Kelompok 3
3. Kondisi Topografis
Bencana banjir juga banyak dipengaruhi oleh kondisi topografis wilayah atau
kemiringan lereng. Sebagai contoh, di Kabupaten Jayapura, curamnya lereng di
pegunungan Cyclop yang didominasi oleh kemiringan lereng sangat curam (>40%)
berkontribusi besar pada terjadinya banjir bandang di wilayah ini. Semakin curam
suatu lereng, kecepatan aliran akan semakin cepat dan akan meningkatkan daya rusak
saat terjadi banjir bandang.
Kondisi topografis yang didominasi oleh kelerengan sangat curam juga akan
berpengaruh terhadap terbentuknya bendung alami. Bendung alami terjadi karena
adanya longsoran pada celah sempit di antara dua bukit yang menghambat aliran air,
sehingga air tertahan sampai pada batas volume tertentu. Ketika bendung alami tidak
kuat lagi menahan volume air yang ada, maka air akan dilepaskan dengan membawa
material yang dilewatinya seperti tanah, pepohonan, dan bebatuan.
Kondisi topografis wilayah juga tentunya berpengaruh terhadap terjadinya banjir
di Sulawesi Selatan dan Bengkulu, akan tetapi karena kemiringan lereng kedua DAS
tersebut didominasi oleh datar (0-8%) sampai curam (25-40%), pengaruhnya akan
lebih sedikit jika dibandingkan dengan kondisi topografis pegunungan Cyclop yang
didominasi lereng sangat curam (>40%).
Kabupaten luwu utara memiliki topografi yang terbagi dalam beberapa morfologi
bentuk lahan, yang dimana kebanyakan landai dan bergelombang. Diwilayah
kabupaten Luwu Utara memiliki 8 sungai besar yang melintas, seperti sungai
rongkong, beabunta, masamba, baliase, lampuawa, kanjiro, bone-bone, bungadidi.
Dari kedelapan sungai tersebut, sungai rongkong adalah sungai terpanjang di
kabupaten luwu utara dengan panjang 108 km dan melewati 3 kecamatan yaitu
Kecamatan Sabbang, Baebunta, dan Kecamatan Malangke. Sungai-sungai di wilayah
Kabupaten Luwu Utara yang berfungsi sebagai cathmen area.
Pada tanggal 13 juli 2020, telah terjadi banjir di beberapa kabupaten luwu utara
Sulawesi selatan. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) menyebutkan ada
sekitar 3.670 keluarga yang terdampak banjir yang tersebar di enam kecamatan di
Kabupaten Luwu Utara yaitu Kecamatan Masamba, Sabbang, Baebunta, Baebunta
Selatan, Malangke dan Malangke Barat. Banjir tersebut membawa lumpur setinggi
2,5 meter yang menyelimuti rumahnya dan menghanyutkan rumah tetangganya.
Berikut adalah foto lumpur yang menggenang rumah warga
Wisnu Widjaja selaku Deputi Bidang Sistem dan Strategi BNPB megatakan
Sampai dengan 18 Juli 2020, status korban jiwa yang meninggal dunia berjumlah
36 orang, 40 orang hilang, luka-luka 58 orang, dan total korban terdampak 3.627
KK atau 14.483 jiwa.
Bukan hanya memakan korban jiwa, banjir bandang luwu juga menyebabkan
kerusakan pada fasilitas umum seperti sembilan unit sekolah, 13 unit rumah
ibadah, tiga unit fasilitas kesehatan, dan delapan unit kantor pemerintahan. jalan
sepanjang 12,8 kilometer rusak. Selain itu, sembilan unit jembatan, dua unit
fasilitas umum, 100 meter pipa air bersih, dua bendungan irigasi, satu pasar
tradisional, dan 61 unit mikro usaha terdampak
Bukan hanya Kerugian tersebut yang merupakan imbas dari banjir bandang
luwu utara, akan tetapi kerugian dalam jangka kedepannya seperti kegiatan bisnis
yang terhambat, transportasi darat dan udara yang terhenti karena jalan dan
jembatan rusak dan dapat berujung pada lumpuhnya ekonomi.
Gambar 1.3 Tumpukan Kayu Setelah Banjir
Sumber banjir dipengaruhi oleh 2 (dua) DAS yaitu DAS Trumon sendiri
dengan sengai utamanya Sungai Trumon dan DAS Singkil yang berbatasan dengan
DAS Trumon dengan sungai utamanya Sungai Alas. Kondisi banjir lintas batas DAS
yang terjadi Kawasan Trumon akibat kondisi topografi (perbedaan ketinggian elevasi
tanah) di Batasan DAS Trumon dan Singkil sangat kecil ± 2 m sehingga debit dan
luapan banjir dari sungai Alas masuk kedalam sistim DAS Trumon.
Banjir daerah Kyushu menyebabkan 35 orang tewas dan 7 korban hilang. Pada
daerah Shimane dan Hirosima dilaporkan 24 orang tewas karena banjir. Empat tahun
kemudian, 12 September 1976, 70 orang dilaporkan meninggal karena gelombang
banjir di Jepang bagian barat. Bencana masih terus terjadi. Pada tanggal 23-24 Juli
1982, hujan dan banjir besar di pulau Kyushu, Jepang Selatan menyebabkan 94 orang
tewas, 139 orang dinyatakan hilang, dan 125 lainnya terkubur lumpur. Sementara, di
Nagasaki, banjir membuat 10.000 rumah tergenang dan memutus aliran listrik dan air
di 47.000 rumah di daerah bencana.
Belajar dari sejumlah bencana yang terjadi, Jepang lalu membuat perencanaan
proyek mengatasi banjir. Proyek ini dimulai sejak 1993 dan menghabiskan sekitar Rp
30 triliun. Proyek ini dikenal dengan Metripilitan Area Outer Underground
Discharge Channel (MAOUDC). Lokasinya berada di Kasukabe, atau sekitar 30
kilometer utara Tokyo. Katedral banjir ini 22 meter di bawah tanah. MAOUDC
memiliki terowongan sepanjang 6,3 kilometer dan lima ruang silindris untuk
menampung air. Setiap silindris memiliki 70 meter. Dari penampungan silindris
tersebut akan ditampung kemudian diteruskan melalui pompa menuju Edo. Pompa
dengan kekuatan 13.000 tenaga kuda itu mampu mendorong air 200 ton perdetik.
2.1 Sungai
a. Karena dekat dengan air, kawasan ini sangat kaya dengan keaneka-ragaman
hayati flora dan fauna. Keanekaragaman hayati adalah asset lingkungan yang
sangat berharga bagi kehidupan manusia dan alam.
b. Semak dan rerumputan yang tumbuh di sempadan sungai berfungsi sebagai
filter yang sangat efektif terhadap polutan seperti pupuk, obat anti hama,
pathogen dan logam berat sehingga kualitas air sungai terjaga dari
pencemaran.
c. Tumbuh-tumbuhan juga dapat menahan erosi karena sistem perakarannya
yang masuk ke dalam memperkuat struktur tanah sehingga tidak mudah
tererosi dan tergerus aliran air.
d. Rimbunnya dedaunan dan sisa tumbuh-tumbuhan yang mati menyediakan
tempat berlindung, berteduh dan sumber makanan bagi berbagai jenis spesies
binatang akuatik dan satwa liar lainnya.
e. Kawasan tepi sungai yang sempadannya tertata asri menjadikan properti
bernilai tinggi karena terjalinnya kehidupan yang harmonis antara manusia
dan alam. Lingkungan yang teduh dengan tumbuh-tumbuhan, ada burung
berkicau di dekat air jernih yang mengalir menciptakan rasa nyaman dan
tenteram tersendiri.
Alur sungai terbentuk secara alamiah. Air mengalir dari atas ke bawah dan
berkumpul menjadi saluran di lembah dan dialirkan ke danau atau ke laut karna itu
disebut juga saluran drainage. Pengaliran air baik yang di permukaan tanah maupun
di dasar sungai akan menggerus tanah dasarnya secara terus-menerus sepanjang masa.
Volume sedimen yang terbawa oleh pengaliran sebagai hasil erosi maupun
reruntuhan tebing-tebing sungai dimulai dari sumber mata air di daerah pegunungan
dan terangkut ke hilir kemudian terkumpul ke sungai yang seterusnya terangkut ke
laut.Di daerah pegunungan kemiringan sangat tajam sehingga pengaliran menjadi
deras dan kecepatan tinggi.
b. Radial
Bentuk DAS menyerupai kipas atau lingkaran. Aliran air dari beberapa
anak sungai terkonsentrasi di satu titik.
Banjir besar sering terjadi di titik pertemuan aliran air anak-anak
sungai.
c. Paralel
Bentuk DAS paralel Lihat Foto Bentuk DAS paralel(Soewarno) DAS
dengan bentuk paralel memiliki dua jalur aliran sungai utama yang
kemudian bersatu di hilir.
Potensi banjir DAS bentuk paralel tinggi karena aliran air bertemu
pada satu titik.
Sumber: https://mediaindonesia.com/read/detail/70948-vegetasi-terseleksi-
hadang-banjir.
Siklus Kegiatan
Pencegahan (Prevention) • Upaya – upaya Struktural
- Upaya di dalam badan sungai
(In-Stream)
- Upaya – upaya di luar badan
sungai (Off-stream)
• Upaya – upaya Non –
Struktural
- Upaya Pencegahan Banjir
Jangka Panjang
- Upaya Pengelolaan Keadaan
Darurat Banjir dalam Jangka
Pendek
Penanganan (Intervention/Response) • Pemberitahuan dan Penyebaran
Informasi Prakiraan Banjir
• Reaksi Cepat dan Bantuan
Penanganan Darurat Banjir
• Perlawanan terhadap Banjir
Pemulihan (Recovery) • Bantuan Segera Kebutuhan Hidup
Sehari-hari dan Perbaikan Sarana
dan Prasarana
- Pembersihan dan Rekonstruksi
Pasca Banjir
- Rehabilitasi dan Pemulihan Kondisi
Fisik dan Non-Fisik
• Penilaian Kerusakan/Kerugian dan
Asuransi Bencana Banjir
• Kajian Penyebab Terjadinya
Bencana Banjir
Menurut Arsyad (2012), arti erosi adalah proses hilang atau terkikisnya
bagian tanah dari suatu tempat yang terangkut oleh air atau angin ke tempat
lainnyaPengikisan tanah berbeda dengan pelapukan yang diakibatkan cuaca yang
merupakan proses penghancuran mineral batuan akibat oleh proses kimiawi atau
fisik, ataupun kombinasi keduanya.
Ketika suatu daerah mengalami pengikisan, maka lapisan bunga tanah juga
akan menghilang. Akibatnya, tanah pada daerah tersebut akan menjadi tandus.
Lamanya proses erosi bervariasi, contohnya apabila hutan kehilangan banyak pohon
atau gundul, maka akan mempercepat proses terkikisnya tanah.
Erosi air sungai terjadi akibat volume air sungai yang mengalir sangat cepat
akibat debit air yang besar serta terdapat berbagai benda-benda padat dalam aliran
sungai. Aliran air ini akan menyebabkan pengikisan hulu dan akhirnya membentuk
lembah-lembah, sungai, ngarai, dan jurang-jurang yang dalam.
1. Sungai
Aliran air akan menyebabkan pengikisan hulu dan akhirnya membentuk
lembah-lembah, sungai, ngarai, dan jurang-jurang yang dalam.
2. Air Laut
Es yang berada di kutub mencair dan menyebabkan kenaikan permukaan
pada air laut. Sehingga daerah yang memiliki permukaan lebih rendah
akan mengalami pengikisan.
3. Korasi
Biasanya korasi terjadi di daerah-daerah dengan cuaca yang kering,
misalnya wilayah gurun pasir. Korasi menyebabkan kerusakan bentang
alam berupa wilayah yang diterpa angin akan membentuk bukit pasir dan
batu jamur.