Anda di halaman 1dari 16

PENCEGAHAN DAN PENATALAKSANAAN

BENCANA BANJIR

Disusun sebagai tugas Mata Kuliah


Keperawatan Gawat Darurat dan Bencana
Pembimbing : Ns. Bayu Budi L, M.Kep

Kelompok 4:
Alwinda Nurima (191125) Meila Eka Tiawati (191152)
Arvita Indah Fitriana (191131) Muhammad Ridwanul (191155)
Cantika Yustiara Indah P (191133) Novema Rara Anggraini(191158)
Dicky Arya (191137) Roikhatul Jannah (191168)
Dimas Ilham Putra I (191138) Yasdaniar Nur Izanul Z (191179)
Jazilah Nur Rafika (191151)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


ITSK RS dr. SOEPRAOEN
MALANG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmad dan
hidayah-Nya akhirnya penulis dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul ”
Pencegahan dan Penatalaksanaan Bencana Banjir ” sesuai dengan waktu yang
ditentukan.
Dalam penyusunan Makalah ini kami mendapatkan pengarahan dan
bantuan dari berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini kami mengucapkan
banyak terimakasih kepada yang terhormat :
1. Bapak Letnan Kolonel (Ckm) Arif Effendi, S.Mph., SH, S.Kep., Ners,
M.M, Selaku Direktur ITSK RS. dr. Soepraoen Malang.
2. Ibu Ns. Apriyani Puji H, M.Kep selaku Ka Prodi Keperawatan ITSK RS.
dr. Soepraoen Malang.
3. Bapak Ns. Bayu Budi L, M.Kep selaku dosen pembimbing Mata Kuliah
Keperawatan Gawat Darurat dan Bencana ITSK RS. dr. Soepraoen
Malang.
4. Beserta rekan-rekan kelas 3C Keperawatan ITSK RS. dr. Soepraoen
Malang.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
Makalah ini. Oleh karena itu demi kesempurnaan, penulis mengharapkan kritik
dan saran dari semua pihak untuk memperbaikinya.

Malang, 18 September 2021

Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bencana alam yang sering sekali melanda banyak daerah di Indonesia
yaitu banjir. Bencana banjir merupakan limpahan air yang melebihi tinggi
muka air normal sehingga melimpah dari palung sungai yang menyebabkan
genangan pada lahan rendah di sisi sungai. (Nurjanah, dkk, 2011).
Berdasarkan BPPD Kabupaten Kampar Tahun 2019 bencana banjir
terbanyak terjadi di Kuantan Singingi dengan total ada 92 kejadian, Kampar
71 kejadian, dan Rokan Hulu 63 kejadian . Dapat dilihat bahwa kejadian
bencana banjir yang paling sering terjadi di Kabupaten Kuantan Sengingi dan
Kabupaten Kampar, yang membedakan penyebab banjir di Kabupaten
Kuantan Sengingi dan Kabupaten Kampar adalah banjir di Kabupaten
Kuantan disebabkan Sengingi disebabkan oleh hujan deras yang terjadi
namun di Kabupaten Kampar selain cuaca hujan deras yang terjadi, banjir
juga dapat terjadi walaupun tidak memasuki musim penghujan.
Hal tersebut disebabkan di daerah Kabupaten Kampar terdapat PLTA
Koto Panjang yang merupakan arah hilir sungai dari Provinsi Sumatera Barat,
oleh karena itu apabila Sumatera Barat mengalami hujan deras akan
berpengaruh kepada Kabupaten Kampar. Apabila air di PLTA Koto Panjang
sudah tidak mampu menahan volume air maka pintu air akan dibuka dan
biasanya akan menyebabkan banjir karena air sungan Kampar meluap.
Oleh karena itu Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten
Kampar yang merupakan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dengan
tugas dan fungsi pokok mengenai penanggulangan kebencanaan, sekaligus
sebagai penanggung jawab utama dalam menanggulangi bencana-bencana
yang ada di Kabupaten Kampar sesuai dengan peraturan yang ada maka
BPBD Kabupaten Kampar harus menyelenggarakan penanggulangan bencana
atau manjemen pada wilayahnya. Manajemen bencana bertujuan untuk
mengurangi dampak kejadian bencana serta mengurangi kejadian bencana di
suatu wilayah. Bencana memang tidak dapat dihindari, akan tetapi bencana
dapat dicegah dengan manajemen bencana yang baik.
1.2 Tujuan

1. Untuk mengatahu definisi Bencana Banjir


2. Untuk mengetahui etiologi Bencana Banjir
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala Bencana Banjir
4. Untuk mengetahui patofisiologi Bencana Banjir
5. Untuk mengetahui penatalaksanaan Bencana Banjir

1.3 Manfaat

1. Bagi Ilmu keperawatan


Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran atau informasi
untuk dijadikan bahan dalam mengembangkan program pendidikan
keperawatan terhadap pencegahan dan penatalaksanaan bencana banjir.

2. Bagi Perawat

Dapat menambah wawasan perawat tentang pengetahuan sikap dan


perilaku pencegahan dan penatalaksanaan bencana banjir.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan


dengan hasil tersebut.
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Bencana


Menurut UU No 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana,
bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik
oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan,
kerugian harta benda, dan dampak psikologi.

2.2 Definisi Bencana Banjir


Banjir adalah ancaman musiman yang terjadi apabila meluapnya tubuh air
dari saluran yang ada dan menggenangi wilayah sekitarnya. Banjir adalah
ancaman alam yamng paling sering terjadi dan paling banyak merugikan dari
segi kemanusiaan maupun ekonomi (IDEP, 2007). Sedangkan banjir bandang
adalah banjir yang datang secara tiba-tiba yang disebabkan oleh karena
tersumbatnya sungai maupun karena pengundulan hutan disepanjang sungai
sehingga merusak rumah-rumah penduduk maupun menimbulkan korban jiwa.
Bencana banjir hampir setiap musim penghujan melanda Indonesia.
Berdasarkan nilai kerugian dan frekuensi kejadian bencana banjir terlihat
adanya peningkatan yang cukup berarti. Kejadian bencana banjir tersebut
sangat dipengaruhi oleh faktor alam berupa curah hujan yang diatas normal
dan adanya pasang naik air laut. Disamping itu faktor ulah manusia juga
berperan penting seperti penggunaan lahan yang tidak tepat (pemukiman di
daerah bantaran sungai, di daerah resapan, penggundulan hutan, dan
sebagainya), pembuangan sampah ke dalam sungai, pembangunan pemukiman
di daerah dataran banjir dan sebagainya (www.bnpb.go.id, 2012).
2.3 Klasifikasi
2.3.1 Jenis Banjir
Menurut Pusat Kritis Kesehatan Kemenkes RI (2018), banjir dibedakan
menjadi lima tipe sebagai berikut:
1. Banjir Bandang
Banjir yaitu banjir yang sangat berbahaya karena bisa mengangkut apa
saja. Banjir ini cukup memberikan dampak kerusakan cukup parah. Banjir
bandang biasanya terjadi akibat gundulnya hutan dan rentan terjadi di
daerah pegunungan

Sumber : //www.bnpb.go.id/

2. Banjir Air
Banjir air merupakan jenis banjir yang sangat umum terjadi, biasanya
banjir in terjadi akibat meluapnya air sungai, danau atau selokan. Karena
intensitas banyak sehingga air tidak tertamoung dan meluap itulah banjir
air.

Sumber : //www.bnpb.go.id/
3. Banjir Lumpur
Banjir lumpur merupakan banjir yang mirip dengan banjir bandang tapi
banjir lumpur yaitu banjir yang keluar dari dalam bumi yang sampai ke
daratan.banjir lumpur mengandung bahan yang berbahaya dan bahan gas
yang mempengaruhi kesehatan makhul hidup lainnya.

Sumber : //www.bnpb.go.id/

4. Banjir Rob (Banjir Laut Air Pasang)


Banjir rob adalah banjir yang terjadi akibat air laut. Biasanya banjir ini
menerjang kawasan di wilayah sekitar pesisir pantai.

Sumber : //www.bnpb.go.id/

5. Banjir Cileunang
Banjir cileunang mempunyai kemiripan dengn banjir air , tapi banjir
cileunang terjadi akibat deras hujan sehingga tidak tertampung.
2.4 Tanda dan Gejala Banjir
Menurut Puturuhu (2015) menyatakan ada beberapa tanda dan gejala yang
menyebabkan banjir sebagai berikut :
1) Curah hujan yang tinggi pada waktu yang lama merupakan peringatan akan
datangnya bencana banjir di daerah rawan bencana banjir.
2) Tingginya pasang laut yang disertai badai mengindikasikan akan datangnya
bencana banjir beberapa jam kemudian terutama untuk daerah yang
dipengaruhi pasang surut.
3) Evakuasi dapat dimulai dengan telah disamai atau dilaimpuinya ketinggian
muka banjir tertentu yang disebut muka banjir atau air “siaga”.

2.5 Proses Terjadinya Banjir


Poses terjadinya banjir dapat disebabkan oleh dua faktor, yakni alam dan
manusia
2.5.1 Proses Banjir Alamiah
Pada siang hari, air di laut, danau, hingga sungai akan menguap karena
sinar matahari. Kemudian, air yang menguap berkumpul menjadi awan. Nantinya,
awan tersebut ditiup ke daratan dan menurunkan uap lewat hujan.
Hujan dapat turun di berbagai daerah seperti pemukiman dan pegunungan.
Air hujan yang turun akan diserap oleh tanah dan ditahan tumbuh-tumbuhan.
Kendati demikian, tanah dengan daya serap kecil biasanya tidak mampu
menahan banyak air hujan. Sehingga, air hujan tersebut akan mengalir ke tempat
rendah dan menyebabkan terjadinya banjir.
2.5.2 Proses Banjir Non-Alamiah
Banjir non-alamiah disebabkan oleh ulah manusia, seperti membuang
sampah sembarangan. Pada kasus ini, pembuangan sampah secara sembarang
dapat membuat aliran air tersumbat. Jika dibiarkan, kondisi ini dapat membuat
sampah dan air meluap, sehingga banjir terjadi.

2.6 Penatalaksanaan bencana banjir


Penatalaksanaan bencana merupakan serangkaian upaya yang meliputi
penetapan kebijakan pembangunan yang beresiko timbulnya bencana, kegiatan
pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi ( Presiden Republik
Indonesia, 2007 ). Menurut Nugroho (2013) menyebutkan beberapa tindakan pra
bencana banjir, pada saat terjadi banjir, serta pasca bencana banjir.
2.6.1 Mitigasi Bencana Banjir

Sofyana (2010) Kesiapsiagaan dalam menghadapi banjir


membantu masyarakat dalam membentuk dan merencanakan tindakan
apa saja yang perlu dilakukan ketika banjir. Kesuksesan dalam
penanganan dan evakuasi/pengungsian ketika banjir sangat bergantung
dari kesiapsiagaan masyarakat dan perseorangan itu sendiri. Bencana
banjir terjadi, semua kegiatan akan dlakukan dalam situasi gawat
darurat di bawah kondisi yang kacau balau, sehingga perencanaan,
koordinasi dan pelatihan dengan baik sangat dibutuhkan supaya
penanganan dan evakuasi ketika banjir berlangsung dengan baik. Tiga
tahapan yang perlu dilakukan untuk menghadapi banjir, yaitu:
2.6.2 Preparedness
Banjir tidak dapat sepenuhnya dihindari, namun masyarakat dapat
mengurangi kemungkinan terjadinya banjir dan mengurangi dampaknya
dengan melakukan tindakan- tindakan pencegahan yang dilakukan 2-3
bulan sebelum musim hujan, seperti:
1) Membersihkan selokan, got dan sungai dari sampah dan pasir,
sehingga dapat mengalirkan air keluar dari daerah perumahan dengan
maksimal.
2) Membuat sistem dan tempat pembuangan sampah yang efektif untuk
mencegah dibuangnya sampah ke sungai atau selokan.
3) Memperkokoh bantaran sungai dengan menanam pohon dan semak
belukar, dan membuat bidang resapan di halaman rumah yang
terhubung dengan saluran drainase.
4) Memindahkan rumah, bangunan dan konstruksi lainnya dari dataran
banjir sehingga daerah tersebut dapat dimanfaatkan oleh sungai untuk
mengalirkan air yang tidak dapat ditampung dalam badan sungai saat
hujan.
5) Penghutanan kembali daerah tangkapan hujan sehingga air hujan
dapat diserap oleh pepohonan dan semak belukar.
6) Membuat daerah hijau untuk menyerap air ke dalam tanah.

7) Melakukan koordinasi dengan wilayah-wilayah lain dalam


merencanakan dan melaksanakan tindakan-tindakan untuk
menghindari banjir yang dapat juga berguna bagi masyarakat di
daerah lain,
8) Membentuk dan memperkenalkan system peringatan dini,

9) Menyiapkan tempat pengungsian.

2.6.3 Respon
Penanganan ketika banjir adalah semua tindakan yang harus segera
dilakukan untuk menyelamatkan nyawa dan melindungi harta benda ketika
banjir terjadi. Dalam tindakan darurat, waktu adalah faktor yang sangat
penting karena waktu dapat menentukan berapa nyawa manusia atau harta
benda yang dapat diselamatkan. Perencanaan yang hati-hati sebelum banjir
terjadi adalah tindakan awal yang sangat penting untuk penanganan banjir
pada waktu yang tepat dan efektif. Penanganan terhadap banjir dan
tindakan pengungsian terdiri dari:
1) Badan koordinasi yang baik

a) Mengatur komunikasi, koordinasi dan kerjasama dengan pihak-


pihak terkait (anggota masyarakat, institusi pemerintahan seperti
kelurahan, organisasi-organisasi lain dari luar masyarakat yang
mau memberikan bantuan) untuk menyatukan kemampuan,
peralatan, pengetahuan, dan lain- lain.
b) Mengumpulkan dan menyediakan data tentang dampak banjir dan
kebutuhan masyarakat untuk mendapatkan bantuan dari luar
masyarakat.
c) Mengumpulkan informasi dan data bagi masyarakat seperti daftar
orang terluka dan hilang.
2) Pencarian dan penyelamatan

Anggota tim pencarian dan penyelamatan meninggalkan rumah dan


keluarga mereka ketika banjir dan mampu mengambil risiko bahwa
mereka akan meninggalkan keluarga mereka yang terkena dampak banjir.
Oleh karena itu, anggota keluarga dari tim tersebut harus terlatih. Selain
itu, sebaiknya ada seseorang yang bertanggung jawab atas keselamatan
mereka ketika banjir, misalnya tetangga mereka. Agar tidak
membahayakan hidupnya sendiri, anggota tim harus terlatih dengan baik
(renang, berperahu, kesehatan, dan lain-lain) dan melakukan simulasi
secara terus menerus sebelum atau pada awal musim hujan agar mereka
dapat melakukan tindakan yang tepat di saat yang tepat ketika banjir.
3) Melindungi pemukiman

Selama banjir dan bencana lainnya, di mana orang-orang


meninggalkan rumah dan harta benda mereka, ada risiko terjadinya
penghancuran dan perampokan. Oleh karena itu sangat penting untuk
membangun sebuah kelompok sukarelawan yang berasal dari anggota
masyarakat untuk menjaga daerah permukiman setelah masyarakat
mengungsi.
4) Mengungsi

Prioritas utama harus diberi kepada kelompok rentan (ibu hamil,


anak- anak dan manula). Peta kerentanan dan kemampuan sangat
membantu untuk menandai lokasi kelompok ini. Peta tersebut juga
membantu untuk mengetahui rute pengungsian paling dekat dan paling
aman.
2.6.4 Recovery
Tujuan dari tindakan pemulihan ini adalah untuk mendukung
masyarakat untuk kembali hidup normal dan membangun kembali
lingkungan dan kehidupan sosial mereka. Terdapat dua tindakan yang
harus dilakukan, yaitu:
1) Tindakan jangka pendek dilakukan untuk mengembalikan layanan
utama kepada masyarakat dan mencukupi kebutuhan pokok
masyarakat;
2) Tindakan jangka panjang dilakukan untuk mengembalikan kondisi
masyarakat kepada kondisi normal atau bahkan lebih baik.
Masa pemulihan khususnya dalam memberikan kesempatan bagi
masyarakat untuk tindakan mitigasi banjir seperti memastikan bahwa
rumah- rumah baru terhubung dengan sistem saluran drainase atau tidak
membangun apapun pada daerah dataran banjir. Kebutuhan masyarakat
dapat terpenuhi apabila masyarakat tersebut mau berperan aktif dalam
pemulihan karena hanya masyarakat itu sendirilah yang paling
mengetahui apa yang mereka butuhkan dan apa yang tidak dibutuhkan.
Anggota masyarakat terlibat langsung dalam rehabilitasi dan rekonstruksi
dapat juga membantu mengurangi stress, trauma, dan depresi, karena
mereka tetap aktif dan bekerja untuk mencapai kondisi yang lebih baik.

2.6.1 Pre Hospital dalam Sistem Penanggulangan


Gawat Darurat Bencana
Pelayanan pra hospital dilakukan dengan mendirikan PSC, BSB dan
pelayanan ambulans dan komunikasi.
A. PSC ( Public Safety Center ) 
Merupakan pusat pelayanan yang menjamin kebutuhan
masyarakat dalam hal-hal yang berhubungan dengan
kegadaran, termasuk pelayanan medis yang dapat dihubungi
dalam waktu singkat dimanapun berada. Merupakan ujung
tombak pelayanan kesehatan, yang bertujuan untuk
mendapatkan respons cepat (quick response) terutama
pelayanan pra RS. Diadakannya PSC dilandasi aspek time
management sebagai implementasi time saving is life and
limb saving yang mengandung unsur kecepatan atau quick
respons dan ketepatan berupa mutu pelayanan yang sesuai
standar. Unsur kecepatan dipenuhi oleh subsistem
transportasi dan komunikasi handal sedang unsur ketepatan
dipenuhi oleh kemampuan melakukan pertolongan penderita
gadar (PPGD) meliputi basic life support dan advance life
support sesuai masalah yang dihadapi. Pelayanan bersifat
gratis dan begitu sampai RS, berlaku sistem pembayaran
yang berlaku. Awak ambulans PSC berstandar BLS dan ALS
(DipKes RI, 2006b). Pelayanan pada bencana, terutama
pada korban massal diperlukan :
a. Koordinasi, komando.
Kegiatan koordinasi dan komando melibatkan unit lintas
sektor. Kegiatan akan efektif dan efisien bila dalam
koordinasi dan komando yang disepakati bersama.
b. Eskalasi dan mobilisasi sumber daya
Dilakukan dengan mobilisasi SDM, fasilitas dan sumber daya
lain sebagai pendukung pelayanan kesehatan bagi korban.
c. Sub sistem transportasi
Bertujuan memindahkan pasien dari tempat kejadian atau
mendekatkan fasilitas pelayanan kesehatan ke penderita gawat
darurat.
Prinsip :
 Tidak boleh memperberat keadaan umum penderita.
 Dikerjakan bila keadaan umum sudah stabil
 Ke tempat pelayanan yang terdekat & tepat
2.6.2 Sistem Pelayanan Medik di RS
Yang perlu dilakukan dalam system pelayanan medik di
rumah sakit adalah
a. Perlu sarana, prasarana, BSB, UGD, HCU, ICU, penunjang dll.
 b.Perlu  Hospital Disaster Plan, untuk akibat bencana dari
dalam dan luar RS.
c. Transport intra RS
d. Pelatihan, simulasi dan koordinasi adalah kegiatan yang menjamin
 peningkatan kemampuan SDM, kontinuitas dan
peningkatan pelayan medis.
e. Pembiayaan diperlukan dalam jumlah cukup.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Penanggulangan bencana banjir di Indonesia hendaknya tidak lagi bersifat
responsif namun perlu bergeser menjadi tindakan preventif. Tindakan ini perlu
dilakukan karena sifat bencana yang unpredictable, sehingga masyarakat yang
berada didaerah rawan banjir akan lebih siap dan dapat mengantisipasi timbulnya
bencana. Sehingga dalam penanggulangannya bukan hanya menjadi tanggung
jawab pemerintah saja, namun perlu melibatkan peran dari masyarakat serta
stakeholder. Dengan melibatkan semua sektor maka jatuhnya korban akibat
bencana banjir dapat diminimalisir.

3.2 Saran
Sebagai perawat perlu untuk ikut terlibat dalam mempersiapkan masyarakat
untuk menghadapi bencana, karena dengan demikian kita ikut berkontribusi dalam
memandirikan masyarakat dan memajukan bangsa
DAFTAR PUSTAKA

Amaliyah Wahidah, D. (2016). FAKTOR-FAKTOR YANG


MEMPENGARUHI KESIAPSIAGAAN PERAWAT DALAM
MENGHADAPI BENCANA BANJIR DI KECAMATAN GUMUKMAS
KABUPATEN JEMBER.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana. (2012). Banjir. Diakses dari
http://www.bnpb.go.id/
Direktorat Pengabdian Kepada Masyarakat UI.(2003). Kajian Kebijakan
Penanggulangan Banjir:Partisipasi Masyarakat.
http://www.air.bappenas.go.id
Indeks Risiko Bencana & Membangun Kab/Kota Tangguh oleh Badan
Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)
Ibnu Nugroho, 2013, Aplikasi Pemberitahuan Awal Bencana Banjir (Flood
Eraly Warning Aplications) Berbasis Android
Martono S, (2012) Metode Penelitian Kuantitatif, Penerbit Pt.Raja Grafindo
Persada. Jakarta
Nurjanah, R. Sugiharto, Kudwanda Dede, Siswanto BP, Adikoesemo. 2011.
Manajemen Bencana. Bandung : Alfabeta
Organization, W. H. 2005. Pre hospital Trauma Care System Bencana.
Peraturan Daerah Kabupaten Kampar Nomor 7 Tahun 2010 Tentang Badan
Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Kampar
Puturuhu, Ferad. 2015. Mitigasi Bencana dan penginderaan Jauh.
Yogyakarta: Graha Ilmu
Setyowati, Hardati, & Triwathy. 2018. Konsevasi Sungai Berbasis
Masyarakat di Desa Lerep DAS Garang Hulu. Makalah disajikan dalam
Prosiding Seminar Nasional Geografi UMS IX 2018. Universitas
Muhammadiah Surakarta: 401-410.
Widiyastari, S. 2015. Pengaruh Sosialisasi Modul Sanitasi Tanggap Darurat
Terhadap Pengetahuan Mahasiswa Kesehatan Lingkungan Poltekkes Aceh.
Tesis.Program Studi S2 Ilmu kebencanaan, Universitas Syiah Kuala.Banda
Aceh.

Anda mungkin juga menyukai