Anda di halaman 1dari 23

4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kajian Teori
1. Pemodelan
Achmad (2008:1) menyatakan bahwa model adalah representasi dari suatu
objek, benda, atau ide-ide dalam bentuk yang disederhanakan dari kondisi atau
fenomena alam. Model berisi informasi-informasi tentang suatu fenomena yang
dibuat dengan tujuan untuk memperlajari fenomena yang sebenarnya. Model
dapat merupakan tiruan dari suatu benda, sistem atau kejadian yang sesungguhnya
yang hanya berisi informasi-informasi yang dianggap penting.
Model adalah representasi atau formalisasi dalam bahasa tertentu (yang
disepakati) dari suatu sistem nyata. Dengan kata lain, model adalah representasi
dari suatu objek, benda atau ide-ide dalam bentuk yang lain dengan entitasnya
(Sridadi, 2009).
2. Konsep Dasar Banjir
a. Banjir
Prasetyo (2007) mengungkapkan pengertian banjir sering rancu disamakan
dengan genangan. Banjir yaitu genangan yang ditimbulkan oleh meluapnya aliran
sungai, sedangkan genangan adalah tertahannya aliran air permukaan akibat tidak
berfungsinya drainase. Banjir dan genangan tersebut sama-sama melanda daerah
permukiman penduduk sehingga menimbulkan kerugian harta maupun jiwa.
Purwanto (2007) mendefinisikan banjir sebagai luapan air yang besar dari
sebuah badan air sehingga menggenangi daerah-daerah sekitarnya yang pada hari-
hari biasa kering. Kata “badan air” merupakan tempat air berada, baik yang diam,
bergerak ataupun mengalir.
b. Penyebab Banjir
Sebastian (2008) berpendapat bahwa banjir disebabkan oleh dua kategori
yaitu banjir akibat lamai dan banjir akibat aktivitas manusia. Banjir akibat alami
dipengaruhi oleh curah hujan, fisiografi, erosi dan sedimentasi kapasitas sungai,
kapasitas drainase dam pengaruh air pasang. Sedangkan banjir akibat aktivitas
manusia disebabkan karena ulah manusia yang menyebabkan perubahan-
perubahan lingkungan seperti: perubahan kondisi Daerah Aliran Sungai (DAS),
5

kawasan pemukiman di sekitar bantaran, rusaknya drainase lahan, kerusakan


bangunan pengendali banjir, rusaknya drainase lahan, kerusakan bangunan
pengendali banjir, rusaknya hutan (vegetasi alami) dan perencanaan sistem
pengendali banjir yang tidak tepat.
1) Penyebab Banjir Secara Alami
a) Curah Hujan
Oleh karena tropis, Indonesia mempunyai dua musim sepanjang tahun,
yakni musim penghujan umumnya terjadi antara bulan Oktober-Maret dan musim
kemarau terjadi antara bulan April-September. Pada musim hujan, curah hujan
yang tinggi berakibat banjir di sungai dan bila melebihi tebing sungai maka akan
timbul banjir atau genangan.
b) Pengaruh Fisiografi
Fisiografi atau geografi fisik sungai seperti bentuk, fungsi dan kemiringan
daerah aliran sungai (DAS), kemiringan sungai, geometrik hidrolik (bentuk
penampang seperti lebar, kedalaman, potongan memanjang, material dasar
sungai), lokasi sungai dan lain-lain merupakan hal-hal yang mempengaruhi
terjadinya banjir.
c) Erosi dan Sedimentasi
Erosi di DAS berpengaruh terhadap pengurangan kapasitas penampang
sungai. Erosi menjadi problem klasik sungai-sungai di Indonesia. Besarnya
sedimentasi akan mengurangi kapasitas saluran sehingga timbul genangan dan
banjir di sungai. Sedimentasi juga merupakan masalah besar pada sungai-sungai
di Indonesia.
d) Kapasitas Sungai
Pengurangan kapasitas aliran banjir pada sungai dapat disebabkan oleh
pengendapan berasal dari erosi DAS dan erosi tanggul sungai yang berlebihan.
Sedimentasi sungai terjadi karena tidak adanya vegetasi penutup dan adanya
penggunaan lahan yang tidak tepat, sedimentasi ini menyebabkan terjadinya
agradasi dan pendangkalan paa sungai, hal ini dapat menyebabkan terjadinya
berkurangnya kapasitas tampungan sungai. Efek dari fenomena ini menyebabkan
meluapnya air dari alur sungai keluar dari sungai dan menyebabkan banjir.
6

e) Kapasitas Drainasi yang tidak memadai


Sebagian besar kota-kota di Indonesia mempunyai drainasi daerah
genangan yang tidak memadai, sehingga kota-kota tersebut sering menjadi
langganan banjir di musim hujan.
f) Pengaruh Air Pasang
Air pasang laut memperlambat aliran sungai ke laut. Pada waktu banjir
bersamaan dengan air pasang yang tinggi makan tinggi genangan atau banjir
menjadi besar karena terjadi aliran balik (backwater). Fenomena genangan air
pasang (Rob) juga rentan terjadi di daerah pesisir sepanjang tahun baik di musim
hujan maupun di musim kemarau.
2) Penyebab Banjir Akibat Aktifitas Manusia
a) Perubahan Kondisi DAS
Perubahan kondisi DAS seperti penggundulan hutan, usaha pertanian yang
kurang tepat, perluasan kota, dan perubahan tataguna lainnya dapat memperburuk
masalah banjir karena meningkatnya aliran banjir. dari persamaan-persamaan
yang ada, perubahan tata guna lahan berkonstribusi besar terhadap naiknya
kuantitas dan kualitas banjir.
b) Kawasan Kumuh dan Sampah
Perumahan kumuh (slum) di sepanjang bantaran sungai dapat menjadi
penghambat aliran. Masalah Kawasan kumuh ini menjadi faktor penting
terjadinya banjir di daerah perkotaan. Disiplin masyarakat untuk membuang
sampah pada tempat yang ditentukan masih kurang bai dan banyak melanggar
dengan membuang samoah langsung ke alur sungai, hal ini biasa dijumpa di kota-
kota besar. Sehingga dapat meninggikan muka air banjir disebabkan karena aliran
air terhalang.
c) Drainase Lahan
Drainase perkotaan dan pengembangan pertanian pada daerah bantaran
banjir akan mengurangi kemampuan bantaran dalam menampung debit air yang
tinggi.
d) Kerusakan Bangunan Pengendali Air
7

Pemeliharaan yang kurang memadai dari bangunan pengendali banjir


sehingga menimbulkan kerusakan dan akhirnya tidak berfungsi dapat
meningkatkan kuantitas banjir.
e) Perencanaan Sistem Pengendalian Banjir tidak Tepat
Beberapa sistem pengendalian banjir memang dapat mengurangi
kerusakan akibat banjir kecil sampai sedang, tetapi mungkin dapat menambah
kerusakan selama banjir-banjir yang besar. Semisal bangunan tanggul sungai yang
tinggi. Limpasan pada tanggl ketika terjadi banjir yang melebihi banjir rencana
dapat menyebabkan keruntuhan tanggul. Hal ini mengakibatkan kecepatan aliran
yang sangat besar melalui tanggul yang bobol sehingga menimbulkan banjir yang
besar.
f) Rusaknya Hutan (hilangnya vegetasi alami)
Penebangan pohon dan tanaman oleh masyarakat secara liar (illegal
logging), tani berpindah-pindah dan permainan reboisasi hutan untuk bisnis dan
sebagainya menjadi salah satu sumber penyebab terganggunya siklus hidrologi
dan terjadinya banjir.
c. Klasifikasi banjir
Indradewa (2013:29) menyatakan bahwa pada umumnya banjir yang
terjadi di Indonesia terbagi menjadi 3 (tiga), yaitu:
1) Banjir Akibat Meluapnya Sungai
Banjir ini terjadi karena kapasitas saluran/sungai tidak mampu
menampung debit air yang ada sehingga air meluap keluar melewati tanggul
sungai. Daerah yang terkena banjir biasanya adalah daerah sekitar (kanan/kiri)
sungai yang letaknya cukup rendah atau biasanya disebabkan oleh kapasitas
drainase/saluran air yang ada tidak mampu menampung lagi air hujan seiring
dengan pertumbuhan kota/daerah.
2) Banjir Lokal
Banjir lokal adalah banjir yang disebabkan oleh tingginya curah hujan
dalam periode waktu tertentu (intensitas hujan) yang dapat menggenangi daerah
yang relatif lebih rendah (ledokan). Jenis banjir ini dapat terjadi pada daerah
ledok/cekungan fluvial yang memiliki kelembapan tanah yang tinggi sehingga
pada waktu terjadi hujan lebat, peresapan air ke dalam tanah sangat kecil. Dapat
8

juga terjadi pada daerah ledok di perkotaan yang memiliki persentase penutupan
lahan (permukiman) sehingga peresapan air berkurang atau tida dapat berlangsung
dengan baik.

3) Banjir yang Disebabkan oleh Pasang Surut Air Laut


Jenis banjir ini terjadi pada dataran aluvial pantai yang letaknya cukup
rendah atau berupa cekungan dan terdapat muara sungai dengan anak-anak
sungainya sehingga jika terjadi pasang dari laut atau rob maka air laut atau air
sungai akan menggenangi daerah tersebut. Jenis banjir ini tidak disebabkan oleh
air hujan sehingga meskipun pada musim kemarau dapat terjadi banjir.
d. Parameter-Parameter yang Mempengaruhi Kerentanan Banjir
Bencana banjir memiliki beberapa klasifikasi karakteristik lahan yang
sangat mempengaruhi Kawasan rawan banjir. Sebastian (2018) menyatakan
bahwa terdapat 3 parameter yang digunakan untuk menentukan kawasan yang
rentang terhadap bencana banjir, yaitu:
1) Curah Hujan
Daerah yang mempunyai curah hujan yang tinggi maka daerah tersebut
akan lebih berpengaruh terhadap kejadian banjir.
2) Kemiringan Lereng
Kemiringan lereng merupakan perbandingan antara selisih ketinggian
dengan jarak datar pada dua tempat yang dinyatakan dalam persen. Kekmiringan
lahan semakin tinggi makan air yang diteruskan semakin tinggi. Air yang berada
pada lahan tersebut diteruskan ke tempat yang lebih rendah semakin cepat jika
dibandingkan dengan lahan yang kemiringannya rendah (landai).
3) Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan, berkaitan dengan kegiatan manusia pada bidang lahan
tertentu, atai pemanfaatan lahan oleh manusia untuk tujuan tertentu. Penggunaan
lahan seperti untuk pemukiman, hutan lindung, tegalan sawah irigasi, lahan
industri dan sebagainya. Lahan yang banyak ditanami oleh vegetasi maka air
hujan akan banyak diinfiltrasi oleh banyak waktu yang ditempuh oleh limpasan
9

untuk sampai ke sungai sehingga kemungkinan banjir lebih kecil dari pada daerah
yang tidak ditanami vegetasi.
3. Konsep Dasar Sungai
a. Sungai
Sulistyowati (2018:10) menyatakan bahwa sungai adalah aliran air
permukaan yang berbentuk memanjang, mengalir secara terus-menerus dari hulu
(sumber) menuju hilir (muara). Arah aliran sungai sesuai dengan sifat air, yaitu
mengalir dari tempat tinggi ke tempat lebih rendah. Air sungai mengalir danau,
laut, bahkan samudera luas. Sungai bermula dari mata air yang mengalir ke
sejumlah anak sungai. Kemudian, anak-anak sungai tersebut bergabung menjadi
satu hingga membentuk sungai utama. Sebagian besar sungai di Bumi terbentuk
oleh proses alam.
Peraturan Pemerintah No 38 Tahun 2011 menyatakan definisi sungai
adalah alur atau wadah air alami dan/atau buatan berupa jaringan pengaliran air
beserta air di dalamnya, mulai dari hulu sampai muara, dengan dibatasi kanan dan
kiri oleh garis sempadan. Sungai sebagai wadah air mengalir selalu berada di
posisi paling rendah dalam lanskap bumi, sehingga kondisi sungai tidak dapat
dipisahkan dari kondisi daerah aliran sungai. Keberadaan sungai dapat
memberikan manfaat baik pada kehidupan manusia maupun pada alam.
b. Bagian-Bagian Sungai
Sulistyowati (2018:10) mengungkapkan dalam sebuah sungai terdapat
perbedaan antara bagian-bagiannya. Sungai dapat dibagi ke dalam beberapa
bagian, yaitu:
1) Bagian hulu, umumnya terletak di daerah pengunungan atau perbukitan.
Bagian hulu memiliki ciri arus deras, daya erosi vertikal besar, saluran sungai
berbentuk V, dan tidak terdapat pengendapan.
2) Bagian tengah, umumnya terletak di daerah relatif datar. Bagian tengah
bercirikan arus tidak deras, daya erosi berkurang, arah erosi horizontal dan
vertikal, terjadi pengendapan, serta terbentuk meander atau kelokan sungai
besaran 180o meander terbentuk hingga bagian hilir sungai.
10

3) Bagian hilir, terletak di dataran rendah sampai muara sungai. Bagian hilir
bercirikan arus tenang, terjadi erosi kearah horizontal, terjadi banyak
pengendapan, dan bagian muarah terkadang terbentuk sungai.
4. Konsep Dasar Sistem Informasi Geografis
a. Sistem (System)
Sistem merupakan kumpulan/kesatuan yang saling berhubungan antar
komponen/bagian yang berkerja bersama-sama untuk mencapai suatu tujuan
tertentu (Hartono, 2013:10).
Hartono (2008) menyatakan bahwa sistem adalah suatu jaringan kerja dari
prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk
melakukan suatu kegiatan untuk menyelesaikan suatu sasaran tertentu.
b. Informasi (Information)
Informasi merupakan data yang telah diproses dan dianalisis yang siap
untuk digunakan (Hartono, 2013:15).
Hartono (2008) menyatakan bahwa informasi adalah data yang diolah
menjadi bentuk lebih berguna dan lebih berarti bagi pemakaianya. Kualitas
informasi menurut Jogiyanto adalah sebagai berikut:
1) Akurat yaitu informasi harus bebas dari kesalahan-kesalahan dan tidak
menyesatkan
2) Tepat waktu yaitu informasi yang dating pada penerima tidak boleh terlambat

3) Relevan yaitu informasi tersebut mempunyai manfaat untuk pemakainya.


c. Geografi (Geographic)
Geografi merupakan sistem yang menekankan pada data yang berkaitan
dengan skala pengukuran geografis, yang mengacu pada sistem koordinat lokasi-
lokasi di permukaan bumi (Irwansyah, 2013).
Bintarto (dalam Hestiyanto, 2006:3) menyatakan bahwa geografi
mempelajari hubungan kausal gejala-gejala di permukaan bumi, baik yang bersifat
fisik maupun yang menyangkut kehidupan makhluk hidup beserta
permasalahannya melalui pendekatan keruangan, kelingkungan, dan regional
untuk kepentingan program, proses, dan kebersihasilan pembangunan.
d. Sistem Informasi Geografis
11

Aronaff (dalam Sari, 2014:2) menyatakan bahwa Sistem Informasi


Geografis (SIG) adalah sistem berbasis komputer yang memiliki kemampuan
dalam menangani data bereferensi geografis, meliputi teknik pemasukan data,
manajemen data (peyimpanan dan pemanggilan kembali), manipuslasi dan
analisis data, serta keluaran sebagai hasil akhir (output). Hasil akhir SIG dapat
dijadikan acuan pengambilan keputusan pada masalah yang berhubungan dengan
geografi.
Murai (dalam Sari, 2014:3) mengartikan SIG sebagai sistem informasi
yang digunakan untuk memasukkan, menyimpan, memanggil kembali, mengolah,
menganalisis, dan menghasilkan data berferensi geografis atau geospasial, untuk
mendukung pengambilan keputusan dalam perencanaan dan pengelolaan dan
penggunaan lahan, sumber daya alam, lingkungan, transportasi, fasilitas kota,
serta pelayanan umum lainnya.
Prahasta (dalam Sari, 2014:3) mengartikan SIG sebagai software yang
dapat digunakan untuk pemasukan, penyimpanan, manipulasi, menampilkan dan
keluaran informasi geografis berikut atribut-atributnya.
e. Komponen Sistem Informasi Geografis
Sagita (2017) mengungkapan bahwa terdapat beberapa komponen yang
terdapat dalam sistem informasi geografis, yaitu :
1) Perangkat Keras (hardware)
Perangkat keras SIG (Sistem Informasi Geografis) adalah perangkat-
perangkat fisik yang merupakan bagian dari sistem komputer yang mendukung
analisis geografi dan pemetaan. Perangkat keras SIG (Sistem Informasi Geografis
mempunyai kemampuan untuk menyajikan citra dengan resolusi dan kecepatan
yang tinggi serta mendukung operasi basisdata dengan volume data yang besar
secara cepat. Perangkat keras SIG terdiri dari beberapa bagian yntuk menginput
data, mengolah data, dan mencetak hasil proses.
2) Perangkat Lunak (Software)
Digunakan untuk melakukan proses menyimpan, menganalisa,
memvisualkan data-data baik data spasial maupun non-spasial. Perangkat lunak
yang harus terdapat dalam komponen SIG yaitu alat untuk memasukkan dan
12

memanipulasi data SIG, Database Management System (DBMS), alat untuk


menganalisa data-data, alat untuk menampilkan data, dan hasil analisa.
3) Data
Pada prinsipnya terdapat dua jenis data untuk mendukung Sistem
Informasi Geografis yaitu:
a) Data Spasial
Data spasial adalah gambaran nyata suatu wilayah yang terdapat di
permukaan bumi. Umumnya di presentasikan berupa grafik, peta, gambar dengan
format digital dan sidimpan dalam bentuk koordinat x, y (vektor) atau dalam
bentuk image (raster) yang memiliki nilai tertentu.

b) Data Non-Spasial (Atribut)


Data non-spasial adalah data berbentuk tabel dimana tabel dimana tabel
terebut berisi informasi-informasi yang dimiliki oleh obyek dalam data spasial.
Data tersebut berbentuk data tabular yang saling terintegrasi dengan data spasial
yang ada.
4) Manusia
Merupakan inti elemen dari SIG (Sistem Informasi Gepgrafis) karena
manusia adalah perencana dan pengguna dari SIG. Pengguna SIG mempunyai
tingkatan seperti pada sistem informasi geografis lainnya, dari tingkat spesialis
teknis yang mendesain dan mengelola sistem informasi sampai pada pengguna
yang menggunakan SIG untuk membantu pekerjaanya sehari-sehari.
5) Metode
Metode yang digunakan dalam SIG akan berbeda untuk setiap
permasalahan. SIG yang baik tergantung pada aspek desain dan aspek realnya.
5. Manfaat Sistem Informasi Geografis
Jumardi, Padli dan Busrah (2017) mengungkapkan bahwa SIG mampu
memberikan kemampuan-kemampuan yang diinginkan. Dengan SIG kita akan
dimudahkan dalam melihat fenomena kebumian dengan perspektif yang lebih
baik. SIG mampu mengakomodasi penyimpanan, pemrosesan, dan penayangan
data spasial digital bahkan integrase data yang beragam, mulai dari citra satelit,
13

foto udara, peta bahkan data statistik. SIG juga mengakomodasi dinamika data,
pemutakhiran data yang akan menjadi lebih mudah.
Fungsi SIG adalah meningkatkan kemampuan menganalisis informasi
spasial secara terpadu untuk perencanaan dan pengambilan keputusan. SIG dapat
memberikan informasi kepada pengambil keputusan untuk analisis dan penerapan
database keruangan (Prahasta, 2014).
6. Konsep Dasar Peta
a. Peta
Peta dapat diartikan sebagai gambar sebagian atau seluruh permukaan
bumi yang diperkecil dan dibuat tampak atas pada sebuah bidang datar. Peta
dikenal sebagai map dalam bahasa Inggris dan charta dalam Bahasa latin
(Andriana, 2018).
Sari (2015) berpendapat bahwa peta adalah gambaran permukaan Bumi
pada permukaan datar dan diperkecil dengan skala tertentu, serta dilengkapi
simbol sebagai penjelas. Pada dasarnya peta memiliki arti yang sama, yaitu
gambaran/lukisan sebagian atau seluruh permukaan Bumi pada bidang datar
dengan perbandingan tertentu yang berisi jenis informasi tentang muka bumi.
b. Jenis Peta
Sari (2014) mengungkapkan dari sekian banyak jenis peta, pada dasarnya
dapat dibagi ke dalam dua kelompok besar yaitu berdasarkan isi peta dan skala
peta.
1) Menurut Isi Peta
a) Peta Umum
Peta umum adalah peta yang menggambarkan seluruh penampakan yang
ada di permukaan bumi. Termasuk ke dalam peta umum adalah:
(1) Peta dunia, menyajikan peta yang menggambarkan seluruh penampakan yang
ada di permukaan bumi. Penampakan tersebut dapat bersifat alamiah
misalnya sungai, maupun negara di dunia.
(2) Peta korgrafi, menggambarkan sebagian atau seluruh permukaan bumi yang
bercorak umum dan berskala kecil, seperti atlas.
14

(3) Peta topografi, menjikan informasi tentang permukaan bumi dan reliefnya,
ditambah penampakan lain seperti pengairan, fisik dan budaya untuk
melengkapinya.
b) Peta Khusus
Peta khusus atau peta tematik yaitu peta yang menggambarkan atau
menyajikan informasi penampakan tertentu (spesifik) di permukaan bumi.
Termasuk pada jenis peta tematik, antara lain:
(1) Peta iklim, menyajikan tema iklim dengan menggunakan simbol warna.
(2) Peta sumberdaya alam, menyajikan tema potensi sumberdaya alam yang ada
di Indonesia dengan menggunakan simbol-simbol yang menggambarkan jenis
sumberdaya alam.
(3) Peta tata guna lahan, menyajikan tema pola pegunungan lahan suatu wilayah
dengan menggunakan simbol-simbol yang menggambarkan lahan pertanian,
Kawasan industri, permukiman, dan lain-lain.
(4) Peta persebaran penduduk, menyajikan tema perbedaan kepadatan penduduk
dengan menggunakan simbol titik atau lingkaran (semakin banyak dan padat
jumlah titik di suatu wilayah maka makin padat penduduknya)
(5) Peta geologi, menyajikan tema jenis-jenis batuan dengan menggunakan
simbol-simbol warna, dimana warna menunjukkan jenis batuan.
2) Menurut Skala Peta
Berdasarkan skalanya peta dikelompokkan menjadi:
a) Peta Kadaster, yaitu peta yang memiliki skala antara 1 : 100 sampai dengan 1
: 5.000. Contoh: Peta Hak Milik Tanah.
b) Peta Skala Besar, yaitu peta yang memiliki skala antara 1 : 5.000 sampai
dengan 1: 250.000. Contoh: Peta Topografi
c) Peta Skala Sedang, yaitu peta yang memiliki skala antara 1 : 250.000 sampai
dengan 1 : 500.000. Contoh: Peta Kabupaten Per provinsi.
d) Peta Skala Kecil, yaitu peta yang memiliki skala antara 1 : 500.000 sampai
dengan 1 : 1.000.000. Contoh: Peta Provinsi di Indonesia.
e) Peta Geografi, yaitu peta yang memiliki skala lebih kecil dari 1 : 1.000.000.
Contoh: Peta Indonesia dan Peta Dunia.
3) Menurut Bentuknya
15

Secara umum peta menurut bentuknya dapat dibedakan menjadi dua


bentuk yaitu:
a) Peta Dua Dimensi
Peta ini disebut juga peta datar, yaitu peta yang dibuat pada suatu bidang
datar, misalnya pada kertas. Unsur ruang yang dapat dilihat pada peta datar adalah
panjang dan lebar. Untuk menunjukkan bentuk permukaan bumi umumnya
digambarkan dengan perbedaan simbol warna atau simbol angka misalnya untuk
menunjukkan ketingian. Contoh: peta administrasi.
b) Peta Tiga Dimensi
Peta ini disebut juga peta relief, yaitu peta yang dibuat berdasarkan bentuk
permukaan bumi sebenarnya. Pada peta relief, selain unsur ruang berupa panjang
dan lebar disajikan pula unsur ketinggian. Dengan kata lain, pada peta relief kita
dapat melihat relief muka bumi dengan jelas. Contohnya, maket.

c. Komponen Peta
Sari (2014:23) mengungkapkan bahwa dalam sebuah peta perlu dilengkapi
dengan komponen-komponen atau unsur kelengkapan peta. Penambahan berbagai
komponen dalam penyajian peta semata-mata bertujuan untuk memudahkan
pengguna membaca dan memanfaatkan isi peta, diantaranya:
1) Judul Peta
Judul peta merupakan identitas atau tanda pengenal yang mencerminkan
ide dan isi yang dituangkan dalam suatu peta. Judul umumnya diletakkan di
tempat yang mudah terlihat, pada bagian tengah atas ataupun kanan atas suatu
peta.

Gambar 1. Contoh judul peta bersifat administratif

Gambar 2. Contoh judul peta bersifat problematis


Sumber: Sari (2014:24)
16

2) Skala Peta
Skala menjadi bagian penting dalam sebuah peta. Komponen skala dapat
dijadikan pedoman untuk menghitung jarak dan luas, serta dapat memperkirakan
ukuran objek sebenarnya. Berdasarkan jenisnya skala bisa dibedakan menjadi tiga
macam yaitu skala angka atau pecahan, skala garis, skala verbal.

Gambar 3. Skala verbal


Sumber: Sari (2014:26)

Gambar 4. Skala garis


Sumber: Sari (2014:26)

Gambar 5. Skala pecahan atau angka


Sumber: Sari (2014:26)

3) Orientasi Peta
Orientasi atau arah sangat penting peranannya dalam sebuah peta. Hampir
sama dengan kompas, tanda arah atau tanda orientasi pada peta berguna untuk
menunjukkan arah utara, timur, selatan dan barat suatu daerah tanda orientasi
perlu dicantumkan guna menghindari kekeliruan pembacaan arah. Biasanya, tanda
orientasi peta digambarkan dalam bentuk tanda panah yang menunjukkan arah
utara. Petunjuk arah ini bias diletakkan di semua bagian pada peta, asalkan tidak
menganggu penampilan dan keserasian peta.
17

Gambar 6. Arah orientasi peta


Sumber: Sari (2014:28)

4) Garis Astronomis
Garis astronomis biasa ditampilkan dalam peta untuk memudahkan
menntukan lokasi suatu tempat atau objek. Dalam peta, garis astronomis bias
dilihat pada bagian garis tepi yang dinyatakan dengan angka derajat (o), menit (‘),
dan detik (“). Garis astronomis dinyatakan dalam koordinat garis lintang dan garis
bujur. Garis lintang (latitude) merupakan garis khayal yang melingkari bumi
secara horizontal, garis ini membagi Bumi menjadi dua bagain yaitu 90 o ke arah
utara (LU) dan 90o kea rah selatan (LS).
Garis bujur membagi atau melingkari Bumi secara vertical. Garis bujur
merupakan garis khayal pada peta yang menghubungkan antara dua buah kutub di
Bumi, yaitu utara dan selatan. Garis bujur terbagi menjadi 180o ke arah barat
(bujur barat/BB) dan 180o ke arah timur (bujur timur/BT).

Gambar 7. Koordinat lintang dan bujur


Sumber: Sari (2014:30)

5) Garis Tepi Peta


Batas peta dikenal dengan sebutan garis tepi atau border. Garis tepi atau
border merupakan garis yang terletak dibagian tepi peta dan biasanya dibuat
rangkap dan tebal. Garis ini dibuat dengan tujuan membantuk peletakan
koordinator bujur dan lintang. Selain itu, garis tepi dapat digunakan untuk
mengatur agar objek terletak tepat di tengah-tengah bingkai. Penggambaran garis
tepi peta dibuat dengan menyesuaikan bentuk kenampakan objek muka Bumi
yang dipetakan.
18

Gambar 8. Garis tepi atau border


Sumber: Sari (2014:30)

6) Sumber Peta dan Tahun Pembuatan


Pada peta, sumber dan tahun pembuatan peta umunya diletakkan dibagian
bawah peta setelah tampilan legenda. Keberadaan sumber dan tahun pembuatan
peta memiliki peran sangat besar bagi pengguna peta, terutama jika peta akan
digunakan sebagai dasar perencanaan ataupun pembangunan wilayah.

Gambar 9. Sumber peta dan tahun pembuatan


Sumber: Sari (2014:32)

7) Inset Peta
Inset adalah peta kecil tambahan pada peta. Inset bersifat menjelaskan
wilayah pada peta utama. Cukupan wilayah dalam inset lebih luas, tetapi inset
biasanya digambarkan dengan ukuran lebih kecil dibandingkan peta utama.
Penggambaran inset dalam peta menjadi penting untuk menunjukkan lokasi yang
tercakup pada peta karena keterbatasan ukuran peta atau memperjelas informasi di
sekitar objek yang dipetakan.
19

Gambar 10. Inset peta


Sumber: Sari (2014:33)

8) Simbol Peta
Simbol berperan untuk mewakili kenampakan yang ada di permukaan
Bumi. Simbol peta dibuat sederhana agar mudah dipahami oleh pembaca.
Penggambaran simbol pada peta digunakan untuk mewakili objek di muka bumi.
Sebuah simbol bisa dikatakan baik jika telah memenuhi berbagai persyaratan yang
telah disepakati oleh para kartografer. Terdapat cukup banyak simbol yang bisa
digunakan untuk mewakili kenampakan objek dalam sebuah peta. Bentuk simbol
yang secara umum dibedakan menjadi tiga yaitu titik, garis, dan area atau bidang.

Gambar 11. Simbol titik


Sumber: Sari (2014:35)
20

Gambar 12. Simbol garis


Sumber: Sari (2014:35)

Gambar 13. Simbol area atau bidang


Sumber: Sari (2014:35)

9) Warna Peta
Dalam dunia kartografi telah berkembang suatu kesepakatan tentang
pemberian warna pada sebuah peta. Kesepakatan ini untuk membedakan berbagai
unsur yang digambarkan pada peta.
a) Hitam
Warna hitam biasanya digunakan untuk menunjukkan batas administrasi,
penulisan nama daerah atau objek, serta detail penghunian.
b) Biru
Warna biru secara umum digunakan untuk menunjukkan warna tubuh air,
seperti sungai, danau, dan laut. Gradasi warna biru digunakan untuk menunjukkan
tingkat kedalaman tubuh air. Semakin tua warna biru yang digunakan, semakin
dalam tubuh air tersebut.
c) Hijau
Hijau merupakan jenis warna yang digunakan untuk menunjukkan wilayah
dataran rendah, vegetasi atau tumbuhan, serta hutan.
21

d) Cokelat
Warna cokelat secara umum digunakan untuk menunjukkan daerah yang
memiliki kemiringan lereng yang cukup besar, misalnya dataran tinggi ataupun
pegunungan.
e) Merah
Warna merah pada peta sering dimanfaatkan untuk menunjukkan objek
berupa jalan raya, serta menunjukkan letak kota ataupun ibu kota.
10) Lettering
Identitas kenampakan di muka Bumi perlu dituliskan pada peta. Pemberian
identitas tersebut dikenal dengan istilah lettering. Lettering sering diartikan
sebagai proses memberi huruf. Lettering ditujukan untuk mengidentifikasi atau
memberi penjelasan suatu kenampakan pada peta.

Gambar 14. A Penulisan baik dan B penulisan kurang baik


Sumber: Sari (2014:39)

11) Legenda
Setiap pengguna peta membutuhkan legenda untuk menerjemahkan
berbagai symbol, tanda ataupun singkatan yang digunakan dalam tampilan peta.
Biasanya legenda ditulis dan diletakkan di luar peta utama, baik disebelah kiri,
kanan, ataupun begian bawah peta yang digambar.

Gambar 15. Legenda


Sumber: Sari (2014:40)
22

7. Software ArcGIS
Nirwansyah (2017:52) menyatakan bahwa ArcGIS adalah salah satu
software yang dikembangkan oleh ESRI (Environment Science & Research
Institute) yang merupakan kompilasi fungsi-fungsi dari berbagai macam software
GIS yang berbeda, seperti GIS desktop, server dan GIS berbasis web. Software ini
mulai dirilis oleh ESRI pada tahun 1998 dengan dilahirkan ArcGIS 8.x. produk
utama dari ArcGIS adalah ArcGIS Desktop, dimana ArcGIS dekstop merupakan
software GIS professional yang komprehensif dan dikelompokkan atas tiga
komponen utama yaitu: ArcView (komponen yang fokus ke penggunaan data
yang komprehensif, pemetaan, dan analisis), ArcEditor (lebih fokus kea rah
editing spasial), dan ArcInfo (lebih lengkap dalam penyajian fungsi-fungsi GIS
termasuk untuk keperluan analisis geoprocessing).
Wahana Komputer (2012) mengungkapkan bahwa ArcGIS memiliki
kapasitas untuk visualisasi, mengeksplore dan menjawab query baik data spasial
maupun non-spasial. ArcGIS terdiri dari 5 aplikasi dasar, yaitu:
a. ArcMap merupakan aplikasi utama dari ArcGIS yang berfungsi untuk
mengolah peta, baik menampilkan, memilih, membuat, editing, dan
layouting.
b. ArcCatalog merupakan aplikasi yang berfungsi untuk mengatur basis data
spasial pada ArcGIS.
c. ArcToolbox merupakan aplikasi yang berisi tools untuk menjalankan analisis
spasial pada lembar kerja ArcGIS.
d. ArcGlobe merupakan aplikasi yang mampu menampilkan peta dalam bentuk
3D pada bola dunia dan bisa dihubungkan langsung ke internet.
e. ArcScene merupakan aplikasi untuk mengolah data peta dalam bentuk 3D
maupun animasi.
Karena bervariasinya pengguna ArcGIS, maka ESRI memproduksi
software ArcGIS dalam berbagai skala pengguna ArcGIS, yaitu ArcGIS desktop
untuk pengguna GIS profesional, ArcObjects diciptakan untuk pengguna yang
kreatif dalam memperbarui dan mengembangkan inovasi baru, Server GIS
diproduksi untuk pengguna yang belum mengetahui banyak tentang GIS dan
hanya menggunakan data spasial lewat aplikasi internet, dan Mobile GIS
23

diproduksi untuk pengguna GIS yang dinamis dan mampu digunakan untuk
mengumpulkan data lapangan.
8. Pemodelan HEC RAS 5.0.7
Wigati, dkk (2016) menyatakan bahwa program HEC RAS merupakan
paket program dari ASCE (American Society of Civil Engineers). HEC RAS
dirancang untuk membuat simulasi aliran satu dimensi. Perangkat lunak ini
memberikan kemudahan dengan tampilan grafisnya. Pada software HEC RAS ini,
dapat ditelusuri kondisi air sungai dalam pengaruh hidrologi dan hodrologikanya,
serta penanganan sungai lebih lanjut sesuai kebutuhan.
Secara umum, perangkat lunak ini menyediakan fungsi-fungsi sebagai
berikut:
a. Manajemen file
b. Input data dan pengeditan
c. Analisa hedraulika

d. Keluaran (tabel, grafik dan gambar).


9. Google Earth
Yousman (2008:3) menyatakan bahwa Google Earth merupakan aplikasi
pemetaan interaktif yang dikeluarkan oleh Google. Google Earth menampilkan
peta bola dunia, keadaan topografi, foto satelit, terrain yang dapat di overlay
dengan jalan, bangunan, lokasi ataupun informasi geografis lainnya. Google
Earth dapat menampilkan foto satelit resolusi rendah yang menggambarkan
gunung, laut, hutan, sampai foto satelit resolusi tinggi yang dapat menggambarkan
objek-objek seperti jalan, rumah, perkantoran. Untuk area-area tertentu sudah
dilengkapi dengan penampilan bangunan 3D. Google Earth tersedia dalam empat
lisensi yang berbeda, yaitu: Google Earth (Gratis), Goole Earth Plus, termasuk
penambahan fitur GPS, Google Earth Pro dan Google Enterprise.
10. DEM (Digital Elevation Model)
Rahanjani, Setianto dan Srijono (2012) menyatakan bahwa DEM adalah
model digital yang menampilkan permukaan topografi atau terrain. DEM sering
juga disebut sebagai Digital Terain Model (DTM). DEM biasanya dikembangkan
dalam metode penginderaan jauh, bahkan juga dikembangkan dengan data survei
24

lapangan. DEM sering digunakan dalam Sistem Informasi Geografis (SIG). DEM
adalah bagian dari ranah penginderaan jauh sebagai citra nonfoto.
Usud dan Sukojo (2014) menyatakan bahwa Digital Elevation Model
(DEM) merupakan salah satu model untuk menggambarkan bentuk topografi
permukaan bumi sehingga dapat divisualisasikan ke dalam tampilan 3D. Ada
banyak cara untuk memeproleh data DEM, interferometri SAR (Synthetic
Aperture Radar) merupakan salah satu algoritma untuk membuat data DEM. Data
citra SAR atau citra radar yang digunakan dalam proses interferometri dapat
diperoleh dari wahana atau pesawat.
11. Gambaran Umum Sungai Rongkong

Gambar 16. Sungai Rongkong

Berdasarkan data dari BPS (2018) terdapat 8 (delapan) sungai besar yang
melintasi Kabupaten luwu utara diantaranya: Sungai Rongkong 108 Km, Sungai
Baebunta 48 Km, Sungai Masamba 55 Km, Sungai Baliase 95 Km, Sungai
Lampuawa 34 Km, Sungai Kanjiro 41 Km, Sungai Bone-Bone 20 Km, Sungai
Bungadidi 20 Km. Secara administratif Sungai Rongkong melewati tiga
kecamatan yaitu kecamatan Sabbang, kecamatan Baebunta, dan kecamatan
Malangke Barat.

Tabel 1. Daftar sungai di Kabupaten Luwu Utara


No Nama Sungai Daerah Aliran Panjang (Km)
1 Rongkong Sabbang, Baebunta, Malangke Barat 108
2 Baebunta Baebunta, Masamba 48
3 Masamba Masamba 55
4 Baliase Masamba, Baliase 95
5 Lampuawa Bone-Bone 34
6 Kanjiro Bone-Bone 41
7 Bone-Bone Bone-Bone 20
25

8 Bungadidi Bone-Bone 20
Sumber: BPS Kabupaten Luwu Utara (2018)

2.2. Hasil Penlitian yang Relevan


Beberapa penelitian terdahulu yang pernah dilakukan yang juga menjadi
acuan bagi peneliti adalah sebagai berikut:

Tabel 2. Hasil penelitian yang relevan


N Penulis
Judul Hasil
o (Tahun)
1. Nugraha Pemodelan Spasial Hasil dari penelitian ini adalah Skenario genangan
Saputro Banjir Luapan Sungai banjir kala ulang 5 tahunan menunjukkan bahwa
(2013) Menggunakan Sistem genangan banjir diprediksi melanda 25 desa,
Informasi Goegrafis sedangkan skenario genangan banjir kala ulang 10
dan Penginderaan tahunan menunjukkan bahwa genangan banjir
Jauh di DAS Bodri diprediksi melanda 30 desa.
Provinsi Jawa
Tengah.
2. Nugroho Pemodelan Spasial Adapun hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1)
Purwono untuk Identifikasi terjadi potensi banjir genangan di sebagian
(2013) Banjir Genangan di wilayah sub-sistem drainase Kali Anyar pada
Wilayah Kota skenario ‘A’ dengan kondisi intensitas curah
Surakarta dengan hujan <60 mm/jam, selanjutnya potensi banjir
Pendekatan Metode genangan terjadi hampir di seluruh wilayah sub-
Rasional (Rational sistem drainase Kota Surakarta pada skenario ‘B’
Runoff Method) dengan kondisi intensitas curah hujan >60
mm/jam; 2) untuk scenario kondisi ‘A’, potensi
banjir genangan teridentifikasi pada sub-sistem
drainase wilayah Kali Anyar atau pada wilayah
administrasi meliputi sebagian Kecamatan
Banjarsari dan Kecamatan Jebres dengan luasan
wilayah potensial sebesar 186, 96 ha, sedangkan
untuk skenario kondisi ‘B’ menunjukkan bahwa
hampir seluruh sub-sistem drainase yang ada di
Kota Surakarta teridentifikasi berpotensi banjir
genangan dengan perkiraan total luas genangan
sebesar 378,13 hektar.
3. Muhamma Aplikasi Sistem Hasil overlay menghasilkan peta ancaman banjir
d Apdal Informasi Geografis dengan luas tingkatan ancaman tinggi seluas
(2018) untuk Pemodelan 338.51 Ha, untuk tingkatan sedang seluas 834.33
Tiga Dimensi Daerah Ha dan untuk tingkatan sedang seluas 117.51 Ha.
Ancaman Banjir di Data tersebut kemudian di visualisasikan dalam
Kecamatan Kambu bentuk pemodelan 3 dimensi yang di hasilkan dari
Kota Kendai data DEM yang di ubah menjadi data TIN
(Triangulated Irregular Network).

2.3. Kerangka Pikir


Sungai Rongkong merupakan salah satu dari 8 (delapan) sungai yang
terdapat di Kabupaten Luwu Utara dengan panjang 108 Km. Sebagai sungai
terpanjang di Kabupaten Luwu Utara, sebagian wilayah Sungai Rongkong
26

melewati daerah permukiman sehingga pada musim hujan sering mengakibatkan


air sungai meluap dan menggenangi beberapa wilayah.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan membuat pemodelan
rawan banjir. Salah satu sumber data untuk membuat peta pemodelan daerah
rawan banjir yaitu citra Google Earth dan data DEM (Digital Elevation Modeling)
dan untuk pembuatan simulasi banjir menggunakan perangkat lunak (software)
ArcMap 10.2 dan HEC RAS 5.0.7. Output atau keluaran yaitu berupa peta
simulasi banjir dengan scenario berbeda-beda sesuai dengan maksimal genangan
yang terdapat di lokasi penelitian. Kerangka pikir penelitian ini dibuat dalam
bentuk skema seperti gambar berikut.

Sungai Rongong merupakan salah satu Sungai yang terdapat di Kabupaten


Luwu Utara dengan panjang 108 Km. Secara administrasi Sungai Rongkong
melewati tiga Kecamatan diantaranya Kecamatan Sabbang, Kecamatan
Baebunta, dan Kecamatan Malangke Barat.

Permasalah yang timbul di Sungai Rongkong adalah meluapnya air sungai


yang menggenangangi wilayah yang memiliki dataran rendah dan daerah yang
dilewewati oleh aliran sungai.

Penanggulangan bencana banjir diperlukan untuk memberikan informasi


kepada masyarakat dan pihak pemerintah Kabupaten Luwu Utara. Salah satu
penanggulangan banjir yaitu dengan membuat pemodelan genangan banjir
Sungai Rongkong menggunakan software HEC RAS 5.0.7 dan sumber data
berupa data DEM (Digital Elevation Model).

Gambar 17.
Dengan dibuatnya pemodelan Kerangka
genangan Pikir Sungai Rongkong ini,
banjir
diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat dan pihak pemerintah untuk
dapat mengetahui daerah-daerah yang sering tergenang banjir dan wilayah
yang sering menjadi sasaran bencana banjir.
Gambar 17. Kerangka pikir

Anda mungkin juga menyukai