Anda di halaman 1dari 48

LAPORAN FIELD LAB

KOMUNIKASI, INFORMASI, DAN EDUKASI (KIE)


KESEHATAN REPRODUKSI
DI PUSKESMAS SELOGIRI, WONOGIRI

KELOMPOK A4

ARIF RAHMATILLAH G0016027


GAGAN VIHARI I. Y. G0016089
LUTHFI HAFIZH KHOIRU G0016137
WIRID SIRRI NURROBBI G0016229
AMALIA NUR WAHYU C. G0016023
YASMIN RAINY R. G0016231
LAILANNOPITA G0016133
SONYA DELLANIA R. G0016207
SHA LISA INDRIYANI G0016201
RAFADILLA PUTRI A. G0016177
NASHIHA FIRTA P. G0016165
FATIKHA LIDEA RISKA G0016077

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2018
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KEGIATAN FIELD LAB
TOPIK KOMUNIKASI, INFORMASI, DAN EDUKASI (KIE)
KESEHATAN REPRODUKSI

Disusun Oleh : Kelompok A4

Angkatan : 2016

Program Studi : S-1 Kedokteran

Institusi : Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret

Tempat Pelaksanaan : Puskesmas Selogiri, Kabupaten Wonogiri

Tanggal Pelaksanaan : Lapangan 1, 14 Mei 2018

Lapangan 2, 19 Mei 2018

Lapangan 3, 28 Mei 2018

Laporan ini telah disetujui dan disahkan di Puskesmas Selogiri, Kabupaten Wonogiri
pada tanggal 28 Mei 2018 oleh :

Dosen Pembimbing Lapangan Kepala Puskesmas


Selogiri
Fakultas Kedokteran UNS

Siti Utari, Dra, M.Kes dr. Hermanto


NIP. 195405051985032001 NIP.
197006292007011008

1
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 3


1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 3
1.2 Tujuan Pembelajaran .................................................................................. 6
BAB II KEGIATAN YANG DILAKUKAN ............................................................. 7
2.1 Field Lab Hari Pertama ............................................................................... 7
2.2 Field Lab Hari Kedua................................................................................... 7
2.3 Field Lab Hari Ketiga................................................................................. 11
BAB III PEMBAHASAN ......................................................................................... 12
3.1 Melakukan Penyuluhan KIE Kesehatan Reproduksi di tingkat
Puskesmas khususnya tentang ANC-7T .............................................................. 12
3.2 Melakukan KIE Kesehatan Reproduksi di kalangan anak remaja pada
institusi sekolah (kelas IV-VI SD, SMP dan SMA) ............................................ 27
3.3 Melakukan penyuluhan KB secara terpadu dengan pelaksanaan upaya
kesehatan reproduksi di tingkat puskesmas ....................................................... 33
3.4 Kendala dan Solusi ..................................................................................... 36
BAB IV PENUTUP ................................................................................................... 38
4.1 Kesimpulan ................................................................................................. 38
4.2 Saran ............................................................................................................ 40
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 41
LAMPIRAN ............................................................................................................... 43

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut Konferensi Internasional Kependudukan dan Pembangunan
(International Conference on Population and Development/ICPD), kesehatan
reproduksi adalah keadaan kesejahteraan fisik, mental, dan sosial yang utuh; bukan
hanya tidak adanya penyakit atau kelemahan, tetapi dalam segala hal yang
berhubungan dengan sistem reproduksi dan fungsi serta proses-prosesnya (Poltekes
Depkes Jakarta 1, 2010). Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-
anak ke masa dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas. Seiring dengan
pertumbuhan fisik, remaja juga mengalami perubahan jiwa. Remaja menjadi individu
yang sensitif, mudah menangis, mudah cemas, frustasi, tetapi juga mudah tertawa.
Perubahan emosi menjadikan remaja sebagai individu yang agresif dan mudah
bereaksi terhadap rangsangan. Remaja mulai mampu berpikir abstrak, senang
mengkritik, dan ingin mengetahui hal yang baru. Bila tidak didasari dengan
pengetahuan yang cukup, mencoba hal baru yang berhubungan dengan kesehatan
reproduksi bila memberikan dampak yang akan menghancurkan masa depan remaja
dan keluarga (Poltekes Depkes Jakarta 1, 2010). Oleh karena itu, dengan adanya
pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi diharapkan mempunyai rasa
tanggungjawab yang besar maupun keterampilan menyangkut fungsi reproduksi
mereka. Sehingga para remaja mampu meningkatkan kualitas hidupnya.
Batasan usia remaja menurut WHO (1995) adalah 10 sampai 18 tahun. Tetapi
berdasarkan penggolongan umur, masa remaja terbagi atas: masa remaja awal (10-13
tahun) yaitu pada tahapan ini, remaja mulai berfokus pada pengambilan keputusan,
baik di dalam rumah ataupun di sekolah. Remaja mulai menunjukkan cara berpikir
logis, sehingga sering menanyakan kewenangan dan standar di masyarakat maupun di
sekolah. Remaja juga mulai menggunakan istilah-istilah sendiri dan mempunyai
pandangan sendiri. Masa remaja tengah (14-16 tahun) yaitu pada tahapan ini terjadi

3
peningkatan interaksi dengan kelompok, sehingga tidak selalu tergantung pada
keluarga dan terjadi eksplorasi seksual. Pada masa ini remaja juga mulai
mempertimbangkan kemungkinan masa depan, tujuan, dan membuat rencana sendiri.
Masa remaja akhir (17-19 tahun) yaitu pada tahap ini remaja lebih berkonsentrsi pada
rencana yang akan datang dan meningkatkan pergaulan. Selama masa remaja akhir,
proses berpikir secara kompleks digunakan untuk memfokuskan diri masalah-
masalah idealisme, toleransi, keputusan untuk karier dan pekerjaan, serta peran orang
dewasa dalam masyarakat (Poltekes Depkes Jakarta 1, 2010).
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), Bappenas dan UNFPA tahun 2010,
sebagian dari 63 juta jiwa remaja di Indonesia rentan berperilaku tidak sehat
diantaranya remaja melakukan seksualitas pranikah, terinfeksinya penyakit menular
seksual, penyalahgunaan NAPZA dan sebagainya. Kebiasaan yang tidak sehat seperti
remaja yang melakukan seks pranikah pada akhirnya akan mempercepat usia awal
seksual aktif, serta mengantarkan mereka pada kebiasaan-kebiasaan yang beresiko
pada kesehatan remaja, karena kebanyakan remaja tidak memiliki pengetahuan yang
akurat nengenai kesehatan reproduksi dan seksualitas serta tidak memiliki akses
terhadap informasi dan pelayanan kesehatan reproduksi. Beberapa faktor yang
mempengaruhi kesehatan reproduksi remaja antara lain : faktor genetik, faktor
lingkungan, dan perilaku. Faktor genetik merupakan faktor bawaan yang normal
seperti : jenis kelamin, suku dan bangsa. Faktor lingkungan merupakan komponen
biologis yaitu organ tubuh, gizi, perawatan, kebersihan lingkungan, budaya, tradisi,
agama, adat, ekonomi dan politik. Kondisi lingkungan sekolah, pengaruh teman, dan
kondisi tindak kekerasan sekitar tempat tinggal, ketidaksetaraan gender, kekerasan
seks dan pengaruh media masa maupun gaya hidup. Faktor pengetahuan sangat
mempengaruhi tumbuh kembang remaja. Pengetahuan yang tertanam sejak kecil akan
terbawa dalam kehidupan selanjutnya. Kadangkala pencetus kebiasaan tidak sehat
pada remaja justru akibat ketidak harmonisan hubungan orangtua dan sikap orangtua
yang menabukan pertanyaan anak/remaja tentang fungsi/proses reproduksi dan
penyebab rangsangan seksualitas (libido) serta frekuensi tindak kekerasan anak (child
pshysical abuse).

4
Melihat berbagai dampak akibat kurangnya pemahaman tentang kesehatan
reproduksi, maka perlu berbagai upaya untuk membantu remaja agar memahami dan
menyadari tentang kesehatan reproduksi, serta bertanggungjawab dengan masalah
kesehatan reproduksi. Upaya tersebut antara lain : Advokasi, Promosi, dan KIE
(Komunikasi Informasi dan Edukasi) konseling dan pelayanan kepada remaja yang
memiliki masalah khusus serta memberi dukungan pada kegiatan remaja yang positif.
Sebagian langkah awal pencegahan, peningkatan pengetahuan remaja tentang
kesehatan reproduksi harus ditunjang dengan penyuluhan KIE (Komunikasi
Informasi dan Edukasi) yang tegas tentang penyebab dan konsekuensi perilaku seks,
apa yang harus dilakukan dan dilengkapi dengan informasi mengenai sarana
pelayanan yang bersedia menolong seandainya telah terjadi Kehamilan Tidak
Dikehendaki atau tertular ISK/PMS. Orangtua juga harus memberikan informasi yang
jelas dan terbuka agar anak paham apa yang dimaksud dengan organ seksual dan
fungsinya secara sederhana. Selain itu juga harus memasukkan ajaran agama dan
norma yang berlaku dalam masyarakat .
Seperti yang sudah dibahas pada paragraph sebelumya, tingginya angka
Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD) erat kaitannya dengan aborsi; dari estimasi
jumlah aborsi per tahun di Indonesia. Aborsi dapat disebabkan karena pasangan
belum siap dalam mengasuh anak, hal ini juga bisa terjadi pada remaja yang hamil di
luar nikah. Aborsi tidak selalu disebabkan karena ketidaksiapan pasangan, namun
bisa disebabkan karena adanya gangguan pada janin selama masa kehamilan, untuk
menghindari hal tersebut diperlukan adanya pemeriksaan selama masa kehamilan
yang biasa disebut Antenatal Care (ANC).
Pemeriksaan kehamilan atau Antenatal Care (ANC) merupakan asuhan yang
diberikan saat hamil sampai sebelum melahirkan. ANC penting untuk menjamin agar
proses alamiah tetap berjalan normal dan mendeteksi ibu hamil yang tidak normal
sehingga komplikasi yang mungkin terjadi selama kehamilan dapat terdeteksi secara
dini serta ditangani secara memadai. Apabila ibu hamil tidak melakukan pemeriksaan
kehamilan, maka tidak akan diketahui apakah kehamilannya berjalan dengan baik

5
atau mengalami keadaan risiko tinggi dan komplikasi obstetrik yang dapat
membahayakan kehidupan ibu atau janinnya.
Antenatal Care (ANC) memiliki program yaitu Konseling KB, hal ini
bertujuan untuk menjarangkan kehamilan dan agar ibu punya waktu merawat
kesehatan diri sendiri, anak, dan keluarga. Program Keluarga Berencana (KB) adalah
salah satu usaha untuk mencapai kesejahteraan keluarga. Program Keluarga
Berencana merupakan bagian terpadu dalam program pembangunan nasional yang
bertujuan untuk mewujudkan penduduk tumbuh seimbang agar kesejahteraan
ekonomi, spiritual, dan sosial budaya penduduk Indonesia dapat tercapai dengan
Total Fertility Rate (TFR) 2,2 (BKKBN, 2005). Target ini belum terpenuhi karena
berdasarkan sensus tahun 2010, Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) masih tinggi
dengan rerata pertumbuhan sebesar 1,49% pertahun disertai Total Fertility Rate
(TFR) sebesar 2,6. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN) memiliki peran sentral guna mengendalikan kelahiran agar laju
pertumbuhan penduduk dapat ditekan sehingga ledakan penduduk dapat ditangani
secara terkoordinasi antara lain melalui Revitalisasi Gerakan Nasional Keluarga
Berencana, termasuk peningkatan partisipasi pria sangat diharapkan dalam ber KB
(Reza, 2011).

1.2 Tujuan Pembelajaran


Setelah melakukan kegiatan laboratorium lapangan (Field Lab) mahasiswa memiliki
kemampuan:

a. Melakukan penyuluhan KIE Kesehatan reproduksi di tingkat Puskesmas


khususnya tentang ANC-7T
b. Melakukan KIE Kesehatan Reproduksi di kalangan anak remaja pada
institusi sekolah ( kelas IV-VI SD, SMP, SMA)
c. Melakukan penyuluhan KB secara terpadu dengan pelaksanaan upaya
kesehatan reproduksi di tingkat Puskesmas.

6
BAB II

KEGIATAN YANG DILAKUKAN

Kegiatan Field Lab kelompok A4 dengan Topik “Penyuluhan Kesehatan


Komunikasi, Informasi, dan Edukasi Kesehatan Reproduksi” dilakukan di Puskesmas
Selogiri, Wonogiri. Kegiatan Field Lab dilaksanakan sebanyak tiga pertemuan
dengan rincian sebagai berikut:

2.1 Field Lab Hari Pertama


Kegiatan Field Lab hari pertama dilaksanakan pada hari Senin, 14 Mei 2018. Kami
berangkat dari Fakultas Kedokteran UNS pada pukul 07.00 WIB dan tiba di
Puskesmas Selogiri pada pukul 08.00 WIB. Kegiatan pada hari itu dilakukan dengan
tujuan koordinasi serta mendiskusikan kegiatan Field Lab yang akan kami laksanakan
pada lapangan kedua dengan pihak Puskesmas Selogiri, koordinasi diwakilkan oleh
dr. Hermanto selaku Kepala Puskesmas Selogiri. Kami memulai diskusi dengan
membahas mengenai materi yang akan kami sampaikan saat penyuluhan, dan
dilanjutkan pemaparan materi lebih lanjut tentang KB dan ANC yang disampaikan
oleh Ibu Anik Suryanti, S.ST. Kegiatan lapangan hari pertama berakhir pada pukul
10.30 WIB, setelah itu kami kembali ke Fakultas Kedokteran UNS.

2.2 Field Lab Hari Kedua


Kegiatan Field Lab hari kedua dilaksanakan pada hari Sabtu, 19 Mei 2018. Kami
berangkat dari Fakultas Kedokteran UNS pukul 07.15 WIB dan tiba di Puskesmas
Selogiri pada pukul 08.00 WIB. Setelah itu kami langsung menuju ke SMP Negeri 4
Selogiri. Kegiatan selanjutnya adalah penyuluhan dengan topik kesehatan reproduksi
yang dilakukan oleh anggota kelompok A4 kepada siswa-siswi kelas VII dan VIII
SMP Negeri 4 Selogiri.

Sebelum memulai penyuluhan kami memberikan pretest, yang bertujuan untuk


mengetahui seberapa jauh pengetahuan dasar siswa-siswi SMP Negeri 4 Selogiri

7
mengenai Kesehatan Reproduksi. Setelah itu kami melakukan pemaparan materi
secara dua arah agar terdapat interaksi antara siswa dan pemateri. Adapun materi
penyuluhan kami yaitu: Pengetahuan tentang seks dan gender, akhlak semasa remaja,
kesehatan reproduksi, infeksi menular seksual (IMS), dan manfaat dari pemakaian
KB. Setelah selesai pemaparan materi, kami memberikan posttest untuk mengetahui
keberhasilan proses pembelajaran dan mengetahui tingkat daya serap siswa terhadap
materi yang telah diberikan. Kegiatan lapangan hari kedua berakhir pada pukul 11.15
WIB, setelah itu kami kembali ke Fakultas Kedokteran UNS

Tabel 2.1 Hasil pretest dan posttest siswa/i kelas VII dan VIII SMP Negeri 4 Selogiri

KETERANGA
NO. NAMA PRETEST POSTTEST
N
1. Rahmanissa Riya 80 80 Tetap

2. Rio Setya Mahardika 40 70 Meningkat

3. Arganesa Narendra Prasetya 30 70 Meningkat

4. Baim Noviansyah 50 50 Tetap

5. Octavia Hermawati 40 70 Meningkat

6. Febriani Arum S. 50 80 Meningkat

7. Januri Ari P 40 50 Meningkat

8. Deni Kurnia A 40 80 Meningkat

9. Diko Prastia Andika 50 90 Meningkat

10. Lintang Jaka Satria 30 80 Meningkat

11. Much. Ichwan H 50 60 Meningkat

12. Jingga Arum S 70 60 Menurun

13. Dian Cahya Ranny 60 60 Tetap

14. Immanuel Hariyanto 40 90 Meningkat


8
15. Dhian S 50 90 Meningkat
16. Muhammad Rafki Haldar 50 70 Meningkat

17. Ellora V 50 90 Meningkat

18. Dhony Adhi 50 50 Tetap

19. Leny S 50 90 Meningkat

20. Aldi 60 70 Meningkat

21. Ilham M 40 50 Meningkat

22. Diyah Ayu N 70 90 Meningkat

23. Einanda FIka P.S 40 50 Meningkat

24. Febriana Puspitasari 60 70 Meningkat

25. Lia Yuliani R 40 60 Meningkat

26. Navi Fitriyani 50 80 Meningkat

27. Rifkoh Sholiha 40 80 Meningkat

28. Tara 60 90 Meningkat

29. Mellany 50 90 Meningkat

30. Syi Rohani 30 70 Meningkat

31. Zhiza Safira 50 90 Meningkat

32. Chintia Tri 40 70 Meningkat

33. Evi Rosdiani 40 50 Meningkat

34. Fajar Setyawan 50 90 Meningkat

35. Dendy Novaliano 40 90 Meningkat

36. Huda 50 80 Meningkat

37. Aryando Putra 50 80 Meningkat

38. Eli Ermawati 40 60 Meningkat

39. Sigit 60 60 Meningkat

40. Andri S 50 60 Meningkat

41. Adelia Salsabilla 30 90 Meningkat

42. Rizal Efendi 20 60 Meningkat

9
43. Patmaya Lenggar 80 90 Meningkat

44. Candra 50 80 Meningkat

45. Krismawati 90 90 Tetap

46. Yusron 50 80 Meningkat

47. Dimas 50 80 Meningkat

48. Abimanyu 50 70 Meningkat

49. Safitri Anggraini 70 80 Meningkat

50. Deri D.Y 30 70 Meningkat

51. Defri Irawan 40 60 Meningkat

52. Eva Rosdiana 60 80 Meningkat

53. Mardeani Aisah Putri 60 70 Meningkat

54. Fita Karmila Sari 50 70 Meningkat

55. Ega Dwi H 40 60 Meningkat

56. Aldo F 50 60 Meningkat

57. Mutiara Alvin N 40 70 Meningkat

58. Mardiyan Nur F 50 80 Meningkat

59. Nur Annisa Rahmadani 70 90 Meningkat

Dari hasil pretest dan posttest kelas VII dan VIII SMP Negeri 4 Selogiri yang
ditunjukkan pada table 2.1 didapatkan 53 anak mengalami peningkatan nilai, 5 anak
mendapat nilai tetap, dan 1 anak mengalami penurunan nilai. Peningkatan nilai
tersebut diduga karena saat penyuluhan para siswa memperhatikan materi yang
disampaikan ataupun pengetahuan dasar para siswa terkait materi yang disampaikan
sudah baik. Nilai yang tetap ataupun menurun dari hasil pretest dan posttest diduga
karena adanya kendala seperti kurang efektif nya selama pemaparan materi, siswa
kurang memperhatikan selama presentasi, dan kendala lainnya yang akan dibahas
lebih lanjut pada BAB III Pembahasan.

10
2.3 Field Lab Hari Ketiga

Kegiatan Field Lab hari ketiga dilaksanakan pada hari Senin, 28 Mei 2018. Kegiatan
Field Lab pada hari ketiga adalah presentasi mengenai Penyuluhan Kesehatan
Reproduksi yang telah dilakukan pada minggu sebelumnya serta pengumpulan
laporan hasil kegiatan kepada Kepala Puskesmas Selogiri.

11
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Melakukan Penyuluhan KIE Kesehatan Reproduksi di tingkat


Puskesmas khususnya tentang ANC-7T
Pada lapangan 1 di Puskesmas Selogiri, kami diberikan materi terkait Pelayanan Ante
Natal Care (ANC) di Puskesmas oleh Bu bidan Anik. Penyuluhan mengenai ANC di
tingkat puskesmas tidak memungkinkan dikarenakan jadwal puskesmas yang padat,
oleh karena itu kami hanya dipaparkan materi ANC. Terdapat sedikit perbedaan
antara pelaksanaan di lapangan dengan tujuan pembelajaran yang tertulis pada modul
FL, karena saat ini pelayanan ANC yang berlaku sudah bukan 7T, melainkan 10T.
Materi yang kami dapatkan meliputi:

Ante Natal Care (ANC)

ANC adalah pelayanan yang diberikan pada ibu hamil untuk memonitor, mendukung
kesehatan ibu dan mendeteksi ibu apakah ibu hamil normal atau bermasalah. (Rukiah,
Yulianti, Maemunah, & Susilawati, 2013)

12
Gambar 3.1 Konsep alur pelayanan antenatal terpadu di puskesmas

Pelayanan kesehatan pada ibu hamil tidak dapat dipisahkan dengan pelayanan
persalinan, pelayanan nifas dan pelayanan kesehatan bayi yang baru lahir. Kualitas
pelayanan antenatal yang diberikan akan mempengaruhi kesehatan ibu hamil dan
janin, ibu bersalin dan bayi baru lahir serta ibu nifas.

Dalam pelayanan antenatal terpadu, tenaga kesehatan harus dapat memastikan bahwa
kehamilan berlangsung normal, mampu mendeteksi dini masalah dan penyakit yang
dialami ibu hamil, melakukan intervensi secara adekuat sehingga ibu hamil siap
untuk menjalani persalinan normal.

13
Setiap kehamilan, dalam perkembangannya mempunyai risiko mengalami penyulit
atau komplikasi. Oleh karena itu, pelayanan antenatal harus dilakukan secara rutin,
sesuai standar dan terpadu untuk pelayanan antenatal yang berkualitas. Pelayanan
antenatal terpadu dan berkualitas secara keseluruhan meliputi hal-hal sebagai berikut:

1. Memberikan pelayanan dan konseling kesehatan termasuk gizi agar


kehamilan berlangsung sehat;
2. Melakukan deteksi dini masalah, penyakit dan penyulit/komplikasi kehamilan
3. Menyiapkan persalinan yang bersih dan aman;
4. Merencanakan antisipasi dan persiapan dini untuk melakukan rujukan jika
terjadi penyulit/komplikasi.
5. Melakukan penatalaksanaan kasus serta rujukan cepat dan tepat waktu bila
diperlukan.
6. Melibatkan ibu dan keluarganya terutama suami dalam menjaga kesehatan
dan gizi ibu hamil, menyiapkan persalinan dan kesiagaan bila terjadi
penyulit/komplikasi.

14
Gambar 3.2 Kerangka konsep antenatal komprehensif dan terpadu

Sebaiknya setiap wanita hamil memeriksakan diri ketika haidnya terlambat sekurang-
kurangnya satu bulan. Pemeriksaandilakukan setiap 6 minggu sampai
kehamilan. Sesudah itu, pemeriksaan dilakukan setiap 2 minggu. Dan sesudah 36
minggu.

Kunjungan kehamilan sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama kehamilan.

1. Satu kali pada trimester pertama


2. Satu kali pada trimester kedua
3. Dua kali pada trimester ketiga

(Rukiah, Yulianti, Maemunah, & Susilawati, 2013)

15
Dalam melakukan pemeriksaan antenatal, tenaga kesehatan harus memberikan
pelayanan yang berkualitas sesuai standar terdiri dari “10T”, yaitu:

1. Ukur Berat Badan dan Tinggi Badan (T1)

Dalam keadaan normal kenaikan berat badan ibu dari sebelum hamil dihitung dari
TM I sampai TM III yang berkisar anatar 9-13,9 kg dan kenaikan berat badan setiap
minggu yang tergolong normal adalah 0,4 - 0,5 kg tiap minggu mulai TM II. Berat
badan ideal untuk ibu hamil sendiri tergantung dari IMT (Indeks Masa Tubuh) ibu
sebelum hamil. Indeks massa tubuh (IMT) adalah hubungan antara tinggi badan dan
berat badan. Ada rumus tersendiri untuk menghitung IMT anda yakni :

IMT = Berat Badan (kg)/(Tinggi Badan (cm))2

Tabel 3.1 Klasifikasi Nilai IMT

Kategori IMT Rekomendasi (kg)


Rendah <19,8 12,5 – 18
Normal 19,8 – 26 11,5 – 16
Tinggi 26 – 29 7 – 11,5
Obesitas >29 >7
Gemeli - 16 – 20,5
Sumber: (Prawirohadjo, 2013)

Prinsip dasar yang perlu diingat: berat badan naik perlahan dan bertahap, bukan
mendadak dan drastis. Pada trimester II dan III perempuan dengan gizi baik
dianjurkan bertambah berat badan sebanyak 0,4 kg. Perempuan dengan gizi kurang
0,5 kg gizi baik 0,3 kg. Indeks masa tubuh adalah suatu metode untuk mengetahui
penambahan optimal, yaitu:

16
a. 20 minggu pertama mengalami penambahan BB sekitar 2,5 kg
b. 20 minggu berikutnya terjadi penambahan sekitar 9 kg
c. Kemungkinan penambahan BB hingga maksimal 12,5 kg. (Sari, Ulfa, &
Daulay, 2015)

Pengukuran tinggi badan ibu hamil dilakukan untuk mendeteksi faktor resiko
terhadap kehamilan yang sering berhubungan dengan keadaan rongga panggul.

2. Ukur Tekanan Darah (T2)

Pengukuran tekanan darah pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan untuk
mendeteksi adanya hipertensi (TD 140/90 mmHg) pada kehamilan dan preeklampsia
(hipertensi disertai edema wajah dan atau tungkai bawah; dan atau proteinuria)

3. Ukur Lingkar Lengan Atas (T3)

Pengukuran LiLA hanya dilakukan pada kontak pertama untuk skrining ibu hamil
berisiko kurang energi kronis (KEK). Kurang energi kronis disini berarti ibu hamil
yang mengalami kekurangan gizi dan telah berlangsung lama (beberapa bulan/tahun)
dimana LiLA kurang dari 23,5 cm. Ibu hamil dengan KEK akan dapat melahirkan
bayi berat lahir rendah (BBLR).

4. Ukur Tinggi Fundus Uteri (T4)

Pengukuran tinggi fundus pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan untuk
mendeteksi pertumbuhan janin sesuai atau tidak dengan umur kehamilan. Jika tinggi
fundus tidak sesuai dengan umur kehamilan, kemungkinan ada gangguan
pertumbuhan janin. Standar pengukuran menggunakan pita pengukur setelah
kehamilan 24 minggu.

5. Hitung Denyut Jantung Janin/DJJ (T5)

Penilaian DJJ dilakukan pada akhir trimester I dan selanjutnya setiap kali kunjungan
antenatal. DJJ lambat kurang dari 120/menit atau DJJ cepat lebih dari 160/menit
menunjukkan adanya gawat janin.

17
6. Pemberian Imunisasi TT (T6)

Imunisasi tetanus toxoid adalah proses untuk membangun kekebalan sebagai upaya
pencegahan terhadap infeksi tetanus. Vaksin tetanus yaitu toksin kuman tetanus yang
telah dilemahkan dan kemudian dimurnikan. Pemberian imunisasi tetanus toxoid
(TT) artinya pemberian kekebalan terhadap penyakit tetanus kepada ibu hamil dan
bayi yang dikandungnya.

Umur kehamilan mendapat imunisasi TT :

a. Imunisasi TT sebaiknya diberikan sebelum kehamilan 8 bulan untuk


mendapatkan imunisasi TT lengkap (BKKBN, 2005).
b. TT 1 dapat diberikan sejak diketahui positif hamil dimana biasanya diberikan
pada kunjungan pertama ibu hamil ke sarana kesehatan (Depkes RI, 2000).

Jadwal Imunisasi TT :

Menurut WHO, jika seorang ibu belum pernah mendapatkan imunisasi tetanus
semasa hidupnya, maka ia harus mendapatkan paling sedikit dua suntikan selama
kehamilan (saat kunjungan antenatal dan empat minggu kemudian). Jarak pemberian
(interval) imunisasi TT 1 dengan TT 2 minimal 4 minggu (Saifuddin dkk, 2001 ;
Depkes RI, 2000)

Tabel 3.2 Jadwal Pemberian Imunisasi TT

Antigen Interval Lama Perlindungan Perlindungan


TT 1 Kunjungan antenatal pertama - -
TT 2 4 minggu setelah TT 1 3 tahun 80
TT 3 6 bulan setelah TT 2 5 tahun 95
TT 4 1 tahun setelah TT 3 10 tahun 99
TT 5 1 tahun setelah TT 4 25 tahun/ seumur hidup 99
Sumber: (Saifuddin dalam Sari, Ulfa dan Daulay, 2015)

18
7. Pemberian Tablet Besi(Fe) sebanyak 90 tablet selama kehamilan (T7)

Tablet ini mengandung 200mg sulfat Ferosus 0,25 mg asam folat yang terikat laktosa.
Tujuan pemberian tablet Fe adalah untuk memenuhi kebutuhan Fe pada ibu hamil dan
nifas, karena pada masa kehamilan kebutuhannya meningkat seiring pertumbuhan
janin. Zat besi ini penting untuk mengkompensasi penigkatan volume darah yang
terjadi selama kehamilan dan untuk memastikan pertumbuhan dan perkembangan
janin.

8. Tes Laboratorium Rutin dan Khusus (T8)

Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada saat antenatal meliputi:

a. Pemeriksaan golongan darah,

Pemeriksaan golongan darah pada ibu hamil tidak hanya untuk mengetahui jenis
golongan darah ibu melainkan juga untuk mempersiapkan calon pendonor darah yang
sewaktu-waktu diperlukan apabila terjadi situasi kegawatdaruratan.

b. Pemeriksaan kadar hemoglobin darah (Hb)

Pemeriksaan kadar hemoglobin darah ibu hamil dilakukan minimal sekali pada
trimester pertama dan sekali pada trimester ketiga. Pemeriksaan ini ditujukan untuk
mengetahui ibu hamil tersebut menderita anemia atau tidak selama kehamilannya
karena kondisi anemia dapat mempengaruhi proses tumbuh kembang janin dalam
kandungan.

c. Pemeriksaan protein dalam urin

Pemeriksaan protein dalam urin pada ibu hamil dilakukan pada trimester kedua dan
ketiga atas indikasi. Pemeriksaan ini ditujukan untuk mengetahui adanya proteinuria
pada ibu hamil. Proteinuria merupakan salah satu indikator terjadinya preeklampsia
pada ibu hamil.

19
d. Pemeriksaan kadar gula darah.

Ibu hamil yang dicurigai menderita Diabetes Melitus harus dilakukan pemeriksaan
gula darah selama kehamilannya minimal sekali pada trimester pertama, sekali pada
trimester kedua, dan sekali pada trimester ketiga (terutama pada akhir trimester
ketiga).

e. Pemeriksaan darah Malaria

Semua ibu hamil di daerah endemis Malaria dilakukan pemeriksaan darah Malaria
dalam rangka skrining pada kontak pertama. Ibu hamil di daerah non endemis
Malaria dilakukan pemeriksaan darah Malaria apabila ada indikasi.

f. Pemeriksaan tes Sifilis

Pemeriksaan tes Sifilis dilakukan di daerah dengan risiko tinggi dan ibu hamil yang
diduga Sifilis. Pemeriksaaan Sifilis sebaiknya dilakukan sedini mungkin pada
kehamilan.

g. Pemeriksaan HIV

Pemeriksaan HIV terutama untuk daerah dengan risiko tinggi kasus HIV dan ibu
hamil yang dicurigai menderita HIV. Ibu hamil setelah menjalani konseling kemudian
diberi kesempatan untuk menetapkan sendiri keputusannya untuk menjalani tes HIV.

h. Pemeriksaan BTA

Pemeriksaan BTA dilakukan pada ibu hamil yang dicurigai menderita Tuberkulosis
sebagai pencegahan agar infeksi Tuberkulosis tidak mempengaruhi kesehatan janin.
Selain pemeriksaaan tersebut diatas, apabila diperlukan dapat dilakukan pemeriksaan
penunjang lainnya di fasilitas rujukan.

20
Tabel 3.4 Jenis Pemeriksaan Pelayanan Antenatal Terpadu

Sumber : (Kementrian Kesehatan RI, 2015)

9. Tatalaksana Khusus (T9)

Berdasarkan hasil pemeriksaan antenatal di atas dan hasil pemeriksaan laboratorium,


setiap kelainan yang ditemukan pada ibu hamil harus ditangani sesuai dengan standar
dan kewenangan tenaga kesehatan. Kasus-kasus yang tidak dapat ditangani dirujuk
sesuai dengan sistem rujukan.

21
Tabel 3.5 Tatalaksana khusus untuk kasus-kasus yang tidak dapat ditangani

Sumber : (Kementrian Kesehatan RI, 2015)

22
10. Temu Wicara (T10)

Efektif dilakukan pada setiap kunjungan antenatal yang meliputi:

a. Kesehatan ibu

Setiap ibu hamil dianjurkan untuk memeriksakan kehamilannya secara rutin ke


tenaga kesehatan dan menganjurkan ibu hamil agar beristirahat yang cukup selama
kehamilannya (sekitar 9- 10 jam per hari) dan tidak bekerja berat.

b. Perilaku hidup bersih dan sehat

Setiap ibu hamil dianjurkan untuk menjaga kebersihan badan selama kehamilan
misalnya mencuci tangan sebelum makan, mandi 2 kali sehari dengan menggunakan
sabun, menggosok gigi setelah sarapan dan sebelum tidur serta melakukan olah raga
ringan.

c. Peran suami/keluarga dalam kehamilan dan perencanaan persalinan

Setiap ibu hamil perlu mendapatkan dukungan dari keluarga terutama suami dalam
kehamilannya. Suami, keluarga atau masyarakat perlu menyiapkan biaya persalinan,
kebutuhan bayi, transportasi rujukan dan calon donor darah. Hal ini pentingapabila
terjadi komplikasi kehamilan, persalinan, dan nifas agar segera dibawa ke fasilitas
kesehatan.

d. Tanda bahaya pada kehamilan, persalinan dan nifas serta kesiapan


menghadapi komplikasi

Setiap ibu hamil diperkenalkan mengenai tanda-tanda bahaya baik selama kehamilan,
persalinan, dan nifas misalnya perdarahan pada hamil muda maupun hamil tua, keluar
cairan berbau pada jalan lahir saat nifas, dsb. Mengenal tanda-tanda bahaya ini
penting agar ibu hamil segera mencari pertolongan ke tenaga kesehtan kesehatan.

e. Asupan gizi seimbang

23
Selama hamil, ibu dianjurkan untuk mendapatkan asupan makanan yang cukup
dengan pola gizi yang seimbang karena hal ini penting untuk proses tumbuh kembang
janin dan derajat kesehatan ibu. Misalnya ibu hamil disarankan minum tablet tambah
darah secara rutin untuk mencegah anemia pada kehamilannya.

f. Gejala penyakit menular dan tidak menular.

Setiap ibu hamil harus tahu mengenai gejala-gejala penyakit menular (misalnya
penyakit IMS,Tuberkulosis) dan penyakit tidak menular (misalnya hipertensi) karena
dapat mempengaruhi pada kesehatan ibu dan janinnya.

g. Penawaran untuk melakukan konseling dan testing HIV di daerah tertentu


(risiko tinggi)

Konseling HIV menjadi salah satu komponen standar dari pelayanan kesehatan ibu
dan anak. Ibu hamil diberikan penjelasan tentang risiko penularan HIV dari ibu ke
janinnya, dan kesempatan untuk menetapkan sendiri keputusannya untuk menjalani
tes HIV atau tidak. Apabila ibu hamil tersebut HIV positif maka dicegah agar tidak
terjadi penularan HIV dari ibu ke janin, namun sebaliknya apabila ibu hamil tersebut
HIV negative maka diberikan bimbingan untuk tetap HIV negatif selama
kehamilannya, menyusui dan seterusnya.

h. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan pemberian ASI ekslusif

Setiap ibu hamil dianjurkan untuk memberikan ASI kepada bayinya segera setelah
bayi lahir karena ASI mengandung zat kekebalan tubuh yang penting untuk kesehatan
bayi. Pemberian ASI dilanjutkan sampai bayi berusia 6 bulan.

i. KB paska persalinan

Ibu hamil diberikan pengarahan tentang pentingnya ikut KB setelah persalinan untuk
menjarangkan kehamilan dan agar ibu punya waktu merawat kesehatan diri sendiri,
anak, dan keluarga.

j. Imunisasi

24
Setiap ibu hamil harus mendapatkan imunisasi Tetanus Toksoid (TT) untuk
mencegah bayi mengalami tetanus neonatorum.

k. Peningkatan kesehatan intelegensia pada kehamilan (Brain booster)

Untuk dapat meningkatkan intelegensia bayi yang akan dilahirkan, ibu hamil
dianjurkan untuk memberikan stimulasi auditori dan pemenuhan nutrisi pengungkit
otak (brain booster) secara bersamaan pada periode kehamilan

25
Tabel 3.6 Materi Komunikasi, Informasi, dan Edukasi Antenatal Care beserta pesan

26
3.2 Melakukan KIE Kesehatan Reproduksi di kalangan anak remaja pada
institusi sekolah (kelas IV-VI SD, SMP dan SMA)
Pada lapangan 2, kami melakukan penyuluhan di SMPN 4 Selogiri, kami
memberikan materi terkait Kesehatan Reproduksi dan KB, di sana kami didampingi
oleh pihak Puskesmas Materi yang kami paparkan meliputi:

1. Pengertian Kesehatan Reproduksi

Pada dasarnya kesehatan reproduksi merupakan unsur yang dasar dan penting dalam
kesehatan umum, baik untuk laki-laki dan perempuan. Selain itu, kesehatan
reproduksi juga merupakan syarat ensensial bagi kesehatan bayi, anak-anak, remaja,
orang dewasa bahkan orang-orang yang berusia setelah masa reproduksi. Reproduksi
secara sederhana dapat diartikan sebagai kemampun untuk “membuat kembali”.
Dalam kaitannya dengan kesehatan, reproduksi diartikan sebagai kemampuan
seseorang memperoleh keturunan (beranak) (Baso, 1999)

Menurut WHO dan ICPD (International Conference on Population and Development)


1994 yang diselenggarakan di Kairo kesehatan reproduksi adalah keadaan sehat yang
menyeluruh, meliputi aspek fisik, mental dan sosial dan bukan sekedar tidak adanya
penyakit atau gangguan segala hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi,
fungsinya maupun proses reproduksi itu sendiri. (Negara, 2005)

Definisi kesehatan reproduksi adalah sekumpulan metode, teknik, dan pelayanan


yang mendukung kesehatan dan kesejahteraan reproduksi melalui pencegahan dan
penyelesaian masalah kesehatan reproduksi yang mencakup kesehatan seksual, status
kehidupan dan hubungan perorangan, bukan semata konsultasi dan perawatan yang
berkaitan dengan reproduksi dan penyakit yang ditularkan melalui hubungan seks.
(Mahfina, 2009)

Jadi dapat disimpulkan bahwa kesehatan reproduksi adalah suatu cara untuk
pencegahan dan penyelesaian masalah kesehatan reproduksi meliputi kesehatn fisik,
mental, sosial dan bukan sekedar tidak hanya konsultasi dan keperawatan yang
berkaitan dengan reproduksi dan penyakit yang ditularkan melalui hubungan seks.

27
Masa remaja sebagai titik awal proses reproduksi menunjukkan persiapan strategi
interfrensi perlu dimulai jauh sebelum masa usia subur. Nilai anak perempuan dan
laki-laki dalam keluarga dan masyarakat, dan bagaimana perlakuan yang mereka
terima merupakan faktor penting yang turut menentukan kesehatan reproduksi
mereka dimasa datang.

Perubahan psikis saat pubertas:

a. Tertarik pada lawan jenis


b. Kecemasan
c. Lebih perasa
d. Ingin menonjolkan diri dan diperhatikan
e. Mudah sedih dan marah

Ciri-ciri pubertas pada pria:

a. Pengaruh hormon testosterone


b. Ciri Kelamin Primer:
i. Testis memproduksi sperma yang keluar bersama air mani
ii. Mimpi basah; Proses pembentukan sperma dan pengeluaran sperma:
a. Sepasang testis menghasilkan ratusan juta sperma matang
b.Sperma dialirkan melalui saluran sperma (vas deferens)
c. Bercampur dengan air mani yang dihasilkan oleh prostat dan
kelenjar seminalis. Fungsi: memberi makan sperma
d.Keluar melalui saluran kencing (uretra)
c. Ciri Kelamin Sekunder
i. Tumbuh rambut di sekitar kemaluan, ketiak, tangan kaki, dada, dan
wajah (kumis & janggut)
ii. Suara berubah lebih berat
iii. Tumbuh jakun
iv. Postur tubuh bertambah tinggi dan besar
v. Muncul jerawat

28
Ciri pubertas pada wanita:

a. Pengaruh hormon estrogen dan progesterone


b. Ciri Kelamin Primer:
i. Ovarium memproduksi sel telur
ii. Haid/menstruasi
iii. Tiap bulan (21-35 hari), ovarium mengeluarkan sel telur matang 
Ovulasi
iv. Sel telur bergerak menuju rahim melalui saluran telur (tuba falopi)
v. Sel telur kemudian melekat pada dinding rahim bagian dalam yang
menebal dan kaya pembuluh darah
vi. Bila sel telur dalam perjalanannya menuju rahim tidak bertemu
sperma, maka tidak terjadi pembuahan
vii. Sel telur akan luruh bersama dinding rahim dan keluar melalui vagina
 Menstruasi/Haid (lama 3-10 hari)
c. Ciri Kelamin Sekunder
i. Payudara membesar
ii. Puting susu menonjol
iii. Pinggul melebar
iv. Tumbuh rambut di ketiak dan sekitar kemaluan
v. Suara berubah lebih nyaring
vi. Muncul jerawat

Kami juga memaparkan mengenai beberapa fenomena yang sering terjadi di


masyarakat

1. Hamil Usia Dini

Kehamilan usia dini (usia muda/remaja) adalah kehamilan yang terjadi pada remaja
putri berusia <20. Kehamilan tersebut dapat disebabkan oleh karena hubungan
seksual (hubungan intim) dengan pacar, dengan suami, pemerkosaan, maupun faktor-

29
faktor lain yang menyebabkan sperma membuahi telurnya dalam rahim perempuan
tersebut (Masland, 2004).

Reproduksi sehat untuk hamil dan melahirkan adalah usia 20-30 tahun, jika terjadi
kehamilan di bawah atau di atas usia tersebut maka akan dikatakan beresiko akan
menyebabkan terjadinya kematian 2-4 x lebih tinggi dari reproduksi sehat (Manuaba,
2010).

Kehamilan yang terjadi di usia muda merupakan salah satu resiko seks pranikah atau
seks bebas adalah kehamilan yang tidak diharapkan (KTD). Menurut Kartono (1999)
kehamilan pranikah adalah kehamilan yang pada umumnya tidak direncanakan dan
menimbulkan perasaan bersalah, berdosa dan malu pada remaja yang mengalaminya,
ditambah lagi dengan adanya sanksi sosial dari masyarakat terhadap kehamilan dan
kelahiran anak tanpa ikatan pernikahan.

Resiko hamil usia dini

a. Risiko Fisik
i. Mudah terjadi perdarahan selama hamil
ii. Mudah terjadi keguguran
iii. Kejang pada kehamilan
iv. Kelahiran prematur
v. Kesulitan dalam proses melahirkan
vi. Bayi lahir dengan berat badan rendah, tidak sehat, kurang gizi
b. Risiko Psikologis
i. Tertekan (stress)
ii. Kekhawatiran yang tinggi karena beban akan menjadi ayah/ibu
iii. Malu dan bersalah
iv. Dimarahi orangtua
v. Pertengkaran dengan pasangan
vi. Ditinggalkan oleh ayah dari anak yang dikandung

30
c. Risiko Sosial
i. Dikucilkan & mendapat cemoohan dari orang lain
ii. Dikeluarkan dari sekolah
iii. Rencana masa depan terganggu
iv. Menjadi ibu tunggal (ayah dari anak yang dikandung pergi)
v. Cap buruk bagi ibu , ayah, maupun anak

Pencegahan kehamilan usia dini:

a. Remaja putri harus berani mengatakan “TIDAK” bila teman laki-lakinya


mengajak untuk melakukan hubungan seksual sebelum menikah
b. Remaja putra harus menghormati teman wanitanya dengan tidak meminta
apalagi memaksa untuk melakukan hubungan seksual sebelum menikah

2. Unsur-unsur Kesehatan Reproduksi Remaja

Hal-hal yang ada seputar kesehatan reproduksi remaja antara lain.

a. Kesehatan Alat- alat Reproduksi

Masalah-masalah yang berkaitan dengan kondisi kesehatan lat-alat reproduksi ini


menyentuh remaja perempuan juga remaja laki-laki. Masalahmasalah yang dihadapi
remaja perempuan antara lain adalah payudara mengeluarkan cairan, benjolan pada
payudara, masalah seputar haid (nyeri haid yang tidak teratur), keputihan, dan infeksi
saluran reproduksi. Selain itu juga diajukan pertanyaan-pertanyaan, seputar siklus
haid, waktu terjadinya masa subur, masalah keperawanan dan masalah jerawat.
Masalah-masalah yang berkenaan dengan kesehatan alat-alat reproduksi yang
dihadapi oleh remaja laki-laki antara lain adalah masalah bentuk dan ukuran penis,
jumlah testis tidak lengkap dan hernia scrotalis.

Cara merawat organ reproduksi pria:

31
i. Bersihkan alat kelamin dan sekitarnya paling sedikit setiap setelah buang air
dan pada saat mandi
ii. Cuci tangan sampai bersih sebelum membersihkan alat kelamin
iii. Bersihkan daerah pangkal penis, buah zakar & batang penis dengan air bersih
iv. Tariklah kulit batang penis ke arah atas sampai terlihat bagian yang berlekuk
pada kepala penis (glans)
v. Hal ini perlu dilakukan karena pada bagian yang berlekuk mengendap produk
kelenjar yang disebut smegma.
vi. Bersihkan sampai tidak ada kotoran/smegma (bila perlu menggunakan sabun)
vii. Cuci tangan sampai bersih setelah membersihkan alat kelamin

Cara merawat organ reproduksi wanita:

i. Bersihkan alat kelamin dan sekitarnya paling sedikit setiap setelah buang air
dan pada saat mandi
ii. Cuci tangan sampai bersih sebelum membersihkan alat kelamin
iii. Bersihkan dengan air bersih dari arah depan ke belakang
iv. Keringkan dengan tissue atau handuk kering yang bersih
v. Cuci tangan sampai bersih setelah membersihkan alat kelamin

b. Penyakit Menular Seksual

Hubungan seksual sebelum menikah juga berisiko terkena penyakit menular seksual
seperti sifilis, gonorhoe (kencing nanah), herpes sampai terinfeksi HIV (khususnya
HIV/AIDS)

HIV adalah sejenis virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan dapat
menimbulkan AIDS. HIV menyerang salah satu jenis dari sel-sel darah putih yang
bertugas menangkal infeksi.

32
AIDS adalah singkatan dari Acquired Immuno Deficiency Syndrome, yang berarti
kumpulan gejala atau sindroma akibat menurunnya kekebalan tubuh yang disebabkan
infeksi virus HIV. Tubuh manusia mempunyai kekebalan untuk melindungi diri dari
serangan luar seperti kuman, virus, dan penyakit. AIDS melemahkan atau merusak
sistem pertahanan tubuh ini, sehingga akhirnya berdatanganlah berbagai jenis
penyakit lain (Yatim, 2006).

Penularan HIV dapat terjadi melalui berbagai cara, yaitu : kontak seksual, kontak
dengan darah atau sekret yang infeksius, ibu ke anak selama masa kehamilan,
persalinan dan pemberian ASI (Air Susu Ibu). (Zein, 2006)

Pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi sangat diperlukan oleh remaja. Hal ini
dikarenakan dengan memiliki informasi dan pengetahuan yang benar maka remaja
akan banyak mengambil manfaat. Dampak positif dari pengetahuan yang benar
mengenai kesehatan reproduksi yaitu dapat mencegah perilaku seks pranikah serta
dampaknya termasuk kehamilan tidak di inginkan, HIV/AIDS, dan IMS dapat
dicegah. (Imron, 2012)

3.3 Melakukan penyuluhan KB secara terpadu dengan pelaksanaan upaya


kesehatan reproduksi di tingkat puskesmas
Saat koordinasi pada lapangan 1, Kepala Puskesmas menyarankan kami untuk
memberikan materi tentang KB, hal ini dikarenakan maraknya pernikahan dini yang
terjadi di daerah wonogiri. Materi yang kami paparkan meliputi :
1. Pengertian KB
Keluarga Berencana (KB) adalah upaya untuk mengatur kelahiran anak, jarak,
dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan,
dan bantuan sesuai hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang
berkualitas. Terdapat beberapa pilihan dalam metode pelaksanaan KB yakni
dengan menggunakan kondom atau alat kontrasepsi lain, menunda berhubungan
seksual, atau mempunyai 1 pasangan setia yang tidak terinfeksi. Pengaturan

33
kehamilan dalam Program KB biasanya dilakukan dengan menggunakan alat
kontrasepsi. Kontrasepsi merupakan usaha-usaha untuk mencegah terjadinya
kehamilan.
2. Jenis KB
a. AKDR
AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) adalah alat kontrasepsi kecil yang
dipasang dalam rahim dan sangat efektif dan aman. AKDR dapat bekerja
hingga 10 tahun, tergantung jenisnya. AKDR dapat dicabut kapan saja tetapi
AKDR memiliki beberapa efek samping seperti dapat menambah pendarahan
haid atau menyebabkan kram. AKDR tidak dapat melindungi dari HIV/IMS.
b. Implan/AKBK
Alat Kontrasepsi Bawah Kulit (Susuk) terdiri dari 1,2 atau 6 tabung plastik
kecil yang diletakkan di bawah kulit lengan atas. Implan/AKBK sangat
efektif karena mengandung hormon progestin dan tanpa estrogen. Efektif
selama 3 tahun untuk 1-2 kapsul dan5 tahun untuk 6 kapsul. Penggunaan
implan mudah untuk berhenti dan bisa dikeluarkan kapan saja. Implan aman
bagi hampir semua perempuan tetapi biasanya mempengaruhi haid. AKBK
tidak melindungi terhadap IMS/HIV.
c. Kontap wanita (tubektomi)/kontap pria (vasektomi)
Kontap(kontrasepsi mantap) adalah suatu tindakan untuk membatasi
keturunan dalam jangka waktu yang tidak terbatas, yang dilakukan terhadap
salah seorang dari pasangan suami isteri atas permintaan yang bersangkutan,
secara mantap dan sukarela. Kontap dapat diikuti baik oleh wanita maupun
pria.
Kontap wanita biasanya dilakukan dengan memotong saluran telur yang
biasanya menjadi tempat pertemuan sel telur dengan sperma dan kemudian
diikat sehingga sel telur tdk bisa bertemu sperma dan kehamilan pun tidak
terjadi. Tindakan ini tidak mempengaruhi haid. Kontap wanita merupakan
metode kontrasepsi yang bersifat permanen.

34
Kontap pria dilakukan dengan mengikat kedua saluran sel sperma atau
dipotong dan diikat sehingga sperma tidak dikeluarkan dan tidak bisa
bertemu sel telur. Kontap pria merupakan metode kontrasepsi yang bersifat
permanen.
d. Pil
Pil kombinasi mengandung hormon estrogen dan progestin. Cara penggunaan
pil adalah dengan minum 1 pil setiap hari pada waktu yang sama. Satu paket
berisi 28 pil dan Setelah semua pil dalam 1 paket habis, lanjutkan dengan
paket baru pada hari berikutnya. Penggunaan pil efektif & mudah untuk
berhenti. Pil juga aman untuk hampir semua ibu. Pil dapat membantu
mengurangi perdarahan, menstruasi dan kram. Beberapa efek samping yang
dapat ditimbulkan oleh penggunaan awal pil adalah mual, bercak atau flek di
antara masa haid, sakit kepala ringan, payudara nyeri, dan berat badan sedikit
naik atau turun. Pil tidak memberi perlindunganterhadap HIV/IMS.
e. Suntik
Suntik dapat dibagi menjadi suntik bulanan dan suntik 3 bulanan. Suntik KB
bulanan memiliki arti 1 suntikan setiap 1 bulan. Suntik KB 1 bulanan
mengandung hormon estrogen dan progestogen. Sedangkan suntik KB 3
bulanan memiliki arti 1 Suntikan setiap 3 bulan. Suntik KB 3 bulanan
mengandung hormon progestin, tapi tidak estrogen. Kedua metode suntik
aman bagi hampir semua ibu tetapi keduanya tidak melindungi dari
IMS/HIV.
f. Kondom
Kondom merupakan alat kontrasepsi yang dapat mencegah kehamilan dan
IMS termasuk HIV. Kondom biasanya digunakan oleh pria. Kondom sangat
efektif bila digunakan setiap kali bersenggama.
g. Pantang berkala
Pantang berkala adalah metode yang dilakukan dengan menghitung waktu
subur(saat keluarnya sel telur).
h. Senggama terputus.

35
Senggama terputus disebut juga coitus interruptus dilakukan dengan cara
menghentikan senggama ketika air mani hendak terpancar ke luar.

Salah satu indikator program KB yaitu penggunaan KB saat ini dan CPR
(Contraceptive Prevalence Rate). CPR adalah persentase penggunaan alat/cara KB
oleh pasangan usia subur (PUS) yaitu WUS (umur 15-49 tahun) berstatus menikah
atau hidup bersama. Proporsi penggunaan KB di Indonesia pada Riskesdas 2010
(55,8%) dan Riskesdas 2013 (59,7%). Secara umum terjadi peningkatan dalam
periode 3 tahun. Apabila dilihat dari jenis kelamin, metode kontrasepsi perempuan
yang digunakan jauh lebih besar dibanding dengan metode kontrasepsi laki-laki.
Metode perempuan sebesar 93,66% dan metode hanya sebesar 6,34%. Ini
menunjukkan partisipasi laki-laki dalam menggunakan alat kontrasepsi masih
sangat kecil dan penggunaan alat kontrasepsi masih dominan dilakukan oleh
perempuan. Dalam SDKI 2002-2003 ternyata 6 dari 10 perempuan kawin umur 15-
19 tahun di Indonesia memakai kontrasepsi, dimana hampir seluruhnya memakai
kontrasepsi modern (57%) sementara 3,6 % memakai kontrasepsi tradisional.
Kontrasepsi yang paling populer adalah suntik (28%), pil (13%), dan IUD (6%).

3.4 Kendala dan Solusi


Kendala

a. Awalnya kami diberitahu untuk mengadakan penyuluhan di MAN tetapi saat


hari H kami diminta untuk melakukan penyuluhan ke SMPN 4 Selogiri.
b. Pada saat melakukan penyuluhan kesehatan reproduksi di SMPN 4 Selogiri,
suasana kelas kurang kondusif karena keadaan kelas yang terlalu ramai.
c. Kurangnya persiapan kelompok kami sehingga tidak sempat membeli hadiah
dan penyampaian materi yang terlalu lama.
d. Dalam rangka bulan Ramadhan, kami diminta untuk tidak menanyangkan
gambar yang terbuka dan vulgar.

36
e. Siswa-siswi kekurangan pulpen saat mengerjakan pretest dan posttest sehingga
kemungkinan mencontek antar siswa besar.

Solusi

a. Setelah mengetahu bahwa kami melakukan penyuluhan di SMPN 4 Selogiri,


kami langsung menyesuaikan ulang materi yang disampaikan agar tidak
terlalu berat.
b. Karena keaadaan kelas yang terlalu ramai, kami berpencar di tiap bagian
kelas. Ada yang di depan kelas maupun di belakang kelas untuk menegur jika
ada siswa yang tidak memperhatikan. Dan kami juga memberikan pertanyaan-
pertanyaan agar siswa lebih interaktif dan focus dalam mendegarkan materi.
c. Kami mengadakan ice breaking di sela-sela presentasi agar para siswa tidak
mengantuk dan selalu semangat untuk mendengarkan materi yang
disampaikan. Dikarenakan tidak membawa hadiah, kami memberikan hadiah
sejumlah uang yang dibungkus amplop.
d. Saat penyuluhan, kami menampilkan gambar yang sederhana dan berupa
kartun atau animasi sehingga tetap menarik dan mempermudah para siswa
dalam memahaminya.
e. Kami meminjamkan pulpen kepada para siswa agar mereka lebih nyaman dan
tidak mencontek saat mengerjakan pretest dan postes.

37
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
a. AnteNatal Care (ANC)
Pemeriksaan antenatal care (ANC) adalah pemeriksaan kehamilan untuk
mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu hamil. Sehingga mampu
menghadapi persalinan, kala nifas, persiapan pemberiaan ASI dan kembalinya
kesehatan reproduksi secara wajar.
Tujuan khusus dari tindakan ANC:
a. Mengenali dan menangani penyulit-penyulit yang mungkin dijumpai dalam
kehamilan,persalinan,dan nifas.
b. Mengenali dan mengobati penyulit-penyulit yang mungkin diderita sedini
mungkin.
c. Menurunkan angka morbilitas ibu dan anak.
d. Memberikan nasihat-nasihat tentang cara hidup sehari-hari dan keluarga
berencana, kehamilan, persalinan, nifas dan laktasi

Dalam melaksanakan pelayanan Antenatal Care, ada sepuluh standar


pelayanan yang harus dilakukan oleh bidan atau tenaga kesehatan yang dikenal
dengan 10 T. Standar minimal 10 T adalah sebagai berikut:

1. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan


2. Pemeriksaan tekanan darah
3. Nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas)
4. Pemeriksaan puncak rahim (tinggi fundus uteri)
5. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)
6. Skrining status imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi Tetanus Toksoid
(TT) bila diperlukan.
7. Pemberian Tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan

38
8. Test laboratorium (rutin dan khusus)
9. Tatalaksana kasus
10. Temu wicara (konseling), termasuk Perencanaan Persalinan dan
Pencegahan Komplikasi (P4K) serta KB paska persalinan
b. Komunikasi, Informasi dan Edukasi Kesehatan Reproduksi
Program KIE Kesehatan Reproduksi merupakan hal yang penting bagi
kesehatan umum terutama pada laki-laki maupun perempuan. Langkah ini
merupakan suatu cara untuk mencegah dan menyelesaikan masalah kesehatan
reproduksi meliputi kesehatan fisik, mental, sosial yang berkaitan dengan
reproduksi dan penyakit yang ditularkan melalui hubungan seks. Masa remaja
sebagai titik awal proses reproduksi, maka dari itu penyuluhan di kalangan
anak remaja pada institusi sekolah (kelas IV-VI SD, SMP, dan SMA) sangat
penting. Oleh karena itu, pada lapangan 2 Field Lab, kami memberikan
penyuluhan kepada siswa/siswi SMPN 4 Selogiri sebagai langkah awal untuk
mengetahui tentang kesehatan reproduksi.
Dari hasil Field Lab lapangan 2, disimpulkan bahwa penyuluhan yang
dilaksanakan di SMPN 4 Selogiri dapat diterima dengan baik oleh siswa/siswi
disana. Hal ini dibuktikan dengan terjadi peningkatan nilai dari hasil pretest
sebanyak 53 siswa, meskipun ada 5 anak yang mendapat nilai tetap, dan 1 anak
mengalami penurunan nilai.
c. Keluarga Berencana
KB adalah gerakan untuk membentuk keluarga yang sehat dan sejahtera
dengan membatasi kelahiran. Perencanaan jumlah keluarga dengan
pembatasan yang bisa dilakukan dengan penggunaan alat-alat kontrasepsi.
Program KB menjadi salah satu cara untuk meningkatkan kualitas hidup
masyarakat dan membatasi angka pertumbuhan penduduk. Dimana tujuan KB
adalah meningkatkan kesejahteraan ibu ,anak dalam rangka mewujudkan
NKKBS(norma keluarga kecil bahagia sejahtera) yang menjadi dasar
terwujudnya masyarakat yang sejahtera dengan mengendalikan kelahiran
sekaligus menjamin terkendalinya pertambahan penduduk.

39
4.2 Saran
Bagi sekolah:
Sebaiknya jika diadakan penyuluhan kembali, diharapkan untuk tidak
menggabungkan dua kelas menjadi satu karena menyebabkan ketidak kondusifan
siswa terhadap materi yang kami berikan. Para siswa lebih banyak yang berbicara
sendiri dengan sesama temannya, sehingga banyak yang kurang memahami materi
yang telah kami sampaikan.
Bagi Mahasiswa:
1. Mahasiswa dalam melakukan penyuluhan sebaiknya memperhatikan waktu
karena penyuluhan yang semakin lama membuat siswa menjadi bosan.
2. Mahasiswa diharapkan lebih mempersiapkan penyuluhan (seperti membeli
hadiah).

40
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. 2005. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Rineka Ciptahal.

Anggrita, S., Mardiatul, U. I., & Ramalida, D. 2015. Asuhan Kebidanan Pada
Kehamilan. Bogor: In Media.
Baso, Zora Adi. 1999. Kesehatan Reproduksi Panduan bagi Perempuan. Sulawesi
Selatan : Pustaka Belajar
Imron, Ali. 2012. Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja. Yogyakarta: Ar-ruzz
media.

Kementrian Kesehatan RI. 2010. Pedoman Pelayanan Antenatal Terpadu. Jakarta:


Direktorat Jendral Bina Kesehatan Masyarakat.

Kementrian Kesehatan RI. 2014. Alat Bantu Pengambilan Keputusan Ber-KB.


https://kesga.kemkes.go.id/images/pedoman/Buku%20ABPK%20berKB.pdf
[Diakses 23 Mei 2018]

Kementrian Kesehatan RI. 2014. Situasi dan Analisis Keluarga Berencana.


https://www.pusdatin.kemkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/infod
atin/infodatin-kb.pdf. [Diakses 23 Mei 2018]

Kementrian Kesehatan RI. 2015. Buku Ajar Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta Selatan
: Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan.

Manuaba. 2010. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta: EGC

Mahfina, Layyin. 2009. Remaja dan Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: STAIN


Ponorogo.

Masland, P.R. 2004. Apa yang ingin diketahui remaja tentang seks. Jakarta: Bumi
Aksara

41
Negara, Made Okara. 2005. Mengurangi Persoalan Kehidupan Seksual dan
Reproduksi Perempuan dalam Jurnal Perempuan cetakan No.41. Jakarta :
Yayasan Jurnal Perempuan.

Rukiah, A. Y., Yulianti, L., Maemunah, & Susilawati, L. 2013. Asuhan Kebidanan
Kehamilan. Jakarta: CV. Trans Info Media.

Tim Field Lab FK UNS. 2018. Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) Kesehatan
Reproduksi. Surakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret

Yatim, D.I. 2006. Dialog seputar AIDS. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana


Indonesia.

Zein, Umar. 2006. 100 Pertanyaan Seputar HIV/AIDS Yang Perlu Anda Ketahui.
Medan: USU press.

42
LAMPIRAN

G.1. Lapangan 1 (14 Mei 2018)

G.2. Penyuluhan KIE Kesehatan Reproduksi (19 Mei 2018)

43
G.3. Penyuluhan didampingi oleh pihak puskesmas

G.4. Sambutan oleh Kepala Sekolah SMPN 4 Selogiri

44
G.5. Kepala Sekolah SMPN 4 Selogiri dan perwakilan dari pihak puskesmas

G.6. Lapangan III (28 Mei 2018) bersama Kepala Puskesmas Selogiri, Dosen
Pembimbing Lapangan dan Dokter Internship

45
SOAL PRETEST DAN POSTTEST

1) Hal-hal dibawah ini yang salah tentang gender adalah…..

a. Gender adalah kajian tentang tingkah laku perempuan dan hubungan sosial
antara laki-laki dan laki-laki
b. Gender yaitu Jenis kelamin secara biologis yang diberikan oleh Tuhan
c. Saat kecil, anak perempuan biasanya diberikan mainan boneka dan anak laki-
laki diberikan mainan mobil-mobilan
d. Ibu ku tidak pernah mengerjakan pekerjaan Ayah ku sebagai Kontraktor
membangun rumah
e. Gender ditentukan oleh manusia melalui kebiasaan yang sering terjadi sehari-
hari

2) Nama lain dari jenis kelamin adalah..

a. Seks
b. Gender
c. Transgender
d. Semua jawaban salah
e. Semua jawaban benar

3) Apa penanda utama kalau seorang laki-laki dan perempuan sudah puber?

a. Mimpi basah dan jerawatan


b. Suara berubah dan menstruasi/haid
c. Mimpi basah dan menstruasi/haid
d. Suara berubah dan jerawatan

4) Berikut merupakan risiko dari hamil pada usia remaja, kecuali…..

a. Bisa punya banyak anak


b. Merasa malu dan bersalah
c. Mudah keguguran
d. Bayi lahir dengan tidak sehat

5). HIV dapat ditularkan melalui..

a. Berjabat tangan
b. Tinggal serumah dengan penderita HIV

46
c. Air Susu Ibu (ASI)
d. Pertemanan
e. Menggunakan alat makan yang sama

6) IMS adalah singkatan dari…

a. Infeksi Makan Sehari hari


b. Infeksi Menular Seksual
c. Infeksi Menular Sampah
d. Infeksi Menyebabkan Sakit
e. Infeksi Menular Sapi

7) Alat kontrasepsi yang digunakan didalam rahim adalah ?

a. Kondom
b. IUD
c. Pil KB
d. KB susuk
e. Implan

8) Sebelum melakukan pemasangan alat kontrasepsi kepada pasangan suami


istri, kita pertama kali perlu menjelaskan tentang?

a. Cara kerja alat kontrasepsi


b. Efek samping alat kontrasepsi
c. Macam-macam alat kontrasepsi
d. Lama penggunaan alat kontrasepsi
e. Pemasangan alat kontrasepsi

9). Menikah dini adalah pilihan yang baik untuk anak remaja zaman sekarang

(B/S)

10). Belajar adalah sebuah kewajiban, dan pacaran adalah kebutuhan

(B/S)

47

Anda mungkin juga menyukai