Anda di halaman 1dari 12

Kejadian Banjir di Aceh dan Usaha Penangulangannya

Annisa Sri Sugiarti Jurusan Fisika - FMIPA UNSYIAH annisa@yahoo.com

I.

PENDAHULUAN

Provinsi Aceh hampir setiap tahunnya mengalami banjir dimana kejadiannya sebagian bessar terjadi pada bulan bulan yang sama setiap tahunnya. Dilihat dari lokasi kejadiannya pada setiap kabupaten dan kota, maka lokasi dan luas genangannya relatif bervariasi. Dilihat dari prosesnya, banjir dapat

dikelompokkan menjadi banjir kiriman dan lokal. ( Devizar, 2009). Banjir merupakan bencana alam yang paling sering terjadi dan juga dapat membuat manusia menderita karena kerugian ekonomi. Sebanyak 90% dari kerusakan alam diakibatkan oleh adanya banjir. Penebangan hutan secara sembarangan juga menjadi salah satu faktor penyebab banjir. Akan tetapi kenyataannya hal tersebut terjadi begitu saja tanpa adanya antisipasi dan kesigapan dari masyarakat, sebagaimana yang banyak diberitakan media massa. Daerah rawan banjir di Provinsi Aceh adalah seluas 251.375 Ha yang terdiri dari 20.291 Ha daerah perkotaan, 4110 Ha daerah industri/perdagangan , 221.654 Ha daerah pertanian/pedesaan, dan 5320 Ha daerah pariwisata yang diperoleh dari laporan Balai Sumatera-I tahun 2007. Daerah yang sering dilanda banjir umumnya karena sistem drainase yang kurang baik dan juga sungai sungai yang mengalir sangat dipengaruhi oleh pasang surut. Selain dari pada itu banjir tidak selalu proporsional dengan besar curah hujan. Tetapi masih ada faktor lain

yaitu kondisi daerah aliran sungai (DAS) yang kritis sebagai media banjir (Devizar, 2009) Dalam penulisan ini permasalahan umum yang sering dihadapi pada daerah rencana rawan banir diantaranya adalah waktu kejadian banjir tidak bisa dengan mudah diprediksi oleh badan badan terkait yaitu pemerintah daerah, lembaga pengusaha jasa konstruksi dan masyarakat umum, sehingga tidak diantisipasi dengan baik. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi banjir musiman di Aceh sebagai usaha untuk mencari solusi permasalahan banjir musiman yang sering terjadi , sedangkan manfaat dari `penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi banjir musiman di Aceh yang mana nantinya dapat dipakai sebagai early warning system oleh badan badan terkait, sehingga kesiapsiagaan yang baik sebelum waktu terjadinya banjir dan respon yang cepat untuk menyelamatkan korban banjir dab pergerakan bantuan dapat dilakukan. Ruang lingkup dan batasan pada penulisan ini dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Lokasi Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Posisi secara geografi berada pada 2 - 6 Lintang Utara dan 95 - 98 Bujur Timur, dengan batas batas wilayah: Sebelah Utara dan Timur dengan Selat Malaka, Sebelah Selatan dengan Provinsi Sumatera Utara, dan Sebelah Barat dengan Samudera Hindia 2. Pengumpulan data sekunder berupa informasi kejadian banjir diperoleh dari data kejadian banjir di provinsi Nanggroe Aceh Darussalam tahun 1986 1991 dan 2003 2007 3. Dalam penelitian ini tidak dilakukan analisa/perhitungan debit banjir atau kedalaman banjir / genangan banjir dan lama banjir, tetapi dilakukan

pemisahan lokasi kejadian banjir pada bagian Utara Timur dan Barat Selatan provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.

II. 2.1

DASAR PERTIMBANGAN TEORI Definisi Banjir Mengutip pada Triatmodjo (2008), apabila intensitas hujan yang jatuh di

suatu DAS melebihi kapasitas infiltrasi, setelah laju infiltrasi terpengaruhi, air akan mengisi cekungan cekungan pada permukaan tanah. Bila cekungan cekungan tersebut penuh, air akan mengalir (melimpas) diatas permukaan tanah. Di daerah pegunungan (bagian hulu DAS) limpasan permukaan dapat masuk ke sungai dengan cepat, yang dapat menyebabkan debit sungai meningkat. Apabila debit sungai lebih besar dari kapasitas sungai untuk mengalirkan debit , maka akan terjadi luapan pada tebing sungai sehingga terjadi banjir.

2.2

Definisi Bencana Definisi bencana adalah suatu kejadian, alam atau buatan manusia, tiba tiba

atau progresif, yang menimbulkan dampak yang dahsyat sehingga komunitas yang terkena atau terpengaruh harus merespon dengan tindakan tindakan yang luar biasa. Jenis jenis dari bencana itu antara lain banjir, erosi, tanah longsor, maupun wabah penyakit yang dapat merugikan manusia. Ada beberapa pengertian atau definisi tentang bencana, beberapa definisinya cenderung merefleksikan karakteristik sebagai berikut(Carter, 1991) :

a. Gangguan atau kekacauan pada pola hidup normal. Gangguan ini biasanya hebat, terjadi tiba tiba, tidak disangka dan cakupan cukup luas atau menimbulkan korban jiwa. b. Dampak pada manusia seperti kehilangan jiwa, luka luka, dan kerugian harta benda. c. Dampak ke pendukung utama struktur sosial dan ekonomi seperti kerusakan infrastruktur : system jalan system air bersih, listrik, komunikasi, dan pelayanan lainnya. d. Risiko bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana dalam kurun waktu tertentu yang dapat berupa kematian, luka, sakit, hilangnya rasa aman, dan juga gangguan kegiatan masyarakat. e. Ancaman bencana adalah suatu kejadian yang dapat menimbulkan bencana. Bencana juga dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian yaitu : a. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh serangkaian peristiwa oleh alam antara lain gempa bumi, tsunami, banjir, dan tanah longsor. b. Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan oleh serangkaian peristiwa non alam. Seperti gagal teknologi maupun wabah penyakit. c. Bencana social adalah bencana yang diakibatkan oleh serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antarkelompok maupun antarkomunitas masyarakat dan terror. 2.3 Penyebab dan Karakteristik Banjir Kondisi banjir dapat diakibatkan oleh sungai yang kelebihan muatannya dari hujan, lelehan salju, hujan badai, serta badai yang hebat dan dapat menyebabkan banjir bandang. Lain halnya banjir yang terjadi di sungai yang dapat diakibatkan oleh kurangnya kapasitas dari pinggir sungai dalam membawa arus yang tinggi, daerah pinggir sungai terjadi erosi, hujan yang lebat dan menyebabkan sungai tidak

mampu menanampung air jika telah melebihi kapasitas maksimalnya ataupun sistem drainase alami telah rusak, Banjir dapat diukur dan dianalisa dengan mengikuti beberapa kriteria yaitu a. Kedalaman air : pondasi bangunan dan tumbuh tumbuhan memiliki perbedaan derajat toleransi yang membawa banjir genangan b. Durasi : Kerusakan dari struktur maupun infrastruktur, dan tumbuh tumbuhan sering dikaitan dengan panjangnya waktu dengan banjir genangan. c. Kecepatan : kecepatan yang berbahaya dari arus bisa membuat suatu erosi dan tekanan hidrodinamik yang dapat menghancurkan atau memperlemah pondasi pendukung. d. Tingkat kenaikan : perkiraan dari peningkatan dan perubahan dari sungai penting sebagai dasar dari peringatan banjir, rencana evakuasi dan zona penentuannya. e. Frekuensi kejadian : efek kumulatif dan frekuensi kejadian diukur lebih dari periode yang lama bisa menentukan tipe konstruksi atau aktifitas agrikultur yang bisa dilakukan pada daerah yang terkena banjir. f. Musim : Banjir selama musim bertani bisa mengakibatkan gagal panen. Sementara banjir pada musim dingin yang diakibatkan oleh mencairnya salju bisa berakibat serius pada fungsi suatu komunitas (Khanna, 2005).

2.4

Manajemen Bencana Banjir Manajemen bencana alam dapat digolongkan menjadi empat kelompok yaitu

(Khanna, 2005):

Memodifikasi sistem banjir dengan mengontrol banjir secara fisik, seperti: membuat tanggul, membuat waduk tempat pemampungan sementara, dan membuat perbaikan saluran. a. Berusaha memodifikasi kepekaan terhadap bahaya banjir. Termasuk perencanaan untuk mengurangi kerentanan pada hak milik dan kegiatan kegiatan pembangunan lainnya di daerah banjir. b. Berusaha memodifikasi pada kerugian pokok. Termasuk keseragaman dalam kegiatan mengubah peristiwa kehilangan dengan menyebarnya ke seluruh segmen komunitas yang luas. Ketahanan terhadap banjir. Ini berarti Hidup bersama banjir. Hal ini dapat diklasifikasikan sebagai ukuran struktural (fisik) dan ukuran non struktural (non fisik).

III.

METODOLOGI Tahapan-tahapan penyelesaian penulisan ini disusun dalam metodologi yang

terdiri dari studi literature, metode pengumpulan data, metode analisa data dan penyajian hasil. Metode tersebut disajkan pada bagian berikut ini. 3.1 Studi Literature Tulisan ini merupakan studi literature tentang banjir dan lingkungan. Dalam penulisan ini didasari oleh studi literature tentang penyebab banjir, karakteristik banjir, kerusakan akibat banjir dan manajemen bencana banjir dan mitigasi bencana banjir.

3.2

Metode Pengumpulan dan Analisis Data

Data yang dikumpulkan berasal dari data kejadian banjir yang terjadi di Aceh dari tahun 1986 2007. Data tersebut merupakan hasil pencatatan kejadian banjir di Aceh yang dilakukan oleh Kantor Wilayah Sungai Sumatera I. Data yang dikumpulkan berisikan lokasi banjir, waktu kejadian banjir, luas genangan banjir dan kedalaman banjir. Informasi lainnya yang ada meliputi gambar atau peta genangan banjir dan frekuensi kejadian banjir serta demografi kependudukan. Untuk informasi

demografi terdiri dari jumlah desa, jumlah penduduk serta jumlah keluarga yang terkena setiap kejadian banjir. Untuk selanjutnya data banjir tersebut dianalisa secara statistik untuk mengetahui nilai rata-rata dan penyimpangannya yang digunakan untuk menarik kesimpulan sebagai hasil penelitian ini.

IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis Jenis Banjir Banjir terbagi atas beberapa jenis sesuai dengan karakteristiknya. Menurut

4.1

kejadiannya, banjir dapat berupa banjir kiriman ataupun banjir lokal. Banjir kiriman berasal dari daerah hulu dan menyebabkan genangan di daerah hilir. Ini merupakan indikasi nyata bahwa daerah hulu sudah mengalami kerusakan. Selain banjir kiriman juga terdapat banjir lokal. Banjir lokal terjadi karena hujan dengan intensitas tinggi tetapi sistem drainase di daerah tersebut tidak berfungsi dengan baik. Sedangkan jika dilihat dari karakternya, banjir dapat berupa banjir genangan (inundation flood) dan banjir bandang (flash flood). Banjir genangan bergerak dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah dan menggenangi daerah cekungan yang menyebabkan terjadinya banjir genangan. Banjir genangan juga merupakan banjir yang sering terjadi setiap tahunnya. Banjir bandang lain halnya dengan banjir genangan. Karena banjir bandang sudah melibatkan material tanah dalam hanyutan

air banjir. Banjir bandang ini juga dicurigai akan terjadi pada lahan lahan yang memiliki kemiringan terjal dan memiliki jenis tanah yang mudah tererosi oleh air. Selain empat jenis banjir diatas seperti banjir kiriman, banjir lokal, banjir genangan, dan juga banjir bandang, di Aceh khususnya juga terdapat banjir rob (tidal flood) dan banjir genangan akibat hujan badai (surge storm) yang terjadi di daerah pantai. Sehingga masyarakat perlu tahu bahwa kawasan mereka tinggal memiliki indikasi akan adanya ancaman banjir.

GambAr 1: Banjir yang terjadi di suatu daerah

4.2

Analisa Frekuensi Banjir Analisa kejadian banjir di Provinsi Aceh periode 1986 1991 dan 2003

2007 (Devizar, 2009), dapat digunakan untuk menganalisa frekuensi kejadian banjir dengan hasil seperti terlihat pada Tabel 4.1. Demikian juga untuk analisa data informasi banjir di wilayah barat selatan dan di wilayah utara timur Provinsi Aceh periode 1986 1991 dan 2003 2007. Informasi yang disampaikan melalui tabel tersebut masih kurang lengkap karena sebagian data tidak diperoleh, yaitu data informasi kejadian banjir periode 1986 2002 untuk wilayah utara timur Aceh, dan data informasi kejadian banjir periode 1992 2002 untuk wilayah barat selatan Aceh. Tabel 4.1: Frekuensi kejadian banjir di Provinsi Aceh

No 1 2

Lokasi Kejadian Wilayah Barat-Selatan Aceh Willayah Utara-Timur Aceh Kejadian Seluruh Aceh

Jumlah Kejadian 69 (67%) 34 (33%) 103 (100%)

Dari tabel diatas terlihat bahwa kejadian banjir di wilayah Barat Selatan Aceh (67%) terjadi jumlah dua kali kejadian banjir di wilayah Aceh Utara Timur Aceh (33%). 4.3 Pengaruh banjir dan lingkungan Banjir selain merugikan masyarakat karena harus kehilangan harta bendanya juga dapat merusak lingkungan dan ekosistem sekitarnya. Lingkungan bisa menjadi rusak karena adanya banjir. Khususnya pada kejadian banjir bandang, pada banjir ini alirannya begitu cepat dan membawa material lumpur yang dapat merusak apa saja yang ada disekitarnya. Banjir genangan merupakan hal yang paling sering terjadi. Banjir dan genangan yang terjadi di suatu lokasi diakibatkan antara lain oleh sebab sebab berikut : (a) Pembuangan sampah, (b) Erosi, dan (c) Curah hujan. Dari sebab sebab diatas, banjir yang terjadi di Provinsi Aceh terjadi karena adanya pembuangan sampah secara sembarangan seperti pada saluran pembuangan dan juga sungai sungai yang dapat digunakan untuk menampung air hujan. Membersihkan saluran sebelum musim hujan tiba juga merupakan salah satu faktor penting yang harus dilakukan dalam pengendalian banjir. Sehingga ketika terjadinya hujan yang tidak bisa

diperkirakan oleh masyarakat ditambah dengan kondisi lingkungan yang rusak dapat memicu terjadinya banjir yang dapat merugikan masyarakat. Kerugian yang didapat dari adanya banjir antara lain masyarakat kehilangan mata pencahariaan mereka, korban jiwa dan rusaknya rumah rumah yang diakibatkan oleh banjir.

4.4

Penanganan Banjir Sebelum terjadinya banjir terdapat beberapa peringatan sebelum terjadinya

banjir. Salah satunya adalah Waspada dan Peringatan . Kedua kata tersebut merupakan pesan bahwa di suatu daerah akan terjadi banjir. Sehingga masyarakat yang berada di sekitar lokasi diharapkan untuk segera menyelamatkan diri. Lain halnya jika banjir telah terjadi. Hal hal yang perlu dilakukan antara lain jika otoritas lokal telah mengeluarkan peringatan adanya banjir, lakukan evakuasi. Mengajarkan kesehatan dan penanganan darurat kepada seluruh keluarga. Seperti bagaimana cara mematikan peralatan elektronik , air, aliran gas jika harus meninggalkan rumah. Pengamanan rumah, jika waktu memungkinkan, barang barang penting bisa diletakkan di bawah langit langit rumah. Sedangkan penanganan ketika banjir telah terjadi antara lain menjauh dari arus banjir. Karena arus tersebut sangat berbahaya. Menjauh dari tiang listrik yang jatuh dan laporkan pada pemerintah setempat.. Perhatikan kesehatan dengan mencuci tangan dengan sabun dan air bersih setelah bersentuhan dengan air banjir. Serta membuang makanan yang telah terkontaminasi dengan air banjir

4.5

Pengendalian dan Pengelolaan Banjir Pengelolaan banjir tidak dapat dilakukan secara terpisah-pisah. Tetapi harus

dilaksanakan secara sistem menyeluruh dan terpadu antara hulu dan hilir. Dalam pengelolaan banjir pada prinsipnya ada dua metode pengendalian banjir, yaitu metode struktur dan non - struktur. Metode struktur meliputi perbaikan pengaturan sistem sungai yang terdapat didalamnya antara lain sistem jaringan lingkungan, perbaikan sungai, serta perlindungan tanggul. Selain hal tersebut bangunan

pengendali banjir juga diperlukan, antara lain bendungan, kolam retensi, pembuatan check dam (penangkap sedimen), bangunan pengurang kemiringan sungai, serta pembuatan polder. Lain halnya dengan metode non struktur. Yang diperlukan dalam metode ini antara lain pengelolaan DAS, pengaturan tata guna lahan, pengendalian erosi, pengembangan daerah banjir, pengaturan daerah banjir, penanganan kondisi darurat, peramalan banjir, peringatan bahaya banjir, serta asuransi. Perlu diperhatikan bahwa pelebaran sungai atau drainase harus dipertahankan sampai ke lokasi sungai paling hilir, yang artinya kajian morfologi sungai perlu dilaksanakan secara menyeluruh. Metode non - struktur harus diutamakan lebih dahulu karena pengaruh dari perubahan tata guna lahan mengkontribusi debit puncak di sungai mencapai 5 sampai 35 kali dari debit semula. Metode struktur yang hanya memberikan penurunan atau reduksi debit jauh lebih kecil dibandingkan peningkatan debit akibat perubahan tata guna lahan atau degradasi lingkungan.

V.

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan dapat diambil beberapa kesimpulan antara lain : a. Bencana alam banjir dapat diprediksi, seperti halnya informasi banjir yang terjadi di Aceh pada masa masa yang lalu dapat digunakan untuk mengetahui kawasan langganan banjir.Terdapat perbedaan frekuensi kejadian banjir antara wilayah Utara Timur Barat Selatan Aceh. b. Identifikasi banjir musiman di Aceh sebagai usaha untuk mencari solusi permasalahan banjir musiman yang sering terjadi.

c. Proses penanganan sebelum terjadinya banjir dan setelah terjadinya banjir sangat diperlukan untuk membuat masyarakat waspada akan bahaya banjir.

5.2 Saran Berdasarkan hasil penelitian ini beberapa hal yang dapat disarankan adalah sebagai beikut : a. Kesiapsiagaan bencana banjir perlu ditangani secara benar dan tepat waktu agar masyarakat korban banjir dapat ditangani dengna baik. b. Membuang persepsi masyarakat bahwa banjir merupakan hal yang biasa terjadi tetapi perlu dicari sebab terjadinya banjir.

Daftar Pustaka Devizar, 2009, Identifikasi Banjir Musiman dalam Kaitannya dengan Program Kesiapsiagaan Bencana Banjir di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam,Tesis S2, MTS Unsyiah Khanna, B.K, 2005, All You want to Know about Disaster, New India Publishing Agency, New Delhi Triatmodjo, 2008, Hidrologi Terapan, Beta Ofset, Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai