Anda di halaman 1dari 2

PENDAHULUAN

Mual dan muntah terjadi pada 60- 80% primigravida dan 40-60% multigravida. Seratus
dari seribu kehamilan, gejala ini menjadi lebih berat. Perasaan mual ini disebabkan oleh karena
meningkatnya kadar hormon estrogen dan hCG dalam serum. Pengaruh fisiologik kenaikan
hormon ini belum jelas, mungkin karena sistem saraf pusat atau pengosongan lambung yang
berkurang, sehingga menyebabkan mual muntah pada ibu hamil (Santi, 2013). Mual biasanya
dialami pada pagi hari, tetapi dapat pula terjadi setiap saat. Studi memperkirakan bahwa mual
dan muntah terjadi pada 50-90% dari kehamilan. Mual dan muntah kehamilan biasanya dimulai
pada usia kehamilan 9-10 minggu dengan puncak keluhan pada 11-13 minggu. Dalam 1-10%
dari kehamilan, gejala dapat berlanjut setelah 20-22 minggu (Baliknova, 2014).

Mual muntah pada kehamilan memiliki dampak yang signifikan bagi tubuh dimana ibu
menjadi sangat lemah, muka pucat dan frekuensi buang air kecil menurun drastis sehingga cairan
tubuh semakin berkurang dan darah menjadi kental (hemokonsentrasi). Keadaan ini dapat
memperlambat peredaran darah sehingga suplay oksigen dan makanan ke jaringan juga ikut
berkurang hal ini dapat menimbulkan kerusakan jaringan yang membahayakan kesehatan ibu dan
janin (Rofiah, 2019)

Penatalaksanaan mual dan muntah pada kehamilan tergantung pada beratnya gejala.
Pengobatan dapat dilakukan dengan cara farmakologi maupun nonfarmakologi. Terapi
farmakologi dilakukan dengan pemberian antiemetik, antihistamin, antikolinergik, dan
kortikosteroid. Terapi nonfarmakologi dilakukan dengan cara pengaturan diet, dukungan
emosional, akupuntur, dan jahe (Runiari, 2010). Jahe direkomendasikan sebagai obat untuk
morning sickness dengan cara jahe (setengah sendok teh) direndam dengan air panas selama lima
menit kemudian diminum empat kali sehari. Rasa mual pada awal kehamilan dapat juga
ditanggulangi dengan menggunakan terapi pelengkap antara lain dengan aromaterapi campuran
(blended) antara peppermint dan ginger oil. Aromaterapi memberikan ragam efek bagi
penghirupnya. Seperti ketenangan, kesegaran, bahkan bisa membantu ibu hamil mengatasi mual
(Fazriyati, 2010).

Aromaterapi dapat digunakan sebagai solusi untuk mengatasi mual muntah pada ibu
hamil trimester pertama. Aromaterapi merupakan tindakan terapeutik dengan menggunakan
minyak essensial yang bermanfaat untuk meningkatkan keadaan fisik dan psikologi sehingga
menjadi lebih baik. Setiap minyak essensial memiliki efek farmakologis yang unik, seperti
antibakteri, antivirus, diuretik, vasodilator, penenang, dan merangsang adrenal. Ketika minyak
essensial dihirup, molekul masuk ke rongga hidung dan merangsang sistem limbik di otak.
Sistem limbik adalah daerah yang memengaruhi emosi dan memori serta secara langsung terkait
dengan adrenal, kelenjar hipofisis, hipotalamus, bagian-bagian tubuh yang mengatur denyut
jantung, tekanan darah, stess, memori, keseimbangan hormon, dan pernafasan (Runiari, 2010).
Aromaterapi merupakan terapi modalitas atau pengobatan alternative dengan menggunakan sari
tumbuhan aromaterapi murni berupa bahan cairan tanaman yang mudah menguap dan senyawa
aroma terapi lain dari tumbuhan (Kushariyadi, 2011). Aromaterapi memberikan ragam efek bagi
penghirupnya, seperti ketenangan, kesegaran, bahkan bisa membantu ibu hamil mengatasi mual.
Aromaterapi dapat digunakan sebagai solusi untuk mengatasi mual muntah pada ibu hamil
trimester pertama.

Jahe sebagai salah satu jenis tanaman herbal mempunyai banyak keunggulan
dibandingkan dengan tanaman herbal lainya, khususnya bagi ibu hamil yang sedang mengalami
mual muntah. Keunggulan pertama jahe adalah kandungan mengandung minyak terbang
(minyak atsiri) yang menyegarkan dan memblokir reflek muntah sedang gingerol sehingga dapat
melancarkan peredaran darah dan syaraf-syaraf bekerja dengan baik. Hasilnya, ketegangan bisa
dicairkan, kepala jadi segar, mual muntah pun bisa ditekan. Aroma harum jahe disebabkan oleh
minyak atsiri, sedangkan olesannya menyebabkan rasa pedas yang menghangatkan tubuh dan
mengeluarkan keringat (Nikita, 2011).

Aromaterapi lemon terbukti memiliki efek menguntungkan pada emesis gravidarum.


Menurut penelitian Kia (2013) skor rata-rata emesis gravidarum menurun selama empat hari
menggunakan aromaterapi lemon inhalasi. Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Erick et al dengan melakukan pengamatan penggunaan perawatan nonfarmakologis pada
wanita untuk menghilangkan emesis gravidarum. Berdasarkan hasil penelitian tersebut
menunjukkan bahwa 40% wanita menggunakan aroma lemon untuk meredakan mual muntah,
dan lebih dari setengah dari mereka yang pernah menggunakannya mengatakan cara tersebut
efektif.

Data dari laporan RISKESDAS nasional tahun 2018 pada provinsi jawa timur sebanyak
22,5 persen ibu hamil mengalami gangguan muntah terus menerus. Berdasarkan data tersebut
maka penulis akan menulis tentang “Telaah kritis dengan topik Aromaterapi lemon dan jahe
efektif dalam mengurangi keluhan mual muntah pada ibu hamil”

Anda mungkin juga menyukai