Anda di halaman 1dari 4

TRAKOMA

Trakoma adalah salah satu bentuk radang konjungtiva (selaput lendir mata) yang berlangsung lama dan
disebabkan oleh Chlamydia Trachomatis. Infeksi ini menyebar melalui kontak langsung dengan sekret kotoran
mata penderita trakoma atau melalui alat-alat kebutuhan sehari-hari seperti handuk, alat-alat kecantikan dan
lain-lain. Penyakit ini sangat menular dan biasanya menyerang kedua mata. Bila ditangani secepatnya, trakoma
dapat disembuhkan dengan sempurna. Namun bila terlambat dalam penanganannya, trakoma dapat
menyebabkan kebutaan.Trakoma merupakan infeksi mata yang berlangsung lama yang menyebabkan inflamasi
dan jaringan parut pada konjungtiva dan kelopak mata serta kebutaan.

Etiologi

Trachoma disebabkan oleh Chlamydia trachomatis dan disebarkan melalui kontak langsung dengan
mata, hidung, dan tenggorokan yang terkena cairan (yang mengandung kuman ini) dari pengidap, atau kontak
dengan benda mati, seperti handuk dan / atau kain lap, yang pernah kontak serupa dengan cairan ini. Lalat juga
dapat menjadi rute transmisi. Jika tidak diobati, infeksi trachoma berulang dapat mengakibatkan entropion yang
merupakan bentuk kebutaan permanen dan disertai rasa nyeri jika kelopak mata berbalik ke dalam, karena ini
menyebabkan bulu mata menggaruk kornea. Anak-anak yang paling rentan terhadap infeksi ini karena
kecenderungan mereka untuk dengan mudah menjadi kotor, tetapi efek-efek pengihatan kabur dan gejala lebih
parah lainnya sering tidak terasa sampai dewasa.

Patofisiologi

Melalui kontak langsung dengan discharge yang keluar dari mata yang terkena infeksi atau dari
discharges nasofaring melalui jari atau kontak tidak langsung dengan benda yang terkontaminasi, seperti
handuk, pakaian dan benda-benda lain yang dicemari discharge nasofaring dari penderita. Lalat, terutama
Musca sorbens di Afrika dan Timur Tengah dan spesies jenis Hippelates di Amerika bagian selatan, ikut
berperan pada penyebaran penyakit. Pada anak-anak yang menderita trachoma aktif, chlamydia dapat
ditemukan dari nasofaring dan rektum. Namun didaerah endemis untuk serovarian dari trachoma tidak
ditemukan reservoir genital. Masa inkubasi sukar ditentukan karena timbulnya penyakit ini adalah lambat.
Penyakit ini termasuk penyakit mata yang sangat menular.

Gambaran kliniknya dibagi atas 4 stadium :

a) Stadium I; disebut stadium insipien atau stadium permulaan, didapatkan terutama folikel di konjungtiva
tarsal superior, pada konjungtiva tarsal inferior juga terdapat folikel, tetapi ini tidak merupakan gejala
khas trakoma. Pada kornea di daerah limbus superior terdapat keratitis pungtata epitel dan subepitel.
Kelainan kornea lebih jelas apabila diperiksa dengan melakukan tes fluoresin, dimana akan terlihat titik-
titik hijau pada defek kornea.
b) Stadium II; disebut stadium established atau nyata, didapatkan folikel-folikel di konjungtiva tarsal
superior,beberapa folikel sudah matur berwarna lebih abu-abu. Pada kornea selain keratitis pungtata
superficial, juga terlihat adanya neovaskularisasi, yaitu pembuluh darah baru yang berjalan dari limbus
ke arah kornea bagian atas. Susunan keratitis pungtata superfisial dan neovaskularisasi tersebut dikenal
sebagai pannus.
c) Stadium III; disebut stadium parut, dimulai terbentuknya sikatriks pada folikel konjungtiva tarsal
superior yang terlihat sebagai garis putih halus. Pannus pada kornea lebih nyata. Tidak jarang pada
stadium ini masih terlihat trikiasis sebagai penyakit. Pada stadium ini masih dijumpai folikel pada
konjungtiva tarsal superior
d) Stadium IV; disebut stadium penyembuhan. Pada stadium ini, folikel pada konjungtiva tarsal superior
tidak ada lagi, yang ada hanya sikatriks. Pada kornea bagian atas pannus tidak aktif lagi. Pada stadium
ini dijumpai komplikasi-komplikasi seperti entropion sikatrisiale, yaitu pinggir kelopak mata atas
melengkung ke dalam disebabkan sikatriks pada tarsus. Bersamaan dengan enteropion, bulu-bulu mata
letaknya melengkung kedalam menggosok bola mata (trikiasis). Bulu mata demikian dapat berakibat
kerusakan pada kornea, yang mudah terkena infeksi sekunder, sehingga mungkin terjadi ulkus kornea.
Apabila penderita tidak berobat, ulkus kornea dapat menjadi dalam dan akhirnya timbul perforasi.

Klasifikasi
Mac Callan : Berdasarkan pada gambaran kerusakan konjungtiva, dibagi dalam 4 stadium yaitu :

a. Stadium Insidious : folikel imatur kecil-kecil pada konj palp sup, jar parut.
b. Stadium akut (trakoma nyata) : terdapat hipertrofi papil & folikel yang masak pada palp sup.
c. Stadium sikatriks : sikatriks konj, bentuk garis-garis putih halus disertai folikel dan hipertrofi.
d. Stadium penyakitembuhan : trakoma inaktif, folikel, sikatriks meluas tanpa peradangan.

Klasifikasi Menurut WHO :

a) Trakoma Inflamasi-Folikuler (TF)


Trakoma dengan adanya 5 atau lebih folikel dengan diameter 0,5 mm didaerah sentral konjungtiva tarsal
superior. Bentuk ini umumnya ditemukan pada anak-anak, dengan prevalensipuncak pada 3-5 tahun.
b) Trakoma Inflamasi – Intense (TI)
Ditandai konjungtiva tarsal superior yang menebal dan pertumbuhanvaskular tarsal. Papil terlihat
dengan pemeriksaan slit lamp.
c) Trakoma Sikatriks (TS)
Ditandai dengan adanya sikatrik yang mudah terlihat pada konjungtivatarsal. Memiliki resiko trikiasis
ke depannya, semakin banyak sikatrik semakinbesar resiko terjadinya trikiasis.
d) Trakoma Trikiasis (TT)
Ditandai dengan adanya bulu mata yang mengarah ke bola mata. Potensial untuk menyebabkan opasitas
kornea
e) Kekeruhan kornea (CO)
Ditandai dengan kekeruhan kornea yang terlihat di atas pupil. Kekeruhan kornea menandakan prevalensi
gangguan visus atau kebutaan akibat trakoma.

Manifestasi klinik

a. Masa inkubasi berlangsung selama 5 – 12 hari.


b. Kedua mata tampak merah dan berair. Penderita sukar melihat cahaya terang (silau) dan merasa gatal di
matanya.
c. Pada stadium awal, konjungtiva tampak meradang, merah dan mengalami iritasi serta mengeluarkan
kotoran (konjungtivitis).
d. Pada stadium lanjut, konjungtiva dan kornea membentuk jaringan parut sehingga bulu mata melipat ke
dalam dan terjadi gangguan penglihatan.
e. Gejala lainnya adalah:
- Pembengkakan kelopak mata
- Pembengkakan kelenjar getah bening yang terletak tepat di depan mata
- Kornea tampak keruh.

Tatalaksana

Pada tahun 2020, WHO mencanangkan program SAFE (Surgical care, Antibiotics, Facial cleanliness,
Environmental improvement). Di program ini WHO lebih menekankan pengobatan melaui terapi dua antibiotik
yaitu azitromisin oraldan salep mata tetrasiklin.

a) Azitromisin
Antibiotik ini merupakan drug of choice karena mudah diberikan dengan s ingledose dan pemberiannya
dapat langsung dipantau. Azitromisin juga memiliki efikasi yang tinggi dan kejadian efek samping yang
rendah. Maka dari itu, azitromisin lebih baik dibandingkan dengan tetrasiklin karena antibiotik ini juga
bisa mengobati infeksi digenital, sistem respirasi, dan kulit. Penggunaaan antibiotik ini dianjurkan pada
orang dewasa 1gr per oral sehari sedangkan anak – anal 20 mg/kgBB per oral sehari.
b) Salep mata tertrasiklin
Penggunaan yang dianjurkan yaitu 3 sampai 4 kali sehari selama dua bulan. Salep tetrasiklin 1% :
mencegah sintesis bakteri protein dengan bindingdengan unit ribosom 30S dan 50S.
c) Apabila terdapat trikiasis, bulu mata harus dicabut agar tidak merusak kornea.

Komplikasi

Parut di konjungtiva dalah komplikasi yang sring terjadi pada trachoma dan dapat merusak duktuli
kelenjar lakmal tambahan dan menutupi muara kelejar lakrimal.hal ini secara drastis mengurangi komponen air
dalam film air mata pre- kornea, dan komponen mukus film mungkin berkurang karena hilangnya sebagian sel
goblet.luka parut itu juga mengubah bentuk palpebra superior dengan membalik bulu mata kedalam (trikiasis)
atau seluruh tepian palpebra (entropian), sehingga bulu mata terus –menerus menggesek kornea.ini berakibat
ulserasi pada kornea,infeksi bacterial kornea, dan parut pada kornea. Ptosis , obstrusi doktus nasolakrimalis, dan
dakriosistitis adalah komplikasi umum lainnya pada trachoma.

DAFTAR PUSTAKA
- http://www.scribd.com/doc/47231883/Makalah-trakoma
- Ilyas, Sidharta, dkk.2002. Ilmu Penyakit Mata Untuk Dokter Umum dan Mahasiswa Kedoteran Edisi ke – 2.
Jakarta : Sagung Seto.
- Ilyas, Sidharta.2003. Ilmu Penyakit Mata Edisi ke – 2. Jakarta : Balai Penerbit FKUI
- Ilyas, Sidharta, dkk.2007. Sari Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : Balai Penerbit FKUI
- http://penyakitdalam.wordpress.com/2009/11/02/trakoma/
- http://epidemiologiunsri.blogspot.com/2011/11/trakoma.html
- http://bjo.bmj.com/content/82/8/930
- Carpenito,Lynda Juall.2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 10.Jakarta:EGC
- Marlyn,E Doenges.2000.Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3.Jakarta:EGC
- Brunner dan Suddarth, 2000. Buku Saku Kperawatan Medikal Bedah, terjemahan, EGC, Jakarta
- Marrilyn, Doenges. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai