1. Banjir Bandang
2. Banjir Air
3. Banjir Lumpur
Banjir lumpur memiliki kemiripan dengan banjir bandang, namun
banjir lumpur ini keluar dari dalam bumi yang akan mengenangi daratan.
Lumpur ini mengandung bahan gas yang sangat berbahaya. Seperti
contohnya banjir lumpur Lapindo di Sidoarjo yang hingga saat ini masih
mengeluarkan lumpur dari dalam bumi.
Banjir rob merupakan banjir yang airnya berasal dari air laut. Banjir
rob ini adalah banjir yang diakibatkan oleh pasangnya air laut, hingga air
yang pasang tersebut menggenangi daratan. banjir rob ini juga dikenal
sebagai banjir genangan. Banjir rob ini akan sering melanda atau sering
terjadi di daerah yang permukaannya lebih rendah daripada permukaan air
laut. Karena disebabkan oleh meluapnya air laut yang sampai ke daratan,
maka air yang menggenangi karena banjir rob ini mempunyai warna yang
cenderung lebih jernih daripada air yang pada banjir- banjir biasanya.
Untuk mengetahui jenis banjir yang terjadi, kita bisa melihatnya dari
karakteristik banjir yang sedang terjadi. Semua jenis banjir mempunyai
suatu ciri khasnya sendiri- sendiri. Seperti halnya banjir rob ini. kita dapat
melihat suatu banjir dikatakan sebagai banjir rob dari ciri- ciri atau
karakteristik banjir itu sendiri. Banjir rob sendiri mempunyai beberapa ciri
khusus atau karakteristik khusus yang dimilikinya. Beberapa karakteristik
banjir ROB yaitu (1) Terjadi pada saat air laut sedang pasang, (2) Warna air
tidak terlalu keruh, (3) Tidak melulu terjadi pada saat musim penghujan tiba,
(4) Biasanya terjadi pada daerah yang mempunyai wilayah dataran lebih
rendah daripada wilayah lautan.
2. Pemanasan Global
Pemanasan global mengakibatkan terjadinya perubahan pada pola iklim
yang akhirnya juga merubah pola curah hujan, makanya tidak heran jika
sewaktu-waktu hujan bisa sangat tinggi intensitasnya dan kadang juga bisa
sangat rendah. Intensitas hujan yang sangat tinggi tentu saja dapat
mengakibatkan banjir air dan intensitas hujan yang rendah dapat mengakibatkan
kekeringan.
4. Keadaan Geografis
Salah satu faktor alam yang menyebabkan mengapa banjir air sering
terjadi di suatu daerah adalah letak geografis daerah tersebut diantaranya adalah
(1) Letak geografis daerah tersebut berada di dataran rendah atau di dataran
banjir sehingga rawan terkena genangan dan seringnya tidak bisa terhindarkan
dari banjir, (2) Terdapatnya hambatan pada aliran sungai akibat kondisi geometri
alur sungai seperti misalnya terdapatnya pertemuan anak sungai dengan induk
sungai yang tidak streamline, (3) Kemiringan dasar sungai yang terlalu landai,
yang menyebabkan kapasitas pengaliran sungai relatif kecil.
Faktor Perubahan Dari masyarakat (Campur Tangan Manusia), selain adanya faktor
alam yang menjadi faktor penyebab terjadinya banjir, pengaruh dari kegiatan
manusia pun ikut memperparah keadaan tersebut. Faktor-faktor tersebut
diantaranya adalah:
5. Bangunan-bangunan silang
Bangunan-bangunan silang di sepanjang bantaran sungai dan juga daerah
aliran sungai lainnya yang sering menimbulkan gangguan terhadap kelancaran
aliran banjir.
DAMPAK BANJIR
PENGELOLAAN BANJIR
Mengingat banjir sudah terjadi secara rutin, makin meluas, kerugian makin
besar, maka perlu segera dilakukan upaya-upaya untuk mencegah dan
menanggulangi dampaknya, yang dapat dilakukan secara structural maupun non
structural (Grigg, 1996 dalam Kodoatie dan Syarief, 2006). Upaya secara
struktural a.l berupa tindakan menormalisasi sungai, pembangunan waduk
pengendali banjir, pengurangan debit puncak banjir, dll. Upaya ini telah dilakukan
di beberapa daerah. Selain beragam upaya tersebut, juga dilakukan early warning
system (peringatan dini) supaya pihak yang terkait dapat melakukan antisipasi sejak
dini sehingga dapat meminimalisir dampaknya. Upaya agar setiap rumah membuat
sumur resapan untuk menampung air hujan, sehingga dapat mengurangi banjir dan
menambah cadangan air tanah.
Simpulan
Telah terjadi trend kenaikan bencana hidrometeorologi di Indonesia
terutama yang disebabkan oleh cuaca ekstrim. Berdasarkan hasil interpolasi
kedalaman banjir tahun 2017 maka penelitian ini menyimpulkan bahwa sebagian
besar wilayah penelitian terkena dampak banjir dengan kedalaman maksimum
mencapai 3 meter di bagian timur wilayah penelitian. Hal ini disebabkan oleh
beberapa hal yaitu kondisi topografi yang lebih rendah dibandingkan wilayah
lainnya, terjadi penyempitan sungai dan kotornya saluran sungai, sehingga
menghambat air untuk tersalurkan ke outlet utama. Berdasarkan analisis kerentanan
fisik, maka penelitian ini menyimpulkan bahwa tingkat kerentanan fisik tinggi
ditemukan sebanyak 35 bangunan, kerentanan fisik sedang sebanyak 46 bangunan,
dan kerentanan rendah sebanyak 9 bangunan. Tingkat kerentanan sedang hingga
tinggi mendominasi wilayah penelitian karena jenis bangunan berupa bangunan non
tembok. Kerentanan sosial ekonomi lebih tinggi ditemukan pada elemen tingkat
pendidikan dengan sebagian besar tingkat pedidikan rendah yaitu SD (44,4%) dan
elemen penduduk rentan karena usia lanjut dan anak-anak sebanyak 30,4%.
Saran
Upaya mitigasi bencana banjir dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan
sebagai berikut: (a) sistem peringatan dini, baik melalui prediksi hujan ekstrim yang
akan terjadi hingga model prediksi banjir maupun dengan peralatan sederhana
seperti sensor curah hujan dengan sensor tinggi muka air sungai yang hasil
pengamatannya dikomunikasikan melalui sistim komunikasi yang ada, atau dengan
penambahan peralatan lain, seperti sensor akselerometer, sensor geophone, sensor
kelembaban tanah, dan bentangan kawat yang terpasang dan data ditransmisikan
secara telemetri, (b) identifikasi zona bahaya banjir dengan melakukan pemetaan
dan karakterisasi geomorfologi dan hidrologi, (c) kesiapsiagaan masyarakat yaitu
dengan meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menghadapi bencana.
DAFTAR PUSTAKA