Anda di halaman 1dari 3

Nama: Mutiara Alya Lestari

Kelas: 1.A

Nim: PO7133121041

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan wilayah yang rawan terhadap berbagai jenis bencana, termasuk bencana
alam. Bencana alam merupakan fenomena alam yang dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan
dan kehancuran lingkungan yang pada akhirnya dapat menyebabkan korban jiwa, kerugian harta
benda dan kerusakan pembangunan yang telah dibangun selama ini. Bencana alam yang terjadi
akibat eksploitasi sumberdaya alam tanah, hutan, dan air secara berlebihan serta akibat perubahan
cuaca atau iklim global telah mengakibatkan bertambahnya lahan kritis, selain itu dampaknya akan
mengubah tata guna air, sehingga dapat mengakibatkan banjir, kekeringan, tanah longsor,
kebakaran hutan dan lahan serta meningkatnya laju erosi dan sedimentasi.

Salah satu fenomena alam yang menimbulkan kerugian besar yang selalu mengancam beberapa
wilayah di Indonesia adalah bencana banjir. Banjir merupakan suatu fenomena alam biasa, namun
akan menjadi suatu yang sangat merugikan jika mengancam keberadaan hidup manusia. Berbagai
peristiwa banjir terjadi dalam kurun waktu 10 tahun terakhir di berbagai tempat di Indonesia.
Selama bulan Januari 2002 sampai Februari 2003, telah terjadi 72 kali bencana banjir dan tanah
longsor di berbagai tempat. Banjir tersebut menyebabkan 85.000 hektar lahan sawah rusak. Banjir di
Pacet Mojokerto, Jawa Timur yang terjadi tahun 2003 telah menyebabkan 26 orang meninggal dan
12 orang hilang, banjir bandang di Sungai Bohorok Langkat, Sumatera Utara menelan korban lebih
dari 200 orang dengan kerugian materi kurang lebih 700 milyar (Kompas, 8 November 2003). Banjir
bandang yang sama terjadi di Lamongan Jawa Timur, Kutancane Aceh Tenggara dan Kabupaten
Jember Jawa Timur. Pada tahun 2008 banjir menggenangi sejumlah wilayah di Jawa Timur akibat
meluapnya beberapa sungai. Banjir juga melanda wilayah Kabupaten Gresik. Propinsi yang tertimpa
bencana banjir cukup parah pada akhir tahun 2007 dan 2008 adalah Jawa Timur dan Jawa Tengah.
Pada akhir Desember 2007 banjir bandang melanda Grobogan dan wilayah Surakarta akibat luapan
Sungai Bengawan Solo. Fakta kejadian banjir tersebut merupakan beberapa contoh dari banyak
kejadian banjir di Indonesia.

Banjir yang terjadi disebabkan oleh hujan yang deras dan terjadi terus menerus. Pernyataan
tersebut tidak sepenuhnya keliru karena telah terjadi perubahan iklim global di Indonesia, salah satu
dampaknya adalah ketidakteraturan musim yang ditandai oleh fenomena Elnino (musim kering
berkepanjangan) dan Lanina yaitu hujan yang turun terus menerus. Pengelolaan sumber daya alam
yang menyebabkan kerusakan adalah faktor lain yang erat hubungannya dengan aktifitas manusia
disamping faktor alam tersebut diatas. Untuk meningkatkan pendapatan hidup orang akan
melakukan penjarahan hutan (ilegal logging), pengolahan tanah pada daerah lindung tanpa
memperhatikan dan mengindahkan kaidah konservasi. Dengan pemanfaatan daerah hutan untuk
areal budidaya akan mengakibatkan berkurangnya luasan penutupan lahan (land covering), hal ini
akan mengakibatkan peningkatan limpasan aliran permukaan (suplay run off) yang bisa
mengakibatkan banjir bandang dan tanah longsor karena tidak ada lagi vegetasi yang berfungsi
menahan air. Aktivitas penebangan hutan di hulu akan menyebabkan sedimentasi dan banjir di hilir.
Buruknya pengelolaan di daerah hulu yang menyebabkan rusaknya kawasan tersebut, berakibat
buruk pada kawasan hilir Daerah Aliran Sungai. Kondisi baik buruknya pengelolaan lahan di dalam
DAS dapat dilihat dari keluaran sistem DAS, yaitu debit banjir dan debit sedimen yang terjadi.

Kabupaten Ende merupakan salah satu Kabupaten yang berada di daratan Flores Propinsi Nusa
Tenggara Timur, dengan luas wilayah berkisar ±204.660 Km² dan jumlah penduduk tercatat 249.876
jiwa yang tersebar di 20 Kecamatan. Pada wilayah tersebut terdapat sungai - sungai yang mengalir
ke utara dan selatan. Sebagian dari sungai-sungai tersebut merupakan sungai musiman, pada musim
penghujan sering terjadi banjir dan pada musim kemarau terjadi kekeringan. Bentuk alur sungainya
berkelok-kelok atau meandering dari hulu sampai hilir. Kondisi ini sangat berpengaruh pada jenis
dan karakteristik alirannya.

Berdasarkan hasil penelitian dan survey Direktorat Geologi Bandung bekerjasama dengan GTZ
Jerman menerangkan bahwa Kabupaten Ende adalah salah satu kabupaten yang rawan terhadap
bencana alam baik tanah longsor, banjir bandang, gelombang pasang, gempa serta badai/ angin
ribut. Beberapa Daerah Aliran Sungai (DAS) di Kabupaten Ende berpotensi terjadinya bencana banjir
bandang antara lain : DAS Wolowona, DAS Ngalupolo, DAS Nangaba, DAS Nangapanda, DAS
Nangakeo, DAS Watuneso, DAS Wolowaru, DAS Ndondo dan DAS Loworea.

Menurut Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Ende (2007), tingkat kerusakan hutan
dan lahan di Kabupaten Ende telah mencapai 43% dari luas kawasan hutan yang ada. Sedangkan
kondisi penutupan lahan hutan oleh hijaunya vegetasi hutan hanya mencapai 21% dari luas wilayah
daratan Kabupaten Ende. Angka tersebut lebih rendah dari standar penutupan vegetasi kawasan
hutan minimal 30% untuk mampu menopang kehidupan di sekitarnya, sebagaimana dipersyaratkan
Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan.

Pada tahun 1988, terjadi banjir bandang yang melanda Sungai Wolowona dan Nangaba. Banjir
bandang yang sama terjadi pada tahun 2003 di beberapa kecamatan di Kabupaten Ende yang
menelan banyak korban jiwa, hanyutnya tanaman pertanian dan perkebunan rakyat, rusaknya
infrastruktur yang berdampak pada kehidupan sosial ekonomi masyarakat. Berdasarkan data dari
Badan Kesbang Linmas Kabupaten Ende bahwa terjadi banjir pada Februari 2008 yang
mengakibatkan kerusakan bendungan, tanggul dan jembatan di Kecamatan Wewaria, Detusoko,
Maurole. Data lain dari Sub Dinas SDA dan Irigasi Pengendalian Banjir dan Pengamanan Pantai NTT
menyebutkan bahwa terdapat 94 buah sungai rawan banjir di NTT, termasuk Sungai Wolowona di
DAS Wolowona Kabupaten Ende. Beberapa sungai yang perlu di waspadai menjelang musim hujan
ada 23 buah sungai dengan perkiraan luas areal genangan ±41.804 ha, perkiraan luas genangan
Sungai Wolowona adalah 714 ha dan akan ada kemungkinan terjadi banjir bandang di sungai
tersebut. Terjadinya banjir, tanah longsor, kekeringan dan kesulitan air, di Kabupaten Ende pada
tahun-tahun belakangan ini merupakan indikasi dari berkurangnya penutupan vegetasi lahan hutan
saat ini. Atas dasar beberapa kejadian bencana banjir tersebut diatas, maka penulis merasa perlu
untuk mengetahui sejauh mana potensi bencana banjir dan faktor-faktor dominan yang memicu
bencana banjir di Sungai Wolowona, Nangaba dan Kaliputih di Kabupaten Ende serta untuk
mengetahui persepsi dan tingkat partisipasi masyarakat dan upaya yang telah dilakukan oleh
stakeholder dalam menanggulangi masalah bencana banjir di sungai tersebut.

B. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang tersebut, maka penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Faktor alamiah dominan apakah yang berpotensi memicu timbulnya bencana banjir di sungai
Wolowona, Nangaba dan Kaliputih di Kabupaten Ende ?
2. Faktor non alamiah dominan apakah yang berpotensi memicu timbulnya bencana banjir di sungai
Wolowona, Nangaba dan Kaliputih di Kabupaten Ende?

3. Bagaimanakah tingkat persepsi dan partisipasi masyarakat dalam menanggulangi potensi bencana
banjir ?

4. Bagaimanakah upaya yang telah ditempuh oleh stakeholder ( pemerintah dan masyarakat) dalam
penanggulangan pengurangan resiko bencana yang dilakukan terhadap wilayah-wilayah yang rawan
bencana banjir ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui faktor-faktor alamiah dominan yang berpotensi memicu timbulnya bencana
banjir di Sungai Wolowona, Nangaba dan Kaliputih di Kabupaten Ende.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor non alamiah dominan yang berpotensi memicu timbulnya
bencana banjir di Sungai Wolowona, Nangaba dan Kaliputih di Kabupaten Ende.

3. Untuk mengetahui tingkat persepsi dan partisipasi masyarakat dalam menanggulangi potensi
bencana banjir.

4. Untuk mengetahui upaya yang telah ditempuh oleh stakeholder (pemerintah dan masyarakat)
dalam penanggulangan pengurangan resiko bencana yang dilakukan terhadap wilayah-wilayah yang
rawan bencana banjir.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Manfaat Praktis

a. Dapat memberikan informasi hasil kajian ilmiah tentang kemungkinan terjadinya bencana banjir di
beberapa wilayah di Kabupaten Ende.

b. Dapat menjadi bahan masukan dan pertimbangan Pemerintah Kabupaten Ende dalam mengambil
keputusan kebijakan perencanaan pengelolaan DAS (Daerah Aliran Sungai).

2. Manfaat Teoritis

a. Sebagai sumber informasi dan pengetahuan tentang pengelolaan DAS agar dapat mengurangi
resiko bencana banjir.

b. Untuk kajian dan pengembangan ilmu pengetahuan bidang lingkungan khususnya penanganan
daerah rawan bencana banjir.

c. Dapat digunakan sebagai dasar pengembangan penelitian lanjutan pada masa yang akan datang.

Anda mungkin juga menyukai