KELOMPOK A9
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
TAHUN 2018
BAB I
PENDAHULUAN
SKENARIO 1
Temuan Makroskopis
pada korban tenggelam
Pemeriksaan luar:
Tidak
ada yang
patognomonis untuk
drowning, fungsinya
hanya menguatkan.
Hanya
beberapa penemuan
memperkuat
diagnosadrowning
antara lain: kulit basah,
dingin dan pucat.
Lebam jenazah biasanya sianotik, kecuali bila air sangat dingin maka
lebam jenazah akan berwarna pink.
Kadang terdapat cutis anserina pada lengan, paha dan bahu. Ini
disebabkan suhu air dingin yang menyebabkan kontraksi m. Erector
pilorum.
Buih putih halus pada mulut dan hidung, sifatnya lekat (cairan kental dan
berbuih).
Kadang terdapat cadaveric spasme pada tangan dan kotoran dapat
tergenggam.
Bila berada cukup lama pada air, kulit telapak tangan dan kaki akan
mengeriput dan pucat.
Kadang terdapat luka berbagai jenis pada yang tenggelam di pemandian
atau yang meloncat dari tempat tinggi yang dapat merobek paru, hati,
otak atau iga
Pemeriksaan dalam:
Jalan nafas berisi buih, kadang ditemukan lumpur, pasir, rumput air,
diatom, dll.
Terjadi karena adanya kompresi terhadap septum interalveoler atau oleh
karena terjadinya fase konvulsi akibat kekurangan oksigen.
Paru-paru membesar, mengalami kongesti dan mempunyai gambaran
seperti marmer sehingga jantung kanan dan vena-vena besar dilatasi. Bila
paru masih fresh, kadang dapat dibedakan apakah ini tenggelam dalam air
tawar atau asin.
Banyak cairan dalam lambung.
Perdarahan telinga bagian tengah (dapat ditemukan pada kasus asfiksia
lain).
14. Bagaimana perbedaan pasien tenggelam di air tawar dan air laut?
Pada pertemuan pertama belum dapat dijawab, akan dibahas di jump 7.
2. Menjelaskan
patofisiologi tenggelam
Pada kondisi di mana didapatkan korban yang apnea dengan dilatasi pupil
saat pasien sampai di IGD, umumnya korban sudah dalam kondisi hipoksia
cukup lama, 1-2 jam, dan menjadikan prognosisnya buruk. Adanya pupil
yang berdilatasi adalah tanda buruk bagi keselamatan neurologis korban,
angka keselamatan mereka dalam suatu jurnal (Pearn, 1985) dinyatakan
hanya sebesar 50%. Satu per tiga dari korban meninggal akibat tidak
ditangani keadaan hipoterminya dan tidak diberi tindakan pemberian
barbiturat, dan seperemat dari korban tersebut mengalami kerusakan
neurologis permanen yang parah.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari keadaan korban yang tertera pada skenario, didapatkan korban
mengalami syok anafilaktik. Ia juga memiliki respon imun yang berlebihan, jika
dibandingkan dengan temannya yang juga terkena sengat ubur-ubur yang sama.
B. SARAN
Adapun saran untuk jalannya diskusi kami sudah cukup baik karena semua
pertanyaan sudah terbahas. Diskusi yang baik, hendaknya dilakukan dengan sebenar-
benarnya, sebagiamana diskusi yang seharusnya. Supaya diskusi dapat menjadi
bagian dari proses pembelajaran bagi mahasiswa.
Untuk ke depannya diharapkan setiap anggota kelompok dapat memahami
keseluruhan materi.
DAFTAR PUSTAKA
Warner DS, Bierens JJ, Beerman SB, Katz LM. Drowning: a cry for help.
Anethesiology. Jun 2009; 110 (6):1121-3
Putra, A. A. G. A. (2014) ‘Death By Drowning : a Case Report’, E-Jurnal Medika
Udayana, 3(5).