Bab IV
P ENDEKATAN METODOLOGI
1.1. Umum
1.1.1. Sistem Pengendalian Banjir & Genangan
Survey Banjir dan genangan yang terjadi di suatu lokasi diakibatkan antara lain oleh sebab-
sebab berikut ini (Kodoatie dan Sugiyanto, 2002):
Ada 4 Strategi dasar untuk pengelolaan daerah banjir yang meliputi (Grigg, 1996) :
1) Modifikasi kerentanan dan kerugian banjir (penentuan zona atau pengaturan tata guna
lahan)
2) Pengaturan peningkatan kapasitas alam untuk dijaga kelestariannya seperti
penghijauan
3) Modifikasi dampak banjir dengan penggunaan teknik mitigasi seperti asuransi,
penghindaran banjir (flooding proofing)
1|BAB IV
Laporan Akhir
PENYUSUNAN RENCANA INDUK DRAINASE
Penyebab Penye
No Alasan Prioritas
Banjir bab
1 Perubahan tata Debit Puncak naik dari 5 sampai 35 kali karena DAS Manusia
guna lahan tidak ada yang menahan maka aliran air permukaan
(run off) menjadi besar, sehingga berakibat debit di
sungai menjadi besar dan terjadi erosi lahan yang
berakibat sedimentasi di sungai sehingga kapasitas
sungai menjadi turun
3 Erosi dan Akibat perubahan tata guna lahan, terjadi erosi yang Manusia
Sedimentasi berakibat sedimentasi masuk ke sungai sehingga daya dan alam
tamping sungai berkurang. Penutup lahan vegetative
yang rapat merupakan penahan laju erosi yang paling
tinggi
6 Curah Hujan Pada musim hujan, curah hujan yang tinggi akan Alam
mengakibatkan banjir di sungai dan melebihi tebing
sungai akan timbul banjir/genangan
7 Pengaruh Fisiografi atau geografi fisik sungai seperti bentuk, Alam dan
fisiografi fungsi dan kemiringan DAS, kemiringan sungai, manusia
geometrik hidrolik sungai
8 Kapasitas sungai Pengurangan kapasitas aliran banjir pada sungai dapat Manusia
disebabkan oleh pengendapan berasal dari erosi DAS dan alam
dan erosi tanggul sungai yang berlebihan dan
sedimentasi di sungai akibat tidak adanya vegetasi
penutup dan penggunaan lahan yang tidak tepat
2|BAB IV
Laporan Akhir
PENYUSUNAN RENCANA INDUK DRAINASE
11 Bendung dan Bendung dan bangunan air seperti pilar jembatan dapat Manusia
bangunan air meningkatkan elevasi muka r banjir karena efek
backwater
13 Pengaruh air Air pasang memperlambat aliran sungai ke laut. Waktu Alam
pasang banjir bersamaan dengan air pasang tinggi maka tinggi
air genangan atau banjir menjadi besar karena terjadi
aliran balik (backwater)
Air hujan yang jatuh di suatu daerah perlu dialirkan atau dibuang agar tidak terjadi genangan
atau banjir. Caranya yaitu dengan pembuatan saluran yang dapat menampung air hujan
yang mengalir di permukaan tanah tersebut. Sistem saluran di atas selanjutnya dialirkan ke
sistem yang lebih besar. Sistem yang terkecil juga dihubungkan dengan saluran rumah
tangga dan sistem bangunan infrastruktur lainnya.
Sesuai dengan prinsip sebagai jalur pembuangan maka pada waktu hujan, air yang mengalir
di permukaan diusahakan secepatnya dibuang agar tidak menimbulkan genangan-genangan
yang dapat mengganggu aktivitas di perkotaan dan bahkan dapat menimbulkan kerugian
sosial ekonomi terutama yang menyangkut aspek-aspek kesehatan lingkungan pemukiman
kota. Namun bagi pengembangan sumber daya air, perlu diperhatikan pula daerah resapan
yang bias difungsikan, sehingga air hujan tidak terbuang percuma ke laut, karena dapat
dijadikan sumber air yang dapat dipakai pada musim kemarau.
Kurangnya tata guna lahan untuk pengembangan sistem drainase karena sudah
berfungsi untuk tata guna lahan tertentu yang permanen.
3|BAB IV
Laporan Akhir
PENYUSUNAN RENCANA INDUK DRAINASE
Pemeliharaan saluran juga mengalami kesulitan karena bagian atas sudah ditutupi
oleh bangunan.
Sampah terutama sampah domestic banyak menumpuk di saluran sehingga
mengakibatkan pengurangan kapasitas dan penyumbatan saluran. Pemahaman
masyarakat bahwa sungai/drainase sebagai tempat buangan sudah menjadi budaya
yang sulit dihilangkan.
Akibat sampah, sedimentasi, atau tersumbatnya saluran maka perlu dilakukan
pemeliharaan secara kontinyu. Kenyataannya di hamper seluruh kota di Indonesia
dana untuk pemeliharaan sangat terbatas.
Sistem drainase sering tidak berfungsi optimal akibat adanya pembangunan
infrastruktur lainnya yang tidak terpadu dan tidak melihat keberadaan sistem drainase
seperti jalan, kabel Telkom, pipa PDAM.
Secara estetika, drainase tidak merupakan infrastruktur yang bias dilihat keindahannya
karena fungsinya sebagai pembuangan air dari semua sumber. Umumnya drainase di
perkotaan kumuh dan berbau tidak sedap.
Banjir dan permasalah genangan yang kerap kali terjadi di daerah perkotaan memerlukan
penanganan secara komprehensif, tidak hanya menggunakan metode konvensional
melainkan juga dengan metode penyelesaian banjir lainnya, seperti ekohidrolik. Adapun
yang dimaksud metode konvensional adalah membuat sudetan, normalisasi sungai,
pembuatan talud, dan berbagai macam konstruksi sipil lainnya. Sedangkan metode eko-
hidrolik bertitik berat pada renaturalisasi, restorasi sungai, serta peningkatan daya retensi
lahan terhadap air hujan. Penyelesaian banjir dan permasalahan drainase dengan konsep
penanganan banjir secara konvensional yang hanya mengutamakan factor hidraulik, bertitik
tolak pada penanganan dampak banjir secara lokal. Hal ini perlu diimbangi dengan konsep
ekohidrolik yang bertitik tolak pada penanganan penyebab banjir dari segi ekologi dan
lingkungan. Dengan dilakukannya retensi air di bagian hulu, tengah, dan hilir, juga di
sepanjang wilayah sungai, sempadan sungai, badan sungai, dan saluran, selain berfungsi
sebagai penanggulangan banjir juga sekaligus menanggulangi kekeringan di kawasan yang
bersangkutan.
4|BAB IV
Laporan Akhir
PENYUSUNAN RENCANA INDUK DRAINASE
Eko-drainase atau drainase ramah lingkungan adalah sistim drainase yang memperhatikan
kelestarian lingkungan. Hal ini sebenarnya bukan sesuatu yang baru bahwa segala sesuatu
yang berhubungan dengan man made world, segala sesuatu buatan manusia, perlu dibuat
dengan ramah terhadap lingkungan, yang pada gilirannya, artinya juga perlu ramah
terhadap manusia.
Penerapan konsep drainase ramah lingkungan di lapangan yang diiringi oleh program
pengembangan masyarakat dilakukan pada berbagai bidang, seperti:
Dengan konsep bahwa air hujan harus ditahan selama mungkin dan sebanyak
mungkin diserap oleh tanah maka urutan aliran air hujan di setiap unit rumah dapat
mengikuti alur sebagai berikut : Air hujan bungker air sumur resapan saluran
Pada tahap pertama, air hujan dari atap rumah disalurkan ke bunker air. Air yang
ditampung pada bungker ini di kemudian hari dapat digunakan untuk berbagai
keperluan, seperti untuk menyiram tanaman, mencuci kendaraan, dll. Jika air untuk
keperluan-keperluan diatas dapat diambil dari bungker air yang ada maka hal ini
dapat secara langsung mengurangi beban air yang harus disuplai dari PAM.
Pada tahap kedua, air hujan yang tidak tertampung di bungker air dialirkan menuju
sumur resapan. Air dari sumur resapan ini berfungsi sebagai pengisian kembali air
tanah.
Pada tahap ketiga, air hujan yang tidak tertampung di sumur resapan kemudian
dialirkan ke selokan / saluran pembuangan air hujan. Hal ini merupakan tahapan
terakhir jika semua usaha untuk menahan air agar dapat meresap ke dalam tanah
telah dilakukan Jika dihitung, proporsi volume air yang dapat ditampung dalam
5|BAB IV
Laporan Akhir
PENYUSUNAN RENCANA INDUK DRAINASE
bungker untuk tiap rumah mungkin tidak terlalu besar jika dibandingkan dengan
keseluruhan volume air hujan yang turun. Namun jika setiap rumah dalam suatu
kompleks perumahan menggunakan cara seperti ini, maka jumlah volume air yang
dapat ditampung akan semakin besar. Hal ini juga berlaku dalam penggunaan sumur
resapan pada setiap unit rumah. Walaupun volume air yang dapat menyerap ke
tanah untuk satu unit rumah tidaklah besar, namun jika setiap rumah menerapkan hal
ini maka jumlah volume air yang dapat dikonvservasi akan semakin besar.
Saluran drainase selain berfungsi untuk mengalirkan air hujan ke daerah yang lebih
rendah, juga dapat difungsikan sebagai long storage. Untuk beberapa kawasan, long
storage ini diperlukan karena air tidak dapat dibuang langsung ke laut akibat adanya
pengaruh pasang surut. Namun untuk beberapa kawasan lain, long storage ini dapat
berfungsi sebagai bagian dari proses retensi air hujan, agar volume air yang
menyerap ke dalam tanah semakin besar.
Selain itu, pada musim kemarau, keberadaan air di saluran drainase cukup
pentinguntuk menghindari pengendapan dan tertumpuknya berbagai kotoran yang
dapat menimbulkan bau tidak sedap. Dengan adanya long storage tersebut, air yang
ada dapat digunakan untuk melakukan penggelontoran saluran. Pengaturan air pada
saat akan dilakukan penggelontoran dapat dilakukan menggunakan bantuan pintu air
maupun bangunan air sejenis, yang dioperasikan oleh masyarakat setempat.
Peningkatan luas badan air sungai dimaksudkan untuk meningkatkan daya retensi
sungai terhadap air. Komponen retensi alamiah di wilayah sungai, sempadan sungai,
dan badan sungai dapat ditingkatkan dengan cara menanami kembali sempadan dan
sungai yang telah rusak serta memfungsikan daerah genangan atau Folder alamiah
di sepanjang sempadan sungai dari hulu sampai hilir untuk menampung banjir
6|BAB IV
Laporan Akhir
PENYUSUNAN RENCANA INDUK DRAINASE
4) Pemeliharaan kebersihan
Dari hasil pemahaman Konsultan terhadap lingkup pekerjaan yang tertuang di dalam KAK di
dukung oleh pengalaman perusahaan, maka di susun metodologi menyeluruh dalam
menyelesaikan pekerjaan mulai dari pekerjaan persiapan sampai penyerahan produk akhir
berupa Album Peta, Dokumentasi kegiatan dan laporan-laporan. Untuk memudahkan dalam
memahami metodologi tersebut, maka Konsultan membuat urutan dan keterkaitan antara
masing-masing kegiatan dalam bentuk diagram alir yang dapat dilihat Gambar 4.1.
b) Tahapan kegiatan survey dan investigasi serta evaluasi dan analisa data dimana
sasarannya adalah tersedianya data lapangan untuk dianalisa dan dievaluasi yang
ditandai dengan produk laporan interim.
c) Tahap Penyusunan Laporan, meliputi kegiatan-kegiatan :
− Laporan Pendahuluan.
− Laporan Interim.
Disamping kegiatan-kegiatan yang disebutkan diatas pada pekerjaan ini juga akan dilakukan
asistensi dan diskusi sebagai kontrol dan arahan direksi terhadap pelaksana atas kegiatan-
kegiatan yang telah dan akan dilanjutkan yaitu berupa :
7|BAB IV
Laporan Akhir
PENYUSUNAN RENCANA INDUK DRAINASE
1) Diskusi Draft laporan pendahuluan dimana akan ditentukan lokasi yang diprioritaskan
untuk ditindaklanjuti dengan survei dan investigasi baik untuk detail desain maupun
studi kelayakan.
2) Asistensi konsep alternatif model drainase, dalam hal menentukan tipe dan jenis
bangunan pengamanan yang akan direncanakan, serta pembahasan atas alternatif-
alternatif desain.
3) Diskusi Draft laporan Antara, yang akan membahas hasil identifikasi dan
inventrasisasi lokasi kajian termasuk didalamnya permasalahan-permasalahan
eksisting yang terjadi beserta beberapa alternatif solusinya, Kemajuan pekerjaan dan
rencana kerja selanjutnya. Diskusi ini dilakukan juga untuk mendapatkan masukan
dari pihak yang terkait sehingga draft laporan ini dapat disempurnakan menjadi
laporan Antara.
4) Diskusi draft laporan akhir, yang membahas hasil studi keseluruhan untuk
mendapatkan masukan dari pihak yang terkait sehingga konsep laporan ini dapat
disempurnakan menjadi laporan akhir.
Hubungan dan urutan kegiatan serta produk yang diharapkan akan dapat dihasilkan
digambarkan pada bagan alur.
Untuk menunjang kelancaran kegiatan proyek diperlukan administrasi yang baik antara
pemberi kerja dengan konsultan. Pekerjaan persiapan di mulai segera setelah Konsultan
menerima surat perintah mulai kerja (SPMK) dengan beberapa kegiatan antara lain :
1. Administrasi Proyek
Mempersiapkan administrasi proyek meliputi buku kontrak, surat perintah mulai kerja
(SPMK) dan surat penyerahan lapangan (SPL).
2. Persiapan Personil
Dengan dimulainya kegiatan proyek maka konsultan mempersiapkan personil tenaga ahli
yang tercantum di dalam proposal teknis. Setiap tenaga ahli akan mempersiapkan segala
sesuatunya untuk kegiatan survey meliputi form survey maupun daftar (check list) kebutuhan
data sekunder yang diperlukan.
8|BAB IV
Laporan Akhir
PENYUSUNAN RENCANA INDUK DRAINASE
Persiapan
Setuju
LAPORAN
RENCANA INDUK DRAINASE AKHIR
9|BAB IV
Laporan Akhir
PENYUSUNAN RENCANA INDUK DRAINASE
Personil yang harus di persiapkan dalam rangka penyusunan Rencana Induk Drainase di
Kota Sibuhuan, terdiri dari tenaga ahli dan tenaga pendukung.
Agar tujuan pekerjaan dapat dicapai, baik mutu maupun waktu, sesuai dengan sasaran yang
di harapkan maka perlu disusun rencana kerja yang meliputi jadwal pelaksanaan pekerjaan
dan jadwal penugasan personil. Penyusunan rencana kerja akan dituangkan dalam Laporan
Pendahuluan setelah dapat diketahui baik dari hasil analisa dan evaluasi hasil studi
terdahulu yang di kompilasikan dengan kondisi existing hasil tinjauan lapangan, terutama
menyangkut kepastian lokasi yang akan dilakukan survei dan investigasi. Hal ini terutama
menyangkut kegiatan lapangan yang perlu dilakukan sesuai dengan kondisi exsisting.
1. Persiapan Peralatan
Pada tahap awal dimulainya pekerjaan akan dipersiapkan peralatan yang diperlukan untuk
mendukung operasional proyek. Khususnya untuk tenaga ahli yang melakukan survey akan
mempersiapkan peralatannya yang sudah dikalibrasi.
Data sekunder yang dibutuhkan ada 2 jenis yaitu data sekunder yang bersifat umum
(general) dan khusus. Data tersebut dikumpulkan dari berbagai instansi terkait baik di pusat
maupun daerah.
Data-data hasil koordinasi dengan instansi Dinas PU & Tamben Kab. Palas
1
– instansi terkait
10 | B A B I V
Laporan Akhir
PENYUSUNAN RENCANA INDUK DRAINASE
Data system drainase yang ada yaitu data Dinas Pekerjaan Umum
5 kuantitaf banjir/genangan berikut
permasalahannya
D. Orientasi Lapangan
Untuk mendapatkan gambaran kondisi lapangan dan informasi yang lengkap tentang
wilayah proyek, maka Konsultan menugaskan team leader bersama tenaga ahli untuk
melakukan peninjauan lapangan dan berkoordinasi dengan instansi daerah. Peninjauan ini
sangat bermanfaat terutama untuk merencanakan strategi pelaksanaan survey identifikasi
dan Topografi, dan memperoleh informasi permasalahan yang ada di daerah proyek
khususnya yang berkaitan dengan banjir, erosi dan sedimentasi. Selama kunjungan
lapangan akan dilakukan juga pengumpulan data sekunder antara lain :
c) Buku hasil studi yang terkait maupun perencanaan yang pernah dilakukan
sebelumnya.
d) Peta tata guna lahan dan Rencana strategis dan tata ruang Sibuhuan, sumber Pemda.
f) Dan lain-lain.
11 | B A B I V
Laporan Akhir
PENYUSUNAN RENCANA INDUK DRAINASE
1.3.1. Umum
Ketentuan ketentuan umum yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut :
1) Rencana induk disusun dengan memperhatikan rencana pengembangan kota dan
rencana prasarana dan sarana kota lainnya;
2) Rencana induk disusun dengan memperhatikan keterpaduan pelaksanaannya dengan
prasarana dan sarana kota lainnya, sehingga dapat meminimalkan biaya pelaksanaan,
biaya operasional dan pemeliharaan;
3) Rencana induk disusun untuk arahan pembangunan sistem drainase di daerah
perkotaan selama 25 tahun, dan dapat dilakukan peninjauan kembali disesuaikan
dengan keperluan;
4) Rencana induk disahkan oleh instansi atau lembaga yang berwenang
Tabel 4.3. Tabel Kala Ulang berdasarkan Tipologi Kota dan Catchment Area
12 | B A B I V
Laporan Akhir
PENYUSUNAN RENCANA INDUK DRAINASE
13 | B A B I V
Laporan Akhir
PENYUSUNAN RENCANA INDUK DRAINASE
3. Parameter ekonomi, dihitung perkiraan kerugian atas fasilitas ekonomi yang ada,
seperti: kawasan industri, fasum, fasos, perkantoran, perumahan, daerah pertanian dan
pertamanan,
4. Parameter gangguan sosial, seperti: kesehatan masyarakat, keresahan sosial dan
kerusakan lingkungan.
Pekerjaan survai hidrologi & hidrometri dimaksudkan untuk memperoleh data lapangan
(primer dan sekunder) tentang karakteristik sungai, anak/cabang sungai yang akan
mendukung dalam analisis hidrologi maupun hidrolika.
Survey ini bertujuan untuk mendapatkan data tentang kondisi sosial ekonomi penduduk
setempat, survey ini dilakukan dengan cara :
14 | B A B I V
Laporan Akhir
PENYUSUNAN RENCANA INDUK DRAINASE
1. Konsistensi data curah hujan (membuang data yang tidak sesuai, pengisian data
hilang/kosong, uji konsistensi).
2. Penentuan curah hujan rencana.
3. Perhitungan debit banjir.
Sebelum data hujan dipergunakan untuk perencanaan harus dilakukan uji konsistensi
data di mana data yang tidak sesuai akibat kesalahan pencatatan dan gangguan alat
pencatat perlu dikoreksi dan data yang hilang/kosong di isi dengan menggunakan
pembanding pos hujan sekitar yang terdekat. Analisa yang digunakan meliputi metode
ratio normal dan kurva massa ganda.
Metode statistik lain bila tidak tersedia data pembanding maka digunakan Metode
RAPS (Rescaled Adjusted Partial Sums). Metode ini berdasarkan data curah hujan
setempat, di mana data curah hujan yang tersedia di sekitar lokasi proyek sangat
terbatas.
15 | B A B I V
Laporan Akhir
RENCANA INDUK DRAINASE KOTA SIBUHUAN KECAMATAN BARUIMUN
16 | B A B I V
Laporan Pendahuluan
PENYUSUNAN RENCANA INDUK DRAINASE
No Sebaran Syarat
1 Normal Cs = 0
2 Log Normal Cs = 3 C v
Cs = 1,1396
3 Gumbel
Ck = 5,4002
4 Bila tidak ada yang memenuhi syarat digunakan sebaran Log Pearson Type III
Apabila dari uji sebaran data masuk di dalam salah satu syarat tersebut di atas maka
metode tersebut yang akan digunakan.
Metode Gumbel :
Persamaan-persamaan dasar :
X tr= X + K .S
Dimana :
S = Standar deviasi.
K = Faktor frekuensi.
Sn dan Yn tegantung pada jumlah data (n), yang nilainya seperti tabel berikut :
17 | B A B I V
Laporan Pendahuluan
PENYUSUNAN RENCANA INDUK DRAINASE
N Yn Sn N Yn Sn
Dimana :
Log X = Nilai log dari X yang terjadi dengan kala ulang Tr.
18 | B A B I V
Laporan Pendahuluan
PENYUSUNAN RENCANA INDUK DRAINASE
Debit banjir rencana di hitung dengan metode hidrograf satuan atau dengan
menggunakan metode Metode hidrograf satuan yang umum digunakan di Indonesia
adalah Nakayasu dan Gamma-1.
Metode Nakayasu.
12∗A∗Ro
Qp=
3 , 68∗(0 , 30∗Tp+ T 0 , 3)
Dimana :
Tp = Tg + 0,8 Tr.
T0,3 = α x Tg
Metode Gamma I.
Qt = Qp . e–(t/k)
Dimana :
19 | B A B I V
Laporan Pendahuluan
PENYUSUNAN RENCANA INDUK DRAINASE
SIM = Faktor simetris, hasil kali antara faktor lebar (WF) dengan
luas relatif DAS sebelah hulu (RUA).
Evaluasi DPS
Dari data tataguna lahan, peta rupa bumi serta peta geologi akan dapat diketahui
perubahan DPS sehingga dapat di analisa pengaruh perubahan tataguna lahan dengan
karakteristik debit sungai. Di DPS akan diidentifikasi daerah kritis longsoran maupun
daerah kritis yang perlu reboisasi. Analisa DPS dilakukan dengan menggunakan metode
analisa watershed management di mana ada kesinkronan antara penggunaan lahan
dengan recovery lingkungan alami atau dalam istilah pembangunan yang berkelanjutan.
1. Kependudukan
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui keadaan penduduk yang menempati sekitar
lokasi pekerjaan. Masalah kependudukan yang ditelaah adalah jumlah dan
perkembangan penduduk, mata pencaharian, sanitasi, dan lain-lain. Data
kependudukan ini berguna dalam mempertimbangkan desain yang direncanakan.
20 | B A B I V
Laporan Pendahuluan
PENYUSUNAN RENCANA INDUK DRAINASE
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui keadaan lahan yang telah digunakan di
lokasi pekerjaan. Lahan dalam suatu pemukiman biasanya terbagi menjadi dalam 3
bagian, yaitu lahan usaha, lahan pekarangan dan lahan untuk fasilitas sosial.
Produksi pertanian di lokasi pekerjaan pun perlu diketahui.
Prasarana sosial yang paling penting dalam suatu kawasan pemukiman adalah
adanya prasarana jalan untuk menuju ke lokasi. Dengan adanya jalan tersebut arus
komunikasi barang/hasil pertanian dapat berjalan lancar. Selain itu prasarana sosial
lainnya pun perlu diketahui seperti sarana kesehatan, sarana ibadah, serta sarana
umum lainnya.
Selain faktor tersebut di atas beberapa aspek lain yang sangat penting dalam rangka
penentuan alternatif jaringan dan penanganan drainase adalah :
Topografi dan morfologi lahan sangat penting dalam penentuan batas cathment area
dan arah aliran.
2. Hidrologi
Aspek hidrologi sangat penting dalam menentukan parameter debit run off puncak
pada Q2 (dua tahunan), Q5 (lima tahunan) dan Q25 (dua lima tahunan). Debit run off
puncak menjadi dasar/acuan dalam analis hidraulik untuk menentukan dimensi
saluran drainase.
21 | B A B I V
Laporan Pendahuluan
PENYUSUNAN RENCANA INDUK DRAINASE
4. Lingkungan/Banjir/Sanitasi
5. Sosial Ekonomi.
6. Geologi
22 | B A B I V
Laporan Pendahuluan
PENYUSUNAN RENCANA INDUK DRAINASE
Dalam perencanaan sistem drainase diperlukan informasi debit puncak rencana yang
terjadi pada cathment area saluran drainase rencana.
Perhitungan debit puncak ini harus dilakukan secara hati-hati dengan menggunakan
data dan metode hidrologi yang sesuai untuk perencanaan drainase. Prosedur, data
dan metode yang digunakan dalam perhitungannya telah diuraikan secara garis
besar sub bab di atas.
Q=A.V
A = (b+b+2mh) ½ h = (b+mh)h
P = b + 2h√(1+m2)
R = A/P
V = K R2/3 I1/2
A Q 23 | B A B IV
Laporan Pendahuluanh = =
b + m.h V ( b + m .h)
PENYUSUNAN RENCANA INDUK DRAINASE
Dimana :
1.7. Diskusi/Presentasi
Untuk menangani pekerjaan ini wajib mengadakan diskusi dengan tenaga ahli yang
terlibat (intern) atau pihak Konsultan Rencana Induk drainase kepada tim teknis
pekerjaan guna memperoleh arahan dan masukan. Asistensi kepada pemberi
pekerjaan diadakan minimum 1 (satu) kali setiap bulan, dengan permasalahan yang
dibahas mengenai pekerjaan yang telah diselesaikan, sekaligus menyampaikan
alternative pilihan, guna memperoleh persetujuan dan mengajukan program kerja
selanjutnya.
MULAI
24 | B A B I V
Laporan Pendahuluan
Input K, I, m, b dan Q
PENYUSUNAN RENCANA INDUK DRAINASE
a. Diskusi I
25 | B A B I V
Laporan Pendahuluan
PENYUSUNAN RENCANA INDUK DRAINASE
b. Diskusi II
Dilaksanakan sampai kegiatan pertengahan pekerjaan (Laporan Antara),
dimana materi pembahasan berupa hasil analisa kondisi berdasarkan
pendekatan dan metodologi yang digunakan. Dalam hal ini konsultan
mengharapkan adanya koreksi dan evaluasi dari instansi terkait guna
penajaman substansi pekerjaan.
c. Diskusi III
Dilaksanakan pada saat Konsultan telah selesai menyusun draft laporan
akhir. Adapun inti pembahasan pada pertemuan ini ialah penyempurnaan
hasil perencanaan yang disusun sesuai kajian dan analisis permasalahan.
26 | B A B I V
Laporan Pendahuluan