Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masa remaja adalah salah satu masa tumbuh kembang manusia dalam
kehidupan, masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak
kemasa menuju masa dewasa. Pembagian masa remaja berbeda-beda, World
Health Organization (WHO) menyatakan bahwa rentang usia remaja usia 10-19
tahun (World Health Organization, 2018). Permenkes RI No 25 Tahun 2014
menyatakan remaja berada pada rentang usia 10-18 tahun (Permenkes, 2014).
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) menyatakan bahwa
remaja adalah pada rentang usia 10-24 tahun dan belum menikah (Kemenkes RI,
2017).
Masa remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan
perkembangan yang pesat baik fisik, psikis maupun intelektual. Prilaku khas
dari remaja adalah munculnya rasa ingin tahu yang sangat besar, menyukai
petualangan, tantangan dan cenderung berani mengambil risiko atas
perbuatannya tanpa pertimbangan yang matang. Saat keputusan yang diambil
dalam menghadapi konflik tidak tepat, mereka akan jatuh kedalam prilaku
berisiko dan akan menanggung akibat perbuatannya baik dalam jangka pendek
maupun jangka panjang dalam berbagai masalah fisik maupun psikososial
(WHO, 2017).
Remaja merupakan kelompok masyarakat yang hampir selalu diasumsikan
dalam keadaan sehat. Padahal banyak remaja yang meninggal sebelum waktunya
akibat kecelakaan, percobaan bunuh diri, kekerasan, kehamilan yang mengalami
komplikasi dan penyakit lainnya yang sebenarnya bisa dicegah atau diobati.
Banyak juga penyakit serius akibat perilaku yang dimulai sejak masa remaja
contohnya merokok, penyakit menular seksual, penyalahgunaan narkotika,
alkohol, psikotropika, dan zat adiktif lainnya (NAPZA), Human
Immunodeficiency Virus - Acquired Immunodeficiency Syndrome (HIV-AIDS),
kurang gizi, dan kurang berolahraga. Semua ini, yang akan mencetuskan
penyakit atau kematian pada usia muda.
Remaja menghadapi masalah kesehatan yang kompleks, walaupun selama
ini diasumsikan sebagai kelompok yang sehat. Survei demografi dan kesehatan
Indonesia (SDKI) tahun 2007 menunjukkan 17% perempuan yang saat ini
berusia 45-49, menikah pada usia 15 tahun; Sementara itu, terdapat peningkatan
secara substansial pada usia perempuan pertama kali menikah. Perempuan usia
30-34 tahun yang menikah pada usia 15 tahun sebesar 9%, sedangkan
perempuan usia 20-24 tahun yang menikah pada usia 15 tahun sebesar 4% (BPS
and Macro International, 2008). Menurut survei kesehatan reproduksi remaja
Indonesia (SKRRI) tahun 2007, persentase perempuan dan lelaki yang tidak
menikah, berusia 15-19 tahun merupakan perokok aktif hingga saat ini:
Perempuan: 0,7%; sedangkan lelaki: 47,0%, Mantan peminum alkohol:
Perempuan: 1,7%; dan lelaki: 15,6%, Peminum alkohol aktif: perempuan: 3,7%;
lelaki: 15,5 %, Lelaki pengguna obat dengan cara dihisap: 2,3%; dihirup: 0,3 %;
ditelan 1,3%, Perempuan pertama kali pacaran pada usia <12 tahun: 5,5%; pada
yusia 12-14 tahun: 22,6%; usia 15-17 tahun: 39,5%; usia 18-19 tahun: 3,2%.
Melakukan petting pada saat pacaran: 6,5%, Lelaki pertama kali pacaran pada
usia <12 tahun: 5,0%; usia 12-14 ytahun: 18,6%; usia 15-17 tahun: 36,9%; usia
18-19 tahun: 3,2%. Melakukan petting saat pacaran: 19,2%, Pengalaman seksual
pada perempuan: 1,3%; lelaki: 3,7%, Lelaki yang memiliki pengalaman seks
untuk pertama kali pada usia: <15 tahun: 1,0%; usia 16 tahun : 0,8%; usia 17
tahun: 1,2%; usia 18 tahun: 0,5%; usia 19 tahun: 0,1%, Alasan melakukan
hubungan seksual pertama kali sebelum menikah ypada remaja berusia 15-24
tahun ialah: Untuk perempuan alasan tertinggi adalah karena terjadi begitu saja
(38,4%); dipaksa oleh pasangannya (21,2%). Sedangkan pada lelaki, alasan
tertinggi ialah karena ingin tahu (51,3%); karena terjadi begitu saja (25,8%),
Delapan puluh empat orang (1%) dari responden pernah mengalami KTD, 60%
di antaranya mengalami atau melakukan aborsi.
Salah satu upaya dalam menangani masalah tersebut adalah memberikan
upaya preventif berupa penyuluhan kepada para remaja dengan menggunakan
berbagai media edukasi salah satunya yaitu dilakukan secara daring atau yang
lebih sering dikenal dengan sebutan WEBINAR. Berdasarkan latar belakang
tersebut, dalam rangka Praktik Klinik Kebidanan Stase 1 Asuhan Kebidanan
Holistik Fisiologi Remaja dan Pra-nikah, Mahasiswi Profesi Kebidanan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang melakukan kegiatan Webinar yang
bertemakan “Remaja Sehat di Era Millennial”. Diharapkan dengan adanya
Webinar tersebut para remaja mendapatkan edukasi dan dapat menerapkan
perilaku hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dilaksanakannya WEBINAR pada remaja ini adalah perubahan
pola perilaku hidup sehat yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Mengerti dan memahami tentang perubahan pada masa remaja
b. Mengerti dan memahami perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
c. Mengerti dan memahami risiko reproduksi remaja
d. Mengerti dan memahami bahaya NAPZA
e. Mengerti dan memahami bahaya Penyakit Menular Seksual
f. Mengerti dan memahami persiapan fisik, gizi, psikologis pranikah dan
menghadapi kehamilan
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab 5 ini, penulis akan menguraikan tentang kesimpulan dan sara
berdasarkan hasil pelaksanaan webinar dengan tema Remaja Sehat di Era
Millennial. Kesimpulan dan saran sebagai berikut:

5.1 Kesimpulan

Masa remaja adalah salah satu masa tumbuh kembang manusia dalam
kehidupan, masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak
kemasa menuju masa dewasa. Masa remaja merupakan periode terjadinya
pertumbuhan dan perkembangan yang pesat baik fisik, psikis maupun
intelektual. Prilaku khas dari remaja adalah munculnya rasa ingin tahu yang
sangat besar, menyukai petualangan, tantangan dan cenderung berani mengambil
risiko atas perbuatannya tanpa pertimbangan yang matang. Banyak juga
penyakit serius akibat perilaku yang dimulai sejak masa remaja contohnya
merokok, penyakit menular seksual, penyalahgunaan narkotika, alkohol,
psikotropika, dan zat adiktif lainnya (NAPZA), Human Immunodeficiency Virus
- Acquired Immunodeficiency Syndrome (HIV-AIDS), kurang gizi, dan kurang
berolahraga. Semua ini, yang akan mencetuskan penyakit atau kematian pada
usia muda. Maka dari itu sebagai langkah preventif untuk mencegah penyakit
dan kenakalan pada remaja kami mahasiswi Profesi Kebidanan Politeknik
Kesehatan Kemenkes Malang melakukan kegiatan Webinar yang bertemakan
“Remaja Sehat di Era Millennial” yang dikemas secara daring.
Kegiatan webinar dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 21 Oktober 2020,
pukul 09.00-10.00 WIB untuk sesi 1, dan pukul 11.00–12.00 WIB untuk sesi
yang kedua. Webinar berlangsung menggunakan media laptop atau handphone
(HP), Microsoft Power Point, aplikasi Zoom Meeting (Google/PlayStore),
koneksi internet serta Google Form dengan narasumber yang berbeda untuk tiap
topik materi yang diberikan.
Kegiatan webinar dapat diikuti dari tempat tinggal masing-masing peserta
dengan cara membuka aplikasi Zoom dan Google-meet pada Google melalui
laptop ataupun handphone (HP). Adapun sasaran dalam acara webnar ini adalah
remaja berusia 13-21 tahun yang berdomisili didekat rumah mahasiswa pelaksana
webinar. Terdapat 5 peserta yang mendaftar webinar, peserta yang melakukan
absensi yaitu 5 orang dan peserta yang mengikuti kegiatan webinar sebanyak 5
orang, dan yang mengikuti kegiatan webinar hingga akhir berjumlah 5 orang
sehingga seluruh peserta mengikuti kegiatan webinar sampai akhir dan mengisi
soal pre-test dan post-test. Secara keseluruhan, peserta dapat mengikuti rangkaian
acara dengan baik. Sesi webinar ini kemudian ditutup dengan kesimpulan, doa,
dan pengisian posttest, evaluasi narasumber, evaluasi kepuasan acara, dan saran
dalam pelaksanaan kegiatan webinar selanjutnya. Dari hasil yang ada, tampak
bahwa peserta merasakan adanya manfaat dari pelaksanaan webinar dengan topik
Remaja Sehat di Era Millennial.

5.2 Saran

a. Bagi Tenaga Kesehatan


Mengopitimalkan pelayanan preventif yang diberikan kepada kelompok remaja
dalam mencegah timbulnya masalah kenakalan remaja, penyakit menular
seksual maupun penyakit tidak menular seksual.
b. Bagi Remaja
Diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan terkait kesehatan fisik, dan
mental. Selain itu juga dapat menghindarkan diri dari pergaulan bebas, perilaku
merokok, minum minuman keras, dan seks diluar nikah.
c. Bagi Institusi
Memfasilitasi webinar-webinar selanjutnya sebagai upaya pemberian edukasi
masyarakat dan menambah wawasan sekaligus update pengetahuan berbasis
bukti (Evidence Based) bagi civitas akademika.
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik dan Macro Internasional. (2008). Survey Demografi dan
Kesehatan Indonesia 2007, Calverton, Maryland, USA : BPS dan Macro
Internasional
BPS. 2007. Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia 2007. Jakarta: BPS.

Kemenkes RI. (2017). Situasi Kesehatan Reproduksi Remaja. Situasi Kesehatan


Reproduksi Remaja, (Remaja), 1–8.

WHO. (2017). Recommendations on adolescent sexual and reproductive health and


rights. Diakses pada 21 Oktober 2020 ( https://doi.org/10.1016/S0022-
1910(98)00049-3)

World Health Organization. (2018). Guidance on ethical considerations in planning


and reviewing research studies on sexual and reproductive health in adolescents.
Diakses pada 21 Oktober 2020 ( http://apps.who.int/iris/bitstream/handle/ )

Anda mungkin juga menyukai