TUGAS BESAR
MATA KULIAH REKAYASA LINGKUNGAN
DISUSUN OLEH :
FAKULTAS TEKNIK
TAHUN 2021
PENDAHULUAN
bahaya tsunami, tanah longsor, dan gunung berapi, peringkat tiga untuk ancaman
gempa serta enam untuk banjir. Tingginya posisi Indonesia ini dihitung dari
jumlah manusia yang terancam risiko kehilangan nyawa bila bencana alam
terjadi. Posisi geografis yang terletak di ujung pergerakan tiga lempeng dunia:
bisa mengelak. Namun bagi Indonesia, ancaman gempa bumi dan banjir
pada terjadinya akumulasi curah hujan tinggi dalam waktu yang singkat. Curah
hujan yang relatif sama, namun dengan durasi yang singkat berdampak pada
fenomena alam yang sering terjadi akibat tidak tertampungnya aliran air pada
Banjir tidak hanya disebabkan oleh faktor alam namun juga diakibatkan
oleh faktor manusia. Faktor alam yang mempengaruhi terjadinya banjir adalah
manusia diakibatkan dari aktivitas manusia yang cukup besar saat ini, akibat
tekanan penduduk yang tinggi kebutuhan lahan semakin tinggi pula, sehingga
alih fungsi lahan pada wilayah yang berpotensi mengalami banjir. Dampak dari
aliran limpasan dan genangan, tidak berfungsinya daerah resapan air serta
Banjir bandang merupakan bencana alam banjir yang terjadi secara cepat
atau mendadak dengan volume banjir yang sangat besar. Banjir bandang juga
mengangkut material halus berupa lanau atau lempung serta material kasar
berupa pasir, kerikil, hingga bongkahan batu dan sering kali pula batang-batang
kayu pepohonan yang tumbang dan ikut terbawa arus. Bencana alam ini sangat
berbahaya dan sifatnya merusak dan mendadak dan berkecepatan tinggi. Volume
sepanjang bantaran sungai atau daerah dataran di depan mulut sungai. Sifatnya
Desa Lawe Sigala II adalah salah satu Desa yang berada di Kecamatan
yang terdiri dari Suku Gayo, Suku Alas, Suku Singkil, Suku Tapanuli, Suku
Karo, Suku Pakpak, suku batak toba dan lain-lain. Desa Lawe Sigala II
mempunyai tiga dusun yaitu Dusun I,Dusun II dan Dusun III. Dimana
mempunyai satu sungai yang sama dibagian hulu pegunungan karena adanya air
terjun lawe sigala yang memisahkan menjadi dua sungai yang disebut sungai
asrama polisi dan sungai lawe Sigala-gala. Sungai tersebut sangat rentan
sudah rusak, banyak batu-batu besar sehingga sangat merusak lingkungan jika
atau memelihara sungai tersebut jika masyarakat membuka lahan maka sisa-sisa
Topografis
(TNGL). Peta topografi adalah peta ketinggian titik atau kawasan yang
dinyatakan dalam bentuk angka ketinggian atau kontur ketinggian yang diukur
terhadap permukaan laut rata-rata. Berikut peta topografi sungai Kecamatan
Kelas kemiringan 0 – 8 %
Kelas Kemiringan 8 – 15 %
Kelas Kemiringan 15 – 40 %
Kutacane dan Bambel. Pada kelas kemiringan 8 – 15% ditandai dengan daerah
Lembah Alas bagian selatan kabupaten. Wilayah agak berbukit sampai berbukit
Alas. Untuk wilayah dengan kelas kemiringan lebih dari 40% ini hampir
meliputi sebagian besar wilayah Kabupaten Aceh Tenggara. Daerah ini ditandai
Selama ini sering terjadi banjir dan pengikisan area di sepanjang DAS
penduduk. Hal ini sangat merugikan masyarakat yang mendiami DAS tersebut.
Banjir bandang merupakan suatu proses aliran air yang deras dan pekat
karena disertai dengan muatan masif bongkah-bongkah batuan dan tanah serta
batang-batang kayu (debris) yang berasal dari arah hulu sungai. Banjir bandang
ini dipicu oleh faktor hidrologi yaitu intentitas hujan yang tinggi, faktor
klimatologis, dan juga geologis antara lain longsor dan pembendungan alamiah
di daerah hulu (Meon, 2006, 56). Selain berbeda dari segi muatan yang terangkut
di dalam aliran air tersebut, banjir bandang ini juga berbeda dibandingkan banjir
biasa. Sebab, dalam proses banjir ini, terjadi kenaikan debit air secara tiba-tiba
disebabkan hujan dengan intensitas tinggi yang berlangsung dengan durasi lebih
dari 6 jam dan terus melanda kawasan tersebut. Bencana banjir bandang
kerusakan transportasi, kerusakan rumah ibadah gereja dan masjid, gagal panen,
beserta hilangnya benda-benda yang berharga. Hujan dengan intensitas tinggi
dilanda oleh banjir bandang sehingga debit air masih mengalir dari arah hulu
dengan banjir bandang dikarenakan hutan yang telah rusak akibat ulah manusia
Desa Lawe Sigala II adalah salah satu desa yang rentan mengalami
bencana banjir bandang . Peneliti yang berasal dari daerah ini mengetahui persis
dan mengalami sendiri bahwa banjir bandang terjadi dihampir setiap tahunnya
yang terjadi kadang lebih dari satu kali dalam setahun dengan skala banjir
berbeda-beda. Bencana banjir bandang terjadi pada setiap akhrir tahun, bencana
banjir bandang yang paling dahyast terjadi pada tahun 2017/12/4 silam. Bencana
banjir bandang sudah terjadi sejak tahun 2005 sebelumnya, tahun demi tahun di
Desa Lawe Sigala II ini semakin sering dilanda bencana banjir bandang tetapi
tidak begitu dipublikasikan di media sosial, tetapi pada tahun 2017 bulan 4
tanggal 21 silam Desa Lawe Sigala II di landa bencana banjir bandang yang
Lawe Sigala II memprediksikan desa ini akan terus mengalami bencana banjir
bandang sehingga tak layak huni lagi untuk tahun kedepannya karena ekosistem
bencana melanda Aceh Tenggara merupakan akumulasi dari empat faktor yang
bisa dipetakan secara cepat, diantaranya tingkat curah hujan yang tinggi,
(BPBD) dan pihak yang terkait. Data yang didapat ada 648 Kepala Keluarga
Aceh Tenggara pada Selasa (12/4) kemarin sekitar pukul 18.00 WIB. Akibatnya
176 rumah rusak berat, 91 rumah rusak sedang, dan 139 rumah rusak ringan, dan
dua orang warga meninggal dunia yaitu, Boru Panjaitan 80 tahun dan Terang
Panjaitan 1,5 tahun setelah terseret banjir bandang (detikcom, Rabu (12/4/2017).
Intensitas curah hujan yang ekstrim juga merupakan salah satu faktor yang
zona bahaya dan zona aman pada lingkungan tempat tinggalnya, jika
turunnya hujan deras selama 3 jam masyarakat sudah mulai bersiap siaga
akan dimasukkan kedalam tas ransel siap bencana, hal ini menunjukkan level
satu untuk bersiap siaga. Pada level ke dua masyarakat mengetahuinya jika
lumpur banjir bandang dimana masyarakat sudah berada di halaman teras untuk
mengevaluasi informasi dari tetangga lainnya. Pada level ini masyarakat tidak
ada lagi beraktivitas di dalam rumah sehingga aliran listrik sudah dipadamkan.
Selanjutnya pada level tingkat tiga masyarakat mengetahui jika aliran air yang
deras dari pegunungan sudah melampaui batas jembatan dan air sudah mulai
lumpur. Hal ini sudah menunjukkan zona bahaya sehingga masyarakat akan
mobil pick-up, dan sebagian lagi masyarakat pergi kedaerah dataran yang luas
agar supaya air yang deras menyebar dan volume air tidak begitu kencang.
Sistem peringatan meliputi tanda peringatan dan distribusi informasi jika terjadi
bencana. Selain itu, meskipun kebijakan non fisik yang umumnya mencakup
partisipasi masyarakat dalam menanggulangi banjir sudah dibuat, namun belum
dan bahkan sangat fatal. Dengan demikian, penanggulangan banjir yang hanya
jika terjadi hujan lebat terus-menerus dan lama sehingga mengakibatkan debit
air sungai meningkat, terjadinya tanah longsor menyebabkan tak kuatnya tanah
gemuruh merupakan indikasi gerakan air yang sangat cepat dengan membawa
material-material kayu besar maupun kecil, batu-batuan, pasir, dan lumpur. Desa
Lawe Sigala II adalah daerah yang merupakan kawasan yang rentan terhadap
banjir bandang.
sendiri untuk menghasilkan ekonomi bagi mereka, hal itu terjadi karena ulah
Banjir bandang merupakan suatu proses aliran air yang deras dan pekat
pasir, kayu-kayu, beserta lumpur yang berasal dari hulu sungai. Banjir bandang
debit air yang kencang hingga meluapkan ke permukaan yang rendah, seperti
mereka.
Sungai (DAS) juga salah satu faktor penyebab bencana banjir bandang.
Daerah Aliran Sungai. (5) Curah hujan yang tinggi. Dalam hal ini atau kesadaran
Adapun dampak atau kerugian banjir bandang di Desa Lawe Sigala II, yaitu :
(6) rusaknya sarana prasarana umum seperti jalan, jembatan rumah ibadah, pelayanan
umum dll.
(7) menimbulkan dampak psikologis bagi anak-anak, dewasa maupun orang tua.
dipermukaan bumi terhadap suatu garis atau bidang miring yang ditarik dari titik
terendah sampai titik tertinggi di permukaan bumi pada suatu bentuk lahan, yang
erosi. Semakin besar kemiringan lereng suatu DAS, semakin cepat laju air
larian, dan dengan demikian, mempercepat respon DAS tersebut oleh adanya
curah hujan. Bentuk topografi seperti kemiringan lereng, keadaan parit, dan
volume air larian. DAS dengan sebagian besar bentang lahan datar atau pada
akan menghasilkan air larian yang lebih kecil dibandingkan daerah DAS dengan
kemiringan lereng lebih besar serta pola pengairan yang dirancang dengan baik.
Dengan kata lain, sebagian aliran air ditahan dan diperlambat kecepatannya
sebelum mencapai lokasi, sehingga kemungkinan terjadinya genangan atau
derasnya hujan selama 2 jam pada sore hari, warga langsung segera melihat
keadaan tersebut, ada yang pergi ke atas sungai, ada juga yang sedang memantau
kayu besar yang dibawakan air banjir bandang, beserta ada juga beberapa warga
yang membuat tanggul dari goni yang berisi pasir dan batu untuk disusun rapi
dipinggiran rumah maupun sungai agar tidak bisa air masuk kedaerah rumah
berjalan dengan lancar. Dari gambar diatas juga bisa kita lihat bahwa selang-
selang air maupun pipa bisa membuat warga resah hal tersebut karena bisa
13
Foto 4.5 Jembatan Desa Lawe Sigala II penjebolan banjir bandang
yang tinggal atau bermukim di pinggiran sungai tampak berusaha keras untuk
Lawe Sigala II diduga akibat lemahnya mitigasi bencana alam di wilayah itu.
menjadi salah satu faktor utama terjadinya musibah bencana banjir bandang
enam faktor yang bisa dipetakan secara cepat, diantaranya tingkat curah
lahan serta patuh terhadap pengendalian ruang baik dalam bentuk lindung,
mewaspadai dari banjir bandang. Hal ini sangat perlu diingat dan dilakukan
untuk penyelamatan diri dan mengenali tanda-tanda tersebut. Ketika turun hujan
rumah, mereka terus berdiri di depan rumah melihat apa yang akan terjadi.
Sigala II memang sudah mereka ketahui akan tibanya bencana banjir bandang
dengan cara mereka tersendiri untuk mewaspadai bencana tersebut dengan cara
sebagai berikut:
gelap, itu tanda-tanda akan turunnya hujan deras, kita bisa melihat hal
2. Pada saat hujan turun, masyarakat harus berteduh mencari daerah yang
lain.
3. Jika terjadi hujan selama 3 jam dan terdengar dari warga lain tiba-tiba
15
air sungai menjadi keruh dan tercium bau lumpur disertai dengan
bisa juga dibilang Sistem Keamanan Tanah Longsor, kegiatan ini memang sudah
dilakukan di Desa Lawe Sigala II untuk antisipasi mereka dari tanah longsor.
Siskalong ini berfungsi sebagi program masyarakat aksi yang mengatasi sistem
menahan tanah dari aliran air yang deras dan juga tercegah longsor. Mengecek
daerah tebing yang terjal pada saat hujan turun maupun di daerah pemukiman
pegunungan agar memanggi untuk pulang agar terhindar dari bencana longsor
jika terjadi, hal ini dilakukan hanya bagi Bapak-bapak warga sekitar 6 atau 7
jambu, dan rambutan agar kuat untuk menahan terjangan air dan mencegah
longsor dipinggiran tanah, kemudian bukan hanya menanam pohon juga, mereka
lainnya itu juga bisa menjaga dan mencegah tanah longsor. Setelah itu, mereka
dibantu oleh Pemerintah setempat agar mereka dapat beraktivitas dengan baik
dan nyaman untuk melakukan aktivitas sehari-hari dan juga dapat meminimalisir
17
Foto : Beton dipinggiran rumah
rumah yang berkolong agar supaya terjadinya banjir tidak kemasukan air.
dampak banjir bandang bagi masyarakat. Dengan cara ini memang berbeda dari
18
sebelumnya, dimana dengan cara pembangunan yang lebar dan tinggi agar
sungai besar. Bukan hanya itu saja, masyarakat juga sekalian membersihkan
terlihat bagus dan dapat mencegah banjir di Desa Lawe Sigala II tersebut.
mitigasi bencana banjir bandang dengan cara penggalihan batu-batu yang sudah
diterjang banjir bandang akibat deras nya hujan semalaman. Dengan tindakan
biasanya.
19
Sumber: Peneliti (2019)
disepanjang bibir sungai adalah salah satu pencegahan faktor pencegahan dan
antisipasi masyarakat Desa lawe Sigala II sebagai penahan debit arus air yang
kencang pada saat musim penghujan agar tidak meresahkan warga masyarakat
meliputi, tahap pra-bencana, saat bencana, dan pasca bencana atau disebut
ancaman.
dan rekonstruksi
Disaster Risk
Management
21
Gambar: 1.2Bagan Siklus Bencana
22
Antisipasi Masyarakat Dalam Menghadapi BanjirBandang
bandang adalah (1) curah hujan yang lebat sehingga tanah tidak sanggup
menahan infiltrasi air. (2) tersumbatnya Daerah Aliran Sungai. (3) kemiringan
faktor alam yaitu dengan curah hujan tinggi, beserta tanah yang tidak kuat lagi
menahan laju infiltrasi air, dan kemiringan lereng yang curam. Sedangkan faktor
Pengalaman masyarakat diperoleh dari orang tua dan masyarakat yang pernah
banjir.
jangkau atau kita bawa, serta sediakan pakaian dan makanan ringan
23
sebagai berikut: (1) Mengetahui ancaman di sekitar. (2) Identifikasi titik
kumpul. (3) Nomor kontak penting yang bisa dihubungi. (4) Ketahuilah
rute atau jalan yang mudah dijangkau dan aman. (5) Identifikasi lokasi
untuk mematikan saluran air, gas, dan listrik. (6) Identifikasi titik kumpul
atau titik aman di dalam bangunan maupun luar rumah. (7) Identifikasi
anggota keluarga yang rentan (anak-anak, lanjut usia, ibu hamil, dan
penyandang disabilitas).
darurat lain. Tujuan TSB sebagai persiapan untuk bertahan hidup saat
24
Masyarakat desa mempunyai strategi antisipasi tersendiri untuk pencegahan
bencana banjir bandang dengan melakukan berbagai tindakan yang nyata bagi
mereka seperti:
sungai.
Lawe Sigala II dimana yang telah mengalami bencana banjir bandang pada
upaya persuasif kepada masyarakat. Kemudian, yang kedua yang dilakukan oleh
dengan semua unsur untuk membantu masyarakat yang terkena dampak apakah
itu evakusi korban, pemberianan makanan siap saji, penyediaan dapur umum
dan perbaikan sarana prasarana yang vital dan juga mengorganisir semua bahu-
membahu baik dari masyarakat daerah di Desa Lawe Sigala II maupun yang
berasal dari luar daerah itu saat terjadi bencana. Dan tahapan ketiga adalah pasca
jalan-jalan yang rusak agar transportasi berjalan dengan lancar, setelah itu
Bukan hanya itu saja, Pemerintah Aceh Tenggara juga menyalurkan dana-dana
bagi masyarakat yang terkena bencana banjir bandang baik dari segi keuangan,
umum beserta membangun wadah tempat air bersih, bukan hanya itu saja
26
sungai-sungai besar dengan pembangunan beronjong, dimana jika musim
benccana serba yang tidak menentu ke kondisi normal yang lebih baik agar
rusak akibat bencana secara lebih baik lagi. Tindakannya adalah sebagai
berikut;
27
Partisipasi pemerintah
bencana banjir bandang, baik dari tindakan pemulihan jalan, perbaikan rumah
beserta sembako untuk digunakan yang tepat guna. Partisipasi dari para angkatan
seperti TNI dan POLRI juga melakukan bantuan kepada masyarakat seperti,
kayu melalui alat berat agar daerah kawasan yang terkena banjir bandang dapat
dihuni kembali.
Partisipasi dari pihak-pihak lain juga menyalurkan bantuan bagi warga yang
terkena bencana banjir bandang seperti partisipasi dari dalam Gereja dan Masjid
dalam bentuk sembako maupun uang agar meringankan beban warga yang
juga ikut berpartisipasi membantuwarga dalam bentuk uang dan juga sembako.
28
Kesimpulan
penyebabnya adalah hujan dengan intensitas yang tinggi yang terjadi selama 3
hari (72 jam). Hujan yang jatuh ditampung dalam cekungan tebing yang diawali
oleh proses pembendungan alamiah di kawasan hulu sungai yang berada pada
yang dilakukan oleh pemerintah saat terjadi bencana yaitu penanganan darurat
bencana, penangan darurat ini yaitu tindakan yang dilakukan oleh pemerintah
daerah bekerja sama dengan semua unsur untuk membantu masyarakat yang
terkena dampak apakah itu evakusi korban, pemberianan makanan siap saji,
penyediaan dapur umum dan perbaikan sarana prasarana yang vital dan juga
Sigala II maupun yang berasal dari luar daerah itu saat terjadi bencana. Dan
tahapan ketiga adalah pasca bencana. Yang dilakukan yang pertama yaitu
29
saat kejadian bencana. Kemudian yang berikutnya termasuk pasca adalah
sama bergotong royong bersama, tidak membuang sampah ke sungai, dan saling
bencana lagi.
akibat Bencana Banjir Bandang, dari berbagai instansi terkait seperti halnya
Up, maupun peralatan komunikasi dan informasi, sehingga secara cepat dapat
gala secara optimal, sesuai dengan Peraturan Menteri Sosial Nomor 128 Tahun
30
bencana banjir yang setiap waktu melanda Desa Lawe Sigala II. Melalui wadah
akan bahaya dan resiko bencana banjir, juga terbentuknya jaringan siaga
bencana banjir agar berdaya dan tetap siaga, terlatih menghadapi bencana banjir.
31
Saran
mambangun kolam di bukit pegunungan karena hal itu sangat fatal bagi
32
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Anonim. (2012). Data dan Informasi Bencana Banjir Bandang Lawe Liang
Pangi. Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA). Kecamatan Leuser
Aceh Tenggara.
Allesandro G. Colombo et al. (2002) Guidelines on Flash Flood Preventation
and Mitigation. Ispra, Italy
Marfai, Muh Aris. 2012. Bencana Banjir Rob: Study Pendahuluan Banjir
PesisirJakarta: Yogyakarta: Graha Ilmu.
Moran, 1982, dalam Marfai, 2012 (Populasi Masyarakat)
Nugroho, S.P, 2012a, Kajian Ketangguhan Masyarakat Dari Ancaman Bencana
Banjir.
Otto Soermawoto (1999), Dalam Buku “ Ekologi, Lingkungan Hidup, dan
pembangunan”.
Pewarta Muhammad Said “Banjir Bandang Terjang Aceh Tenggara”, Selasa, 11
April 2017 (ANTARA News)
Parsudi Suparlan (1984) “Manusia, Kebudayaan, dan Lingkungannya” Jakarta:
Rajawali: Subyek Ekologi Manusia.
33
Resilience Development Initiative, “Adaptasi Non Struktural Penduduk
Penghuni Permukiman Padat Terhadap Bencana Banjir” Kecamatan
Baleendah, Kabupaten Bandung( dakam FEMA 2004)
Skripsi
Azmeri (2013) yang berjudul: “Kajian Mitigasi Bencana Banjir Bandang
Kecamatan Leuser Aceh Tenggara Melalui Analisis Perilaku Sungai dan
Daerah Aliran Sungai (DAS)”.
Jurnal
Azmeri dan Devi Sundang, 2013. Kajian Mitigasi Bencana Banjir Bandang
Kecamatan Leuser Aceh Tenggara Melalui Analisis Perilaku Sungai dan
Daerah Aliran Sungai (DAS). (018l).
Ananto Aji, Volume 04, Nomor 1, 2015, Kesiapsiagaan Masyarakat Dalam
Menghadapi Bencana Banjir Bandang di Kecamatan Welahan Kabupaten
Jepara
35