Anda di halaman 1dari 62

SKRIPSI

EFEKTIVITAS PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI


TERHADAP SIKAP DAN KEYAKINAN DIRI REMAJA
TENTANG PENCEGAHAN SEKS PRANIKAH :
STUDI LITERATUR

SUTRIANI TUMEWU
16011104052

UNIVERSITAS SAM RATULANGI FAKULTAS KEDOKTERAN


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
MANADO 2020
HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI

HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI

EFEKTIVITAS PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP


SIKAP DAN KEYAKINAN DIRI REMAJA
TENTANG PENCEGAHAN SEKS PRANIKAH :
STUDI LITERATUR
Telah Diterima Dan Disetujui Untuk Diujikan Dihadapan

Dewan Penguji Proposal

Manado, April 2020

Pembimbing I

DR. dr. Nelly Mayulu. MSi.

NIP. 195601261987032001

Pembimbing II

Ns. Valen Fridolin Simak. M.Kep. Sp. Kep. Kom.

NIP. 199201162019031006

Mengetahui,

Koordinator Program Studi Ilmu Keperawatan

Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi

Ns Sefti S. J. Rompas, S.Kep., M.Kes.

NIP. 198209122008122001
KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat dan
rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul
“Efektivitas Pendidikan Kesehatan Reproduksi Terhadap Sikap dan Keyakinan
Diri Remaja Tentang Pencegahan Seks Pranikah di SMP Negeri 1 Motoling
Barat”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana
keperawatan pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran
Universitas Sam Ratulangi.

Selama penulisan skripsi ini, penulis mendapat banyak sekali dukungan dari
berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Penulisan
skripsi ini tidak akan ada tanpa bantuan dari berbagai pihak yang terlibat
didalamnya. Untuk itu, dengan hati yang tulus penulis berterima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Ir. Ellen J. Kumaat M.Sc, DEA, selaku Rektor Universitas Sam
Ratulangi Manado.
2. Dr. dr. Billy Kepel, M.Med, SC selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Sam Ratulangi Manado.
3. Ns. Sefti S. J. Rompas, S.Kep, M.Kes, selaku Koordinator Program Studi
Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sam Rtulangi
Manado.
4. dr. Lucky Kumaat, Sp, An, M. Kes, selaku pembimbing akademik yang
sudah memberikan banyak nasehat untuk kemampuan belajar dari
semester 1 sampai pada semester 8.
5. Dr. dr. Nelly Mayulu, MSi, selaku dosen pembimbing I yang telah banyak
memberikan bimbingan, saran, motivasi dengan penuh kesabaran dan telah
menyediakan waktu, tenaga dan pikiran sehingga proposal ini dapat
terselesaikan.
6. Ns. Valen F. Simak, M. kep. Sp. Kep. Kom, selaku dosen pembimbing II
yang telah menyediakan waktu untuk membimbing saya dengan
keramahan dan perhatian dalam proses pengerjaan proposal.
Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini masih memiliki banyak
kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat diharapkan untuk
menyempurnakan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini
bermanfaat bagi penulis dan pembaca dan bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

Manado, Mei 2020

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI iii
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vii
DAFTAR LAMPIRAN viii

BAB 1 PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1


1.2 Rumusan Masalah5
1.3 Tujuan Penelitian 5
1.4 Manfaat Penelitian 6
1.4.1 Bagi Siswa 6
1.4.2 Bagi Profesi Institusi 6
1.4.3 Bagi Peneliti Selanjutnya 6

BAB 2 TINJAUAN TEORI 7

2.1 Remaja 7
2.1.1 Definisi Remaja 7
2.1.2 Tumbuh Kembang Remaja 7
2.1.3 Fase Remaja 8
2.2 Sikap dan Keyakinan Diri Remaja 10
2.2.1 Pengertian Sikap 10
2.2.2 Komponen Pokok Sikap 10
2.2.3 Tingkat Sikap 11
2.2.4 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Sikap
11
2.2.5 Pengertian Keyakinan Diri 11
2.2.6 Fungsi Keyakinan Diri 11
2.3 Seksual Pranikah 12
2.3.1 Bentuk-betuk Perilaku Seksual Pranikah 12
2.3.2 Faktor yang Mendorong Seksual Pranikah 12
2.3.3 Dampak/ Akibat Seks Pranikah 12
2.3.4 Pencegahan Seks Pranikah 12

2.4 Pendidikan Kesehatan 14


2.4.1 Pengertian Pendidikan Kesehatan 14
2.4.2 Tujuan pendidikan Kesehatan 15
2.4.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pendidikan Kesehatan
15
2.4.4 Faktor-faktor Yang Menghambat Pendidikan Kesehatan
15
2.5 Kesehatan Reproduksi dan Seksual 17
2.5.1 Definisi Kesehatan Kesehatan reproduksi dan seksuar
remaja 17
2.5.2 Sitem dan fungsi Organ Reproduksi 18
2.5.3 Mekanisme Fungsi Organ Reproduksi Wanita 19
2.5.4 Mekanisme Fungsi Organ Reproduksi Pria 19
2.6 Efekvitas Pendidikan Kesehatan Reproduksi Terhadap Sikap
dan Keyakianan Diri Tentang Pencegahan Seks
Pranikah………………….
BAB 3 METODOLOGI KAJIAN LITERATUR 32

3.1 Metodologi Kajian Literatur 32


3.2 Strategi Pencarian Literature 32

3.2.1 Protokol dan Registrasi 32

3.2.2 Database Pencarian 32

3.2.3 Kata Kunci 33

3.3 Kriteria Iklusi dan Eksklusi 33


3.4 Seleksi Studi dan Penilaian kualitas 35

3.4.1 Hasil pencarian dan seleksi studi 35

3.4.2 Penilaian Kualitas 36


BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 38

4.1. Karakterristik Studi 38


4.2 Hasil 38
DAFTAR PUSTAKA 28
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Format PICOS 21


Tabel 4.1 Hasil Pencarian Literature Riview
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.4 Diagram Flow Literature Riview berdasarkan PRISMA 2009


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : JBI Critical Appraisal artikel 1

Lampiran 2 : PRISMA checklist


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Remaja merupakan kelompok heterogen dengan kebutuhan yang berbeda


dan berkembang, tergantung pada tahap perkembangan pribadi dan
keadaan kehidupan mereka. Ketika mereka transisi dari masa kecil, melalui
masa remaja, hingga dewasa, semua individu harus siap dengan
pengetahuan dan keterampilan yang mereka butuhkan untuk memanfaatkan
peluang dan menghadapi tantangan yang akan mereka hadapi di dunia
dewasa. Upaya-upaya ini harus berkontribusi untuk membangun rasa harga
diri mereka dan untuk memperkuat hubungan mereka dengan individu dan
lembaga di komunitas mereka . Sementara itu, remaja membutuhkan
perlindungan dari bahaya di satu sisi, dan dukungan untuk membuat
keputusan independen dan bertindak mereka di sisi lain. Remaja
membutuhkan layanan kesehatan dan konseling yang dapat berkontribusi
untuk membantu mereka tetap sehat, dan untuk kembali ke kesehatan yang
baik ketika mereka sakit atau terluka. Remaja sesuai dengan pedoman dari
WHO, menyatakan bahwa di seluruh dunia, remaja memiliki kesempatan
terbatas untuk tumbuh dan berkembang dengan potensi penuh mereka, dan
bahwa kemiskinan, ketidakamanan, norma-norma sosial yang melemahkan
dan undang-undang yang membatasi semakin meningkatkan kerentanan
mereka terhadap masalah kesehatan dan sosial. Selain itu juga WHO
menyerukan paket tindakan ini: membangun pengetahuan dan
keterampilan, membangun aset individu dan sosial, menyediakan lingkungan
yang aman dan mendukung, dan menyediakan layanan kesehatan dan
konseling. Selaain itu juga di tekankan bahwa peran peluang pendidikan dan
pekerjaan dalam memperluas wawasan remaja dan membantu mereka
membuat tempat untuk mereka sendiri (WHO, 2018). .

Di dalam dunia.
(Peraturan menteri kesehatan RI Nomor 25 tahun 2015, remaja merupakan
penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun dan menurut Badan Kependudukan dan
Keluarga Berencana (BKKBN) usia remaja adalah 10-24 tahun dan belum
menikah. Remaja sudah tidak lagi dapat dikatakan sebagai kanak-kanak, namun ia
masih belum cukup matang untuk dapat dikatakan dewasa (Sumara, 2017))
(masuk di tinjauan pustaka). Word Health Organization (WHO) menyatakan
bahwa remaja merupakan seseorang dengan usia 10-19 tahun (Behulu,dkk 2019).
Remaja merupakan periode transisi dari masa anak-anak ke dewasa dan ditandai
oleh percepatan perkembangan fisik, mental, emosi, sosial dan psikoseksual
(Behulu, dkk., 2019).

Diperkirakan di dunia kelompok remaja (Kelompok remaja di dunia


diperkirakan) berjumlah 1,2 milyar atau 18% dari jumlah penduduk dunia.
Hampir 85% dari populasi remaja dunia tinggal di negara-negara berkembang
dengan populasi di bawah 15 tahun lima kali lebih besar dari pada populasi di atas
55 tahun (Behulu, dkk., 2019). Jumlah kelompok usia 10-19 tahun di Indonesia
menurut sensus penduduk 2015 sebanyak 43,5 juta atau sekitar 18% dari jumlah
penduduk. Bertambahnya jumlah penduduk usia remaja akan berdampak positif
dan negatif. Positifnya, semakin besar usia remaja akan semakin besar usia
produktif yang berdampak pada semakin bagusnya perkembangan di suatu
wilayah tersebut. Dampak negatifnya (*adalah) namapaknya semakin banyak
jumlah penduduk usia remaja akan menyebabkan semakin besar risiko untuk
terjadinya masalah seperti seks pranikah.( Mesti ada masalah lain jangan
langsung masalah ini????)?????? (Behulu dkk 2019), ditaruh dibagian
belakang sini bila hanya satu penulisnya

Seks pranikah salah satu fenomena yang terus mengalami peningkatan, khususnya
dikalangan remaja (Anzwar, 2016). Banyak negara rata-rata 29% anak laki-laki
dan 23% anak perempuan aktif secara seksual termasuk seks pranikah (Behulu,
dkk., 2019). Alasan hubungan seksual pranikah tersebut sebagian besar karena
penasaran atau ingin tahu (57,5% pria), terjadi begitu saja (38% perempuan) dan
dipaksa oleh pasangan (12,6% perempuan) (Depkes, 2015). Penelitian yang
dilakukan oleh Adriani (2015) menjelaskan bahwa faktor yang besar
mempengaruhi perilaku seksual adalah teman sebaya, HP, internet, dan video
porno. Hal ini sejalan dengan penelitian yang juga dilakukan oleh Savitri (2016)
yang menyebutkan bahwa faktor sikap, teman sebaya, kontrol diri, paparan media
ponografi dan pengetahuan berpengaruh terhadap kejadian seks pranikah.

Banyak remaja menghadapi tekanan untuk menggunakan alkohol, rokok, obat-


obatan dan tekanan untuk memulai hubungan seksual pada usia dini atau praktek
seksual berisiko (Behulu, dkk., 2019). Survei demografi dan kesehatan Indonesia
(SDKI) menjelaskan remaja yang melakukan praktek seksual beresiko terus
meningkat setiap tahun (SDKI, 2017). Perilaku tersebut diantaranya, remaja yang
berciuman dengan lawan jenis pada remaja pria terdapat 48% dan 30% pada
remaja wanita, remaja yang menyentuh atau membangkitkan area sensitif bagian
tubuh lawan jenis remaja pria 30% dan remaja wanita 6%. Hasil serupa juga
ditemukan penelitian bahwa 47% remaja pernah melakukan masturbasi
(Rokhmah, 2015). Survei ini menemukan bahwa alasannya yaitu rasa ingin tahu
remaja pria 57,5%, dipaksa oleh pasangan remaja wanita 12,6% dan alasan yang
tidak ditemukan hanya ingin mempraktekannya 38% remaja wanita (Rokhmah,
2015; SDKI, 2017). Efek yang ditimbulkan dari perilaku seksual berisiko, salah
satunya adalah penyakit menular seksual (Simak, Fitriyani, Setiawan. 2019).

Perilaku seksual berisiko menempatkan remaja pada resiko tinggi mengalami


cedera yang disengaja maupun tidak disengaja. Remaja gadis mungkin berakhir
dengan kehamilan yang tidak diinginkan, aborsi, dan berbagai komplikasi
penyakit menular termasuk kematian (Behulu, dkk., 2019). Survei terakhir dari
badan pusat statistik (BPS) melalui survei demografi dan kesehatan Indonesia
(SDKI) kehamilan remaja pada kelompok usia 15-19 tahun mencapai 48 dari 1.
000 kehamilan (SDKI, 2015). Menurut Data Badan Kependudukan Dan Keluarga
Berencana Nasional (BKKBN, 2015) di Provinsi Sulawesi Utara khususnya kota
Manado, remaja yang melaporkan hamil diluar nikah atau mengalami kehamilan
yang tidak direncanakan/diinginkan tahun 2007 hanya sebanyak 55 orang.
Ditahun 2008 melonjak hingga 254 orang atau naik 36% dan pada tahun 2009
naik lagi menjadi 571 orang atau 78%. Ini disebabkan karena meningkatnya rasa
penasaran remaja tentang hubungan seksual dan pergaulan bebas (BKKBN,
2015). Untuk mencegah hal tersebut perlu adanya suatu cara untuk menyampaikan
informasi baik dan benar oleh keluarga, sekolah maupun dari petugas kesehatan.

Pencegahan seks pranikah membutuhkan keterlibatan berbagai pihak, yakni


keluarga, pendidikan, masyarakat dan pemerintah. Salah satu upaya pencegahan
yaitu dengan memberikan penyuluhan kesehatan reproduksi yang bertujuan
memberikan pemahaman kepada siswa-siswi sehingga mereka tidak hanya sadar,
tahu, dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan sehingga dapat mengubah
serta meningkatnya kesadaran untuk perilaku hidup sehat (Tanujaya, 2017).
Remaja perlu dibekali pengetahuan tentang pendidikan reproduksi (Mustapa, et al
2015).

Pendidikan reproduksi salah satu cara untuk mengurangi atau mencegah


penyalagunaan seks, khususnya untuk mencegah dampak negatife yang tidak
diharapkan seperti kehamilan yang tidak direncanakan, penyakit menular seksual,
depresi dan perasaan berdosa ( Sorwono, 2015). Pengetahuan kesehatan
reproduksi remaja pada rentang usia 15-24 tahun rendah sejalan dengan
Riskesdas. Remaja lebih berisiko bila banyak yang rendah pengetahuannya
(Oktarina, dkk 2016). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Oktarina menunjukan
bahwa pengaruh pendidikan kesehatan reproduksi meningkatkan pengetahuan dan
sikap remaja di SMAN 1 Sukamara.

Pengetahuan yang baik dapat mempengaruhi seseorang bersikap positif,


sebaliknya pengetahuan yang kurang dapat mempengaruhi seseorang itu bersikap
negatif. informasi tentang sesuatu hal, bisa ditingkatkan melalui berbagai cara
diantaranya dengan memberikan penyuluhan atau penidikan (Notoatmodjo, 2015).
Penyuluhan kesehatan merupakan kegiatan pendidikan kesehatan yang dilakukan
dengan menyebarluaskan pesan, menanamkan keyakinan sehingga remaja tidak
hanya tahu, sadar, dan mengerti, tetapi juga mau dan dapat melakukan anjuran
yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi (Novera, 2017). Penelitian yang
dilakukan Rehayu (2016) dikabupaten Siak yang berfokus pada pengetahuan dan
sikap remaja terhadap seks pranikah. Hasil yang didapatkan dalam penelitiannya,
terdapat perbedaan tingkat pengetahuan dan sikap remaja sebelum dan sesudah
dilakukan penyuluhan.

Sikap remaja yang cenderung ingin mengetahui dan melakukan hubungan seksual
pranikah, hal ini dibuktikan dari hasil penelitian sebelumnya oleh Wardani (2015)
tentang hubungan pengetahuan seks pranikah dan sikap terhadap perilaku seks
pada remaja. memperoleh hasil sikap siswa tentang seks pranikah sebagian besar
adalah negatif. Lebih lanjut penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati (2016)
tentang perbedaan pengetahuan dan sikap remaja tentang seks pranikah sebelum
dan sesudah penyuluhan, memperoleh hasil sebagian besar siswa kelas XI
mempunyai sikap tidak mendukung terhadap seks pranikah sebelum penyuluhan
sebanyak (63%) dan tidak mempunyai sikap tidak mendukung terhadap seks
pranikah sesudah penyuluhan sebanayak (60.9%). Sikap merupakan predikat yang
paling utama dalam melakukan tindakan sehari-hari, meskipun masih ada faktor-
faktor lain, yaitu lingkungan dan keyakinan diri seseorang.

keyakinan diri merupakan bentuk kepercayaan yang dimiliki seseorang terhadap


kapabilitas masing-masing dalam meningkatkan prestasi kehidupannya
(Hakasinawari, 2017). Keyakinan diri meliputi bagaimana perasaan seseorang,
motivasi diri, cara berpikir, dan keinginan memiliki terhadap sesuatu. Keyakinan
diri pada diri seseorang akan berdampak pada proses kongnitif dapat timbul dalam
berbagai bentuk, yakni perilaku manusia yang sesuai dengan tujuan
(Hakasinawari 2017). Keyakinan diri pada remaja berperan untuk pengaturan diri
terhadap motivasi. Hasil penelitian dari Muflif, (2017) didapatkan bahwa remaja
yang tidak berpacaran memiliki kayakinan diri yang lebih tinggi dari pada yang
pernah berpacaran.

Maka dari itu, diperlukan tinjauan terhadap berbagai hasil penelitian tentang
efektivitas pendidikan kesehatan reproduksi terhadap sikap dan keyakinan diri
remaja tentang pencegahan seks pranikah. Tinjauan kepustakaan atau literature
review juga sangat memungkinkan untuk dilakukan pada penelitian ini karena
mengingat kondisi saat penelitian yang tidak memunkinkan untuk dilakukan
penelitian di fasilitas kesehatan yaitu dalam hal ini di sekolah serta tidak
diperbolehkan untuk kontak langsung dengan masyarakat yaitu siswa.
1.2 Rumusan Masalah

Remaja sudah tidak dapat disebut sebagai kanak-kanak namun remaja juga belum
cukup matang untuk dikatakan dewasa. Banyak yang dilakukan oleh remaja,
diantaranya seks pranikah, diera saat ini semakin hari makin marak dikalangan
remaja. Banyak remaja yang mengalami kehamilan yang tidak direncanakan
karena kurangnya informasi tentang pendidikan reproduksi. Pendidikan
reproduksi salah satu cara untuk mengurangi atau mencegah penyalagunaan seks,
terlebih khusus untuk mencegah penyakit menular seksual. Penyuluhan kesehatan
dilakukan untuk menanamkan keyakinan, sehingga remaja tidak hanya sadar,
tetapi dapat melakukan anjuran yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi.
Pemahaman yang baik pada remaja yang akan membentuk sikap dan keyakinan
diri remaja.

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah yaitu, apakah ada
pengaruh “Efektivitas pendidikan kesehatan reproduksi terhadap sikap dan
keyakinan diri remaja tentang pencegahan seks pranikah (Literatur Riview)”?.

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui efektivitas pendidikan kesehatan reproduksi terhadap sikap dan


keyakinan diri remaja tentang pencegahan seks pranikah.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat bagi siswa


Siswa diharapkan dapat lebih meningkatkan pengatahuan dengan banyak
membaca artikel-artikel ataupun buku tentang kesehatan reproduksi khususnya
pencegahan seks pranikah.

1.4.2 Manfaat bagi institusi

Hasil penelitian ini bisa menambah ilmu pengetahuan dan menjadi bahan untuk
dikembangkan oleh institusi pendidikan khususnya keperawatan.
1.4.3 Manfaat bagi peneliti selanjutnya

Untuk sebagai salah satu dasar untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai
pendidikan kesehatan terhadap sikap dan keyakinan diri remaja tentang
pencegahan seks pranikah.
BAB II

TINJAUAN TEORI
2.1 Remaja
2.1.1 Definisi Remaja
Remaja menurut World Health Organization ( WHO), adalah masa peralihan dari
anak-anak menuju ke masa dewasa yang di tandai dengan semua perubahan mulai
dari fisik dan emosi dan terbagi dalam tiga kriteria yaitu :
1. Mengalami perubahan biologis yang terjadi yaitu tanda-tanda seksual
sekunder hingga mencapai tingkat kematangan seksual.
2. Mengalami perubahan psikologis dapat dilihat dari perubahan pola pikir dan
identitas dan identifikasi dari anak menjadi dewasa.
3. Dengan perubahan yang terjadi, remaja beralih stasus ekonominya dari
ketergantugan menjadi lebih mandiri.
Badan kependudukan dan keluarga berencana nasional merumuskan batasan
remaja mulai dari umur 10-24 tahun mulainnya (BKKBN, 2017). namun hal ini
juga diutarakan oleh Sam (2015), remaja memiliki batasan-batasan usia, mulai
dari usia 13-20 Tahun. dalam tahap ini remaja dibagi dalam tiga fase yaitu remaja
awal (13-15 tahun), remaja madya ( 16-18 tahun), remaja akhir (19-21 tahun).

2.1.2 Tumbuh Kembang Remaja

Tumbuh kembang merupakan proses yang berlanjut, membawa perubahan pada


individu setiap saat. Perkembangan seksual dimulai sejak awal kehidupan
intrauterine kemudian konsepsi terus hingga infant, anak dan remaja, dewasa
hingga menjelang kematian. Anak akan mengakui jenis kelaminnya pada usia
sekitar 3 tahun. Kesadaran diri tentang seksualitas (peran gender, identitas gender)
berkembang selama masa kanak-kanak. Bukti penelitian biologis menunjukan
peran androgen yang pasti dalam menentukan peran sensitive gander dan perilaku
spesifik gender. Masa remaja adalah fase transisi dimana perkembangan utama
seksualitas terjadi. Pubertas dicapai selama masa remaja yang merupakan petanda
utama dalam perkembangan seksualitas. Fungsi axis – hipotalamus – hipofisis –
gonad sangat penting pada perkembangan seksual selama pubertas (Kar, dkk.,
2015).

Perkembangan dari masa remaja secara menyeluruh atau global belangsung di


umur 12-21 tahun, dengan pembanding usia antara 12-14 tahun yaitu masa awal,
15-18 tahun pertengahan dan 19-21 tahun remaja akhir ( Hidayat, 2015). serta
terbagi dalam tiga tahap yaitu:
1. Remaja pertama/awal (12-14 tahun), dengan ciri sebagai berikut:
a. Dekat dengan teman sepergaulan/sebaya
b. Merasa ingin terbuka dan bebas
c. Mengelamai ketertarikan dengan lawan jenis maupun sesama jenis
d. Mulai berpikir keadaan tubuh dan berpikir abstrak
2. Remaja pertengahan/madya ( 15-18 tahun)
a. Mencari-cari identitas diri sendiri
b. Timbulnya keinginan untuk pacaran atau berkencan
c. Mempunyayi rasa cinta yang setia dan mendalam
d. Kemampuan perpikir khayalan atau abstrak yang tinggi
e. Mulai berpikir untuk melakukan aktivitas seks
3. Remaja akhir ( 19-21)
a. Penemuan dan pengungkapan jati diri
b. Lebih memilih dalam mencari teman sepergaulan
c. Mempunyai citra jasmani yang tinggi
d. Mewujudkan rasa cinta dan setia
e. Mampu berpikir abstrak.
2.1.3 Fase Remaja
Dalam masa remaja terdapat tiga tahap atau fase yang akan dilewati remaja untuk
sampai pada kedewasaan yang matang, tiga fase tersebut dapat dilihat dari
perkembangan kepribadian remaja itu sendiri, yaitu:
1. Fase praremaja
Dalam fase ini terlihat tanda :
a. Membutuhkan perjalinan hubungan dengan teman sebaya atau sejenis
b. Kebutuhan teman dekat atau sahabat yang dapat dipercaya
c. Saling adanya kerja sama antara individu untuk melaksanakan tugas
d. Mulai menyelesaikan masalah sendiri
e. Saling membutuhkan dalam membina hubungan dengan teman, yang
memiliki perasaan, kerja sama, tindakan timbal balik atau saling
menguntungkan dan tidak sendirian/kesepian.
2. Fase remaja awal
Dalam tahap atau fase ini remaja mulai menemukan kestabilan dalam
perbuatannya untuk memuaskan dorongan-dorongan kematangan genitalnya.
hal tersebut adalah :
a. Tantangan utama yaitu mengembangkan dan mengasa aktivitas
heteroseksualnnya.
b. Mengalami perubahan secara fisik, perasaan birahi mulai muncul di daerah
genital dan daerah lain seperti tangan dan mulut.
c. Pemisahan kebutuhan erotic dan sasaran merupakan lawan jenis,
keintiman dengan sasaran jenis kelamin yang sama.
d. Apabila tidak terpisanya kebutuhan erotic dan keintiman sejak awal, akan
terjadi penampilan homoseksual bukan heteroseksual.
e. Timbulnya konflik dalam diri akibat dari kebutuhan seksual, keakraban
dan keamanan.
f. Dalam fase ini keterpentingan adalah remaja belajar untuk mulai mandiri
dan tertarik terhadap lawan jenis.
3. Fase remaja akhir
Dalam fase terakhir ini remaja sudah mulai bisa melaksanakan aktivitas
dengan baik, mulai dari langkah pendidikan, hingga terkontrolnya hubungan
dengan pribadi yang sungguh baik. dalam fase ini remaja sudah memiliki hak,
kewajiban, kepuasan dan tanggung jawab dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara.
2.2 Sikap dan Keyakinan Diri Remaja
2.2.1 Pengertiani Sikap
Sikap adalah kesepian merespon yang sifatnya positif atau negatif terhadap suatu
objek atau situasi secara konsiten (Juliani 2015). Sikap merupakan organisasi
pendapat, keyakinan seseorang mengenai objek atau situasi yang relatif, yang
disertai adanya perasaan tertentu dan memberikan dasar pada orang tersebut untuk
membuat respon atau berperilaku dalam cara tertentu yang dipilihnya (Juliani,
2015). Menurut Notoatmodjo, sikap seseorang terhadap suatu objek adalah
perasaan mendukung atau memihak maupun perasaan tidak mendukung atau tidak
memihak pada objek tersebut (Notoatmodjo, 2012).
2.2.2 Komponen Pokok Sikap
Dalam bagian lain Allport, menjelaskan bahwa sikap mempunyai tiga komponen
pokok, yaitu :
1. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek
2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek
3. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave)
Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total
attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan
dan emosi memegang peranan penting (Juliani, 2015).
2.2.3 Tingkatan Sikap
Seperti halnya dengan pengetahuan sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan, yaitu :
1. Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus
yang diberikan (objek)
2. Merespons (responding)
Memberikan jawaban bila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas
yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.
3. Menghargai (Valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah
adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
4. Bertanggung Jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala
resiko merupakan sikap yang paling tinggi (Notoatmodjo, 2012).
2.2.4 Faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap
Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap menurut Azwar (2015),
yaitu sebagai berikut :
1. Pengalaman pribadi
Sesuatu yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk dan
mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus sosial. Tanggapan akan
menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap.
2. Kebudayaan
Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar
terhadap pembentukan sikap kita. Apabila kita hidup dalam budaya sosial
yang sangat mengutamakan kehidupan berkelompok, maka sangat mungkin
kita akan mempunyai sikap negatife terhadap kehidupan individualisme yang
mengutamakan kepentingan perorangan.
3. Media masa
Media masa sebagai sarana komunikasi. Berbagai bentuk media masa seperti
TV, radio, surat kabar, majalah dan lain-lain mempunyai pengaruh besar
dalam pembentukan opini dan kepercayaan seseorang.
4. Lembaga pendidikan dan lembaga agama
Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai suatu sistem mempunyai
pengaruh dalam pembentukan sikap karena keduannya meletakkan dasar
pengertian dan konsep moral dalam diri individu.

2.2.5 Pengertian keyakinan diri


Keyakinan diri menurut Bandura adalah keyakinan seseorang mengenai
kemampuannya untuk mengatur dan memutuskan tindakan tertentu yang
dibutuhkan untuk memperoleh hasil tertentu (Bandura, 2017).

2.2.6 Funsi keyakinan diri


Menurut Bandura, (2017) fungsi dari keyakian diri adalah sebagai berikut :
1. Pemilihan Aktivitas
Keyakinan diri yang baik yang akan mendorong individu melakukan tugas
yang berada dalam jangkauannya, mendorong untuk mengambil tugas
realistik yang menantang dan yang dapat memotivasi perkembangan
kemampuan individu.
2. Besarnya usaha yang dikeluarkan dan daya tahan dalam menghadapi
rintangan atau pengalaman yang tidak menyenangkan. Penilaian keyakinan
juga menentukan seberapa besar usaha seseorang dan seberapa lama individu
dapat bertahan dalam menghadapi rintangan atau pengalaman yang tidak
menyenangkan .
3. Pola pikir dan reaksi emosional
Keyakinan diri akan mempengaruhi pola pikir dan reaksi emosional individu
pada situasi tertentu.
4. Perwujudan dari keterampilan yang dimiliki.
2.3 Seksual Pranikah
seksual pranikah remaja adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat
seksual yang dilakukan oleh dua orang, pria dan wanita diluar perkawinan yang
sah (Sarwono, 2015). Remaja menginginkan kebebasan yang lebih banyak dan
kadang-kadang ingin lebih leluasa melakuakan aktifitas seksual, walaupun tidak
jarang menimbulkan konflik dalam dirinya sehingga sebagian merasa berdosa dan
cemas (Soetjiningsih, 2010).
2.3.1 Bentuk-bentuk perilaku hubungan seksual pranikah
1. Kissing, berciuman berupa pertemuan bibir dengan bibir pada pasangan
lawan jenis yang didorong oleh hasrat seksual.
2. Necking, bercumbuh tidak sampai pada menempelkan alat kelamin, biasanya
dilakukan dengan berpelukan, memegang payudara atau melakukan oral seks
pada alat kelamin tetapi belun bersenggama.
3. Peting, upaya membangkitkan dorongan seksual dengan cara bercumbuh
sampai menempelkan alat kelamin dan menggesekgesekan alat kelamin
dengan pasangan namun belum bersenggama.
4. Sexual intercourse, terjadi kontak melakuan hubungan kelamin atau
persetubuhan (Sarwono, 2015)
2.3.2 Faktor-faktor yang mendorong seksual pranikah
Faktor-faktor yang mendorong seksual pranikah yang pertama kali dialami oleh
remaja menurut Soetjiningsih, (2010) adalah :
1. Waktu/ saat mengalami pubertas
2. Kurangnya wawasan dari orang tua, remaja tidak tahu batas-batas mana yang
boleh dan mana yang tidak boleh
3. Frekuensi pertemuan dengan pacarnya, hubungan antar mereka semakin
romantis, adanya keinginan untuk menunjukan cinta pada pacarnya,
penerimaan aktifitas seksual pacarnya.
4. Status ekonomi, kondisi keluarga yang tidak memungkinkan untuk mendidik
anak-anak memasuki masa remaja dengan baik.
5. Korban pelecehan seksual
6. Tekanan dari teman sebaya, penggunaan obat obat terlarang dan alkohol,
merasa sudah saatnya melakukan aktivitas seksual sebab sudah merasa
matang secara fisik
7. Sekedar menunjukan kegagahan dan kemampuan fisiknya
8. Terjadi peningkatan rangsangan seksual akibat peningkatan kadar hormone
reproduksi atau seksual
Menurut Smith dan Anderson (2016) faktor lain yang dapat mempengaruhi
seorang remaja melakuan seks pranikah karena didorong oleh rasa inggin tahu
yang besar untuk mencoba segala hal yang belum diketahui. Ini merupakan ciri
ciri remaja pada umumnya, remaja inggin mengetahui banyak hal yang hanya
dapat dipuaskan serta diwujudkannya melalui pengalaman mereka sendiri
(Dhamayanti, 2015).
Dorongan seksual desebabkan akibat adanya pengaruh dari media seperti
menonton film porno, melihat gambar porno, mendengar cerita porno, berduaan di
tempat sepi, berkhayal tentag seksual, menggunakan zat perangsang atau NAPSA.
Mengendalikanya dengan cara yaitu taat beribadah, remaja memahami tugas
utamanya misalnya belajar dan bekerja, mengisi waktu sesuai dengan bakat, minat
dan kemampuan misalnya olahraga, kesenian dan berorganisasi, (BKKBN).

2.3.3 Dampak/ Akibat Seks Pranikah


Seks pranikah dikalangan remaja menimbulkan dampak yang buruk bagi
perkembangan dan masa depan remaja, bahaya seks bebas mecakup bahaya bagi
perkembangan mental (psikis), fisik dan masa depan remaja itu sendiri dampak
dari bahaya seks pranikah tersebut yaitu :
1. Menciptakan kenangan buruk bagi remaja yang melakukannya dikarenakan
hujatan yang dari masyarakat yang akan berdampak bukan saja dari pada
remaja itu sendiri tetapi keluarga juga ikut menanggung aib dari hasil
perbuatan tersebut dan menjadi beban mental yang sanggat berat bagi
keluarga
2. Kehamilan yang tidak diinginkan, yang terjadi akibat hubungan seks pranikah
bukan saja mendatangkan mala petaka bagi bayi yang dikandungnya juga bisa
menjadi beban mental yang sangat berat bagi ibunya mengingat kandungan
yang tidak bisa disembunyikan dalam keadaan seperti ini biasanya terjadi
depresi, terlebih lagi jika sang pacar pergi tanpa rasa tanggung jawab
3. Pengguran kandungan dan pembunuhan bayi
4. Penyebaran penyakit terutama penyakit menular seksual (PMS) (Ghifari,
2015)

2.3.4 Penceghaan seks pranikah


Pencegahan seks pranikah Rizqiyah (2017), yaitu :
1. Menghindari melakukan hubungan seksual sebelum menikah
2. Menghindari perbuatan-perbuatan yang akan menimbulkan dorongan seksual,
seperti menonton video porno
3. Melakukan kegiantan-kegiatan positif seperti olahraga, seni, keagamaan
4. Mencari informasi dan mendiskusikan dengan orang tua, pelayanan
kesehatan, guru BK, teman sebaya mengenai perilaku seksual.
5. Meningkatkan ketahanan moral melalui pendidikan agama
6. Menolak ajakan pasangan yang meminta untuk melakukan hubungan seksual
7. Mengendalikan diri saat bermesraan (pacaran sehat)
8. Besikap waspada jika diajak disuatu tempat yang sepi dan berbahaya
2.4 Pendidikan Kesehatan
2.4.1 Pengertian Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan adalah semua kegiatan untuk memberikan dan
meningkatkan pengetahuan, sikap, dan praktek baik individu, kelompok atau
masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri
(Notoatmodjo, 2012). Pendidikan kesehatan adalah upaya yang direncanakan
untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat
sehingga dapat melakukan seperti yang diharapkan oleh pelaku pendidikan
kesehatan (Fitriani, 2015).
2.4.2 Tujuan Pendidikan Kesehatan
Tujuan utama pendidikan kesehatan adalah agar orang mampu menerapkan
masalah dan kebutuhan mereka sendiri, mampu memahami apa yang dapat
mereka lakukan terhadap masalahnya, dengan sumber daya yang ada pada mereka
ditambah dengan dukungan dari luar, dan mampu memutuskan kegiatan yang
tepat guna untuk meningkatkan taraf hidup sehat dan kesejahteraan masyarakat
(Darwan 2019 ). Menurut Undang-undang kesehatan No. 23 tahun 2019, tujuan
pendidikan kesehatan adalah untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber
daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis.
2.4.3 Fakor-faktor yang Mempengaruhi Pendidikan Kesehatan
Menurut Notoatmojo (2012), ada beberapa faktor yang mempengaruhi
keberhasilan promosi kesehatan dalam melakukan pendidikan kesehatan
diantaranya :
1. Promosi kesehatan dalam faktor predisposisi
Promosi kesehatan bertujuan untuk menggugah kesadaran, memberikan atau
meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pemeliharaan dan
peningkatan kesehatan bagi dirinya sendiri, keluarganya, maupun
masyarakatnya. Bentuk promosi ini dilakukan dengan penyuluhan, pameran,
iklan layanan kesehatan, dan sebaginya.
2. Promosi kesehatan dalam faktor-faktor enabling (penguat)
Bentuk promosi kesehatan dilakukan agar dapat memberdayakan masyarakat
dan mampu mengadakan sarana dan prasarana kesehatan dengan cara bantuan
teknik, memberikan arahan, dan cara-cara mencari dana untuk pengadaan
sarana dan prasarana.
3. Promosi kesehatan dalam faktor reinforcing (pemungkin)
Promosi kesehatan ini ditujukan untuk mengadakan pelatihan bagi tokoh
agama, tokoh masyarakat dan petugas kesehatan sendiri dengan tujuan agar
sikap dan perilaku petugas dapat menjadi teladan, contoh atau acuan bagi
masyarakat tentang hidup sehat.
2.4.4 Faktor yang menghambat proses pendidikan kesehatan
1. Faktor internal
a. Diri sendiri
b. Keluarga
c. Motivasi
2. Faktor internal
a. Pengaruh lingkungan
b. Pengaruh ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK)
c. Pengaruh buday.

Pendidikan Seksuaalitas (WHO, 2018)

Pendidikan seksualitas komprehensif (CSE) adalah proses pengajaran dan


pembelajaran berbasis kurikulum

tentang aspek kognitif, emosional, fisik dan sosial dari seksualitas. Ini bertujuan
untuk memperlengkapi anak-anak

dan remaja dengan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang akan
memberdayakan mereka untuk mewujudkan

kesehatan, kesejahteraan, dan martabat mereka; mengembangkan hubungan sosial


dan seksual yang saling menghormati; mempertimbangkan

bagaimana pilihan mereka memengaruhi kesejahteraan mereka sendiri dan orang


lain; dan memahami dan memastikan
perlindungan hak-hak mereka sepanjang hidup mereka

2.5 Kesehatan Reproduksi dan Seksual


2.5.1 Definisi Kesehatan Reproduksi dan Seksual Remaja

kesehatan reproduksi dan seksual merupakan keadaan sehat secara fisik,


mental,emosional dan sosial secara utuh semata-mata bebas dari penyakit atau
kecacatan yang berkaitan dengan sistem, fungsi, dan proses reproduksi. Kesehatan
seksual memerlukan pendekatan positif terhadap seksualitas dan hubungan
seksual, seksualitas adalah interaksi yang kompleks dari beberapa segi, termasuk
faktor anatomi, fisiologis, psikologis, perkembangan, budaya, dan relasional
(Hariyati, 2015).

2.5.2 Sistem, fungsi organ reproduksi


a. Organ Reproduksi perempuan dan fungsinya
1. Ovarium (Induk telur)
Ovarium adalah dua organ yang berada dikanan rahim di ujung saluran
fimbae yang terletak pada bagian atas rongga pinggul. Ovarium berfungsi
pembentukan dan pengeluaran sel telur dan penyimpanan sekresi hormon
(estrogen dan progesteron).
2. Tuba Falopi (saluran telur)

Yaitu saluran kiri dan kanan rahim yang dilalui oleh sel telur
(ovum) setelah keluar dari ovarium (proses ovulasi) dan
tempat pembuahan (konsepsi). Ujungnya adalah fimbrae.
3. Fimbrae (umbai-umbai)
Yaitu ujung dari tuba falopi yang dianalogikan dengan jari-
jari tangan. Berfungsi untuk menangkap ovum yang
dikeluarkan oleh indung telur.
4. Uterus (rahim)
Yaitu tempat janin berbentuk seperti buah pir yang berongga
terletak antara rektum dan kandung kemih, dengan berat 30-
5 gram. Berfungsi sebagai organ menstruasi,menerima ovum
yang sudah dibuahi dan mempertahankan sampai kelahiran.
5. Cervix uteri (leher rahim)
Yaitu lubang bawah rahim yang mempunyai saluran yang
berfungsi sebagai tempat untuk keluarnya darah menstruasi
dan akan terbuka pada saat persalinan sebagai jalan
keluarnya janin.
6. Vagina (lubang senggama)
Yaitu sebuah saluran yang berbentuk silinder bersifat elastis
dan bergelombang yang berfungsi sebagai jalan keluarnya
darah menstruasi,janin dan sebagai lubang untuk
bersenggama (Hariyati, 2015).
b. Organ Reproduksi laki-laki dan Fungsinya
1. Penis
Organ yang berbentuk silindris berfungsi sebagai alat
senggama dan sebagai saluran untuk mengeluarkan sperma
air seni. Pada keadaan biasa panjang penis ± 6-8 cm. Ketika
terangsang seksual banyak darah yang dipompakan ke penis
sehingga panjangnya menjadi sekitar 2 kali dari panjang
sebelumnya. Keadaan ini disebut ereksi.
2. Glans
Bagian depan atau kepala penis yang banyak mengandung
pembuluh darah dan syaraf. Kulit yang menutupi glans
disebut foreskin (Preputium). Membersihkan daerah sekitar
preputium ini dikenal dengan sunat. Sunat sangat dianjurkan
karena memudahkan pembersihan penis sehingga
mengurangi resiko infeksi,radang dan kanker.
3. Uretra (saluran kencing)
Yaitu saluran yang berfungsi mengeluarkan air seni dan air
mani.
4. Vas deferens (saluran sperma)
Saluran yang menyalurkan sperma dari testis menuju
prostat. Vas deferens panjangnya ±4,5 cm dengan diameter
±2,5 mm.
5. Epididimis
Saluran yang lebih besar dari vas deferens, panjang sekitar
45-50 cm, berfungsi sebagai tempat bertumbuh dan
berkembangnya spermatozoa.
6. Testis
Organ yang berfungsi memproduksi hormon testosteron dan
sperma setiap hari. Berbentuk bulat telur (avoid) yang
berjumlah dua buah.
7. Scrotum
Kantung kulit yang melindungi testis, berwarna gelap dan
berlipat- lipat, sebagai tempat bergantungnya testis.
8. Kelenjar prostat
Terletak di bawah kandung kemih, yang menghasilkan
cairan yang bersifat basa dan berfungsi untuk
mempertahankan kelangsungan hidup sperma.
9. Vesikula seminalis
Kelenjar yang berupa kantung, berbentuk seperti huruf S
berkelok- kelok (sambung menyambung) berfungsi
menghasilkan sekaligus menampung cairan mani sebagai
media pengantar sperma (Hariyati, 2015).
2.5.3 Mekanisme Fungsi Organ Reproduksi Perempuan
a. Lendir Vagina
Secara alamiah lendir vagina akan mengeluarkan lendir yang berfungsi untuk
melindungi alat kelamin, lendir ini bersifat asam yang dihasilkan oleh bakteri
komensal (Doderlein). Ekosistim vagina dipengaruhi oleh 2 faktor utama
yaitu estrogen dan laktobasilus (doderlein). Jika keseimbangan ini terganggu,
bakteri laktobasilus akan mati dan bakteri patogen akan tumbuh sehingga
vagina akan rentan terhadap infeksi (Hariyati, 2015).
b. Menstruasi
Menstruasi adalah proses peluruhan lapisan dalam atau endometrium yang
banyak mengandung pembuluh darah dari uterus melalui vagina. Proses
menstruasi berlangsung ketika pubertas, ovarium berfungsi dan terjadi siklus
menstruasi. Dalam satu siklus dinding rahim menebal sebagai pesiapan jika
terjadi kehamilan. Sel telur yang matang (ovulasi) yang dikeluarkan indung
telur/ovum (terjadi kira-kira 2 minggu sebelum haid), akan berpotensi untuk
dibuahi oleh sperma di saluran telur/tuba hanya dalam 24 jam. Bila ternyata
tidak terjadi pembuahan maka sel telur akan bergerak menuju rahim dan pada
saat bersamaan terjadi perubahan komposisi kadar hormon yang akhirnya
membuat dinding rahim akan luruh. Menstruasi yang pertama (menarche)
merupakan tanda awal pubertas. Biasanya siklus menstruasi pada remaja
berlangsung selama 3-7 hari namun masih ada yang belum teratur hal ini
dipengaruhi oleh kondisi fisik dan psikis apalagi pada fase ini hormon-
hormon masih belum stabil. Menstruasi berhenti pada saat hamil/menyusui
dan selesai sampe usia 50 tahun yang di sebut menopause (Hariyati, 2015).

c. Keperawanan
Dikatakan perawan apabila belum pernah melakukan hubungan seksual.
Dimulut vagina terdapat selaput darah (hymen), suatu selaput yang akan
robek pada saat bersenggama, kecelakaan/cidera, masturbasi/onani yang
telalu dalam (Hariyati, 2015).
d. Kehamilan
Kehamilan adalah proses yang terjadi setelah pertemuan antara sel telur
perempuan dan sperma laki-laki yang membentuk sel embrio dimana
merupakan cikal bakal janin. Usia subur seorang individu dikatakan matang
secara seksual pada umur yang bervariasi antara pria dan wanita. Untuk pria
dimulai sejak terbentuknya produksi sperma, untuk perempuan dimulai sejak
diproduksinya sel telur, yaitu ditandai dengan menstruasi.
Proses kehamilan diawali dengan keluarnya sel telur yang telah matang dari
indung telur dan siap dibuahi sperma seningga membentuk zigot (sel yang
bertumbuh) hal ini terjadi jika kondisi sperma dan sel telur sama sama sehat.
Zigot akan terus membelah menjadi sel yang sempurna sambil bergerak
menuju rahim. Di rahim hasil konsepsi tersebut akan menanamkan diri pada
dinding rahim (uterus), sel yang tertanam tersebut di sebut embrio hingga
menjadi janjin yang siap untuk dilahirkan (Hariyati, 2015).
2.5.4 Mekanisme fungsi organ reproduksi laki-laki
a. Ereksi
Ereksi merupakan pengerasan dan pembesaran pada penis yang terjadi ketika
pembuluh darah dipenuhi dengan darah. Ketika ereksi otot-otot disekitar
kandung kemih akan menjadi lebih rapat, sehingga tidak dapat mengeluarkan
air seni/kencing saat melakukan hubungan seksual. Ereksi bisa terjadi karena
rangsangan seksual, misalnya ketika orang lain menyentuh penis juga bisa
terangsang ketika menonton adegan erotis ditelevisi, melihat gambar-gambar
seksi dan berfantasi seksual, yaitu membayangkan adegan-adegan erotis.
Ereksi juga bisa terjadi karena perubahan suhu dingin (Hariyati, 2015).
b. Ejakulasi
Ejakulasi merupakan keluarnya cairan sperma melalui saluran kemih, bisa
terjadi melalui rangsangan maupun tanpa rangsangan (mimpi basah). Mimpi
basah merupakan pengalaman normal pada laki- laki yang mengalami
pubertas yang ditandai dengan keluarnya cairan putih kental saat tidur
berlangsung, seiring dengan proses mimpi tentang seks. Sperma yang telah di
produksi akan dikeluarkan dari testis melalui saluran vas deferens kemudian
berada didalam cairan mani yang ada di vesikula seminalis. Sperma disimpan
dalam kantung mani, jika sudah penuh akan dikeluarkan dengan sendirinya,
jika tidak dikeluarkan cairan ini akan diserap kembali oleh tubuh. Mimpi
basah umumnya terjadi secara periodik, bekisar setiap 2-3 minggu (Hariyati,
2015).
c. Onani/ mastrubasi
Onani/masturbasi merupakan aktivitas merangsang diri sendiri dengan
menyentuh atau meraba organ genetalia. Perkembangan organ- organ
reproduksi pada remaja akan mempengaruhi kegiatan faal reproduksi yang
salah satunya adalah meningkatkan rangsangan seksual dari dalam tubuh diri
remaja. Selain itu rangsangan tersebut juga banyak dipengaruhi oleh faktor
luar seperti majalah, film dan hal-hal yang berbau erotis. Rangsangan seksual
tersebut dipengaruhi oleh sifat ingin tahu remaja untuk suatu pengalaman
dalam dirinya, sehingga terjadi adalah rangsangan seksual yang meningkat
namun belum mampu mendapatkan penyaluran seksual secara normal.
Remaja akan berupaya untuk melepaskan diri dari permasalahan tersebut dan
dengan cara merangsang diri sendiri pada penisnya sehingga terjadi ereksi
dan berakhir dengan ejakulasi. Dengan demikian produksi spermatozoa yang
tertumpuk akan dilepaskan secara paksa. Secara fisiologis masturbasi tidak
mengganggu kesehatan selama dilakukan secara bersih dan tidak terobsesi
(Hariyati, 2015).

2.6 Efektivitas pendidikan kesehatan tentang sikap dan keyakinan diri


remaja tentang pencegahan seks pranikah
Penelitian menurut Dewi S.U (2018) menyimpulkan bahwa penyuluhan
kesehatan reproduksi tentang seksual pranikah efektif secara sangat
segnifikan terhadap pengetahuan dan sikap remaja. Pentingnya informasi
mengenai seks pranikah secara jelas dan benar yaitu salah satunya dengan
pemberian pendidikan kesehatan reproduksi tentang seksual pranikah dari
petugas kesehatan, sehingga dapat meninggkatkan pengetahuan dan sikap
remaja menjadi lebih baik. Penelitian yang juga dilakukan oleh Indarwati R,
dkk (2019) menyimpulkan bahwa ada hubungan signifikan yang cukup kuat
dan tidak searah antara kepercayaan diri dalam menghindari seks bebas
dengan perilaku seksual remaja.
BAB III

METODOLOGI KAJIAN LITERATURE

3.1 Metodologi Kajian Literatur

Metode yang digunakan dalam penulisan ini yaitu literature review atau tinjauan
literatur. Tinjauan literatur merupakan sebuah studi komprehensif dan interpretasi
literatur yang berhubungan dengan topik tertentu.

3.2 Strategi Pencarian Literature

3.2.1 Protokol dan Registrasi

Rangkuman menyeluruh dalam bentuk literature review mengenai evektifitas


pendidikan kesehatan reproduksi tentang sikap dan keyakinan diri remaja tentang
pencegahan seks pranikah. Protokol dalam studi ini menggunakan The Centre for
Review and Dissemination and the Joanna Briggs Institute Guideline sebagai
panduan dalam asesmen kualitas dari studi yang akan dirangkum. Evaluasi dari
literature review akan menggunakan PRISMA checklist untuk menentukan
penyeleksian studi yang telah ditemukan dan disesuaikan dengan tujuan dari
literature review.

3.2.2 Database Pencarian

Literature review yang merupakan rangkuman menyeluruh beberapa studi


penelitian yang ditentukan berdasarkan tema tertentu. Pencarian literatur
dilakukan pada bulan Mei – Juni 2020. Data yang digunakan dalam peelitian ini
adalah data sekunder yang diperoleh bukan dari pengamatan langsung, akan tetapi
diperoleh dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti-peneliti
terdahulu. Sumber data sekunder yang didapat berupa artikel jurnal bereputasi
baik nasional maupun internasional dengan tema yang sudah ditentukan.
Pencarian literatur dalam kajian literatur ini menggunakan tiga database dalam
mencari sumber literatur seperti Google Scholar, Scient Direct dan Pubmed.
3.2.3 Kata Kunci

Pencarian artikel atau jurnal menggunakan keyword dan boolean operator (AND,
OR NOT or AND NOT) yang digunakan untuk memperluas atau menspesifikkan
pencarian, sehingga mempermudah dalam penentuan artikel atau jurnal yang
digunakan. Kata kunci dalam literature review ini disesuaikan dengan Medical
Subject Heading (MeSH) dan terdiri dari: “Pendidikan (Education)”, “Kesehatan
Reproduksi (Reproductive Health)”, “Sikap (Attitude)”, “Keyakinan Diri (Self
Efficacy)”, “(Pencegahan Seksual Pranikah (Prevention of Premarital Sexual)”.

3.3 Kriteria Iklusi dan Eksklusi

Strategi yang digunakan untuk mencari artikel yang juga sebagai panduan dalam
menentukan kriteria inklusi dan eksklusi jurnal yang akan di review adalah
menggunakan PICOS framework.

1. Population/problem yaitu populasi atau masalah yang akan dianalisis sesuai


dengan tema yang sudah ditentukan dalam literature review
2. Intervention yaitu suatu tindakan penatalaksanaan terhadap kasus perorangan
atau masyarakat serta pemaparan tentang penatalaksanaan studi sesuai dengan
tema yang sudah ditentukan dalam literature riview
3. Comparation yaitu intervensi atau penatalaksanaan lain yang digunakan
sebagai pembanding, jika tidak ada bisa menggunakan kelompok kontrol dalam
studi yang terpilih.
4. Outcome yaitu hasil atau luaran yang diperoleh pada studi terdahulu yang
sesuai dengan tema yang sudah ditentukan dalam literature riview.
5. Study design yaitu desain penelitian yang digunakan dalam artikel yang akan
di riview.

Tabel 3.3 Format PICOS dalam Literaturer Riview

Kriteria Insklusi Eksklusi


Population Studi yang fokus Tidak berfokus pada
membahas remaja
remaja
Intervention Pendidikan kesehatan Studi yang intervensinya
reproduksi bukan pendidikan
kesehantan reproduksi
Comparators No Comparators
Outcomes Efektivitas pendidikan Tidak membahas
kesehatan reproduksi Efektivitas pendidikan
tentang sikap dan kesehatan reproduksi
keyakinan diri remaja tentang sikap dan
tentang pencegahan seks keyakinan diri remaja
pranikah tentang pencegahan seks
pranikah
Study Design and Quasi-experemental, Cross Sectional Study,
publication type Random Mizet Case Study Design,
Controllet Trial, Causal Design
Qualitative Risearch
Publication years Literatur pada terbitan Literatur terbitan
lima tahun terakhir dibawah tahun 2015
(2015-2019)
Language Indonesi, Inggris Bahasa diluar Inggris
dan Indonesia

Critical Appraisal

Setelah melakuakan pencarian data dan menemukan artikel relevan yang dapat
menjawab pertanyaan kajian literatur, maka penulis akan melakukan critical
appraisal. Critical Appraisal adalah sebuah pendekatan sistematis yang
terorganisir untuk melakuakan evaluasi studi penelitian. Hal ini menggunakan
seperangkat kriteria penilaian krisis yang objektif untuk menentukan kekuatan,
kwalitas, dan konsistensi bukti atau artikel kajian literatur. Prinsip kunci dari
critical appraisal adalah dengan melakuakan studi yang menyediakan cukup
informasi untuk membantu peneliti menilai baik atau tidaknya sebuah artikel
(Lathlean dan Gerrish, 2015).

3.4 Seleksi Studi dan Penilaian kualitas

3.4.1 Hasil pencarian dan seleksi studi


Berdasarkan hasil pencarian literature melalui publikasi di tiga database dan
menggunakan kata kunci yang sudah disesuaikan dengan MeSH, peneliti
mendapatkan 89 artikel yang sesuai dengan kata kunci yang tersebut. Hasil
pencarian yang sudah didapatkan kemudian diperiksa dipublikasi, ditemukan
terdapat 13 artikel yang sama sehingga dikeluarkan dan tersisa 76 artikel. Peneliti
kemudian melakukan skrining berdasarkan judul (n= 59), abstrak (n= 36) dan full
text (n= 17) yang disesuaikan dengan tema literature review. Assessment yang
dilakukan berdasarkan kelayakan terdapat kriteria inklusi dan eksklusi didapatkan
banyak 4 artikel yang bisa dipergunakan dalam literature eiview. Hasil seleksi
artikel studi dapat digambarkan dalam diagram flow dibawah ini:

Artikel yang diidentifikasi melalui


database Google Scholar,
PubMed, Science Direct (n = 89)
Dieksklusi (n =
Participants
Hasil setelah duplikasi di hapus (n Tidak fokus remaja
= 76)
Intervention
Tidak relevan dengan
pendidikan kesehatan
reproduksi
Hasil artikel setelah identifikasi
berdasarkan judul (n = 59)
Outcome
Tidak membahas efektivitas
kesehatan reproduksi trhadap
sikap dan keyakinan diri
Hasil artikel setelah diidentifikasi remaja tentang pencegahan
berdasarkan abstrak (n =36 ) seks pranikah

Dieksklusi (n =
Participants
Tidak fokus pada sikap dan
keyakinan diri remaja
Full text diambil dan dinilai
kelayakan (n = 17) Intervention
Tidak relevan dengan
pendidikan kesehatan
reproduksi

Outcome
Tidak membahas efektivitas
Jumlah artikel yang memenuhi kesehatan reproduksi trhadap
syarat review (n= 7) sikap dan keyakinan diri
remaja tentang pencegahan
seks pranikah

Gambar 3.4 Diagram Flow Literature Review berdasarkan PRISMA 2009

3.4.2 Penilaian Kualitas


Menilai dan menganalisis kualitas metodologi setiap study (n = 7) menggunakan
The Joanna Briggs Institude (JBI) Critical Appraisal untuk jenis studi Quasi-
experimental studies. Checklist daftar penilaian berdasarkan The JBI Critical
Appraisal terdiri dari beberapa pernyataan untuk menilai kualitas studi. Penilaian
kriteria diberi nilai ‘ya’, ‘tidak’, ‘tidak jelas’ atau ‘tidak berlaku’, dan dengan
kriteria yang sesuai skor ‘ya’ diberi satu poin dan nilai lainnya adalah nol, setiap
skor studi kemudian dihitung dan dijumlahkan. Critical appraisal untuk menilai
studi yang memenuhi syarat dilakukan oleh peneliti sendiri. Jika skor penilaian
setidaknya 50% memenuhi kriteria critical appraisal dengan nilai titik cut-off
yang telah disepakati oleh peneliti, studi dimasukan kedalam kriteria insklusi.
Dalam skrining terakhir, semua studi (n = 4) mencapai skor lebih tinggi dari 50%
sehingga siap untuk dilakukan sintesis data.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Karakterristik Studi

Dalam (Gambar 3.4) ada tujuh artikel yang memenuhi kriteria insklusi yaitu
pengaruh pendidikan kesehatan reproduksi tentang sikap terhadap pencegahan
seks pranikah. Studi dalam penelitian literature riview terkait pengaruh
pendidikan kesehatan reproduksi tentang sikap terhadap pencegahan seks
pranikah tiga mengunakan Quasi Experimental jenis pre test-post test control
group design dan dua menggunakan One group pretest-postest design (kelompok
intervensi tanpa menggunakan pembanding). Semua studi (n = 5) rata-rata
memiliki nilai atau kualitas yang tinggi menurut checklist The JBI Critical
Appraisal. Studi yang sesuai dengan tinjauan sistematis ini dilakukan di Indonesia
(Dewi S.U. 2018), Indonesia (Oktarina J. 2019), Indonesia (Jannah U. 2017),
Indonesia (Saputro D. N. A. A. 2015) dan Arab Saudi (Research, 2018). Hasil
kajian terhadap tujuh literature tersebut tergambar sebagai berikut:

4.2 Hasil

Hasil kajian terhadap empat literature tersebut tergambar sebagai berikut:


Nama Popolasi/ Design/ Intervensi/ Kontrol Outcome/Instr Hasil
Peneliti/Tahun Setting Metode ument

Dewi S.U., 2018 Sampel terdiri One group Peneliti melakukan Outcome: Hasil penelitian ini
dari 36 pretest- menunjukan adanya
observasi pertama (pretest) Tujuan
responden postest efektivitas penyuluhan
remaja di design dengan memberikan penelitian ini kesehatan reproduksi
Mujil (kelompok tentang seksual pranikah
kuesioner kepada 36 adalah untuk
Kelurahan intervensi terhadap pengetahuan
Bumurejo tanpa responden kemudian mengetahui dan sikap remaja.
Kebumen. menggunaka Hasil uji statistik paired
diberikan intervensi efektivitas
n t-test diketahui nilai P =
pembanding) penyuluhan kesehatan penyuluhan 0,000, artinya
penyuluhan kesehatan
reproduksi tentang seksual kesehatan
reproduksi tentang
pranikah, sesudah itu reproduksi seskual pranikah efektif
secara sangat signifikan
peneliti melakukan tentang seksual
terhadap
observasi kembali dengan pranikah pengetahuan dan sikap
remaja.
memberikan kuesioner terhadap
sikap dan pengetahuan pengetahuan dan
remaja terhadap seksual sikap remaja.
pranikah.
Instrument:
kuesioner sikap
dan pengetahuan
Oktarina J., 2019 Populasi dalam Quasi Terdapat 2 kelompok: Outcome: Hasil terdapat perbedaan
penelitian ini Penelitian ini yang bermakna pada
Experimental 1. kelompok intervensi
adalah seluruh bertujuan untuk kelompok kontrol dan
siswa kelas 1 jenis pre test- menerima pendidikan mengetahui kelompok perlakuan pada
SMAN 1 pengaruh pengetahuan dan sikap
post test kesehatan reproduksi
Sukamara pendidikan remaja. pengetahuan
yang control dan diberikan sebanyak kesehatan pada remaja p=0,000
berjumlah 242 reproduksi pada (p<0,05) dan sikap pada
group 3 kali.
siswa. Sampel pengetahuan dan remaja p=0,014 (p<0,05).
yang diambil design. 2. Kelompok control di sikap remaja Ada pengaruh pendidikan
adalah siswa dalam kesehatan reproduksi
observasi pretest dan
kelas 1 yang pencegahan terhadap peningkatan
memenuhi postest dengan hubungan seks pengetahuan dan sikap
kriteria inklusi. pra nikah di remaja di SMAN 1
kuesioner sikap dan
Sampel SMAN 1 Sukamara, Provinsi
berjumlah 50 pengetahuan Sukamara, Kalimantan Tengah.
siswa terdiri Provinsi
dari 25 siswa Kalimantan
kelompok Tengah
intervensi dan
25 orang Instrument:
kelompok kuesioner
control. pengetahuan dan
sikap
Jannah U., 2017 Populasi dalam Pre Peneliti melakukan Outcome: tujuan Hasil penelitian ini
untuk menunjukan Siswa SMP
penelitian ini experimental observasi perama (pretest)
mengetahui Ma‟arif Gamping Mlangi
adalah seluruh jenis one dengan memberikan Pengaruh Sleman Yogyakarta
Penyuluhan sebelum penyuluhan
siswa SMP group kuesioner kepada 51
Ma’arif pretest- responden kemudian Kesehatan sebagian besar memiliki
Reproduksi perilaku cukup yaitu
Gamping postest diberikan intervensi
terhadap Sikap sebanyak 31 responden
Sleman yaitu design penyuluhan kesehatan Remaja Tentang (60,8%), sesudah
Pencegahan penyuluhan sebagian
degan jumlah reproduksi tentang seksual
Seks Pranikah dibesar memiliki perilaku
154 siswa pranikah, sesudah itu SMP Ma‟arif cukup yaitu 28 responden
Gamping (54,9%) dan memiliki
dengan peneliti melakukan
Mlangi Sleman perilaku baik yaitu 22
menggunakan observasi kembali dengan Yogyakarta. responden (43,1%). Ada
pengaruh penyuluhan
teknik sempel memberikan kuesioner
Instrument: kesehatan terhadap sikap
purposive sikap dan pengetahuan kuesioner sikap remaja tentang
dan pengetahuan pencegahan seks
sampling. remaja terhadap seksual
pranikah p-value 0,0001
Jumlah sempel pranikah. dimana 0,0001<0,05.
dalam
penelitian ini
51 siswa.
Saputro D. N. A. Sampel dalam Quasi Terdapat 2 kelompok: Outcome: Hasil penelitian
Tujuan terdapat perbedaan
A., 2015 penelitian ini Experimental 1. kelompok intervensi
penelitian pengetahuan tentang
berjumlah 40. jenis with menerima promosi mengetahui kesehatan reproduksi
pengaruh sebelum dan
yang diambil control kesehatan reproduksi
promosi sesudah diberi promosi
adalah siswa group.. 2. Kelompok control di kesehatan kesehatan dengan p=
tentang 0,001 pada kelompok
kelas X dan XI observasi pretest dan
kesehatan perlakuan,
terdiri dari 20 postest dengan reproduksi sedangkan pada
siswa kuesioner sikap dan terhadap kelompok kontrol Tidak
pengetahuan dan terdapat perbedaan
kelompok pengetahuan
sikap remaja dengan p = 0,437.
intervensi dan tentang seks Terdapat perbedaan sikap
pranikah di tentang seks pranikah
20 orang
SMA sebelum dan sesudah
kelompok Muhammadiyah diberi
4 Kartasura promosi kesehatan
control.
dengan p= 0,002 pada
Instrument: kelompok perlakuan,
kuesioner sedangkan pada
pengetahuan kelompok kontrol Tidak
berisi 19 terdapat perbedaan
pertanyaan. dengan p = 0,746.
kuesioner sikap Terdapat beda
seks pranikah pengaruh promosi
terdiri kesehatan tentang
14 pertanyaan. kesehatan reproduksi
Analisa Data terhadap pengetahuan
Penelitian remaja tentang seks
yang digunakan pranikah antara
adalah uji kelompok perlakuan
Paired dengan kelompok
sample t-test, kontrol dengan p =0,001.
dan independent Tidak terdapat beda
t test. pengaruh promosi
kesehatan
tentang kesehatan
reproduksi terhadap sikap
remaja tentang seks
pranikah antara
kelompok perlakuan
dengan kelompok kontrol
dengan p =0,092.
penelitian ini Terdapat
pengaruh pendidikan
kesehatan terhadap
peningkatan
pengetahuan responden
tentang kesehatan
reproduksi, namun tidak
terdapat
pengaruh pemberian
pendidikan kesehatan
terhadap peningkatan
sikap.
Maimunah, 2019 Sempel terdiri Metode yang No Intervention Outcome: Hasil penelitian
dari 165
digunakan Tujuan menunjukan bahwa
remaja yang
berusia 12-19 kualitatif penelitian ini pendidikan seks adalah
tahun.
dengan untuk sangat penting dari sudut
menggunaka mengeksplorasi
n teori perspektif
pandang remaja .
grounded remaja tentang
pendidikan seks
sebagai dasar
kebijakan
menentukan
apakah
pendidikan seks
penting atau
tidak bagi
remaja

Instrumen:
Kuesioner
pentingnya
pendidikan seks
pada remaja
terdiri dari 2
pertanyaan
Kemigisah, dkk Sempel terdiri Metode Outcome: Hasil dalam penelitian ini
2019 dari 33 sekolah dalam Tujuan menunjukan antara Juli
untuk pebelitian ini penelitian ini 2016 dan Agustus 2017,
kelompok menggunaka untuk 1096 siswa direkrut.
perlakuan 15 n metode mengevaluasi Hasil dipelajari diantara
dan kelompok campur, efektivitas yang 380 siswa di Indonesia
control 18 termasuk uji komprehensif kelompok intervensi dan
yang dipilih coba intervensi 484 siswa di kelompok
secara acak di kelompok pendidikan kontrol. Proporsi murid
kabupaten acak di antara seksualitas pada yang pernah
Mbarara murid di 33 remaja di berhubungan seks
sekolah dasar sekolah di meningkat dari 9 menjadi
yang dipilih Uganda 12,1% dalam intervensi
secara acak. disbandingkan dengan
Diikuti Instrument: 5,2% hingga 7,4% pada
evaluasi Untuk menilai kelompok kontrol,
kualitatif efektivitas namun demikian
intervensi di intervensi perbedaan antara
4 sekolah ang menggunakan kelompok tidak
mencakup 14 kuesioner yang signifikan secara
wawancara diujicibakan di statistik. Menemukan
mendalam antara 105 peningkatan yang lebih
dan 3 diskusi remaja. besar dalam hal seksual
kelompok Kuesioner dan pengetahuan
berfokus dikembangkan kesehatan reproduksi di
dibagikan dalam bahasa antara sekolah intervensi
kepada siswa. inggris dan dan tidak ada yang
Data bahasa local. signifikan perbedaan
kuantitatif harga diri, citra tubuh
dianalisis atau norma-norma
menggunaka kesejateraan gender.
n regresi
logistik untuk
membanding
kan
perbedaan
kelompok
intervensi
dan
kelompok
kontol.

Obach, dkk 2017 Sempel terdiri Metode yang - Outcome: Hasil dalam penelitian ini
dari lima digunakan Tujuan persepsi negative
wilayah di menggunaka penelitian ini diantara remaja
metropolitan n etnografi menanyakan diidentifikasi mengenai
chili kualitatif tentang persepsi jenis kelamin pendidikan
remaja tentang yang mereka terima.
pendidikan di Mereka menyatakan
wilayah bahwa ada kebutuhan
Metropolitan akan informasi tentang
Chili dan peran seksual dan kesehatan
sector kesehatan reproduksi, yang
dan pendidikan. membahas secara
biologis, emosional dan
Instrumen: dimensi seksualitas,
Teknik mengatasi pendekatan
penelitian yang konservatif dan bebasis
digunakan yaitu risiko untuk seks.
pengamatan Strategi kesehatan
partisipan inovatif yang difokuskan
terhadap pada sekolah
dinamika ruang, diidentifikasi, dimana
terutama sektor kesehatan dan
interaksi antara pendidikan bekerja
remaja dan tim secara kolaboratif dalam
kesehatan dan pendidikan seks.
dilakukan
Wawancara
semi terstruktur.
4.3 Pembahasan

Pendidikan reproduksi salah satu cara untuk mengurangi atau mencegah


penyalagunaan seks, khususnya untuk mencegah dampak negatife yang tidak
diharapkan seperti kehamilan yang tidak direncanakan, penyakit menular seksual.
Penelitian yang dilakukan oleh Dewi S.U (2018) mengatakan bahwa Usia yang
banyak dalam penelitian ini yang menjadi responden yaitu usia antara 16-18 tahun
sebesar 41,67% yang merupakan usia remaja, pengetahuan dan paling rendah
pada usia 14-15 tahun sebesar 25%. didapatkan data yaitu mempunyai perbedaan
sikap responden antara sebelum dan sesudah pemberian penyuluhan, terjadi
peningkatan sikap setelah diberikan penyuluhan. hasil Thitung didapatkan 9,564
menunjukan bahwa sikap responden sebelum diberikan penyuluhan lebih kecil
dari pada sesudah pemberian penyuluhan. terdapat perbedaan antara sebelum
pemberian penyuluhan kesehatan reproduksi dengan sesudah pemberian
penyuluhan kesehatan reproduksi baik terhadap sikap remaja tentang seksual
pranikah yang menunjukan bahwa semakin tinggi tingkat pengetahuan remaja
tentang pendidikan seksual pranikah maka sikap remaja juga akan semakin baik
terhadap upaya pencegahan terjadinya seksual pranikah yang banyak terjadi
dikalangan remaja. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penyuluhan
kesehatan reproduksi tentang seskual pranikah efektif secara sangat signifikan
terhadap sikap remaja. pada sikap remaja tentang kesehatan reproduksi mengenai
seksual pranikah sebelum mendapatkan penyuluhan dalam kategori sikap baik
sebesar 19 orang (52,78%). Dan sesudah mendapatkan penyuluhan kesehatan
reproduksi sikap responden rata-rata dalam kategori sikap baik yaitu sebesar 30
orang (83,33%). Dari hasil penelitian ini diharapkan memberikan informasi
kepada remaja dalam peningkatan pengetahuan dan sikap remaja mengenai
seksual pranikah, sehingga dengan informasi yang benar dan jelas, diharapkan
remaja bisa lebih hati-hati dalam pergaulannya.

Studi kedua juga oleh Oktarina J (2019) menemukan bahwa pada kelompok
kontrol sikap pada pre test terdapat 5 responden (20%) yang besikap negatif dan
pada post test ada 19 responden (76%) yang bersikap positif. Analisis statistik
terdapat 2 sempel bebas pada pre test menunjukkan nilai p=0,486 (p>0,05) berarti
tidak terdapat perbedaan bermakna sikap kelompok perlakuan dan kontrol. hal ini
berarti bahwa pada saat sebelum diberi pendidikan seksual, kedua kelompok
berada pada tingkat sikap yang sama. setelah diberikan pendidikan kesehatan
reproduksi didapatkan perbedaan yang bermakna dengan nilai p=0,014 (p<0,05)
yang berarti terdapat perbedaan sikap antara kelompok perlakuan dan kelompok
kontrol. Dapat disimpulkan bahwa pendidikan seksual berpengaruh terhadap
peningkatan sikap remaja terhadap perilaku hubungan seks pranikah. Pemberian
pendidikan kesehatan reproduksi oleh pendidik sebaya dapat meningkatkan
pengetahuan dan sikap siswa dalam pencegahan seks pra nikah di SMAN 1
Sukamara.

Studi ketiga juga dari Jannah U (2017) dalam penelitiannya menemukan hasil
penelitian pengaruh penyuluhan kesehatan reproduksi terhadap sikap remaja
tentang pencegahan seks pranikah, analisis bivariat digunakan untuk mengetahui
ada atau tidaknya hubungan antara variabel hubungan antara dua variabel yaitu
variabel dependen dan variabel independen yang ada. hasil uji normalitas data
didapatkan data berdistribusi tidak normal karena p-value dari uji Kolmogorov-
Smirnov adalah 0,000< 0,05, sehingga analisis dilakukan dengan non parametrik
yaitu wilcoxon. responden yang dilakukan penyuluhan kesehatan sebelum
penyuluhan sebagian besar responden memiliki perilaku cukup yaitu 31
responden (60,8) dan sesudah penyuluhan sebagian besar memiliki perilaku cukup
yaitu 28 responden (54,9%) dan memiliki perilaku baik yaitu 22 responden
(43,1%). bedasarkan hasil analisis wilcoxon dengan α = 0,05 diperoleh nilai p-
value 0,0001 dimana 0,0001 <0,05 hal ini berarti ada pengaruh penyuluhan
kesehatan terhadap sikap remaja tentang pencegahan seks pranikah. sikap
dikatakan meningkat apabila nilai post-test lebih tinggi dari pada nilai pre-test.

Studi keempat dari Saputro D. N. A. A (2015), memperlihatkan umur kelompok


perlakuan sebagian besar berumur 16 tahun sebanyak 55% sementara kelompok
kontrol, umur 16 tahun dan 17 tahun sama banyak masing-masing 45. Data sikap
kelompok perlakuan maupun kelompok kontrol baik pre test maupun post test
memiliki nilai p-value > 0,05, sehingga kesimpulannya adalah data berdistribusi
normal. Data yang berdistribusi normal dilanjutkan dengan pengujian hipotesis
yaitu uji paired t test dan uji independent t test, diketahui kelompok perlakuan
terjadi peningkatan nilai rata- rata sikap sebesar 4,45 dari 30,10 meningkat
menjadi 34,55. Hasil uji paired simple t-test pada kelompok perlakuan nilai p-
value = 0,02 < 0,05 , sehingga Ho ditolak. Ho ditolak disimpulkan terdapat
perbedaan rata- rata sikap kelompok perlakuan antara sebelum dan sesudah
mendapat pendidikan kesehatan tentang seks pranikah. Kelompok kontrol terjadi
peningkatan nilai rata-rata sikap sebesar 0,6 dari 30,25 meningkat menjadi 30,55.
Hasil paired simple t- test pada kelompok kontrol diperoleh nilai p-value = 0.746
> 0,05, berarti Ho diterima artinya tidak terdapat perbedaan rata-rata sikap
responden. pengaruh pendidikan kesehatan terhadap sikap tentang seks pranikah
antara kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol diperoleh nilai post test
sikap tentang seks pranikah kelompok perlakuan sebesar 34,55 sementara
kelompok kontrol sebesar 30,85. Berdasarkan hasil uji independent t test
diperoleh nilai p- value = 0,092 >0,05, sehinga keputusan yang diambil adalah Ho
diterima. Ho diterima dapat disimpulkan tidak ada pengaruh pendidikan kesehatan
terhadap perubahan sikap tentang seks pranikah.

Studi ke lima dari Maimunah (2019), menunjukan bahwa menurut responden


pendidikan seks penting dimana mereka dapat menghindari atau mencegah seks
bebas, pergaulan bebas, penyakit menular seksual, kehamilan yang tidak
diinginkan dan yang lebih penting memperluas pengetahuan mereka mendapatkan
pemahaman informasi yang tepat tentang pendidikan seks. Didapatkan hampir
semua alasan yang diberikan oleh responden berhubungan dengan pendidikan
seks untuk remaja.

Studi ke enam dari Kemigisah, dkk (2019) menunjukan skor untuk pengetahuan
kesehatan seksual mengalami peningkatan secara signifikan lebih banyak diantara
kelompok perlakuan dibandingkan kelompok kontro. Pada tingkat bivariate
kelompok perlakuan memiliki 2,14 (p<0.001) kali peluang memiliki skor yang
lebih besar peningkatan dari kelompok kontrol. Ana-multivariat lisis saat
menyesuaikan untuk kovariat yang relevan, kelompok perlakuan 2,17 (p <0.001)
kali lebih mungkin memiliki peningkatan yang lebih besar dalam skor
pengetahuan. Sedangkan skor seksual dan sikap tidak menemukan perbedaan yang
signifikan secara statistik antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol.

Studi ke tujuh dari Obach, dkk (2017) didapatkan sektor kesehatan dan
pendidikan bekerja secara kolaboratif dan terkoordinasi, ada respons yang lebih
baik terhadap kebutuhan remaja dalam hal informasi dan pendidikan seksual.
Didapatkan bahwa pendidikan seks yang diterima disekolah sangat mendasar pada
aspek biologis.

Keterbatasan terkait dalam penelitian ini sebenarnya dilakukan dengan metode


kuantitatif atau desain penelitian quasi-experimental, tetapi dikarenakan pandemi
Covid-19 yang mengharuskan untuk social distancing sehingga membuat
penelitian ini diubah ke metode literature riview atau tinjauan pustaka yang
mengumpulkan studi atau penelitian terkait topik yang ditentukan untuk
dianalisis. Keterbatasan terkait ulasan ini adalah resiko bias publikasi. Meskipun
pencarian literature dilakukan dengan cermat namun strategi pencarian mungkin
tidak menemukan semua literature yang relevan diterbitkan. keterbatasan lain
dalam ulasan ini juga peneliti tidak menemukan artikel tentang efektivitas
pendidikan kesehatan reproduksi tentang keyakinan diri remaja terhadap
pencegahan seks pranikah, sehingga yang dibahas dalam ulasan ini hanya
efektivitas pendidikan kesehatan reproduksi tentang sikap remaja terhadap
pencegahaan seks pranikah. Disamping itu, kelebihan dari tinjauan ini adalah
pendekatan pengambilan artikel yang akan di riview dievaluasi kebaruannya
termasuk penilaian kualitas dari studi yang menggunakan format teruji dan dapat
diandalkan sehingga studi atau artikel yang diriview terjamin kualitasnya
berdasarkan metode penelitian masing-masing studi.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan temuan yang telah didapatkan dari berbagai artikel dan teori, dapat
ditarik kesimpulan yaitu tingkat pendidikan seseorang sangat mempengaruhi
dalam pembentukan sikap seseorang, termasuk remaja dalam hal ini sikap tentang
seksual pranikah. pemberian penyuluhan kesehatan reproduksi disamping dapat
meningkatan sikap remaja yang lebih baik mengenai seksual pranikah,
pengetahuan seorang remaja akan berpengaruh terhadap sikap, dari sikap ini
membentuk keyakinan sehingga seseorang dapat menentukan sikapnya. dengan
demikian terlihat jelas bahwa adanya efektivitas penyuluhan kesehatan reproduksi
terhadap pengetahuan dan sikap remaja tentang seksual pranikah. pentingnya
informasi mengenai seksual pranikah pada remaja yang diberikan secara jelas dan
benar yaitu salah satunya dengan pemberian penyuluhan kesehatan reproduksi
tentang seksual dari petugas kesehatan, orang tua, teman sebaya sehingga dapat
meningkatkan sikap remaja menjadi lebih baik. Terdapat perbedaan sikap
responden antara sebelum dan sesudah pemberian penyuluhan terjadi peningkatan
sikap setelah diberikan penyuluhan.

5.2 Saran

Hasil literature riview ini merekomendasikan untuk melakukan modifikasi pada


pemberian intervensi kesehatan reproduksi pada remaja untuk meningkatkan
kualitas keyakinan diri dan sikap remaja.
DAFTAR REFERENSI

Ahiyanasari C.E., dan Nurmala I. 2017. Niatan Siswi SMA untuk Mencegah
Seks Pranikah. 26 Februari 2020. Https://e-
journal.unair.ac.id.pdf.promkesvol5no1juli2017_siapcetak.1.1-
openjournalunair-universitasairlangga.

Behulu G. K., Anthene K. T., Aynalem G. L. (2017). Premarital Sexual


Intercourse and Associated Factors Among Adolescent Students In Debre.
Markos Town Secondary and Preparatory Schools, North West Ethiopia.,
BMC., Research Notes., 12:95

Fauziah. A. N & Maesaroh. S. 2017. Pengaruh umur dan tingkat pendidikan


terhadapat perilaku seks pranikah pada remaja di rw 03 kelurahan
Mojosongo Surakarta. 26 Februari 2020.
https://ejournal.ijmsbm.org/index.php/ijms/article/download/118/117

Fitriana H., dan Siswantara P. 2018. Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja


di SMPN 52 Surabaya. 26 Februari 2020. https://e-
journal.nair.ac.id.pdfpendidikankesehatanreproduksiremajadiSMPN52Surab
aya.

Kumalasari I., & Andhyantoro I. 2012. Kesehatan Reproduksi. Jakarta : Salemba


Medika.

Kar S. K., Choudhury A., Singh A. P. (2015). Understanding Normal


Devalopment Of Adolescent Sexuality : A Bumpy Ride – NCBI. J. Hum.
Reprod, Sci;

Muflih M., dan Setiawan D. I. 2017. Pengaruh Konseling Short Message Service
(SMS) Gateway terhadap Self Efficacy Menghindari Seks Bebas dan
HIV/AIDS Remaja. 12 Maret 2020.
http://jkp.fkep.unpad.ac.id/index.php/jkp/article/download/344/145.

Kumalasari I., & Andhyantoro I. 2012. Kesehatan Reproduksi. Jakarta : Salemba


Medika.
Notoadmodjo, S. 2012. Perilaku dan pendidikan kesehatan. Jakarta : Rineke
Cipta

Oktarina Jenny. 2019. Pengaruh pendidikan kesehatan reproduksi oleh pendidik


sebaya terhadap pengetahuan dan sikap dalam pencegahan seks pranikah di
SMAN 1 Sukamara Kalimantan Tengah. 26 maret 2020.
http://digilib.stikesicme-jbg.ac.id/ojs/index.php/jib/article/view/481

Rizqyah Rohis Imroatur. 2017. Efektivitas Pendidikan Kesehatan Reproduksi


dan Seksual Dengan Metode Ceramah dan Small Grop Discussion Terhadap
Tingkat Pengetahuan dan Sikap Remaja Usia 10-17 tahun. 26 Februari.
Skripsi.

Rostosky S. S., Dekhtyar O., Cupp P., Anderman E. M. 2008. Sexual Self-concept
and Sexual Self-efficacy In Adolescents. 12 Maret 2020. A possible clue to
promoting sexual healt?. Journal of sex research, 45(3), 277-286.

Simak V. F., Fitriany P., Setiawan A. 2019. The Relationship Between Risky
Sexual Pratices and Spiritual Intelligence Of Adolescents In Indonesia. 20
februari 2020. Https://dpo.org/10.1080/24694193.2019.1578298

Sarwono S. W. (2002). Psikologi Remaja ed revisi. Jakarta : Raja Grafindo


pasada.

Soetjiningsih. (2010). Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya.


Jakarta : CV Sagung Seto.

WHO,, 2018., WHO recommendations on adolescent sexual and reproductive


health and rights., ISBN 978-92-4-151460-6., Edited and designed by Inís
Communication., Printed in Switzerland.

Winarni. 2017. Efikasi diri dan perilaku seksual pranikah remaja SMA. 03 maret
2020. https://www.jurnal.stikes-
aisyiyah.ac.id/index.php/gaster/article/download/209/141

Anda mungkin juga menyukai