Anda di halaman 1dari 39

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

DENGAN GANGGUAN BREATHING:

SUFOKASI, DROWNING, DAN TERAPI OKSIGEN

Oleh Kelompok 1 AJ2 Angkatan B26


Anggota Kelompok 1:
Definisi
 Drowning atau tenggelam adalah proses masuknya cairan ke dalam
saluran nafas atau paru-paru yang menyebabkan gangguan pernafasan
sampai kematian.

 Definisitenggelam mengacu pada ‘adanya cairan yang masuk hingga


menutupi lubang hidung dan mulut’, sehingga tidak terbatas pada
kasus tenggelam di kolam renang, atau perairan seperti sungai, laut,
dan danau saja, tetapi juga pada kondisi terbenamnya tubuh dalam
selokan atau kubangan dimana bagian wajah berada di bawah
permukaan air (Putra, 2014).
Etiologi

Dworning terjadi ketika korban tidak dapat bernafas dalam air dalam
periode waktu tertentu. Tenggelam bisa disebabkan oleh :
Terganggunya kemampuan fisik akibat pengaruh obat-
obatan
Ketidakmampuan akibat hipotermia, syok, cedera, atau
kelelahan
Ketidakmampuan akibat penyakit akut ketika berenang
Perahu atau kapal tenggelam
Terperangkap atau terjerat di dalam air
 Klasifikasi tenggelam menurut Levin (dalam Arovah, 2009) :

1. Berdasarkan kondisi paru-paru korban


a. Typical Drowning: Kondisi ketika cairan masuk ke dalam saluran pernapasan saat korban
tenggelam.

b. Atypical Drowning
1) Dry Drowning
Cairan yang masuk ke dalam saluran pernapasan hanya sedikit bahkan tidak ada.
2) Immersion Syndrom
Pada anak-anak yang tiba-tiba terjun ke dalam air dingin (suhu < 20°C), menyebabkan
terpicunya reflex vagal sehingga mengakibatkan apneu, bradikardia, dan vasokonstriksi dari
pembuluh darah kapiler dan mengarah ke terhentinya aliran darah koroner dan sirkulasi
serebaral.
3) Submersion of the Unconscious
Sering terjadi pada korban yang menderita epilepsy atau
penyakit jantung khususnya coronary atheroma, hipertensi
atau peminum yang mengalami trauma kepala saat masuk ke
air.
4. Delayed Dead
Kondisi ketika seorang korban masih hidup setelah lebih dari
24 jam setelah diselamatkan dari suatu episode tenggelam
2. Berdasarkan Kondisi Kejadian

a. Tenggelam (Drowning)
Penderita meneguk air dalam jumlah yang banyak hingga air masuk ke
dalam saluran pernapasan. Bagian apiglotis akan mengalami spasme
yang mengakibatkan saluran nafas menjadi tertutup dan hanya dapat
dilalui oleh udara yang sangat sedikit.

b. Hampir tenggelam (Near Drowning)


Kondisi korban masih bernafas dan membatukkan air keluar
 Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis yang biasa muncul antara lain


1. Asimtomatik
2. Simtomatik

3. Pasien sadar namun gelisah dan sesak nafas, takipnea, takikardia, batuk
dengan sputum berwana pink serta berbusa, dan sianosis.

4. Cardiopulmonary arrest : Pasien mengalami apnea, bradikardi, ventricular


tachycardia/fibrilation, asistole, dan nampak seperti tidak sadar.
1. WOC Drowning

MK: Bersihan
jalan nafas tidak
efektif
 Komplikasi

1. Ensefalopati Hipoksik
2. Pneumonia aspirasi
3. Gagal Ginjal
4. Hipoksia atau iskemik injuri cerebral
5. ARDS (acute respiratory distress syndrome)
6. Kerusakan pulomal sekunder akibat respirasi
7. Cardiak arrest
8. Anoksia
9. Shock
10. Myoglubinuria
11. Insufisiensi ginjal
12. Infeksi Sistemik dan intravaskuler koagulasi
 Pemeriksaan penunjang
 Pasien dengan drowning harus melakukan X-ray dada dan monitoring saturasi
oksigen
 Analisa gas darah
 Fungsi Ginjal
 Urinalisis
 Elektrokardiografi
 Radiografi

Penatalaksanaan
 Bantuan hidup dasar
 Bantuan hidup lanjut
 Perawatan rawat inap
Sufokasi

Definisi:
Sufokasi adalah keadaan/kondisi oksigen tidak dapat masuk ke paru-
paru.
Sufokasi dapat mengakibatkan oksigen dalam darah berkurang
(hipoksia) dan disertai dengan peningkatan karbon dioksida
(hiperkapnea).
Sufokasi dapat disebabkan oleh obstruksi/sumbatan jalan nafas, inhalasi
benda asing ke jalan nafas dan lingkungan yang kurang oksigen
sehingga menghalangi oksigen masuk ke paru-paru.
 Etiologi
1. Alamiah
Penyakit yang dapat mengakibatkan sumbatan jalan nafas seperti
laryngitis, dan yang dapat mengganggu pergerakan paru seperti fibrosis
paru.
2. Mekanik
Trauma dapat mengakibatkan emboli udara, emboli lemak,
pneumothorax. Kejadian ini biasanya pada orang dengan keadaan
tenggelam, gantung diri, pencekikan dan pembekapan.
3. Keracunan
Bahan yang dapat menimbulkan depresi pernafasan seperti
barbiturate dan narkotika.
Klasifikasi

klasifikasi dari sufokasi


 Tersedak (choking and gagging)
 Pembekapan (smothering)
 Lingkungan/terperangkap (entrapment)
 Tanda dan Gejala
 1. Temuan eksternal
a. Hipoksia
b. Sianosis
c. Congestion dan Edema
d. Petekie Hemoragic
e. Perdarahan dari mukosa nasal
f. Perdarahan dari meatus auditirius eksternal

 2. Temuan internal
a. Perdarahan intracranial
b. Edema cerebral
c. Pulmonary edema
d. Perdarahan Visceral
e. Pembengkakan jantung kanan
Manifestasi Klinis
 Manifestasi pada seseorang yang mengalami sufokasi biasanya
samar/tidak terlihat dan tidak spesifik.

Komplikasi
 Pada seseorang yang mengalami sufokasi akan timbul gejala yang
dapat dibedakan dalam 4 fase, yaitu :
 Fase Dispnoe
 Fase Konvulsi
 Fase Apnoe
 Fase akhir
Pemerikasaan diagnostic

Bronkoskopi
 Torakotomi
 Pemeriksaan laboratorium: Kadar asam laktat, Saturasi oksigen Harus dipertahankan di
atas 90%
 Analisa gas darah

Penatalaksanaan
1. Pindahkan korban ke tempat yang aman dan datar.
2. Pastikan ABC korban baik.
3. Nerikan oksigenasi yang adekuat.
4. Pertahankan tekanan darah arterial dalam batas normal.
5. Longgarkan pakaian korban.
6. Jika korban sadar, anjurkan untuk korban muntah.
7. Jika korban tidak sadarkan diri, lakukan SOP pembebasan jalan nafas.
8. Berikan BHD, CPR dan manuver Heimlich.
Terapi Oksigen
 Merupakan suatu intervensi medis berupa pemberian oksigen (O2) untuk mencegah
dan memperbaiki hipoksia jaringan dengan cara memasukkan oksigen menggunakan
alat ke dalam sistem respirasi melalui sistem pernafasan sesuai dengan kebutuhan.

Indikasi
1. Gagal nafas
2. Gangguan jantung (Gagal jantung, AMI)
3. Post operasi
4. Keadaan gawat (koma, trauma paru, pneumothorax)
5. Metabolisme yang meningkat (Luka bakar)
6. Keracunan karbon monoksida (CO)
7. Perubahan pola nafas seperti:
Hipoksia
Bradipnea
Apnea
 Pedoman pemberian terapi oksigen

Langkah- langkah pemberian terapi oksigen sebagai berikut :


1. Status oksigenasi pasien dengan pemeriksan klinis, analisa gas
darah dan oksimetri.
2. Pilih metode pemberian oksigen yang akan diberikan.
3. Tentukan konsentrasi oksigen yang dikehendaki.
4. Pantau keberhasilan terapi oksigen dengan pemeriksaan fisik dan
lab.
5. Selalu perhatikan efek samping dari terapi oksigen yang
diberikan
 ASUHAN KEPERAWATAN KASUS

Tn. AS, 24 tahun datang ke UGD pasien dikatakan mengalami tenggelam dipantai
± 6 jam sebelum masuk rumah sakit. Menurut temannya pasien tenggelam selama

± 15 menit. Pasien dikatakan berada dipinggir pantai kemudian tiba-tiba ombak besar menghantam
mereka dan terlempar ke dalam air. Penjaga pantai segera menolongnya. Pasien ditemukan tidak sadar,
mata terbuka tapi tidak ada respon, tidak bernafas oleh penjaga pantai segera diberikan resusitasi
jantung paru selama 5 menit. Pasien tiba-tiba dapat bernafas spontan kembali dan mata kembali fokus
namun tidak dapat bersuara, pernafasan terdengar wheezing. Saat ini kesadaran : samnolence dengan
TD Normal, tachypneu, takikardi, hipoksia berat dan tidak ada demam. Airway clear, tidak ada
obstruksi. Pernafasan spontan dengan RR : 32/Xm oxygen sat : 37 % RA. Circulation ditemukan nadi
kuat yaitu 162x/m. Pasien tampak distress pulmonal. Retraksi intercostal, nasal flare/pernafasan cuping
hidung, wajah sianosis, keringat, dan pucat. Tidak ditemukan tanda-tanda trauma. Mata : PERRL.
THORAX : Tidak tampak deformitas, tidak ada bruit, adanya intercostal dan suprasternal retraksi.,
whezzing (+), Rhonki (+). Abdominal/pelvic dalam batas normal. Riwayat trauma tidak ada. Riwayat
kejang sebelumnya tidak ada. Riwayat asma ada. Riwayat penyakit jantung disangkal.
- Lanj. Terapy:

- Fentanyl 500 mcg /24 jam


- Midazolam 10 mg/hari
- Furosemide 7 mg/hr
- Amidarone 300 mg IV
ANALISA DATA
DIAGNOSA KEPERAWATAN

 Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d benda asing pada jalan nafas d.d
dispnea, wheezing, penggunaan otot bantu pernafasan (D.0001)
 Pola nafas tidak efektif b.d hambatan upaya napas d.d dispnea, penggunaan
otot bantu pernapasan, pernapasan cuping hidung (D.0005)
 Gangguan pertukaran gas b.d Ketidakseimbangan ventilasi-perfusi d.d
dispnea, bunyi napas tambahan, PCO2 meningkat (D.0003)
 Risiko syok b.d hipoksia d.d kesadaran somnolen penggunaan otot bantu
pernapasan (D.0039)
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai