Anda di halaman 1dari 26

PENYUSUNAN RENCANA INDUK DRAINASE

KOTA SIBUHUAN KECAMATAN BARUMUN

Bab IV
P ENDEKATAN METODOLOGI

1.1. Umum
1.1.1. Sistem Pengendalian Banjir & Genangan

Survey Banjir dan genangan yang terjadi di suatu lokasi diakibatkan antara lain oleh sebab-
sebab berikut ini (Kodoatie dan Sugiyanto, 2002):

 Perubahan tata guna lahan (land-use) di daerah aliran sungai (DAS)


 Pembuangan sampah
 Erosi dan sedimentasi
 Kawasan kumuh di sepanjang sungai dan ataupun drainase
 Perencanaan sistem pengendalian banjir yang tidak tepat
 Curah hujan
 Pengaruh fisiografi / geofisik sungai
 Kapasitas sungai dan drainase yang tidak memadai
 Pengaruh air pasang
 Penurunan tanah dan rob (genangan akibat pasang air laut)
 Drainase lahan
 Bendung dan bangunan air
 Kerusakan bangunan pengendali banjir

Ada 4 Strategi dasar untuk pengelolaan daerah banjir yang meliputi (Grigg, 1996) :

1) Modifikasi kerentanan dan kerugian banjir (penentuan zona atau pengaturan tata guna
lahan)
2) Pengaturan peningkatan kapasitas alam untuk dijaga kelestariannya seperti
penghijauan
3) Modifikasi dampak banjir dengan penggunaan teknik mitigasi seperti asuransi,
penghindaran banjir (flooding proofing)

1|BAB IV
Laporan Akhir
PENYUSUNAN RENCANA INDUK DRAINASE

KOTA SIBUHUAN KECAMATAN BARUMUN

4) Modifikasi banjir yang terjadi (pengurangan) dengan bangunan pengontrol (waduk)


atau perbaikan sungai/drainase.

Tabel 4.1 Penyebab Banjir dan Prioritasnya

Penyebab Penye
No Alasan Prioritas
Banjir bab
1 Perubahan tata Debit Puncak naik dari 5 sampai 35 kali karena DAS Manusia
guna lahan tidak ada yang menahan maka aliran air permukaan
(run off) menjadi besar, sehingga berakibat debit di
sungai menjadi besar dan terjadi erosi lahan yang
berakibat sedimentasi di sungai sehingga kapasitas
sungai menjadi turun

2 Sampah Sungai/drainase tersumbat sampah, jika air melimpah Manusia


akan keluar dari sungai dari daya tamping saluran
berkurang

3 Erosi dan Akibat perubahan tata guna lahan, terjadi erosi yang Manusia
Sedimentasi berakibat sedimentasi masuk ke sungai sehingga daya dan alam
tamping sungai berkurang. Penutup lahan vegetative
yang rapat merupakan penahan laju erosi yang paling
tinggi

4 Kawasan kumuh Dapat merupakan penghambat aliran, maupun daya Manusia


di sepanjang tampung sungai. Masalah kawasan kumuh dikenal
sungai/drainase sebagai faktor penting terhadap masalah banjir daerah
perkotaan

5 Perencanaan Sistem pengendalian banjir memang dapat mengurangi Manusia


sistem kerusakan akibat banjir kecil sampai sedang, tapi
pengendalian mungkin dapat menambah kerusakan selama banjir
banjir tidak tepat besar. Misal : tanggul banjir yang tinggi. Limpasan pada
tanggul waktu banjir melebihi banjir rencana
menyebabkan keruntuhan tanggul, kecepatan air
sangat besar yang melalui bobolnya tanggul sehingga
menimbulkan banjir yang lebih besar

6 Curah Hujan Pada musim hujan, curah hujan yang tinggi akan Alam
mengakibatkan banjir di sungai dan melebihi tebing
sungai akan timbul banjir/genangan

7 Pengaruh Fisiografi atau geografi fisik sungai seperti bentuk, Alam dan
fisiografi fungsi dan kemiringan DAS, kemiringan sungai, manusia
geometrik hidrolik sungai

8 Kapasitas sungai Pengurangan kapasitas aliran banjir pada sungai dapat Manusia
disebabkan oleh pengendapan berasal dari erosi DAS dan alam
dan erosi tanggul sungai yang berlebihan dan
sedimentasi di sungai akibat tidak adanya vegetasi
penutup dan penggunaan lahan yang tidak tepat

2|BAB IV
Laporan Akhir
PENYUSUNAN RENCANA INDUK DRAINASE

KOTA SIBUHUAN KECAMATAN BARUMUN

9 Kapasitas Karena perubahan tata guna lahan maupun Manusia


drainase yang berkurangnya tanaman/vegetasi serta tindakan
tidak memadai manusia mengakibatkan pengurangan kapasitas
saluran/sungai sesuai perencanaan yang telah dbuat

10 Drainase lahan Drainase perkotaan dan pengembangan pertanian Manusia


pada daerah bantuan banjir akan mengurangi
kemampuan bantaran dalam menampung debit air
yang tinggi

11 Bendung dan Bendung dan bangunan air seperti pilar jembatan dapat Manusia
bangunan air meningkatkan elevasi muka r banjir karena efek
backwater

12 Kerusakan Pemeliharaan yang kurang memadai dari bangunan Manusia


bangunan pengendali banjir sehingga menimbulkan kerusakan dan alam
pengendali banjir dan akhirnya tidak berfungsi dapat mengakibatkan
kuantitas banjir

13 Pengaruh air Air pasang memperlambat aliran sungai ke laut. Waktu Alam
pasang banjir bersamaan dengan air pasang tinggi maka tinggi
air genangan atau banjir menjadi besar karena terjadi
aliran balik (backwater)

1.1.2. Sistem Drainase

Air hujan yang jatuh di suatu daerah perlu dialirkan atau dibuang agar tidak terjadi genangan
atau banjir. Caranya yaitu dengan pembuatan saluran yang dapat menampung air hujan
yang mengalir di permukaan tanah tersebut. Sistem saluran di atas selanjutnya dialirkan ke
sistem yang lebih besar. Sistem yang terkecil juga dihubungkan dengan saluran rumah
tangga dan sistem bangunan infrastruktur lainnya.

Sesuai dengan prinsip sebagai jalur pembuangan maka pada waktu hujan, air yang mengalir
di permukaan diusahakan secepatnya dibuang agar tidak menimbulkan genangan-genangan
yang dapat mengganggu aktivitas di perkotaan dan bahkan dapat menimbulkan kerugian
sosial ekonomi terutama yang menyangkut aspek-aspek kesehatan lingkungan pemukiman
kota. Namun bagi pengembangan sumber daya air, perlu diperhatikan pula daerah resapan
yang bias difungsikan, sehingga air hujan tidak terbuang percuma ke laut, karena dapat
dijadikan sumber air yang dapat dipakai pada musim kemarau.

Di daerah perkotaan dengan pemukiman yang padat pelaksanaan konstruksi maupun


pemeliharaan sistem drainase sering kali mengalami berbagai kendala antara lain :

 Kurangnya tata guna lahan untuk pengembangan sistem drainase karena sudah
berfungsi untuk tata guna lahan tertentu yang permanen.

3|BAB IV
Laporan Akhir
PENYUSUNAN RENCANA INDUK DRAINASE

KOTA SIBUHUAN KECAMATAN BARUMUN

 Pemeliharaan saluran juga mengalami kesulitan karena bagian atas sudah ditutupi
oleh bangunan.
 Sampah terutama sampah domestic banyak menumpuk di saluran sehingga
mengakibatkan pengurangan kapasitas dan penyumbatan saluran. Pemahaman
masyarakat bahwa sungai/drainase sebagai tempat buangan sudah menjadi budaya
yang sulit dihilangkan.
 Akibat sampah, sedimentasi, atau tersumbatnya saluran maka perlu dilakukan
pemeliharaan secara kontinyu. Kenyataannya di hamper seluruh kota di Indonesia
dana untuk pemeliharaan sangat terbatas.
 Sistem drainase sering tidak berfungsi optimal akibat adanya pembangunan
infrastruktur lainnya yang tidak terpadu dan tidak melihat keberadaan sistem drainase
seperti jalan, kabel Telkom, pipa PDAM.
 Secara estetika, drainase tidak merupakan infrastruktur yang bias dilihat keindahannya
karena fungsinya sebagai pembuangan air dari semua sumber. Umumnya drainase di
perkotaan kumuh dan berbau tidak sedap.

1.1.3. Pelurusan Sungai, Sudetan dan Tanggul

Banjir dan permasalah genangan yang kerap kali terjadi di daerah perkotaan memerlukan
penanganan secara komprehensif, tidak hanya menggunakan metode konvensional
melainkan juga dengan metode penyelesaian banjir lainnya, seperti ekohidrolik. Adapun
yang dimaksud metode konvensional adalah membuat sudetan, normalisasi sungai,
pembuatan talud, dan berbagai macam konstruksi sipil lainnya. Sedangkan metode eko-
hidrolik bertitik berat pada renaturalisasi, restorasi sungai, serta peningkatan daya retensi
lahan terhadap air hujan. Penyelesaian banjir dan permasalahan drainase dengan konsep
penanganan banjir secara konvensional yang hanya mengutamakan factor hidraulik, bertitik
tolak pada penanganan dampak banjir secara lokal. Hal ini perlu diimbangi dengan konsep
ekohidrolik yang bertitik tolak pada penanganan penyebab banjir dari segi ekologi dan
lingkungan. Dengan dilakukannya retensi air di bagian hulu, tengah, dan hilir, juga di
sepanjang wilayah sungai, sempadan sungai, badan sungai, dan saluran, selain berfungsi
sebagai penanggulangan banjir juga sekaligus menanggulangi kekeringan di kawasan yang
bersangkutan.

4|BAB IV
Laporan Akhir
PENYUSUNAN RENCANA INDUK DRAINASE

KOTA SIBUHUAN KECAMATAN BARUMUN

1.1.4. Drainase Ramah Lingkungan

Eko-drainase atau drainase ramah lingkungan adalah sistim drainase yang memperhatikan
kelestarian lingkungan. Hal ini sebenarnya bukan sesuatu yang baru bahwa segala sesuatu
yang berhubungan dengan man made world, segala sesuatu buatan manusia, perlu dibuat
dengan ramah terhadap lingkungan, yang pada gilirannya, artinya juga perlu ramah
terhadap manusia.

Filosofi pembuatan sistim drainase dengan tampungan-tampungan ramah lingkungan dalam


usaha menanggulangi banjir mirip tetapi tidak sama dengan filosofi pembuatan waduk
penahan banjir. Waduk dibangun dalam skala besar, tidak hanya dalam pengertian fisik, tapi
juga besar dalam efek negatif yang terjadi. Sedangkan sistim drainase dengan tampungan-
tampungan air ramah lingkungan dibuat dan dikelola oleh orang perorang dan oleh unit
masyarakat kecil. Sedemikian sehingga perbedaan filosofi diantara keduanya ialah bahwa
waduk dimotori oleh sebuah otoritas, sedangkan sistim drainase dengan tampungan-
tampungan ramah lingkungan digerakkan oleh public community.

Penerapan konsep drainase ramah lingkungan di lapangan yang diiringi oleh program
pengembangan masyarakat dilakukan pada berbagai bidang, seperti:

1) Sistem pembuangan air hujan di rumah

Dengan konsep bahwa air hujan harus ditahan selama mungkin dan sebanyak
mungkin diserap oleh tanah maka urutan aliran air hujan di setiap unit rumah dapat
mengikuti alur sebagai berikut : Air hujan bungker air sumur resapan saluran

 Pada tahap pertama, air hujan dari atap rumah disalurkan ke bunker air. Air yang
ditampung pada bungker ini di kemudian hari dapat digunakan untuk berbagai
keperluan, seperti untuk menyiram tanaman, mencuci kendaraan, dll. Jika air untuk
keperluan-keperluan diatas dapat diambil dari bungker air yang ada maka hal ini
dapat secara langsung mengurangi beban air yang harus disuplai dari PAM.
 Pada tahap kedua, air hujan yang tidak tertampung di bungker air dialirkan menuju
sumur resapan. Air dari sumur resapan ini berfungsi sebagai pengisian kembali air
tanah.
 Pada tahap ketiga, air hujan yang tidak tertampung di sumur resapan kemudian
dialirkan ke selokan / saluran pembuangan air hujan. Hal ini merupakan tahapan
terakhir jika semua usaha untuk menahan air agar dapat meresap ke dalam tanah
telah dilakukan Jika dihitung, proporsi volume air yang dapat ditampung dalam

5|BAB IV
Laporan Akhir
PENYUSUNAN RENCANA INDUK DRAINASE

KOTA SIBUHUAN KECAMATAN BARUMUN

bungker untuk tiap rumah mungkin tidak terlalu besar jika dibandingkan dengan
keseluruhan volume air hujan yang turun. Namun jika setiap rumah dalam suatu
kompleks perumahan menggunakan cara seperti ini, maka jumlah volume air yang
dapat ditampung akan semakin besar. Hal ini juga berlaku dalam penggunaan sumur
resapan pada setiap unit rumah. Walaupun volume air yang dapat menyerap ke
tanah untuk satu unit rumah tidaklah besar, namun jika setiap rumah menerapkan hal
ini maka jumlah volume air yang dapat dikonvservasi akan semakin besar.

2) Saluran drainase sebagai long storage

Saluran drainase selain berfungsi untuk mengalirkan air hujan ke daerah yang lebih
rendah, juga dapat difungsikan sebagai long storage. Untuk beberapa kawasan, long
storage ini diperlukan karena air tidak dapat dibuang langsung ke laut akibat adanya
pengaruh pasang surut. Namun untuk beberapa kawasan lain, long storage ini dapat
berfungsi sebagai bagian dari proses retensi air hujan, agar volume air yang
menyerap ke dalam tanah semakin besar.

Selain itu, pada musim kemarau, keberadaan air di saluran drainase cukup
pentinguntuk menghindari pengendapan dan tertumpuknya berbagai kotoran yang
dapat menimbulkan bau tidak sedap. Dengan adanya long storage tersebut, air yang
ada dapat digunakan untuk melakukan penggelontoran saluran. Pengaturan air pada
saat akan dilakukan penggelontoran dapat dilakukan menggunakan bantuan pintu air
maupun bangunan air sejenis, yang dioperasikan oleh masyarakat setempat.

Dengan demikian, untuk lokasi-lokasi yang dianggap memenuhi persyaratan,


perencanaan saluran drainase perlu mengikutsertakan faktor retensi air, dengan
konsekuensi dimensi saluran drainase akan semakin besar.

3) Peningkatan luas badan air

Peningkatan luas badan air sungai dimaksudkan untuk meningkatkan daya retensi
sungai terhadap air. Komponen retensi alamiah di wilayah sungai, sempadan sungai,
dan badan sungai dapat ditingkatkan dengan cara menanami kembali sempadan dan
sungai yang telah rusak serta memfungsikan daerah genangan atau Folder alamiah
di sepanjang sempadan sungai dari hulu sampai hilir untuk menampung banjir

6|BAB IV
Laporan Akhir
PENYUSUNAN RENCANA INDUK DRAINASE

KOTA SIBUHUAN KECAMATAN BARUMUN

4) Pemeliharaan kebersihan

Program-program gotong royong untuk membersihkan lingkungan dan drainase


lingkungan harus digalakkan kembali untuk menangani permasalahan banjir akibat
drainase.

1.2. Alur Kegiatan

Dari hasil pemahaman Konsultan terhadap lingkup pekerjaan yang tertuang di dalam KAK di
dukung oleh pengalaman perusahaan, maka di susun metodologi menyeluruh dalam
menyelesaikan pekerjaan mulai dari pekerjaan persiapan sampai penyerahan produk akhir
berupa Album Peta, Dokumentasi kegiatan dan laporan-laporan. Untuk memudahkan dalam
memahami metodologi tersebut, maka Konsultan membuat urutan dan keterkaitan antara
masing-masing kegiatan dalam bentuk diagram alir yang dapat dilihat Gambar 4.1.

Tahapan kegiatan disusun sebagai berikut :

a) Tahapan kegiatan pendahuluan dengan sasaran tersusunnya Laporan Pendahuluan


berisi rencana kerja penelitian lapangan dan pemilihan lokasi yang akan disurvei
pendahuluan dan orientasi/tinjauan lapangan serta berisi rencana kerja, metode dan
volume pelaksanaan yang akurat berdasarkan kondisi lapangan untuk masing-masing
kegiatan survei. Untuk menyusun lokasi pasti dari lokasi survey dan rencana kerja
yang lebih akurat, Konsultan terlebih dahulu akan melakukan koordinasi dengan pihak-
pihak terkait.

b) Tahapan kegiatan survey dan investigasi serta evaluasi dan analisa data dimana
sasarannya adalah tersedianya data lapangan untuk dianalisa dan dievaluasi yang
ditandai dengan produk laporan interim.
c) Tahap Penyusunan Laporan, meliputi kegiatan-kegiatan :

− Laporan Pendahuluan.

− Laporan Interim.

− Draft Laporan Akhir

− Final Laporan Akhir

Disamping kegiatan-kegiatan yang disebutkan diatas pada pekerjaan ini juga akan dilakukan
asistensi dan diskusi sebagai kontrol dan arahan direksi terhadap pelaksana atas kegiatan-
kegiatan yang telah dan akan dilanjutkan yaitu berupa :

7|BAB IV
Laporan Akhir
PENYUSUNAN RENCANA INDUK DRAINASE

KOTA SIBUHUAN KECAMATAN BARUMUN

1) Diskusi Draft laporan pendahuluan dimana akan ditentukan lokasi yang diprioritaskan
untuk ditindaklanjuti dengan survei dan investigasi baik untuk detail desain maupun
studi kelayakan.
2) Asistensi konsep alternatif model drainase, dalam hal menentukan tipe dan jenis
bangunan pengamanan yang akan direncanakan, serta pembahasan atas alternatif-
alternatif desain.
3) Diskusi Draft laporan Antara, yang akan membahas hasil identifikasi dan
inventrasisasi lokasi kajian termasuk didalamnya permasalahan-permasalahan
eksisting yang terjadi beserta beberapa alternatif solusinya, Kemajuan pekerjaan dan
rencana kerja selanjutnya. Diskusi ini dilakukan juga untuk mendapatkan masukan
dari pihak yang terkait sehingga draft laporan ini dapat disempurnakan menjadi
laporan Antara.
4) Diskusi draft laporan akhir, yang membahas hasil studi keseluruhan untuk
mendapatkan masukan dari pihak yang terkait sehingga konsep laporan ini dapat
disempurnakan menjadi laporan akhir.

Hubungan dan urutan kegiatan serta produk yang diharapkan akan dapat dihasilkan
digambarkan pada bagan alur.

Untuk menunjang kelancaran kegiatan proyek diperlukan administrasi yang baik antara
pemberi kerja dengan konsultan. Pekerjaan persiapan di mulai segera setelah Konsultan
menerima surat perintah mulai kerja (SPMK) dengan beberapa kegiatan antara lain :

A. Pekerjaan persiapan, meliputi :

1. Administrasi Proyek

Mempersiapkan administrasi proyek meliputi buku kontrak, surat perintah mulai kerja
(SPMK) dan surat penyerahan lapangan (SPL).

2. Persiapan Personil

Dengan dimulainya kegiatan proyek maka konsultan mempersiapkan personil tenaga ahli
yang tercantum di dalam proposal teknis. Setiap tenaga ahli akan mempersiapkan segala
sesuatunya untuk kegiatan survey meliputi form survey maupun daftar (check list) kebutuhan
data sekunder yang diperlukan.

8|BAB IV
Laporan Akhir
PENYUSUNAN RENCANA INDUK DRAINASE

KOTA SIBUHUAN KECAMATAN BARUMUN

Persiapan

Orientasi lapangan & Masukan dari LAPORAN


Pengumpulan data Stakeholder PENDAHULUAN

Evaluasi Kinerja dan


Identifikasi Permasalahan

Survey data primer :


Kebutuhan Kondisi Medan, kondisi Kapasitas sistem LAPORAN
yang ada lahan, Kondisi eksisting yang ada INTERIM
drainase, permasalahan
eksisting drainase,
sosekbud dan telaah
Lingkungan

Sistem yang Analisi dan Evaluasi Sistem yang


dibutuhkan Kondisi Eksisting suda ada

Kualitas Alternatif Kualitas

Modifika Penanganan Penambahan pada


si Eksisting sistem yangbaru

Rencana dan Gambar

Tidak Setuju Evaluas


DRAFT LAPORAN
i dan AKHIR

Setuju

LAPORAN
RENCANA INDUK DRAINASE AKHIR

Gambar 4.1. Skema Pekerjaan Penyusunan Rencana Induk Drainase

9|BAB IV
Laporan Akhir
PENYUSUNAN RENCANA INDUK DRAINASE

KOTA SIBUHUAN KECAMATAN BARUMUN

Personil yang harus di persiapkan dalam rangka penyusunan Rencana Induk Drainase di
Kota Sibuhuan, terdiri dari tenaga ahli dan tenaga pendukung.

B. Penyusunan Rencana Kerja Terinci

Agar tujuan pekerjaan dapat dicapai, baik mutu maupun waktu, sesuai dengan sasaran yang
di harapkan maka perlu disusun rencana kerja yang meliputi jadwal pelaksanaan pekerjaan
dan jadwal penugasan personil. Penyusunan rencana kerja akan dituangkan dalam Laporan
Pendahuluan setelah dapat diketahui baik dari hasil analisa dan evaluasi hasil studi
terdahulu yang di kompilasikan dengan kondisi existing hasil tinjauan lapangan, terutama
menyangkut kepastian lokasi yang akan dilakukan survei dan investigasi. Hal ini terutama
menyangkut kegiatan lapangan yang perlu dilakukan sesuai dengan kondisi exsisting.

C. Persiapan Peralatan dan Pengumpulan Data Sekunder

1. Persiapan Peralatan

Pada tahap awal dimulainya pekerjaan akan dipersiapkan peralatan yang diperlukan untuk
mendukung operasional proyek. Khususnya untuk tenaga ahli yang melakukan survey akan
mempersiapkan peralatannya yang sudah dikalibrasi.

2. Pengumpulan Data Sekunder

Data sekunder yang dibutuhkan ada 2 jenis yaitu data sekunder yang bersifat umum
(general) dan khusus. Data tersebut dikumpulkan dari berbagai instansi terkait baik di pusat
maupun daerah.

Data sekunder yang bersifat umum antara lain :

Tabel 4.2.Kebutuhan Data dan Peta

No Jenis Data Sumber

Data-data hasil koordinasi dengan instansi Dinas PU & Tamben Kab. Palas
1
– instansi terkait

Studi terdahulu : Dinas PU & Tamben Kab. Palas


2 − Identifikasi dan pengendalian banjir
− Identifikasi dan inventarisasi sungai

Data Klimatologi yang terdiri dari data BMKG


3
hujan, angin, kelembaban dan temperature

4 Data Hidrologi terdiri dari data tinggi muka BMKG

10 | B A B I V
Laporan Akhir
PENYUSUNAN RENCANA INDUK DRAINASE

KOTA SIBUHUAN KECAMATAN BARUMUN

air, debit sungai, laju sedimentasi, pengaruh


air balik, peil banjir dan karakteristik daerah
aliran

Data system drainase yang ada yaitu data Dinas Pekerjaan Umum
5 kuantitaf banjir/genangan berikut
permasalahannya

Data peta yang terdiri dari peta dasar (peta BAKOSURTANAL


daerah kerja ), peta system jaringan
drainase dan system jaringan jalan yang
6
ada, peta tata guna lahan, peta topografi
masing-masing berskala antara 1 : 5000
Sampai dengan 1: 50.000

Data kependudukan yang terdiri dari jumlah, BPS


7 kepadatan, laju pertumbuhan, penyebaran
dan data kepadatan bangunan

8 RDTR dan RTRW BAPPPEDA

9 Bench Mark acuan kota BAPPPEDA dan Dinas PU

D. Orientasi Lapangan

Untuk mendapatkan gambaran kondisi lapangan dan informasi yang lengkap tentang
wilayah proyek, maka Konsultan menugaskan team leader bersama tenaga ahli untuk
melakukan peninjauan lapangan dan berkoordinasi dengan instansi daerah. Peninjauan ini
sangat bermanfaat terutama untuk merencanakan strategi pelaksanaan survey identifikasi
dan Topografi, dan memperoleh informasi permasalahan yang ada di daerah proyek
khususnya yang berkaitan dengan banjir, erosi dan sedimentasi. Selama kunjungan
lapangan akan dilakukan juga pengumpulan data sekunder antara lain :

a) Kecamatan Barumun dalam angka, sumber BPS.

b) Peta daerah genangan akibat banjir maupun genangan.

c) Buku hasil studi yang terkait maupun perencanaan yang pernah dilakukan
sebelumnya.

d) Peta tata guna lahan dan Rencana strategis dan tata ruang Sibuhuan, sumber Pemda.

e) Daftar harga satuan bahan dan upah setempat.

f) Dan lain-lain.

11 | B A B I V
Laporan Akhir
PENYUSUNAN RENCANA INDUK DRAINASE

KOTA SIBUHUAN KECAMATAN BARUMUN

1.3. Kriteria Teknis Perencanaan

1.3.1. Umum
Ketentuan ketentuan umum yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut :
1) Rencana induk disusun dengan memperhatikan rencana pengembangan kota dan
rencana prasarana dan sarana kota lainnya;
2) Rencana induk disusun dengan memperhatikan keterpaduan pelaksanaannya dengan
prasarana dan sarana kota lainnya, sehingga dapat meminimalkan biaya pelaksanaan,
biaya operasional dan pemeliharaan;
3) Rencana induk disusun untuk arahan pembangunan sistem drainase di daerah
perkotaan selama 25 tahun, dan dapat dilakukan peninjauan kembali disesuaikan
dengan keperluan;
4) Rencana induk disahkan oleh instansi atau lembaga yang berwenang

1.3.2. Kala Ulang


Kala Ulang Kala ulang harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :
1) Kala ulang yang dipakai berdasarkan luas daerah pengaliran saluran, dan jenis kota
yang akan direncanakan;
2) Untuk bangunan pelengkap dipakai kala ulang yang sama dengan sistem saluran di
mana bangunan pelengkap ini berada;
3) Perhitungan curah hujan berdasarkan data hidrologi minimal 10 tahun terakhir
(mengacu pada tata cara analisis curah hujan drainase perkotaan).

Tabel 4.3. Tabel Kala Ulang berdasarkan Tipologi Kota dan Catchment Area

Daerah tangkapan Air (Ha)


TIPOLOGI
< 10 10 – 100 100 – 500 > 500
Kota Metropolitan
2 TH 2 - 5 TH 5 - 10 TH 10 - 25 TH
> 1.000.000 Jiwa
Kota Besar
2 TH 2 - 5 TH 2 - 5 TH 5 - 20 TH
500.000 – 1.000.000 Jiwa
Kota Sedang
2 TH 2 - 5 TH 2 - 5 TH 5 - 10 TH
100.000 – 500.000 Jiwa
Kota Kecil
2 TH 2 TH 2 TH 2 - 5 TH
< 100.000 Jiwa

12 | B A B I V
Laporan Akhir
PENYUSUNAN RENCANA INDUK DRAINASE

KOTA SIBUHUAN KECAMATAN BARUMUN

1.3.3. Kriteria Perencanaan Hidrolis


Kriteria perencanaan hidrologi adalah sebagai berikut :
1. Hujan
 perkiraan hujan rencana dilakukan dengan analisis frekuensi terhadap data curah
hujan harian maksimum tahunan, dengan lama pengamatan sekurang-kurangnya 10
tahun;
 Analisis frekuensi terhadap curah hujan, menggunakan metode log Pearson tipe III,
atau Gumbel, sesuai dengan kala ulang 1, 2, 5, 10 dan 25 tahun (mengacu pada tata
cara perhitungan debit desain saluran);
 Untuk pengecekan data hujan, lazimnya digunakan metode kurva masa ganda atau
yang sesuai;
 Perhitungan intensitas hujan ditinjau dengan menggunakan metode Mononobe atau
Hasper Der Weduwen atau yang sesuai.
2. Debit banjir
 Debit rencana dihitung dengan metode rasional yang telah
 Koefisien limpasan (run-off) ditentukan berdasarkan tata guna lahan daerah
tangkapan.
 Waktu konsentrasi adalah jumlah waktu pengaliran di permukaan dan waktu
drainase;
 Koefisien penyimpangan dihitung dari waktu rumus konsentrasi dan waktu drainase.

1.3.4. Kriteria Perencanaan Hidrolika


Kriteria perencanaan hidrolika ditentukan sebagai berikut:
1. Kapasitas saluran dihitung dengan rumus Manning atau yang sesuai;
2. Saluran drainase yang terpengaruh oleh pengempangan (back water effect) perlu
diperhitungkan pasang surutnya dengan Standard Step Method;
3. Kecepatan maksimum ditentukan oleh kekasaran dinding dan dasar. Untuk saluran
tanah v = 0,7 m/dt, pasangan batu kali v = 2 m/dt dan pasangan beton v = 3 m/dt.

1.3.5. Parameter Penentuan Prioritas Penanganan


Parameter penentuan prioritas penanganan meliputi hal sebagai berikut:
1. Parameter genangan, meliputi tinggi genangan, luas genangan, dan lamanya genangan
terjadi,
2. Parameter frekuensi terjadinya genangan setiap tahunnya,

13 | B A B I V
Laporan Akhir
PENYUSUNAN RENCANA INDUK DRAINASE

KOTA SIBUHUAN KECAMATAN BARUMUN

3. Parameter ekonomi, dihitung perkiraan kerugian atas fasilitas ekonomi yang ada,
seperti: kawasan industri, fasum, fasos, perkantoran, perumahan, daerah pertanian dan
pertamanan,
4. Parameter gangguan sosial, seperti: kesehatan masyarakat, keresahan sosial dan
kerusakan lingkungan.

1.4. Kegiatan Survey dan Investigasi

1.4.1. Survey Hidrologi

Pekerjaan survai hidrologi & hidrometri dimaksudkan untuk memperoleh data lapangan
(primer dan sekunder) tentang karakteristik sungai, anak/cabang sungai yang akan
mendukung dalam analisis hidrologi maupun hidrolika.

1. Kegiatan survey hidrologi meliputi :


a) Pengumpulan data curah hujan terbaru minimum selama 10 tahun dari beberapa
stasiun-stasiun terdekat minimum 3 stasiun pos hujan.
b) Pengumpulan data klimatologi lainnya terbaru minimum selama 5 tahun dari
stasiun-stasiun terdekat.
c) Pengumpulan data/informasi banjir (tinggi, lamanya perkiraan luas genangan dan
dampaknya).
d) Pengumpulan data yang berkaitan dengan karakteristik DPS antara lain : keadaan
vegetasi daerah pengaliran, sifat dan jenis tanah dan debit rata-rata pada waktu
keadaan normal, tahun kering dan tahun basah.

1.4.2. Survey Sosial Ekonomi dan Budaya

Survey ini bertujuan untuk mendapatkan data tentang kondisi sosial ekonomi penduduk
setempat, survey ini dilakukan dengan cara :

 Melakukan interview terhadap pihak-pihak maupun instansi terkait dengan


permasalahan banjir.
 Menyebarkan quesioner.
 Survey langsung ke lokasi di mana banjir sering melanda daerah tersebut.

14 | B A B I V
Laporan Akhir
PENYUSUNAN RENCANA INDUK DRAINASE

KOTA SIBUHUAN KECAMATAN BARUMUN

1.5. Analisa Data Investigasi.

Kegiatan analisis data, meliputi :

 Analisis Data Topografi.


 Analisis data hidrologi.
 Analisis data sosial ekonomi.
 Analisis Prioritas Pengendalian.
 Analisis Strategi Penanganan.

1.5.1. Analisa Hidrologi

Secara garis besar analisa hidrologi yang dilakukan antara lain :

1. Konsistensi data curah hujan (membuang data yang tidak sesuai, pengisian data
hilang/kosong, uji konsistensi).
2. Penentuan curah hujan rencana.
3. Perhitungan debit banjir.

1. Konsistensi Data Curah Hujan.

Sebelum data hujan dipergunakan untuk perencanaan harus dilakukan uji konsistensi
data di mana data yang tidak sesuai akibat kesalahan pencatatan dan gangguan alat
pencatat perlu dikoreksi dan data yang hilang/kosong di isi dengan menggunakan
pembanding pos hujan sekitar yang terdekat. Analisa yang digunakan meliputi metode
ratio normal dan kurva massa ganda.

Metode statistik lain bila tidak tersedia data pembanding maka digunakan Metode
RAPS (Rescaled Adjusted Partial Sums). Metode ini berdasarkan data curah hujan
setempat, di mana data curah hujan yang tersedia di sekitar lokasi proyek sangat
terbatas.

2. Curah Hujan Rencana

Analisa hidrologi untuk penentuan curah hujan rencana disesuaikan dengan


kebutuhan perencanaan. Analisa hidrologi yang digunakan untuk perencanaan sungai
adalah curah hujan dengan periode ulang 5, 10, 25 dan 50 tahunan.

15 | B A B I V
Laporan Akhir
RENCANA INDUK DRAINASE KOTA SIBUHUAN KECAMATAN BARUIMUN

Tabel 4.4. Metode Survey dan Investigasi

Masukan untuk Analisi dalam


No Objek survey dan Investigasi Variabel Sumber Data sekunder Metode
aspek
Fungsi Drainase Perumusan Permasalahan
Hierarki Drainase (primer, sekunder, tertier) Drainase Daerah Kajian
Standar Nasional Indonesi (SNI) Dimensi Saluran
1 Sistem drainase perkotaan Konstruksi Drainase Puslitbang Air
Jaringan Drainase
Desain drainase
Kewenangan
Lokasi, Luas, Tinggi, Lama, Volume, Penyebab, Wawancara dengan Perumusan Permasalahan
Frekuensi genangan masyarakat, koordinasi dengan Drainase Daerah Kajian
Kajian kondisi drainase daerah Panjang, Dimensi, dan daya tampung drainase instansi terkait, dan Eksisting
2 Hasil Studi terdahulu
kajian eksisting Tata letak drainase inventerisasi kondisi eksisting
Tata letak saluran utama
Bangunan Pelengkap
Curah Hujan BMG, Dinas Pengairan, Perumusan Permasalahan
Intensitas Hujan Dinas PU bid. SDA, Drainase Daerah Kajian
3 Kajian Hidroklimatologi
Debit Puncak atau beberapa instansi Eksisting
Tata Guna Lahan terkait lainnya
Elevasi Daerah Kajian (Topografi) Survey/ Inventerisasi daerah Zona Satuan-satuan basin
Kemiringan Lahan kajian (cekungan) daerah kajian
Analisa Topografi Kawasan
4 Morfologi Lahan Hasil Studi terdahulu
Daerah Kajian
Batas Catchment
Arah aliran
Arah kebijakan pengembangan kawasan Kajian Zonasi dan Peruntukan
Kawasan Budaya Lahan daerah kajian
Kajian Rencana Tata Ruang RTRW Kabupaten
5 Kawasan Strategis Kajian Strategis
Daerah dan sekitarnya RTRW Propinsi
Rencana Struktur Ruang Pengembangan Daerah Kajian
Rencana Pola Ruang
Tata Guna Lahan Hasil Analisa Foto Udara sda
Kajian / Analisa Foto Udara / Hasil Analisa pada
6 Morfologi Lahan
Satelit Kajian sebelumnya
Tutupan Lahan
Kependudukan Survey dan Inventerisasi Kajian Zonasi dan Peruntukan
Kepedulian Masyarakat dalam penanganan Lahan daerah kajian
Hasil Studi terdahulu
7 Kajian Sosial Lingkungan sampah, sanitasi dan drainase Kajian Strategis
BPS
Kerugian Akibat Banjir Pengembangan Daerah Kajian
Dampak Banjir terhadap Lingkungan

16 | B A B I V
Laporan Pendahuluan
PENYUSUNAN RENCANA INDUK DRAINASE

KOTA SIBUHUAN KECAMATAN BARUMUN


Data yang diperlukan adalah data curah hujan pos terdekat dan harus di uji
konsistensinya sebelum di analisa. Syarat untuk pemilihan jenis distribusi yang sesuai
untuk metode Gumbel, log normal, normal atau log Pearson Type III adalah sebagai
berikut :

Tabel 4.5. Syarat pemilihan Distribusi

No Sebaran Syarat

1 Normal Cs = 0

2 Log Normal Cs = 3 C v

Cs = 1,1396
3 Gumbel
Ck = 5,4002
4 Bila tidak ada yang memenuhi syarat digunakan sebaran Log Pearson Type III

Apabila dari uji sebaran data masuk di dalam salah satu syarat tersebut di atas maka
metode tersebut yang akan digunakan.

Berikut diterangkan metode distribusi yang dapat di gunakan.

Metode Gumbel :

Persamaan-persamaan dasar :

X tr= X + K .S

Dimana :

X tr = Curah hujan pada periode ulang Tr.

T r= Periode Ulang (tahun).

X = Hujan maximum rata-rata (mm).

S = Standar deviasi.

K = Faktor frekuensi.

Persamaan faktor frekuensi :

Sn dan Yn tegantung pada jumlah data (n), yang nilainya seperti tabel berikut :

17 | B A B I V
Laporan Pendahuluan
PENYUSUNAN RENCANA INDUK DRAINASE

KOTA SIBUHUAN KECAMATAN BARUMUN


Tabel 4.6. Nilai Yn dan Sn

N Yn Sn N Yn Sn

10 0.4952 0.9496 16 0.5157 1.0316

11 0.4996 0.9676 17 0.5181 1.0411

12 0.5035 0.9833 18 0.5202 1.0493

13 0.5070 0.9971 19 0.5220 1.0565

14 0.5100 1.0095 20 0.5225 0.0628

15 0.5128 1.0206 21 0.5252 1.0696

Persamaan Ytr (reduced variate) merupakan fungsi periode ulang (T) :

Tabel 4.7. Nilai Ytr Berbagai Periode Ulang

Periode Ulang (T) Reduce Variate (Ytr)


2 0.3665
5 1.4999
10 2.2502
25 3.1985
50 3.9019
100 4.6001
Metode Log Pearson Type III

Log X = Log X + G.S

Dimana :

Log X = Nilai log dari X yang terjadi dengan kala ulang Tr.

Log X = Nilai log dari X rata-rata seri data X.

S = Standar devisasi/simpangan baku.

G = Faktor penyimpangan untuk kala ulang tertentu.

Hasil analisis distribusi frekuensi kemudian di uji kesesuainya dengan menggunakan


metode Chi Square dan Smirnov Kolmogorov.

18 | B A B I V
Laporan Pendahuluan
PENYUSUNAN RENCANA INDUK DRAINASE

KOTA SIBUHUAN KECAMATAN BARUMUN


3. Debit Banjir Rencana

Debit banjir rencana di hitung dengan metode hidrograf satuan atau dengan
menggunakan metode Metode hidrograf satuan yang umum digunakan di Indonesia
adalah Nakayasu dan Gamma-1.

Metode Nakayasu.

12∗A∗Ro
Qp=
3 , 68∗(0 , 30∗Tp+ T 0 , 3)
Dimana :

Qp = Debit puncak banjir (m3/detik).

Ro = Curah hujan satuan (mm).

Tp = Tg + 0,8 Tr.

Tg = 0,21 x 0,7 L 􀃆 L < 15 Km.

Tg = 0,40 + 0,058 x L 􀃆 L > 15 Km.

T0,3 = α x Tg

L = Panjang alur sungai (km).

Tg = Waktu konsentrasi (jam).

Tr = Satuan waktu hujan, diambil 1 jam.

α = Koefisien, untuk daerah pengaliran biasa diambil nilai 2.

Metode Gamma I.

Qt = Qp . e–(t/k)

Tr = 0,43 (l/100SF)3 + 1,0665 SIM + 1,2775

Qp = 0,1836 A0,5886 TR-0,4008 JN0,2381

TB = 27,4132 TR0,1457 S-0,0986 SN0,7344 RUA0,2574

K = 0,5617 A0,7198 S-0,1446 SF-1,0697 D0,0452

Dimana :

Qt = Debit pada jam ke-t (m3/detik).

Qp = Debit puncak banjir (m3/detik).

t = Waktu dari saat terjadinya debit puncak (jam).

19 | B A B I V
Laporan Pendahuluan
PENYUSUNAN RENCANA INDUK DRAINASE

KOTA SIBUHUAN KECAMATAN BARUMUN


TR = Waktu naik (jam).

K = Koefisien tampungan (jam).

L = Panjang sungai utama (km).

D = Kerapatan jaringan lurus (km/km2).

SF = Faktor sumber, perbandingan antara jumlah panjang sungai


tingkat 1 dengan jumlah panjang sungai semua tingkat.

SN = Frekuensi sungai, perbandingan antara jumlah segmen


sungai tingkat 1 dengan jumlah sungai semua tingkat.

WF = Faktor lebar, perbandingan antara lebar DPS yang di ukur


dari titik di sungai yang berjarak ¼ L dari tempat pengukuran.

SIM = Faktor simetris, hasil kali antara faktor lebar (WF) dengan
luas relatif DAS sebelah hulu (RUA).

JS = Jumlah pertemuan sungai.

S = Kemiringan slope sungai rata-rata.

Evaluasi DPS

Dari data tataguna lahan, peta rupa bumi serta peta geologi akan dapat diketahui
perubahan DPS sehingga dapat di analisa pengaruh perubahan tataguna lahan dengan
karakteristik debit sungai. Di DPS akan diidentifikasi daerah kritis longsoran maupun
daerah kritis yang perlu reboisasi. Analisa DPS dilakukan dengan menggunakan metode
analisa watershed management di mana ada kesinkronan antara penggunaan lahan
dengan recovery lingkungan alami atau dalam istilah pembangunan yang berkelanjutan.

1.5.2. Analisa Sosial Ekonomi

1. Kependudukan

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui keadaan penduduk yang menempati sekitar
lokasi pekerjaan. Masalah kependudukan yang ditelaah adalah jumlah dan
perkembangan penduduk, mata pencaharian, sanitasi, dan lain-lain. Data
kependudukan ini berguna dalam mempertimbangkan desain yang direncanakan.

20 | B A B I V
Laporan Pendahuluan
PENYUSUNAN RENCANA INDUK DRAINASE

KOTA SIBUHUAN KECAMATAN BARUMUN


2. Penggunaan Lahan

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui keadaan lahan yang telah digunakan di
lokasi pekerjaan. Lahan dalam suatu pemukiman biasanya terbagi menjadi dalam 3
bagian, yaitu lahan usaha, lahan pekarangan dan lahan untuk fasilitas sosial.
Produksi pertanian di lokasi pekerjaan pun perlu diketahui.

3. Sarana dan Prasarana Sosial

Prasarana sosial yang paling penting dalam suatu kawasan pemukiman adalah
adanya prasarana jalan untuk menuju ke lokasi. Dengan adanya jalan tersebut arus
komunikasi barang/hasil pertanian dapat berjalan lancar. Selain itu prasarana sosial
lainnya pun perlu diketahui seperti sarana kesehatan, sarana ibadah, serta sarana
umum lainnya.

1.6. Kegiatan Perencanaan Drainase

1.6.1. Sistem Jaringan Drainase

Berbagai alternatif sistem jaringan drainase ditentukan berdasarkan hasil kajian


system jaringan drainase yang dalam prosesnya dilibatkan berbagai aspek dan salah
satunya adalah kondisi eksisting drainase. Aspek ini memberi informasi awal yang
terkait dengan permasalahan drainase dan kemampuan drainase eksisting.

Selain faktor tersebut di atas beberapa aspek lain yang sangat penting dalam rangka
penentuan alternatif jaringan dan penanganan drainase adalah :

1. Topografi dan Morfologi Lahan.

Topografi dan morfologi lahan sangat penting dalam penentuan batas cathment area
dan arah aliran.

2. Hidrologi

Aspek hidrologi sangat penting dalam menentukan parameter debit run off puncak
pada Q2 (dua tahunan), Q5 (lima tahunan) dan Q25 (dua lima tahunan). Debit run off
puncak menjadi dasar/acuan dalam analis hidraulik untuk menentukan dimensi
saluran drainase.

21 | B A B I V
Laporan Pendahuluan
PENYUSUNAN RENCANA INDUK DRAINASE

KOTA SIBUHUAN KECAMATAN BARUMUN


3. Saluran Drainase Eksisting.

Beberapa parameter penting berkaitan dengan aspek saluran drainase eksisting


yang menjadi bahan pertimbangan dalam kajian system jaringan drainase, antara
lain :

 Lokasi, panjang, dimensi, dan daya dukung/kemampuan saluran drainase


eksisting.
 Tata letak saluran drainase eksisting dan saluran pembuang.

4. Lingkungan/Banjir/Sanitasi

Beberapa parameter penting yang berkaitan dengan aspek lingkungan/banjir/sanitasi


adalah :

 Wilayah, luas, lama, frekuensi, tinggi dan penyebab genangan


 Tata letak bangunan.
 Jaringan jalan, sungai dan bangunan yang sudah ada.

5. Sosial Ekonomi.

Beberapa parameter/informasi penting dari aspek sosial ekonomi (sosek) adalah:

 Perilaku/kepedulian masyarakat dalam penanganan sampah/sanitasi drainase.


 Kerugian akibat banjir, baik kerugian materi maupun jiwa.
 Konsultasi dengan masyarakat dan lembaga terkait.

6. Geologi

Aspek geologi memberikan informasi mengenai tingkat kerentanan/kestabilan


lahan/tanah, yang selanjutnya sangat membantu dalam penentuan alternative
jaringan dan penanganan drainase.

Berdasarkan berbagai aspek tersebut diatas, kemudian diperoleh informasi atau


masukan yang sangat berguna dalam penentuan alternative jaringan dan penangnan
drainase di wilayah kajian. Informasi tersebut antara lain :

 Zonasi saluran drainase.


 Debit (Q) rencana saluran pada berbagai periode ulang.
 Dimensi saluran drainase yang memadai/mampu menampung limpasan banjir
pada Q2 (dua tahunan), Q5 (lima tahunan)dan Q25 (dua lima tahunan).

22 | B A B I V
Laporan Pendahuluan
PENYUSUNAN RENCANA INDUK DRAINASE

KOTA SIBUHUAN KECAMATAN BARUMUN


 Zonasi wilayah banjir pada Q2 (dua tahunan), Q5 (lima tahunan)dan Q25 (dua
lima tahunan).
 Responsi/kepedulian/patisipasi masyarakat dalam penanganan banjir.
 Typical desain saluran drainase yang sesuai.

Beberapa alternatif sistem jaringan drainase selanjutnya digambarkan dalam bentuk


lay out. Hal ini sangat membantu dalam proses penentuan alternative sistem jaringan
drainase terpilih.

1.6.2. Kebutuhan Struktur Bangunan air (Bangunan Drainase)

Seperti dijelaskan di atas bahwa kajian sistem jaringan drainase menghasilkan


beberapa alternatif sistem jaringan drainase untuk penanganan banjir/genangan.
Proses penentuan sistem jaringan drainase terpilih dilakukan berdasarkan hasil dari
kajian-kajian yang telah dilakukan dan beberapa pertimbangan lainnya, baik
petimbangan teknis maupun non teknis.

Berdasarkan sistem jaringan drainase terpilih selanjutnya dapat diprediksikan


kebutuhan struktur bangunan yang diperlukan dalam rangka penanganan
banjir/genangan. Dalam hal ini kebutuhan jenis/tipikal bangunan drainase yang
sesuai, kontruksi bangunan, panjang saluran dan lain-lain.

1.6.3. Perhitungan Debit dan Dimensi Saluran Drainase

Dalam perencanaan sistem drainase diperlukan informasi debit puncak rencana yang
terjadi pada cathment area saluran drainase rencana.

Perhitungan debit puncak ini harus dilakukan secara hati-hati dengan menggunakan
data dan metode hidrologi yang sesuai untuk perencanaan drainase. Prosedur, data
dan metode yang digunakan dalam perhitungannya telah diuraikan secara garis
besar sub bab di atas.

Tahapan perhitungan dimensi drainase secara garis besar adalah sebagaiberikut :

Q=A.V

A = (b+b+2mh) ½ h = (b+mh)h

P = b + 2h√(1+m2)

R = A/P

V = K R2/3 I1/2

A Q 23 | B A B IV
Laporan Pendahuluanh = =
b + m.h V ( b + m .h)
PENYUSUNAN RENCANA INDUK DRAINASE

KOTA SIBUHUAN KECAMATAN BARUMUN


Cek:

Dimana :

Q = debit yang diperlukan (m3/det)

A = luas penampang basah (m2)

V = kecepatan air dalam saluran (m/det)

P = keliling basah saluran (m)

R = jari-jari hidraulis (m)

i = kemiringan garis energi atau kemiringan dasar saluran

b = lebar dasar saluran (m)

h = kedalaman air (m)

m = bagian horizontal pada kemiringan lereng / talud saluran

( bagian vertikal adalah 1 )

w = waking / freeboard (m)

1.7. Diskusi/Presentasi

Untuk menangani pekerjaan ini wajib mengadakan diskusi dengan tenaga ahli yang
terlibat (intern) atau pihak Konsultan Rencana Induk drainase kepada tim teknis
pekerjaan guna memperoleh arahan dan masukan. Asistensi kepada pemberi
pekerjaan diadakan minimum 1 (satu) kali setiap bulan, dengan permasalahan yang
dibahas mengenai pekerjaan yang telah diselesaikan, sekaligus menyampaikan
alternative pilihan, guna memperoleh persetujuan dan mengajukan program kerja
selanjutnya.

MULAI

24 | B A B I V
Laporan Pendahuluan

Input K, I, m, b dan Q
PENYUSUNAN RENCANA INDUK DRAINASE

KOTA SIBUHUAN KECAMATAN BARUMUN

Gambar 4.2. Alur Penentuan Dimensi Saluran Drainase

Diskusi dan expose dilaksanakan dengan tahap sebagai berikut:

a. Diskusi I

25 | B A B I V
Laporan Pendahuluan
PENYUSUNAN RENCANA INDUK DRAINASE

KOTA SIBUHUAN KECAMATAN BARUMUN


Merupakan diskusi awal yang membahas bahan-bahan atau materi inception
report/Laporan Pendahuluan yang diajukan oleh Konsultan dengan pihak
Pemberi Tugas yang diikuti oleh instansi terkait.

b. Diskusi II
Dilaksanakan sampai kegiatan pertengahan pekerjaan (Laporan Antara),
dimana materi pembahasan berupa hasil analisa kondisi berdasarkan
pendekatan dan metodologi yang digunakan. Dalam hal ini konsultan
mengharapkan adanya koreksi dan evaluasi dari instansi terkait guna
penajaman substansi pekerjaan.

c. Diskusi III
Dilaksanakan pada saat Konsultan telah selesai menyusun draft laporan
akhir. Adapun inti pembahasan pada pertemuan ini ialah penyempurnaan
hasil perencanaan yang disusun sesuai kajian dan analisis permasalahan.

26 | B A B I V
Laporan Pendahuluan

Anda mungkin juga menyukai