes Mellitus.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan tentang daun kersen (Muntingia Calabura L)
yang dapat menurunkan kadar gula darah pada pasien diabetes tipe II
1.4.2 Bagi Institusi
Mengembangkan penelitian tentang obat tradisional yaitu daun kersen
(Muntingia Calabura L) sebagai penurun kadar gula darah pada pasien
diabetes mellitus tipe II sehingga dapat meningkatkan asuhan
keperawatan
1.4.3 Bagi Masyarakat
Masyarakan mendapatkan informasi dan alternatif dalam menurunkan
kadar gula darah pada pasien diabetes mellitus tipe II selain obat-
obattan.
1.5 Relevansi
Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit yang banyak diderita
oleh masyarakat Indonesia. Penderitanyapun setiap tahun meningkat dan akan
meningkat pada tahun 2030. Penatalaksanaan diabetes mellitus dapat dilakukan
pengelolaan yang baik. Tujuan secara umum yaitu meningkatkan kualitas hidup
penderita diabetes mellitus (PERKENI, 2011). Pengetahuan tentang
pemantauan tanda, gejala dan diit secara mandiri sangat penting diketahui oleh
masyarakat. Karena pengaturan gula darah secara normal glukosa darah
merupakan satu-satunys bahan makanan yang dapat digunakan oleh otak,
retina, epitel, germinal gonad dalam jumlah yang cukup untuk menyuplai
jaringan tersebut secara optimal. Oleh karena itu konsentrasi gula datah di
dalam tubuh harus dipertahankan dalam batas normal (Guyton, 2008).
Penggunaan obat tradisional dalam pemeliharaan kesehatan masyarakan sering
dilakukan. Tanaman obat yang dapat digunakan sebagai alternatif pengobatan
pada pasien diabetes mellitus adalah kersen (Mutingia Calabura L) karena
tanaman tersebut memiliki kandungan antidiabetes, antiseptik, anti mikroba,
anti inflamasi, antipiretik, dan anti diuretik. Daun kersen ini memiliki peran
dalam medikal bedah khususnya dalam menurunkan kadar gula dalam darah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kersen (Muntingia calabura L.)


2.1.1 Definisi Kersen
Keres atau Kersen adalah sebuah tanaman berbuah kecil yang berwarna
merah apabilah telah matang. Tanaman ini banyak disukai oleh anak-
anak Indonesia. Pohon ini bisa mencapai 12m, dengan cabang-cabang
mendatar dan menggantung diujungnya membentuk naungan yang
rindang. Pada ranting dan daunnya memiliki rambut halus bercampur
dengan kelenjar. Tanaman ini selalu hijau, berbunga dan berbuah
sepanjang tahun.
Daunnya tidak simetris dengan tulang daun menyirip dan tepi bergerigi.
Pada ketiak agak disebelah tumbuhnya daun muncullah bungan yang
terdiri dari 1-3 (-5) kuntum, tangkainya panjang, berkelamin 2 dan
berbilangan 5. Kelopak terbagi dalam, taju meruncing bentuk benang,
berambut halus, mahkota bertepi rata, berbentuk bundar telur terbalik,
putih tipis, gundul. Benang sari berjumlah 10 hingga lebih dari 100
helai. Bunga yang mekar menonjol keluar, keatas helai-helai daun,
namun setelah menjadi buah menggantung kebawah, tersembunyi dalam
helai daun. Umumnya hanya 1-2 bunga yang menjadi buah dalam tiap
berkasnya. Buah berdiameter hingga 1,5 cm berbentuk seperti ceri,
berwarna hijau saat muda dan memerah saat tua.
2.1.2 Klasifikasi Kersen

Tabel 2.1 Klasifikasi Daun Kersen


Kingdom Plantae
Subkingdom Trachebionta
Super Divisi Spermatophyta
Division Magnoliophyta
Class Magnoliopsida
Subclass Dilleniidae
Order Malvales
Family Elaeocarpaceace
Genus Muntingia L
Species Muntingia calabura L

2.1.3 Aktivitas Biologis Daun Kersen


Tanaman kersen (Mutingia Calabura L) t memiliki kandungan
antidiabetes, antiseptik, anti mikroba, anti inflamasi, antipiretik, dan anti
diuretik yang dapat digunakan sebagai obat tradisional.
2.1.4 Morfologi Daun Kersen

Jenis Daun Tunggal


Petioles Berbentuk silinder, pangkal
menebal
Bentuk dan ukuran Bentuk benang, panjang=6-10 cm
Margofolii Bergerigi(Serrratus)
Basis folii Berlekuk (Labatus)
Apex folii Meruncing (Acuminatus)
Permukaan Daun
Warna Hijau muda
Tekstur Atas: halus Bawah: Kasar
Intervenum Papyraceus
2.1.5 Bagian tanaman yang digunakan
Bagian tanaman yang digunakan menurut kegunaan dan pemanfaatan
sebagai obat tradisonal adalah bagian daun dan buah (Hidayat, 2015).
2.1.6 Kandungan Kimia Daun Kersen
Daun kersen memiliki kandungan tanin, flavonoid dan saponin. Tanin
yang berfungsi sebagai antiseptik, saponin berfungsi sebagai
antimikroba, dan flavonoid sebagai antioksidan (Prasetyo, 2014).
2.1.7 Mekanisme Kerja Daun Kersen Terhadap Penurunan Gula Darah
Mekanisme daun kersen sebagai antidiabetes yaitu daun kersen
memiliki kandungan flavonoid yang dapat menstabilkan gula darah
meliputi stimulasi glikolisis langsung pada jaringan perifer dengan
peningkatan pengeluaran glukosa dari darah, mengurangi
glukoneogenesis pada hati, memperlambat absorbsi glukosa dari darah,
pengurangan kadar glukagon dalam plasma dan meningkatkan produksi
insulin pada reseptor insulin selain itu flavonoid ini bertindak langsung
untuk menstimulus sel β yang ada untuk melepaskan insulin atau
penyerapan glukosa. Flavonoid ini memiliki kandungan 0,5%/gram
daun kersen (Muntingia Calabura L) yang dapat meningkatkan enzim
antioksidan sehingga defisiensi insulin dapat teratasi (Sridar et,al, 2011).

2.1.8 Khasiat dan cara penggunaan daun kersen


1. Diabetes Mellitus dan Kolesterol
Ekstrak daun kering 2-5gr daun keres diseduh dalam 200ml air
panas seperti menyeduh teh (Hidayat, 2015).
2. Hipertensi
Daun kersen dijemur lalu diseduh dengan air diminum sehari 2 kali
(Hidayat, 2015).
3. Kolesteroldaun keres sebanyak 1-2 genggam direbus dengan 3 gelas
air hingga tersisa 1 gelas air diminum 3x sehari (Hidayat, 2015).
2.2 Konsep Kadar Glukosa Darah
2.2.1 Definisi Glukosa Darah
Glukosa darah adalah monosakarida dan unit kimia kompleks,
disakarida dan polisakarida. Karbohidrat yang telah masuk kedalam
tubuh dan dicerna menjadi monosakarida dan diabsorbsi terutama dalam
duedonum dan jeujenum proximal. Sesudah diabsorbsi kadar gula darah
akan meningkat untuk sementara waktu dan akhirnya kembali normal
(Price&Wilson, 2006).
2.2.2 Metabolisme Glukosa Darah
Metabolisme adalah segala proses reaksi kimia yang terjadi didalam
makhluk hidup. Prosesmya yang lengkap dan komplit sangat
terkoodinatif melibatkan banyak enzim didalamnya sehingga terjadi
bertukaran bahan dan energi. Adapun metabolisme yang mempengaruhi
glukosa dalam tubuh yaitu:
1. Metabolisme Karbohidrat
Karbohidrat bertanggung jawab penting atas sebagian besar
intakemakanan sehari-hari dan sebagian karbohidrat akan berubah
menjadi lemak. Karbohidrat dalam makanan terutama adalah
polimer hexosa dan yang terpenting glukosa, laktosa, fruktosa, dan
galaktosa. Kebanyakan monosakarida dalam tubuh berada dalam
bentuk D-isomer yang menghasilkan glukosa (Ganong, 2009).
2. Metbolisme Gula Darah
Setelah gula darah diserap oleh dinding usus akan masuk dalam
aliran darah masuk ke hati, dan disintesis menghasilkan glikogen
kemudian dioksidasi mencadi CO2 dan H2O atau dilepaskan untuk
dibawa oleh aliran darah kedalam sel tubuh yang memerlukannya.
2.2.3 Tes Toleransi Glukosa
Terdapat berbagai cara dalam menguji kadar glukosa dalam darah salah
satunya yaitu dengan mengambil darah perifer pasien. Pengukuran kadar
glukosa darah ini dilakukan tepat sesudah pembebanan glukosa adalah
glukosa plasma 2 jam PP, toleransi glukosa, tes toleransi kortison
glukosa (Price&Wilson, 2006).
2.3 Konsep Diabetes Mellitus
2.3.1 Pengertian Diabetes Mellitus
Diabetes mellitus adalah gangguan metabolisme kronis yang
ditandai dengan metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak yang
abnormal akibat kegagalan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya.
Diabetes Melllitus adalah gangguan metabolisme karbohidrat kronik dan
selanjutnya terjadi perubahan metabolisme protein dan lemak (Buss,
2013).
2.3.2 Klasifikasi
American Diabetes Association (ADA) mencatat ada beberapa
klasifikasi DM sebagai berikut:
1. DM Type 1 melalui proses imunologik dan idiopatik
2. DM Type 2 bervariasi mulai yang predominan resistensi insulin
disertai defisiensi insulin relatif sampai yang predominan gangguan
sekresi insulin bersama resistensi insulin
3. DM Type yang lain merupakan efek genetik fungsi sel beta, efek
genetik kerja insulin, penyakit eksokrin pankreas, endokrinopati,
obat/zat kimia, infeksi, imunologi dan syndrom genetik lain.
4. DM Gestasional
2.3.3 Etiologi
Penyebab dari berbagai type diabetes mellitus itu berbeda. Berikut
adalah penyebabnya:
1. Diabetes Mellitus type 1
Penyebabnya adalah proses autoimun yang dicetuskan oleh faktor-
faktor lingkungan atau viral dan idiopatik ( tidak ada tanda proses
autoimun.
2. Diabetes Mellitus type 2
Penyebabnya adalah kelelahan sel beta yang disebabkan oleh
kebiasaan gaya hidup atau faktor herediter.
3. Diabetes Gestasional
Penyebabnya adalah intoleransi glukosa, kemungkinan suatu
kombinasi resistensi insulin dengan gangguan sekresi insulin, yang
terjadi selama kehamilan.
2.3.4 Gejala Klinik
1. Poliuria (sering buang air kecil)
2. Polidipsia (sering haus)
3. Polifagia (mudah lapar)

Gejala lain :
1. Penurunan berat badan
2. Nyeri Kepala
3. Kram otot
4. Penglihatan kabur
5. Hemiplegia
6. Hemiparesis
2.3.5 Faktor Resiko
1. Diabetes type 1
a. Gangguan autoimun (penyakit addison, penyakit seliak,
autoimunitas tirod, anemia pernisiosa)
b. Riwayat keluarga
c. Etnisitas (Kulit hitam, Hispanik, Asia, atau asli Amerika)
2.3.6 Patofisiologis

1) Patofisiologi diabetes tipe 1


Pada DM tipe 1, sistem imunitas menyerang dan menghancurkan sel yang
memproduksi insulin beta pankreas (ADA, 2014). Kondisi tersebut
merupakan penyakit autoimun yang ditandai dengan ditemukannya anti
insulin atau antibodi sel anti islet dalam darah (WHO, 2014). National
Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases (NIDDK) tahun
2014 menyatakan bahwa autoimun menyebabkan infiltrasi limfositik dan
kehancuran islet pankreas. Kehancuran memakan waktu tetapi timbulnya
penyakit ini cepat dan dapat terjadi selama beberapa hari sampai minggu.
Akhirnya, insulin yang dibutuhkan tubuh tidak dapat terpenuhi karena adanya
kekurangan sel beta pankreas yang berfungsi memproduksi insulin. Oleh
karena itu, diabetes tipe 1 membutuhkan terapi insulin, dan tidak akan
merespon insulin yang menggunakan obat oral.
2) Patofisiologi diabetes tipe 2
Kondisi ini disebabkan oleh kekurangan insulin namun tidak mutlak. Ini
berarti bahwa tubuh tidak mampu memproduksi insulin yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan yang ditandai dengan kurangnya sel beta atau defisiensi
insulin resistensi insulin perifer (ADA, 2014). Resistensi insulin perifer berarti
terjadi kerusakan pada reseptor-reseptor insulin sehingga menyebabkan insulin
menjadi kurang efektif mengantar pesan-pesan biokimia menuju sel-sel (CDA,
2013). Dalam kebanyakan kasus diabetes tipe 2 ini, ketika obat oral gagal
untuk merangsang pelepasan insulin yang memadai, maka pemberian obat
melalui suntikan dapat menjadi alternatif.
3) Patofisiologi diabetes gestasional
Gestational diabetes terjadi ketika ada hormon antagonis insulin yang
berlebihan saat kehamilan. Hal ini menyebabkan keadaan resistensi insulin dan
glukosa tinggi pada ibu yang terkait dengan kemungkinan adanya reseptor
insulin yang rusak (NIDDK, 2014 dan ADA, 2014).
2.3.7 Komplikasi
Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit yang dapat
menimbulkan berbagai macam komplikasi, antara lain :
1) Komplikasi metabolik akut
Kompikasi metabolik akut pada penyakit diabetes melitus terdapat tiga
macam yang berhubungan dengan gangguan keseimbangan kadar glukosa
darah jangka pendek, diantaranya:
a) Hipoglikemia
Hipoglikemia (kekurangan glukosa dalam darah) timbul sebagai
komplikasi diabetes yang disebabkan karena pengobatan yang kurang tepat
(Smeltzer & Bare, 2008).
b) Ketoasidosis diabetik
Ketoasidosis diabetik (KAD) disebabkan karena kelebihan kadar
glukosa dalam darah sedangkan kadar insulin dalam tubuh sangat menurun
sehingga mengakibatkan kekacauan
metabolik yang ditandai oleh trias hiperglikemia, asidosis dan ketosis
(Soewondo, 2006).
c) Sindrom HHNK (koma hiperglikemia hiperosmoler nonketotik)
Sindrom HHNK adalah komplikasi diabetes melitus yang ditandai
dengan hiperglikemia berat dengan kadar glukosa serum lebih dari 600
mg/dl (Price & Wilson, 2006).
2) Komplikasi metabolik kronik
Komplikasi metabolik kronik pada pasien DM menurut Price & Wilson
(2006) dapat berupa kerusakan pada pembuluh darah kecil (mikrovaskuler)
dan komplikasi pada pembuluh darah besar (makrovaskuler) diantaranya:
a) Komplikasi pembuluh darah kecil (mikrovaskuler)
Komplikasi pada pembuluh darah kecil (mikrovaskuler) yaitu :
(1) Kerusakan retina mata (Retinopati)
Kerusakan retina mata (Retinopati) adalah suatu mikroangiopati
ditandai dengan kerusakan dan sumbatan pembuluh darah kecil (Pandelaki,
2009).
(2) Kerusakan ginjal (Nefropati diabetik)
Kerusakan ginjal pada pasien DM ditandai dengan albuminuria
menetap (>300 mg/24jam atau >200 ih/menit) minimal 2 kali pemeriksaan
dalam kurun waktu 3-6 bulan. Nefropati diabetik merupakan penyebab
utama terjadinya gagal ginjal terminal.
(3) Kerusakan syaraf (Neuropati diabetik)
Neuropati diabetik merupakan komplikasi yang paling sering
ditemukan pada pasien DM. Neuropati pada DM mengacau pada
sekelompok penyakit yang menyerang semua tipe saraf (Subekti, 2009).
b) Komplikasi pembuluh darah besar (makrovaskuler)
Komplikasi pada pembuluh darah besar pada pasien diabetes yaitu
stroke dan risiko jantung koroner.
(1) Penyakit jantung koroner
Komplikasi penyakit jantung koroner pada pasien DM disebabkan
karena adanya iskemia atau infark miokard yang terkadang tidak disertai
dengan nyeri dada atau disebut dengan SMI (Silent Myocardial Infarction)
(Widiastuti, 2012).
(2) Penyakit serebrovaskuler
Pasien DM berisiko 2 kali lipat dibandingkan dengan pasien non-DM
untuk terkena penyakit serebrovaskuler. Gejala yang ditimbulkan
menyerupai gejala pada komplikasi akut DM, seperti adanya keluhan
pusing atau vertigo, gangguan penglihatan, kelemahan dan bicara pelo
(Smeltzer & Bare, 2008).

2.3.8 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan diabetes mellitus adalah secara konsisten menormalkan


kadar glukosadarah dengan variasi minimum. Penelitian-penelitian erakhir
mengisyaratkan bahwamempertahankan glukosa darah senormal dan sesering
mungkin dapat mengurangi angkakesakitan dan kematian. Tujuan ini dicapai
melalui berbagai cara, yang masing-masingdisesuaikan secara individual.
1. Insulin: pengidap diabetes tipe I memerlukan terapi insulin. Tersedia
berbagai jenisinsulin dengan asal dan kemurnian yang berbeda-beda.insulin
juga berbeda-beda dalam aspek saat awitan kerja, waktu puncak kerja, dan lama
kerja. .pengidap diabetes tipe II, walaupundianggap tidak bergantung insulin,
juga dapat memperoleh manfaat dari terapi insulin. Pada pengidap diabetes tipe
II, mungkin terjadi defisiensi pelepasan insulin atau insulin yangdihasilkan
kurang efektif karena mengalami sedikit perubahan
2. Pendidikan dan kepatuhan terhadap diet: adalah komponen penting lain
pada pengobatan diabetes tipe I dan II. Rencana diet diabetes dihitung secara
individual bergantung pada kebutuhan pertumbuhan, rencana penurunan berat
(biasanya untuk pasiendiabetes tipe II), dan tingkat aktivitas. Distribusi kalori
biasanya 50-60% dari karbohidratkompleks, 20% dari protein, dan 30% dari
lemak. Diet juga mencakup serat, vitamin, danmineral. Sebagian penderita
diabetes tipe II mengalami pemulihan kadar glukosa darahmendekati normal
hanya dengan intervensi diet karena adanya peran faktor kegemukan.3.
Program Olahraga: terutama untuk pengidap diabetes tipe II, adalah intervensi
terapetik ketiga untuk diabetes mellitus. Olahraga, digabung dengan
pembatasan diet, akan mendorong penurunan berat dan dapat meningkatkan
kepekaan insulin. Untuk kedua tipe diabetes,olahraga terbukti dapat
meningkatkan pemakaian glukosa oleh sel sehingga kadar glukosadarah turun.
Olahraga juga dapat meningkatkan kepekaan sel terhadap insulin
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konseptual

Etiologi DM tipe II:

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual

3.2 Hipotesis Penelitian


Hipotesis adalah suatu pernyataan asumsi tentang hubungan antara dua atau
lebih variabel yang diharapkan bisa menjawab suatu pernyataan dalam
penelitian (Nursalam, 2013).
H1: Efektifitas ekstrak daun kersen (Muntingia Calabura L) mempengaruhi
penurunan gula darah pada penderita Diabetes Mellitus Tipe II.
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Desain Penelitian merupakan rencana penelitian yang disusun sedemikian rupa


sehingga peneliti dapat memperoleh jawaban atas pertanyaan penelitian.
Berdasarkan tujuan penelitian, penelitian ini termasuk kedalam penelitian pre
Ekperimental. Penelitian ini menggunakan rancangan One-Group pre-post test
design.sebelum diberikan intervensi semua kelompok dilakukan pengecekan
gula darah, kemudian semua kelompok diberikan ekstrak daun kersen setiap
pagi dan sore, mengukur kembali pada hari ke-3 untuk mengantisipasi
terjadinya hipoglikemia dan mengukur kadar gula darah pada hari ke-7 saat
sore hari.

Pre Test Perlakuan Post Test

O1 X O2

Tabel 4.1 Rancangan Pre-Test Post-Test Design

Keterangan :
O1: Mengidentifikasi kadar gula darah sebelum pemberian ekstrak daun kersen
X: Pemberian ekstrsk daun kersen
O2: mengidentifikasi kadar gula darah setelah diberikan ekstrak daun kersen

4.2 Kerangka Kerja


Kerangka kerja dalah konsep kerja yang dipengaruhi oleh semuan elemen
pendukung dari proses penelitian yang dilakukan (Darwis S,D, 2003).
Adapun dalam penelitian ini kerangka kerjanya adalah sebagai berikut:

Populasi pasien diabetes mellitus tipe II di Desa


Darungan Kab. Kediri. Berjumlah 30 Orang

Sampel pasien diabetes mellitus tipe II yang


memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi di Desa
Darungan Kab. Kediri berjumlah 10 orang

Informed Consent
Pengumpulan Data

Mengukur kadar gula darah acak sebelum


pemberian ekstrak daun kersen (Pretest)

Pemberian ekstrak daun kersen

Mengukur kadar gula darah acak sesudah pemberian ekstrak


daun kersen (Post test)
Pengelolaan data

Uji statistik T Test Paired

Penyajian data dan membuat kesimpulan

H1 : diterima apabila p value <α (0,05)

H1 : tidak diterima apabila p value >α (0,05)

Tabel 4.2 Kerangka kerja efektifitas ekstrak daun kersen


terhadap kadar gula darah pada pasien diabetes mellitus tipe II

4.3 Populasi dan Sampel


4.3.1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian atau objek penelitian
yang diteliti, baik berupa manusia, hewan, tumbuhan maupun benda
matri lainnya, serta peristiwa dan gejala yang terjadi didalam
masyarakat ataupun alam (Notoadmojo, 2010).
Populasi dalam penelitian ini adalah pasien diabetes mellitus tipe II di
Desa Darungan Kecamatan Pare Kabupaten Kediri.
4.3.2. Sampel dan Kriteria Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi terjangkau yang dapat dipergunakan
sebagai subyek penelitian melalui sampling (Nursalam, 2008).
Sampel dalam penelitian ini adalah pasien diabetes mellitus tipe II di Desa
Darungan Kecamatan Pare Kabupaten Kediri.
4.3.3. Teknik Sampling

n= 30% x N
n= 30% x 30 orang
n= 10 orang
Keterangan :
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
30% = Ketentuan rumus
(Nursalam, 2008).

Teknik sampling merupakan cara yang ditempuh dalam pengambilan


sampel, agar memperoleh sampel yang benar-benar sesuai dengan
kriteria penelitian (Nursalam, 2008).

4.3.4. Besar Sampel


Besar sampel adalah banyaknya anggota yang dijadikan sampel. Besar
sampel di Desa Darungan yang mengalami diabtes mellitus tipe 2.
4.4 Identifikasi Variabel
Variabel adalah karakteristik subjek penelitian yang berasal dari objek satu ke
subjek yang lain (Sastroasmoro, 2006). Variabel dalam penelitian adalah:
4.4.1. Variabel Independen
Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau nilainya
menentukan variabel lain (Nursalam, 2011). Variabel independen dalam
penelitian ini adalah daun kersen (muntingia Calabura L).
4.4.2. Variabel Dependen
Variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya
variabel bebas, variabel ini sering disebut sebagai variabel respon output
kriteria (Sugiyono, 2007).
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pasien diabetes mellitus
tipe II.
4.5 Definisi Operasional
Definisi operasional adalah definisi yang berdasarkan karakteristik yang
diamati dari suatu yang didefinisikan tersebut (Nursalam, 2011).
Definisi operasional disajikan dalam tabel:

No Variabel Defini Parameter Alat ukur skala skor


Penelitian operasiona
l
1 Variabel Tindakan 1. Ekstrak SOP
independen: pemberian daun pemberian
pemberian ektrak kering 2- ektrak
ekstrak daun daun 5gr daun daun
kersen kersen keres kersen
adalah diseduh
Ekstrak dalam
daun 200ml air
kering 2- panas
5gr daun seperti
keres menyeduh
diseduh teh.
dalam 2. Waktu
200ml air konsumsi
panas pukul
seperti 07.00 WIB
menyeduh dan sore
teh pukul
16.00 WIB
2 Variabel Penurunan Alat ukur gula Stik gula interval Interpretasi
dependen: kadar gula darah dengan darah penurunan
penurunan darah menggunakan gula darah
kadar gula setelah pemeriksaan gula 1. 0-35%
darah pada dilakukan darah sewaktu 2. 36-39%
pasien diabetes pengukura 3.40-46%
mellitus tipe II n Post test 4. >46%

4.6 Instrumen/ Alat Ukur


Instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah :
1. Kuisioner data umum dengan memberikan tanda check.
2. Lembar observasi meliputi hasil pemeriksaan kadar gula darah sebelum
intervensi, hari ketiga setelah intervensi dan hari ketujuh setelah intervensi.
4.7 Pengumpulan Data
4.7.1. Proses pengumpulan data
Proses pengumpulan data dimulai dari:
1) Pengajuan ijin kepada ka. Prodi S1 Keperawatan STIKES Karya
Husada Kediri.
2) Mengajukan surat permohonan uji etik ke LPMM Stikes Karya
Husada Kediri.
3) Dilanjutkan pengajuan ijin kepada kepala DINKES Kediri
4) Pengajuan ijin kepada PUSKESMAS Pare setelah mendapat balasan
dari DINKES.
5) Dilanjutkan kepada kepala desa setelah mendapat balasan dari
DINKES.
6) Mendatangi calon responden untuk menjelaskan tujuan dan manfaat
penelitian melalui informed consent dan memberikan lembar
persetujuan.
7) Hari pertama memeriksa kadar gula darah (Pre test) sebelum
dilakukan intervensi yaitu pemberian ekstrak daun kersen 2-5 gram
dengan menambahkan air panas sebanyak 200ml kepada responden
pada hari ke 2.
8) Hari ke-3 memeriksa kadar gula darah untuk mencegah terjadinya
hipoglikemi
9) Hari ke-7 melakukan pemeriksaan kadar gula darah (Post test)
10) Setelah data diperoleh dilanjutkan dengan proses pengumpulan data
meliputi editing, coding, interprenting, tabulating, analisa data.

4.7.2. Pengolahan data


1. Editing
Editing adalah mengkaji dan meneliti kembali data yang akan
dipakai apakah sudah benar dan sipersiapkan untuk proses
berikutnya.
Peneliti melihat apakah kuisioner telah diisi oleh responden dan
ketika penulisan nama responden ditulis dengan inisial/kode.
2. Coding
Coding untuk variabel dependen: penurunan kadar gula darah pada
pasien diabetes mellitus tipe II. Coding mengklarifikasi dari
responden dan menurut macamnya dengan memberikan kode
masing-masing.
Jenis kelamin:
Kode 1= laki-laki Kode 2= Perempuan
Umur :
Kode 1 = 40-45 tahun Kode 3 = 51-55 tahun
Kode 2= 46-50 tahun Kode 4 = >55 tahun
Lama menderita DM:
Kode 1= 2-3 tahun Kode 3 = >4-5 tahun
Kode 2= >3-4 tahun
Kepatuhan diet DM:
Kode 1= Ya Kode 2= Tidak
3. Enterprenting
Enterprenting adalah memaparkan hasil/menafsirkan hasil.
a. variabel dependen: penurunan kadar gula darah pada pasien
diabetes mellitus tipe II.
Interpretasi penurunan gula darah
1. 0-35%

2. 36-39%
3.40-46%

4. >46%
(Ramdhani, 2008)
4. Tabulasi
Tabulasi adalah penyusunan data dalam bentuk tabel. Data yang
digunakan dimasukkan meliputi data variabel dependen, variabel
independen, hasil yang diperoleh dengan memeriksa kadar gula
darah responden secara door to door kemudian data tersebut diuji
secara komputerisasi melalui program SPSS. Data yang telah diuji
akan dimasukkan dalam tabel distribusi dan akan diberikan kode.
4.7.3. Waktu dan tempat
Waktu : Penelitian dilakukan pada 12 Januari 2020
Tempat penelitian : Desa darungan Kecamatan Pare Kabupaten Kediri
4.7.4. Analisis data
Analisa data untuk pengujian statistikan yang digunakan pada
penelitian ini adalah unutuk hasil pengamatan terhadap kadar gula darah pada
penderita diabetes mellitus tipe II. Variabel independen dalam penelitian ini
adalah daun kersen (muntingia Calabura L) sedangkan varabel dependen dalam
penelitian ini adalah penurunan kadar gula darah pada pasien diabetes mellitus
tipe II. Yang menggunkan skala pengukuran interval berdasarkan variabel dan
skala yang digunakan peneliti untuk menguji menggunakan uji T Tes sehingga
menarik kesimpulan :
a. H1 : diterima apabila p value <α (0,05)
b. H1 : tidak diterima apabila p value >α (0,05)

4.8 Etika Penelitian


Masalah etika yang harus diperhatikan antara lain sebagai berikut:

1. Lembar Persetujuan
Lembar persetujuan diberikan kepada responden yang akan diteliti. Peneliti
menjelasan tujuan dan manfaat dari penelitian ini. Seluruh calon responden
dalam penelitian ini bersedia untuk menjadi responden.
2. Tanpa Nama
Kerahasiaan responden, peneliti tidak mencantumkan identitas hanya diberikan
kode kesetiap responden.
3. Kerahasiaan
Semua informasi yang telah didapat dijamin akan kerahasiaannya dan disimpan
dalam bentuk soft copy dan hard copy.
4. Kemanfaatan
Manfaat perawat dan responden dapat mengetahui cara alternatif dalam
menurunkan kadar gula darah pada pasien diabetes mellitus tipe II.
4.9 Keterbatasan
Peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna. Hal ini
disebabkan oleh gaya hidup responden yang tidak dapat dicegah dan peneliti
tidak dapat mengobservasi pola makan responden.

Anda mungkin juga menyukai