Anda di halaman 1dari 19

MITIGASI BENCANA BANJIR

Di susun oleh:

NAMA : SAIDILLAH

NPM : 19070289

UNIVERSITAS ISLAM KALIMANTAN

MUHAMMAD ARSYAD AL BANJARI BANJARMASIN

2021
BAB I

PENDAHULUAN
 
1.1  Latar Belakang
Indonesia adalah negara yang luas dan memiliki sumber daya alam yang
melimpah. Penduduk Indonesia pun hidup nyaman selama bertahun-tahun. Hal ini
disebabkan iklim di Indonesia sangat bersahabat. Hampir tidak ada tanah di Indonesia
yang tanpa ditumbuhi pepohonan. Indonesia beriklim tropis dengan curah hujan yang
tinggi. Sinar matahari pun sampai ke wilayah Indonesia sepanjang tahun.
Di Indonesia terjadi berbagai peristiwa alam. Peristiwa-peristiwa alam terjadi
akibat pengaruh alam. Peristiwa alam adalah peristiwa yang terjadi karena pengaruh
yang ditimbulkan oleh alam itu sendiri. Peristiwa alam dapat bersifat merugikan dan
membahayakan. Akan tetapi, dapat pula tidak membahayakan. Contoh peristiwa alam
yang membahayakan adalah banjir, gunung meletus, gempa bumi, angin topan, dan
tanah longsor. Peristiwa alam yang tidak membahayakan misalnya pergantian musim,
terbentuknya embun, dan pelangi.
Salah satu peristiwa alam yang merugikan manusia dan sering terjadi di
Indonesia adalah banjir. Banjir adalah suatu proses terbenamnya daratan yang
disebabkan oleh naik nya permukaan air. Banjir merupakan fenomena alam yang
sering terjadi di berbagai negara termasuk di Indonesia. Air sungai yang meluap ke
lingkungan sekitarnya dan aliran permukaan yang melebihi kapaasitas dengan
intensitas curah hujan yang tinggi serta waktu berlangsung nya hujan yang lama atau
berlangsung dengan durasi yang lama (Awaliyah et al,.2014).
Banjir termasuk peristiwa alam yang bisa dikategorikan sebagai sebuah
bencana. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh
faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan
dampak psikologis.
Banjir merupakan bencana yang sudah menjadi ”langganan” bagi beberapa
wilayah di Indonesia. Bahkan, di ibu kota Jakarta setiap tahun terjadi bencana ini.
Selain disebabkan oleh faktor alam, banjir juga disebabkan ulah manusia.
Pembangunan gedung, penebangan pohon, dan penyempitan sungai merupakan
contoh ulah manusia yang menjadi penyebab banjir.
Karena banjir termasuk bencana yang hampir setiap tahun melanda Indonesia,
maka oleh sebab itu diperlukan suatu langkah positif untuk penanggulangan dan
tentunya mitigasi bencananya. Langkah tersebut diperlukan untuk mengurangi resiko
dan dampak dari bencana ini. Lebih jauh lagi hal tersebut diperlukan untuk
memberikan wawasan kepada masyarakat pengetahuan tentang bencana banjir itu
sendiri.

1.2 Rumusan Masalah


Indonesia salah satu negara yang sering terjadi bencana banjir, hal ini
disebabkan oleh iklim tropis dengan curah hujan yang cukup tinggi. Selain itu
penyebab terjadinya banjir tersebut karena ulah manusia yang tidak bertanggung
jawab seperti membuang sampah ke dalam sungai, penebangan liar, drainase yang
kurang bagus, dll. Bencana banjir selalu memberikan dampak yang negatif terhadap
lingkungan masyarakat seperti korban jiwa, hilang harta benda bahkan timbulnya
penyakit – penyakit setelah terjadi nya banjir.
Dari fakta – fakta yang telah di jelaskan maka yang menjadi rumusan masalah
adalah :
 Apa saja jenis – jenis banjir ?
 Bagaimana cara menanggulangi bencana banjir tersebut?
 Bagaimana cara melakukan mitigasi bencana banjir?
1.3 Tujuan

Tujuan dari mitigasi bencana banjir ini yaitu :

 Memberikan informasi kepada masyarakat tentang penanggulangan bencana


banjir
 Mengetahui mitigasi yang dilakukan ketika bencana banjir melanda
 Memberikan solusi pasca bencana banjir
BAB II

STUDI KASUS BENCANA BANJIR

Bencana banjir sebenarnya bukan hal baru di Indonesia. Jauh sebelum


bencana banjir yang menyebabkan belasan orang meninggal di Jawa Tengah.
Indonesia punya sejarah bencana banjir yang mengerikan hingga kematian dan
kerugian materi tak bisa dicegah lagi. Berikut beberapa bencana banjir terparah yang
pernah menghanyutkan wilayah-wilayah di Indonesia.

1. Banjir bandang Wasior, Papua Barat (2010)

Sungai Batang Sala yang berhulu di Pegunungan Wondiwoy, Papua, meluap pada
tahun 2010 dan menyebabkan banjir bandang. Bencana alam tersebut semakin
diperparah dengan hutan gundul di Pegunungan Wondiwoy. Akibatnya. 158 orang
meninggal dan 145 orang lainnya dinyatakan hilang. Tak hanya menelan ratusan
korban jiwa, infrastruktur umum juga rusak karena banjir bandang tersebut. Rumah
ibadah, jembatan, bandara dan rumah rata oleh air.

2. Banjir bandang Tangse, Aceh (2011)

Setidaknya 24 orang meninggal dunia saat terjadi banjir bandang yang


menerjang 10 desa di kecamatan Tangse, Aceh. Kesepuluh desa tersebut yakni Desa
Blang Pandak, Desa Blang Dalam, Desa Layan, Desa Peunalom 1, Desa Peunalom 2,
Desa Kuala Krueng, Desa Krueng Meriam, Desa Pucuk Sa, Desa Pucuk Dua, Desa
Blang Bungong, Desa Blang Me, dan Desa Rantau Panjang.
Pembakaran hutan liar di kawasan hutan Tangse menjadi penyebab datangnya
banjir bandang. Sebanyak 102 rumah hancur, rusak berat dan ringan akibat bencana
banjir bandang tersebut.

3. Banjir bandang di Manado (2014)

Pada Januari 2014, banjir bandang dan tanah longsor melanda sejumlah
wilayah di Sulawesi Utara, meliputi Manado, Tomohon, Minahasa dan Minahasa
Utara. Air setinggi 3 hingga 6 meter menenggelamkan ribuan rumah warga.
Pemerintah Kota Manado mencatat, sebanyak 86.355 jiwa dari 25.103 Kepala
Keluarga (KK) terdampak dari bencana banjir tersebut. 18 orang tewas, 840 rumah
hanyut, dan ribuan rumah lainnya rusak sedang hingga berat. Kerugian ditafsirkan
mencapai Rp 1.871 triliun. Banjir tersebut terjadi karena pendangkalan sungai.

4. Banjir bandang di Sumatera Barat (2016)


Banjir bandang dan longsor terjadi di 10 kabupaten dan kota di Sumatera
Barat pada Desember 2016. Kabupaten Limapuluh Kota dan Kabupaten Solok
Selatan tercatat sebagai dua lokasi terparah yang terdampak banjir bandang.
Sedangkan wilayah lainnya yakni Sijunjung, Tanah Datar, Pasaman,
Dharmasaraya, Sawahlunto, Payakumbuh, dan Solok. Banjir bandang menyebabkan
ribuan rumah di tiga kecamatan terendam. Sedangkan jalan sepanjang 35,5 meter
mengalami gempa reruntuhan akibat longsor. Banjir bandang terjadi karena
meluapnya Sungai Maek dan Sungai Batang Sinamat. 5 orang dilaporkan tewas
akibat bencana banjir bandang tersebut.

5. Banjir bandang Sumbawa (2017)

Sebanyak 129.187 orang terdampak banjir yang terjadi di enam kecamatan di


Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, pada Januari 2017. Banjir terjadi setelah beberapa
hari hujan lebat dan menyebabkan air sungai meluap juga diperparah dengan air laut
yang pasang sehingga sulit surut. Tak hanya merendam rumah penduduk, banjir
tersebut juga mengakibatkan 175 hektare sawah gagal panen.
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Pengertian Bencana Banjir

Menurut Undang - Undang No.24 Tahun 2007, bencana didefisnisikan


sebagai peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan
masyarakat. Bencana dapat disebabkan baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam
maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,
kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

Banjir adalah suatu proses terbenamnya daratan yang disebabkan oleh naik
nya permukaan air. Air sungai yang meluap ke lingkungan sekitarnya dan aliran
permukaan yang melebihi kapasitas dengan intensitas curah hujan yang tinggi serta
waktu berlangsung nya hujan yang lama atau berlangsung dengan durasi yang lama
(Awaliyah et al,.2014).
Agar mampu memahami dengan baik makna dari banjir, perlu memberikan
gambaran mengenai derah penguasaan sungai. Di dalam suatu ekosistem sungai terdapat bagian-
bagian yang tidak terpisahkan satu dengan yang lainnya, yaitu palung sungai yang selalu
tergenang oleh air sungai, dataran banjiryang akan tergenang apabila sungai meluap, dan
bantaran sungai. Gambar 1.1 akan mendiskripsikan bagian-bagian yang telah disebutkan
diatas

Gambar 1.1 Daerah Penguasaan Sungai


Bantaran sungai adalah lahan pada kedua sisi sepanjang palung sungai
dihitung dari tepi sungai sampai dengan kaki tanggul sebelah dalam. Fungsi dari
bantaran sungai adalah sebagai tempat mengalirnya sebagian debit sungai pada saat
banjir. Jadi, secara alami bantaran sungai akan tergenang oleh aliran sungai saat
banjir tiba. Oleh karenanya, dilarang mendirikan hunian atau sebagai tempat
membuang sampah pada daerah ini. Sementara, garis sempadan sungai (GS) adalah
garis batas luar pengamanan sungai.

Apabila daerah bantaran sungai dijadikan sebagai tempat hunian penduduk


suatu daerah, maka akan berdampak daerah tersebut akan selalu digenangi oleh air
ketika banjir melanda. Tetapi, bila tetap ingin didirikan hunian pada daerah tersebut
maka tipe rumah yang harus dibangun merupakan tipe rumah panggung. Gambar1.2
mengilustrasikan bagaimana daerah bantaran sungai yang tergenang ketika dilanda
banjir

Gambar 2.1 Skema bantaran sungai yang tergenang oleh banjir

3.2 Jenis – Jenis Banjir

Sebenarnya, UU Nomor 24 tahun 2007 selain mendefinisikan pengertian dari


bencana, juga menyebutkan beberapa pengertian dari bencana alam, bencana non-
alam, dan bencana sosial. Dari lingkup bencana alam, terdapat definisi dari dua buah
jenis banjir, yakni banjir dan banjir bandang. Banjir adalah terendamnya suatu daerah
karena volume air yang meningkat. Sementara, banjir bandang adalah banjir yang
datang secara tiba-tiba dengan debit air yang besar yang disebabkan terbendungnya
aliran sungai pada alur sungai. Menurut (Paripurno, 2013) menyebutkan terdapat tiga
jenis banjir disertai dengan bagaimana penyebab terjadinya banjir tersebut. Jenis
banjir yang disebutkan yakni: Banjir kilat, Banjir luapan sungai, dan banjir pantai.
a. Banjir Kilat
Banjir kilat adalah banjir yang terjadi hanya dalam waktu delapan jam setelah
hujan lebat mulai turun. Biasanya jenis banjir ini sering di hubungkan dengan
banyaknya awan kumulus, kilat dan petir yang keras, badai tropis atau cuaca
dingin. Umumnya banjir kilar diakibatkan oleh meluapnya air hujan yang sangat
deras. Namun selain hal tersebut juga dapat disebabkan oleh faktor lain, seperti
bendungan yang gagal menahan debit air yang meningkat, es yang tiba-tiba
meleleh, dan berbagai perubahan besar dibagian hulu sungai.

b. Banjir Luapan Sungai


Banjir luapan sungai adalah banjir yang terjadi dengan proses yang cukup
lama, walaupun terkadang proses tersebut tidak diperhatikan sehingga datangnya
banjir terasa mendadak dan mengejutkan. Banjir tipe ini biasanya bertipe
musiman atau tahunan, dan mampu berlangsung sangat lama. Penyebab
utamanya adalah kelebihan kapasitas dari sungai tersebut.

c. Banjir Pantai
Banjir pantai biasanya dikaitkan dengan terjadinya badai tropis. Banjir yang
membawa bencana dari luapan air hujan sering bertambah parah karena badai
yang dipicu angin kencang di sepanjang pantai. Hal ini mengakibatkan air garam
akan membanjiri daratan karena dampak perpaduan gelombang pasang.
Pada gambar 3.1 (a), 3.1 (b), dan 3.1 (c) berikut, akan ditunjukkan ilustrasi
dari ketiga jenis banjir yang telah disebutkan diatas, berikut merupakan ilustrasi dari
banjir kilat, banjir luapan, dan banjir pantai :

(a) (b) (c)

Gambar 3.1 (a) Banjir kilat, (b) Banjir luapan sungai, (c) Banjir pantai

Selain ketiga jenis banjir yang telah disebutkan diatas, salah satu banjir yang
sering terjadi di Indonesia adalah Banjir Bandang. Banjir bandang (flash flood)
adalah penggenangan akibat luapan yang keluar dari alur sungai karena aliran debit
sungai yang membesar tiba-tiba melampaui kapasitas aliran, terjadi dengan cepat
melanda daeraah-daerah rendah, di lembah sungai-sungai dan cekungan-cekungan
dan biasanya membawa material sampah (debris) dalam alirannya. Banjir bandang
bisa berlangsung cepat (biasanya kurag dari enam jam) dan mempunyai tinggi
permukaan gelombang banjir berkisar 3 hingga 6 meter dengan membawa material
sampah hasil dari sapuannya di sepanjang lajurnya.

3.3 Faktor – Faktor terjadinya Banjir.

Secara umum, faktor terjadinya bencana banjir sama seperti terjadinya


bencana pada umumnya. Bencana dapat dibagi menjadi dua buah faktor, yakni bencana akibat
faktor alam sendiri, dan bencana akibat ulah manusia. Bencana akibat alam
disebabkan oleh adanya fenomena alam yang dikenal sebagai bencana alam. Akan
tetapi, pada faktanya, manusia tetap berkontribusi paling besar dengan terjadinya
bencana alam yang sering terjadi saat ini.Sementara itu, bencana akibat ulah tangan
manusia diakibatkan oleh adanya ulah manusia yang membuat perubahan situasi alam yang
ada saat ini. Salah satu contohnya adalah pemenuhan kebutuhan hidup manusia.
Pemenuhan kebutuhan hidup manusia ini bermacam-macam bentuknya, mulai dari
melakukan penebanganhutan secara liar, mendirikan pemukiman di daerah
bantaran sungai, perusakankawasan hutan mangrove di daerah tepian pantai, dan
menjadikan aliran sungaisebagai tempat pembuangan sampah.

Ilustrasi dari bencana yang disebabkan oleh ulah manusia akan ditunjukkan
melalui Gambar 3.2 (a), (b), dan (c) sebagai berikut :

(a) (b) (c)

Gambar 3.2 (a) Penebangan hutan (b) Pemukiman kumuh (c) Membuang sampah
tidak pada tempatnya

3.4 Penanggulangan Bencana Banjir Secara Umum


Menurut (BAPPENAS, 2008) penanggulangan bencana banjir dilakukan
secara bertahap, dari pencegahan sebelum banjir (prevention), penanganan saat banjir
(response/intervention), dan pemulihan setelah banjir (recovery). Secara menyeluruh,
tindakan tersebut digambarkan dalam suatu siklus penanggulangan banjir yang
berkesinambungan. Bentuk kegiatan yang dapat dilakukan ditunjukkan oleh Tabel 3.1
sebagai berikut :
Tabel 3.1 Kegiatan – kegiatan yang dilaksanakan dalam siklus penanggulangan

Siklus Kegiatan
Pencegahan 1. Upaya – upaya struktural :
(Prevention)  Upaya di dalam badan sungai (In –
Stream)
 Upaya di luar badan sungai (Off – Stream)
2. Upaya – upaya non-struktural
 Upaya pencegahan banjir jangka panjang
 Upaya pengelelolaan keadaan darurat
banjir dalam jangka pendek
Penanganan  Pemberitahuan dan penyebaran informasi
(Intervention/Response prakiraan banjir
)  Reaksi cepat dan bantuan penanganan darurat
banjir
 Perlawanan terhadap banjir
Pemulihan (Recovery)  Bantuan segera kebutuhan hidup sehari – hari dan
perbaikan sarana dan prasarana
 Pembersihan dan rekontruksi pasca banjir
 Rehabilitasi dan pemulihan kondisi fisik dan non-
fisik
 Penilaian kerusakan/kerugian dan asuransi
bencana banjir
 Kajian penyebab terjadinya bencana banjir

Penanggulangan banjir harus dimulai dari upaya melakukan pengkajian


sebagai masukan untuk upaya prevention sebelum ada bencana banjir lagi.
Pencegahan dapat berupa kegiatan fisik seperti pembangunan pengendali banjir di
wilayah aliran sungai sampai wilayah dataran banjir, sementara non-fisiknya berupa
pengolahan tata guna lahan sampai peringatan dini bencana banjir.
Setelah dilakukan tahap pencegahan, maka selanjutnya dilakukan upaya
response pada saat banjir terjadi. Tindakan penanganan yang dilakukan diantaranya
adalah pemberitahuan dan penyebaran informasi tentang prakiraan banjir, tanggap
darurat, bantuan perlengkapan logistik penanganan banjir, dan perlawanan terhadap
banjir.
Pemulihan setelah banjir dilaksanakan secepat mungkin agar kondisi dapat
segera kembali normal. Tindakan pemulihan, dilaksanakan mulai dari bantuan
pemenuhan kebutuhan hidup, perbaikan sarana-prasarana, rehabilitasi dan adaptasi
kondisi fisik maupun non-fisik, penilaian kerugian, asuransi bencana banjir, dan
pengkajian cepat penyebab banjir.

3.5 Mitigasi Bencana Banjir


Menurut (Ciottone, 2006), mitigasi adalah segala sesuatu yang meliputi jenis
yang luas dari perhitungan yang dilakukan sebelum suatu kejadian terjadi yang mana
akan mencegah korban sakit, cidera, dan meninggal serta mengurangi sekecil
kecilnya dampak kehilangan harta benda. Rencana mitigasi pada umumnya meliputi :
kemampuan untuk memelihara fungsi, desain bangunan, lokasi bangunan di luar dari
zona bahaya, kemampuan esensial bangunan, proteksi dari bagian dari suatu
bangunan, asuransi, edukasi publik, peringatan, dan evakuasi.
Mitigasi dilaksanakan sebelum, sesudah, dan sebelum terjadinya suatu
bencana. Untuk bencana banjir sendiri, salah satu tindakan mitigasi bencana banjir
adalah melakukan peringatan dini bencana banjir. Salah satu contoh apabila tidak ada
peringatan dini banjir, maka semua daerah yang dilalui aliran banjir akan memakan
kerugian yang besar. Pada daerah hulu, dapat dilakukan beberapa cara peringatan
dini, seperti: menempatkan pengukur hujan di hulu dengan akses komunikasi ke
wilayah hilirnya, melakukan identifikasi jenis material yang terbawa arus banjir, dan
melihat dan mengamati kondisi awan dan lamanya hujan (Paimin, 2009).
Sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 33 Tahun 2006 tentang
Pedoman umum mitigasi bencana menjelaskan tentang langkah-langkah yang
dilakukan dalam mitigasi bencana banjir seperti: pengawasan penggunaan lahan
pembangunan infrastruktur yang kedap air, pengerukan dan pembangunan sudetan
sungai, pembuatan tembok pemecah ombak, pembersihan sedimen, pembuatan
saluran drainase, pelatihan pertanian yang sesuai dengan daerah banjir, dan juga
menyiapkan persiapan evakuasi bencana banjir.
Sementara (KEMENKES, 2014) melalui buku panduannya memberikan
beberapa langkah yang haru dilakukan pada saat sebelum, ketika, dan setelah banjir
terjadi. Gambar 3.3 berikut merupakan buku panduan yang dibuat Kemenkes sebagai
buku panduan ketika terjadi bencana banjir.

Gambar 3.3 Buku Panduan Kesiapan Bencana Banjir


Dari buku tersebut, didapatkan beberapa langkah mitigasi yang dilakukan
ketika banjir melanda yakni :
1. Mematikan aliran listrik di dalam rumah atau hubungi PLN untuk mematikan
aliran listrik di wilayah yang terkena bencana.
2. Mengungsi ke daerah aman sedini mungkin saat genangan air masih
memungkinkan untuk diseberangi.
3. Menghindari berjalan di dekat saluran air untuk menghindari terseret arus banjir.
4. Segera mengamankan barang-barang berharga ketempat yang lebih tinggi.
5. Jika air terus meninggi, menghubungi instansi yang terkait dengan penanggulangan
bencana.

BAB IV
KESIMPULAN

Dari pembahasan tentang banjir dan cara penanggulangan serta mitigasi


bencana banjir maka dapat di ambil beberapa kesimpulan :

1. Jenis-jenis banjir yang ada saat ini menurut beberapa ahli mungkin dapat terjadi
perbedaan dalam menggolongkannya. Akan tetapi, secara garis besarnya jenis
banjir dapat dibagi menjadi tiga jenis, yakni: Banjir Kilat, Banjir Luapan Sungai,
dan Banjir Pantai. Ketiga jenis banjir tersebut dapat mewakili beberapa jenis banjir
yang lain, seperti: Banjir Bandang dan Banjir Lahar Merapi yang dapat
dikategorikan sebagai jenis banjir kilat. Karena terjadinya dapat sangat cepat
sekali.

2. Penanggulangan banjir dapat dibagi kedalam tiga tahapan utama, yakni:


Pencegahan (prevention) sebelum banjir, Penanganan (response) ketika banjir
melanda, dan Pemulihan (recovery) setelah banjir. Hal-hal ini wajib dilaksanakan
agar masyarakat mampu menghadapi keadaan yang ada ketika bencana banjir
melanda

3. Mitigasi yang harus dilaksanakan ketika banjir melanda dapat dilakukan dengan
beberapa cara yang mudah, seperti: memutus setiap aliran listrik, menyelamatkan
barang berharga, dan segera melakukan pengungsian ketika sudah terlihat ada
potensi terjadi banjir. Hal tersebut harus dilaksanakan agar meminimalisir
DAFTAR PUSTAKA

Awaliya, N. Erti, S. Suwarno. 2014. Pengetahun Masyarakat dalam Mitigasi Bencana


Banjir di Desa Penolih Kecamatan Kaligondang Kabupaten
Purbalingga. Jurnal Geoedukasi. 3 (2) : 92-95
BAPPENAS.(2008). Files. Retrieved from BAPPENAS Web Site:
http://www.bappenas.go.id/files/5913/4986/1931/2kebijakanpenangg
ulangan-banjir di-indonesia__20081123002641__1.pdf
Ciottone, G. R. (2006). Disaster Medicine. Philadelphia: Mosby. Inc.
KEMENKES. (2014). Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan. Retrieved from
Panduan Masyarakat Menghadapi Bencana Banjir:
http://www.penanggulangankrisis.depkes.go.id/panduanmasyarakatm
engahadapi bencana-longsor
Paimin. (2009). Teknik Mitigasi Bencana Banjir dan Tanah Longsor. Bogor:
Tropenbos International Indonesia Progamme.
Paripurno, E. T. (2013). Modul Manajemen Bencana Pengenalan Banjir Untuk
Penanggulangan Bencana. Papua: KIPR

Anda mungkin juga menyukai