TINJAUAN PUSTAKA
A. Bencana Banjir
Bencana Banjir adalah peristiwa tergenangnya daratan yang biasanya kering oleh
karena volume air pada suatu badan air meningkat. Banjir dapat terjadi karena peluapan air yang
berlebihan di suatu tempat akibat hujan besar, pecahnya bendungan sungai, es yang mencair atau
naiknya permukaan laut. Banjir menjadi suatu bencana ketika terjadi pada daerah yang
merupakan tempat aktifitas manusia. Perubahan tataguna lahan, pemanasan global serta air
pasang yang tinggi mempercepat terjadinya banjir dibeberapa tempat termasuk di Indonesia. Ada
dua peristiwa banjir, pertama peristiwa banjir atau genangan yang terjadi pada daerah yang
biasanya tidak terjadi banjir dan kedua peristiwa banjir terjadi karena limpasan air banjir dari
sungai yang disebabkan oleh debit banjir tidak mampu dialirkan oleh alur sungai atau debit
banjir lebih besar dari kapasitas pengaliran sungai yang ada. (Pahrul,Raazikin;Rosalina, 2017)
pada asumsi, bahwa banjir adalah akibat dari sifat alam, bukan akibat tindakan manusia. Padahal
dalam kenyataannya, kesalahan manusia terutama karena pengolahan tanah yang tidak baik dan
Beberapa faktor penyebab banjir dapat ditinjau dari aspek fisik, antara lain: a.
Berkurangnya kawasan hutan lindung sebagai lahan "Konservasi" yang dikarenakan adanya
"Konversi" (beralih fungsi) sebagai kawasan pengembangan pemukiman kota (Busro, 1990: IV2)
b. Berkurangnya daya serap air sebagian permukaan tanah dikarenakan semakin banyaknya
permukaan tanah yang dipadatkan atau tertutup aspal dan bahan perkerasan jalan lainnya.
c. Kondisi jaringan drainase kurang memadai (adanya pendangkalan dan kurang lancar) atau
Kajian risiko bencana adalah kajian yang dilakukan untuk melihat potensi dampak negatif
yang timbul dalam suatu bencana. Perhitungan dampak negatif dapat dilihat berdasarkan potensi
jumlah terpapar, kerugian harta benda, dan kerusakan pada lingkungan. Pendekatan risiko
bencana digunakan untuk melihat hubungan antara ancaman, kerentanan, dan kapasitas yang
membangun prespentif tingkat bencana dalam suatu wilayah. Pendekatan risiko bencana sangat
berpengaruh dengan komponen risiko yaitu tingkat ancaman kawasan, tingkat kerentanan pada
kawasan yang terancam, dan tingkat kapasitas kawasan yang terancam. Kajian risiko bencana
dilakukan untuk mengetahui 3 komponen risiko dalam bentuk spasial maupun non spasial agar
dapat dipahami. Hasil kajian risiko bencana digunakan sebagai landasan dalam melakukan
penanggulangan bencana di suatu kawasan. Upaya pengurangan risiko bencana dapat dilakukan
Pengendalian banjir yang bisa digunakan antara lain adalah terutama pembuatan tanggul-tanggul
agar dapat menahan banjir di dalam sungai, pembuatan waduk-waduk agar dapat menampung
banjir sebelum disalurkan dalam tingkat aliran yang cukup lambat, untuk mencegah kerusakan
karena banjir di bagian hilir. Tanggul-tanggul pengendalian banjir seperti itu sebenarnya
meningkatkan bahaya banjir. Hal ini dikarenakan volume air banjir tidak menjadi berkurang.
Resiko banjir adalah suatu keadaaan yang dapat menimbulkan kerugian akibat kapasitas sungai
yang ada sudah tidak mampu lagi menampung derasnya debit yang mengalir dan mengancam
keberlangsungan hidup orang banyak dan mengakibatkan Kematian, luka-luka, sakit, jiwa yang
terancam, kerusakan dan kehilangan harta benda dan menganggu kegiatan masyarakat.
Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa yang disebabkan oleh alam antara
lain gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor
(Tjandra, 2017).
Pada dasarnya pengendalian banjir sudah dilakukan dengan mengacu pada tentang
Sumber Daya Air (UU Nomor, 17, 2019).Kemudian dalam (PP Nomor 38 tahun 2011), Tentang
Sungai (PP Sungai), khususnya pada Bagian Keempat Pengendalian Daya Rusak Air Sungai,
upaya untuk mengurangi risiko banjir, dilakukan melalui pengelolaan risiko banjir, baik dari sisi
pengurangan risiko besaran banjir maupun dari sisi pengurangan risiko kerentanan banjir Di
sinilah upaya struktural dan nonstruktural dilakukan. Pengurangan risiko besaran banjir
pembangunan dengan mengacu pada rencana tata ruang. Pemerataan pembangunan harus
digunakan dengan cara perwilayahan atau regionalisasi, yaitu pembagian wilayah nasional dalam
satuan wilayah geografi, sehingga setiap bagian mempunyai sifat tertentu yang khas (Jayadinata,
1999). pengendali banjir (peningkatan kapasitas sungai, tanggul, pompa air, bendungan,
perbaikan drainase kota) dan prasarana pengendali aliran permukaan (resapan air dan
penampung banjir).
konsistensi (kesesuaian lahan dan keselarasan) antara rencana tata ruang dengan pemanfaatan
ruang.Menurut Undang-Undang No.26 Tahun 2007 tentang penataan ruang adalah sebuah
terobosan mendasar bagaimana konsep tata ruang berbasis kebencanaan yang terintegrasi dengan
dan menyeluruh termasuk komponen utama dari dalam aksi, melakukan identifikasi
dini. Dalam undang-undang ini, penguatan penataan ruang merupakan salah satu fokus
bencana, tidak hanya bergerak pada segi penanggulangan bencana saja juga termasuk
mengantisipasi.
aspek kebencanaan didalam perencanaan tata ruang, sementara permukiman yang terlanjur
banyak terbangun di kawasan-kawasan terindikasi rawan becana alam, suatu hal yang tidak
mudah merelokasikan permukiman yang sudah terbangun ke suatu tempat yang dianggap
Terjadinya banjir disebabkan oleh kondisi dan fenomena alam (topografi, curah hujan),
kondisi geografis daerah dan kegiatan manusia yang berdampak pada perubahan tata ruang
atau guna lahan di suatu daerah. Banjir di sebagian wilayah Indonesia, yang biasanya terjadi
pada Januari dan Februari, diakibatkan oleh intensitas curah hujan yang sangat tinggi. Sifat
hujan berdasarkan BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika) dibagi menjadi
tiga sifat, yaitu atas normal, normal dan bawah normal. Hujan dikatakan normal apabila tinggi
hujan yang terjadi pada suatu musim berada pada selang antara 85% sampai 115% dari nilai
rata-rata hujan jangka panjang. Dikatakan bawah normal apabila tinggi hujan kurang dari 85%
dari nilai rata-rata dan diatas normal apabila tinggi hujan lebih besar dari 115% dari nilai rata-
rata (Manik, 2014). Hujan yang terjadi di wilayah Indonesia adalah hujan “moonson” yang
berganti musim setiap enam bulan sekali dengan musim kemarau. Pada saat suatu daerah
mengalami musim hujan, letak matahari akan berada pada daerah tersebut. Pada saat daerah
itu mengalami kemarau, letak matahari nampak condong ke cakrawala (Mulyanto, 2007).
Faktor penyebab banjir ialah perubahan guna lahan, pembuangan sampah, erosi dan
sedimentasi, kawasan kumuh di sepanjang sungai, sistem pengendalian banjir yang tidak
tepat, curah hujan tinggi, fisiografi sungai, kapasitas sungai yang tidak memadai, pengaruh air
pasang, penurunan tanah, bangunan air, kerusakan bangunan pengendali banjir (Kodoatie dan
Syarief, 2006 dalam Rosyidie, 2013). Terdapat tiga faktor yang sangat berpengaruh terhadap
b. Penggundulan hutan dan yang kemudian mengurangi resapan pada tanah dan
jalannya air
mengubah saluran-saluran air yang tidak rencanakan dengan baik. Bahkan tidak jarang
alur sungai diurug untuk dijadikan permukiman. Kondisi demikian banyak terjadi di
perkotaaan di Indonesia. Akibatnya adalah aliran sungai saat musim hujan menjadi
tidak lancar dan menimbulkan banjir. Kawasan permukiman tidak disarankan untuk
konstruksi yang dapat bertahan terhadap bencana yang mungkin timbul (Tauhid,
2013). Yang harus diperhatikan dalam pembuatan permukiman baik di wilayah baru
maupun di wilayah yang telah berkembang adalah adanya hutan lindung untuk
terutama di perumahan-perumahan.
b. Kondisi topografi yang cekung, yang merupakan dataran banjir, seperti Kota
c. Kondisi alur sungai, seperti kemiringan dasar sungai yang datar, berkelok-kelok,
timbulnya sumbatan atau berbentuk seperti botol (bottle neck), dan adanya
b. Terjadinya pembendungan arus balik yang sering terjadi dimuara sungai atau
jakarta, beberapa dataran diindonesia terletak didataran banjir sehingga mempunyai resiko
yang sangat besar tergenang banjir. Terjadinya banjir juga dipengaruhi oleh kegiatan manusia
pemanfaatan ruang yang kurang memprhatikan kemampuan dan melebihi kapasitas daya
dukungnya (Rosyidie,2013)