Anda di halaman 1dari 10

SATUAN ACARA PENYULUHAN

KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA


SEKS PRA NIKAH

Disusun Oleh :
REZA KARTIKADEWI
NIM P0712213028

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA
JURUSAN KEBIDANAN
2017
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik/Pokok Bahasan : Seks Pranikah


Sub Pokok Bahasan : Pencegahan Perilaku Seksual pranikah pada Remaja
Sasaran : Remaja
Hari / Tanggal :
Waktu :
Tempat : Balai warga Gemblangan
Penyuluh/Promotor :

i. Tujuan Instruksional Umum


Setelah mendapatkan penjelasan tentang Seks Pranikah remaja dapat
mengetahui konsep kesehatan reproduksi dan perilaku seksual pranikah.
ii. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mendengarkan penjelasan tentang Seks Pranikah, remaja dapat
memahami pentingnya menjaga kesehatan reproduksinya serta dapat mencegah
remaja dari perilaku seksual pranikah.
iii. Garis Besar Materi
Remaja merupakan masa peralihan dari masa anak menjadi dewasa,
dimana terjadi banyak perubahan bentuk dan fungsi tubuh. Hal ini ditandai
dengan berkembangnya fisik secara pesat, menyebabkan remaja secara fisik
mampu melakukan fungsi proses reproduksi tetapi belum dapat
mempertanggungjawabkan akibat dari proses reproduksi tersebut.
Oleh karena itu, pendidikan kesehatan reproduksi sangat dibutuhkan
remaja untuk mengarahkan langkah mereka di dalam pergaulan, khususnya
dengan lawan jenis. Dalam hal ini, pendidikan kesehatan reproduksi penting
kaitannya dalam mencegah perilaku seksual pranikah di kalangan remaja,
termasuk akibat dan efek yang ditimbulkan oleh perilaku negatif tersebut.
iv. Metode
Ceramah interaktif dan diskusi tanya jawab
v. Media
Leaflet
vi. Kegiatan Penyuluhan
No Kegiatan Waktu Peserta
(menit)
1. Membuka penyuluhan dengan 2 Menjawab salam,
mengucapkan salam dan melakukan memberikan
perkenalan dengan para peserta pertanyaan
2 Mengungkapkan tujuan penyuluhan pada 2 Memperhatikan
saat ini dengan penjelasan tentang seks
pranikah
3 Melakukan ceramah tentang materi seks 10 Memperhatikan,
pranikah, meliputi kesehatan reproduksi mengajukan
remaja, pubertas dan perkembangan pertanyaan apabila
seksualitas remaja, dan perilaku seksual ada materi yang
pranikah kurang jelas
4 Mengajak peserta berdiskusi mengenai 7 Memberikan
seks pranikah pendapat
5 Menyimpulkan hasil penyuluhan dengan 3 Memberikan
melibatkan peserta pendapat
6 Memberikan sejumlah pertanyaan kepada 5 Menjawab
peserta sehubungan dengan materi yang pertanyaan
baru saja diberikan untuk mengevaluasi
pemahaman peserta
7 Menutup dengan mengucapkan salam 1 Menjawab salam
Jumlah waktu 30

vii. Evaluasi
1. Evaluasi proses
a. Fase dimulai sesuai waktu yang telah direncanakan
b. Peserta antusias terhadap materi diskusi yang ditandai dengan peserta
menyampaikan pendapatnya dan bertanya.
c. Suasana menyenangkan
2. Evaluasi hasil
a. Peserta dapat mengulangi materi yang telah diberikan melalui
pertanyaan yang diberikan pemateri
b. Peserta dapat memahami tentang tentang Seks Pranikah, remaja dapat
memahami pentingnya menjaga kesehatan reproduksinya serta dapat
mencegah remaja dari perilaku seksual pranikah.
i. Sumber Pustaka
pository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26200/4/Chapter%20II.pd

Bantul,
Penyuluh

(.)

Lampiran Materi
A. Kesehatan Reproduksi Remaja
Kesehatan reproduksi adalah keadaan fisik, mental, dan sosial yang
bebas dari penyakit dan kecacatan dalam semua aspek yang terkait dengan
sistem, fungsi, dan proses reproduksi pada remaja usia 10-19 tahun (WHO,
1992).
Pengetahuan kesehatan reproduksi remaja sangat penting diberikan
dengan tujuan agar remaja memiliki informasi yang benar mengenai system
reproduksi serta berbagai faktor yang ada disekitarnya. Dengan informasi
yang benar dan proposional untuk remaja dari sumber yang tepat diharapkan
remaja dapat bersikap dan berperilaku yang bertanggungjawab mengenai
kesehatan reproduksinya (Sarwono, 2002).
Pengetahuan itu bisa bersumber dari pengalaman, orangtua, guru,
teman, buku maupun media massa. Pengetahuan yang dimiliki remaja tentang
kesehatan reproduksi sangat mempengaruhi perilaku remaja dalam kaitannya
dengan bagaimana mereka mencapai kehidupan yang sehat terkait dengan
sistem reproduksinya. Pengetahuan kesehatan reproduksi remaja dipengaruhi
oleh karakteristik individu, karakteristik sosial ekonomi rumah tangga, gaya
hidup, dan kesehatan reproduksi. Karakteristik individu meliputi: umur,
tingkat pendidikan dan pekerjaan. Karakterisktik sosial ekonomi rumah tangga
meliputi: agama/kepercayaan, status sosial, dan standart kehidupan. Gaya
hidup dan kesehatan reproduksi meliputi, kebiasaan menonton televisi, diskusi
tentang kesehatan reproduksi, informasi kesehatan reproduksi, dan konsultasi
dengan petugas kesehatan (Pallikadavath et al., 2005)
Pengetahuan kesehatan reproduksi yang wajib diketahui oleh para
remaja (BKKBN, 2003) adalah:
1. pengenalan mengenai organ dan fungsi reproduksi (system, proses, dan
alat reproduksi, aspek tumbuh kembang remaja
2. mengapa remaja perlu pendewasaan usia kawin serta bagaimana
merencanakan kehamilan agar sesuai dengan keinginan
3. penyakit menular seksual dan HIV/AIDS serta dampaknya terhadap
kondisi kesehatan reproduksi
4. bahaya narkoba, dan miras pada kesehatan reproduksi
5. pengaruh sosial dan media terhadap perilaku seksual
6. kekerasan seksual dan bagaimana menghindarinya
7. mengembangkan kemampuan komunikasi termasuk memperkuat
kepercayaan diri agar mampu menangkal halhal yang bersifat negatif
8. hakhak reproduksi (bebas dari penyakit, mendapatkan pelayanan
kesehatan).

Masalah kesehatan reproduksi juga perlu diarahkan pada masa remaja,


dimana terjadi peralihan dari masa anak menjadi dewasa, dan perubahan-
perubahan dari bentuk dan fungsi tubuh terjadi dalam waktu relatif cepat. Hal
ini ditandai dengan berkembangnya fisik secara pesat, menyebabkan remaja
secara fisik mampu melakukan fungsi proses reproduksi tetapi belum dapat
mempertanggungjawabkan akibat dari proses reproduksi tersebut. Berdasarkan
beberapa definisi yang ada, secara umum ada 3 tahap perkembangan remaja
menurut Gunarsah (1982) yaitu :
a. Remaja awal (Early Adolenscence)
Usia remaja awal berkisar antara 10-14 tahun. Seorang remaja pada tahap
ini masih heran terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuhnya
dan doroangan-dorangan yang menyertai perubahan tersebut. Mereka
mempunyai pikiran-pikiran baru atau opini mengapa tertatrik dengan
lawan jenis dan mudah terangsang secara seksualitas, ini menyebabkan
pada remaja awal ini sulit dimengerti oleh orang dewasa.
b. Remaja Tengah/Madya( Middle Adolenscence)
Pada tahap ini (usia 15-19) tahun, remaja saat ini sangat membutuhkan
dukungan teman-teman. Remaja sering bila disukai oleh teman-teman
lingkungannya sendiri, terutama bila mempunyai sifat dan kebiasaan yang
sama. Dalam kondisi ini remaja mempunyai kondisi kebingungan dimana
harus mendapatkan informasi yang benar mengenai masalah
seksualitasnya.
c. Remaja akhir (late Adolenscence)
Tahap ini remaja menuju periode dewasa dan ditandai dengan pencapaian
dalam beberapa hal hal, yaitu semakin sempurna terhadap fungsi
inteletualnya, egonya lebih bisa dikendalikan untuk menyesuaikan diri
dengan orang lain, terbentuknya indentitas seksual yang tidak berubah
lagi, tumbuh batasan diri pribadinya dengan masyarakat umum.

B. Pubertas dan Perkembangan Seksualitas Remaja


Masa remaja diawali dengan masa pubertas, yaitu masa-masa
terjadinya perubahan fisik meliputi penampilan fisik seperti bentuk tubuh dan
proporsi tubuh. Selain itu terjadi pematangan dan berfungsinya organ-organ
reproduksi. Hormon-hormon mulai diproduksi dan mempengaruhi organ
reproduksi sehingga mempengaruhi perkembangan tubuh (Imran 1999).
Pubertas berlangsung pada usia 10-14 tahun.
Remaja perempuan mengalami perkembangan cepat pada ovarium,
rahim, vagina dan terjadi menarche (siklus menstruasi yang pertama). Pada
remaja laki-laki mengalami perkembangan pada penis, skorttum, dan penis.
Ovarium dan testis bertanggung-jawab menghasilkan hormon yang
mempengaruhi perkembangan tanda-tanda kelamin sekunder seperti rambut
disekitar kemaluan dan membesarnya payudara (Hurlock,1994). Faktor
biologis yaitu adanya perubahan hormonal yang mengaktifkan atau
meningkatkan hasrat seksual remaja, sehingga dengan kuatnya mendorong
remaja untuk berperilaku seksual (Clayton & Bokemimer, 1980).
Menurut Hurlock (1994), pubertas adalah periode dalam rentang
perkembangan dimana anak-anak itu berubah dari mahluk aseksual menjadi
makhluk seksual. Dengan ungkapan lain, masa puber adalah tahap dalam
perkembangan remaja dimana terjadi kematangan alat-alat seksual dan
tercapai kemampuan reproduksi. Pada remaja putri, pematangan seksual awal
tersebut ditandai dengan menstruasi pertama dan pada remaja pria ditandai
dengan dialaminya mimpi basah. Purwanto (1999) menyatakan bahwa dengan
matangnya fungsi seksual, akan timbul dorongan dan keinginan remaja untuk
mencari kepuasan dengan menghayal, membaca buku porno, bahkan
melakukan hubungan seksual pranikah. Usia rata-rata anak perempuan yang
mengalami pubertas dan kematangan seksual adalah 13 tahun, sementara laki-
laki 14 tahun.

C. Perilaku Hubungan Seksual Pranikah


Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat
seksual, baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis. Bentuk-bentuk tingkah
laku seperti berkencan, bercumbu, dan bersenggama. Tetapi sebagian perilaku
seksual bisa berdampak bisa cukup serius seperti perasaan bersalah, depresi,
marah dan lain-lain (Sarlito, 2001). Menurut Imran (1999), hubungan seksual
remaja adalah perilaku yang didasari dorongan seksual atau kegiatan
mendapatkan kesenangan organ seksual berwujud perilaku, termasuk
hubungan intim.
Imran (1999) juga menyatakan bahwa perilaku hubungan seksual pada
remaja dipengaruhi dua faktor, yaitu: faktor internal dan eksternal. Faktor
internal terkait dengan aspek biologis, yakni perubahan yang terjadi pada masa
pubertas dan aktifnya hormon yang mendorong melakukan hubungan seksual,
sedangkan faktor eksternal berhubungan dengan masalah komunikasi
diseputar seksualitas, misalnya berkaitan dengan pengaruh teman sebaya yang
tidak jarang mendorong seseorang untuk melakukan hubungan seksual.
Imran (1990) menyatakan bahwa ada beberapa alasan kenapa remaja
melakukan hubungan seksual pranikah:
1. membuktikan bahwa mereka saling mencintai
2. ketakutan hubungan akan berakhir
3. rasa ingin mengetahui hubungan seksual
4. hubungan seksual itu terbayangkan menyenangkan
5. kepercayaan bahwa banyak orang juga sudah melakukan
6. perasaan sama-sama suka (seperti dalam konteks pacar atau penjajak seks
komersial/PSK)
7. mendapat uang atau fasilitas
8. takut dianggap kurang pergaulan
9. pacar mengatakan bahwa hubungan itu tidak akan menyebabkan apa-apa.
Perlu dimengerti bahwa hubungan seksual yang dilakukan pada usia
dini dan di luar nikah cenderung banyak merugikan kehidupan remaja sendiri
terutama wanita. Di Indonesia, kelompok yang rentan terhadap pengabaian
hak-hak kesehatan reproduksi adalah remaja. Padahal, usia remaja merupakan
usia di mana organ reproduksi sangat rentan terhadap infeksi saluran
reproduksi, kehamilan dan penggunaan obat-obatan. Kebanyakan mereka
tidak mudah mendapat akses media informasi seks, hak atas pemberdayaan,
hak atas pelayanan kesehatan reproduksi, dan hak memperoleh kejelasan
mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi ketika
mengalami gangguan, seperti infeksi, hamil, atau mengalami pelecehan dan
kekerasan seksual (Imran 1990).

D. Faktor-Faktor yang Dapat Mencegah Hubungan Pranikah


1. Peran aktif orang tua
Menurut Sianipar (2000), orangtua memegang peran sangat penting
untuk meningkatkan pengetahuan anak remaja pada umumnya dan
kesehatan reproduksi pada khususnya. Karena itu, semakin aktif peran
orangtua meningkatkan pengetahuan bagi remaja mengenai kesehatan
reproduksi, makin sehat perilaku seksual mereka. Pada gilirannya,
pengetahuan remaja mengenai kesehatan reproduksi dapat mencegah
mereka supaya tidak melakukan hubungan seksual pranikah dan hubungan
seksual berisiko.
2. Pengaruh agama
Semakin positif pengaruh agama dalam perkembangan remaja,
maka semakin besar pula kemungkinan remaja itu dapat mencegah diri
dari perilaku hubungan seksual pranikah yang berisiko.
3. Pengaruh teman sebaya
Menurut Azwar (2003), informasi mengenai kesehatan reproduksi
remaja dan hubungan seksual yang mereka peroleh dari teman sebaya
cukup banyak memberi dorongan untuk menentukan sikap remaja dalam
melakukan interaksi dengan pasangannya.
4. Media informasi seksual
Di antara beberapa bentuk media itu adalah surat kabar, majalah,
radio, televise, film, komputer atau internet.
5. Resiko hubungan seksual pranikah
Semakin tinggi faktor protektif atau preventif di dalam diri remaja,
semakin tinggi pula daya-cegah remaja untuk tidak melakukan hubungan
seksual pranikah. Hubungan seksual pranikah lebih banyak memiliki
resiko dibanding manfaatnya, diantaranya :
a. Kehamilan yang tidak diinginkan
b. Penyakit menular seksual dan HIV/AIDS
c. Infeksi saluran reproduski
d. Hilangnya keperawanan dan keperjakaan
e. Ketagihan

Anda mungkin juga menyukai