Anda di halaman 1dari 6

SISTEM DRAINASE PADA DAERAH RAWAN LONGSOR DI CIKAPUNDUNG,

BANDUNG

Disusun Oleh:

Kelompok 2

Nama/NIM :

1. Aditya Romadloni/21430410014
2. Dea Triamelia/21430410008
3. Dwi Orsa Piani/21430410002

Dosen Pembimbing : Yulanda Kurnia Pradani, ST, MT

PROGRAM STUDI TEKNIK LIGNKUNGAN

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS PROKLAMASI 45

2023
I. Pendahuluan
Bencana tanah longsor merupakan bencana yang setiap tahun terjadi di Indonesia.
Intensitas kejadian longsor semakin meningkat memasuki musim penghujan. Selain
disebabkan faktor geologis dan geomorfologis Indonesia, perubahan fungsi dan tata
guna lahan yang dilakukan manusia membawa pengaruh yang besar sebagai
penyebab longsor. Perubahan fungsi lahan tersebut menimbulkan kerusakan lahan,
hutan dan air, baik langsung maupun tidak langsung yang mempengaruhi
ketidakmampuan lahan mendukung kehidupan. Perubahan pola iklim dan curah hujan
juga meningkatkan intensitas curah hujan yang tinggi dalam waktu yang relatif
singkat. Intensitas curah hujan yang tinggi di beberapa wilayah dengan kondisi lahan
yang kritis menyebabkan terjadinya longsor di beberapa wilayah di Indonesia, oleh
karena itu perlu adanya peran drainase dalam permasalahan ini.
Sistem drainase memainkan peran penting dalam pengendalian rawan longsor
di wilayah Cikapundung, Bandung. Cikapundung adalah salah satu daerah di
Bandung yang rentan terhadap longsor, terutama selama musim hujan yang intens.
Oleh karena itu, pengelolaan drainase yang baik menjadi kunci dalam upaya
mengurangi risiko longsor dan melindungi masyarakat serta infrastruktur di daerah
tersebut.

II. Kondisi Geologi Wilayah Sungai Cikapundung


Sungai Cikapundung adalah sub DAS Citarum yang memiliki panjang total 28 kilometer.
Dari panjang total 28 km, sekitar 15,5 km aliran sungai melintasi Kota Bandung. Topografi
Kota Bandung adalah berbukit di bagian utara dan melandai di bagian selatan dengan
elevasi antara 750 – 1000 m di atas permukaan laut. Sungai Cikapundung Kabupaten
Babakan Siliwangi dan Sungai Cikapundung adalah salah satu sungai yang membelah Kota
Bandung melewati 9 kecamatan yang mencakup 13 kelurahan. BAPPEDA Kota Bandung
menyebutkan bahwa sehari-harinya sungai ini memiliki potensi sebagai penyedia air baku
untuk wilayah Kota Bandung dan sekitarnya selain sebagai drainase utama kota.
Gambar 1. DAS Cikapundung

Sungai Cikapundung memiliki fungsi dan peran yang sangat penting bagi perkembangan
Kota Bandung, karena sungai ini berfungsi sebagai sumber air baku bagi Kota Bandung.
Kawasan Sungai Cikapundung dalam Raperda Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota
Bandung Tahun 2011-2030, ditetapkan sebagai salah satu Kawasan Strategis Kota (KSK) yang
mempunyai nilai strategis dari sudut kepentingan fungsi daya dukung lingkungan hidup,
(BAPPEDA Kota Bandung, 2011). Sungai Cikapundung juga memiliki potensi antara lain
berpotensi menjadi area pariwisata, diantaranya budaya tradisional kukuyaan yaitu
berpotensi menjadi olahraga arung jeram.

III. Faktor-faktor Pemicu Longsor di Cikapundung


Faktor penyebab rawan longsor di Sungai Cikapundung, Bandung berkaitan erat
dengan kondisi drainase di daerah tersebut. Beberapa faktor yang mempengaruhi
rawan longsor di sungai ini adalah curah hujan tinggi, kapasitas drainase yang tidak
memadai, perubahan penggunaan lahan, dan kurangnya pemeliharaan sistem
drainase. Curah hujan tinggi merupakan penyebab utama rawan longsor di wilayah
Cikapundung. Musim hujan yang intens dapat menyebabkan air mengalir dengan
deras di sungai dan meningkatkan tekanan pada sistem drainase. Jika kapasitas
drainase tidak mampu menampung volume air yang tinggi, genangan air dan tekanan
hidrostatik dapat melemahkan lereng dan menyebabkan longsor.
Perubahan penggunaan lahan di sekitar sungai juga berkontribusi terhadap rawan
longsor. Pembangunan permukiman, industri, atau infrastruktur tanpa perencanaan
yang tepat dapat mengubah aliran air, meningkatkan erosi tanah, dan mengganggu
stabilitas lereng. Jika sistem drainase tidak mengakomodasi perubahan ini,
kemungkinan longsor menjadi lebih besar. Kapasitas drainase yang tidak memadai
juga menjadi faktor penyebab rawan longsor. Jika saluran drainase tidak dirancang
dengan baik atau terlalu sempit, air hujan tidak akan dapat dialirkan dengan lancar.
Akibatnya, air tergenang di sekitar sungai, merendam lereng, dan meningkatkan
risiko longsor. Kurangnya pemeliharaan sistem drainase juga berdampak negatif
terhadap pengendalian rawan longsor.
Jika saluran drainase tersumbat oleh sampah, lumpur, atau material lainnya, aliran
air terhambat dan menyebabkan genangan air yang berlebihan. Hal ini dapat
menyebabkan erosi tanah dan melemahkan stabilitas lereng, meningkatkan risiko
terjadinya longsor. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah dan masyarakat setempat
untuk bekerja sama dalam merencanakan, membangun, dan memelihara sistem
drainase yang efektif dan memadai di Sungai Cikapundung. Dengan mengatasi faktor
penyebab rawan longsor ini, dapat diharapkan tingkat risiko longsor di wilayah
Cikapundung dapat ditekan dan masyarakat serta infrastruktur terlindungi dari
dampak bencana tersebut.

IV. Sistem Drainase pada Sungai Cikapundung

Gambar 2. Tembok Penahan Tanah (Retaining Wall) Restorasi Sungai Cikapundung

Beberapa upaya yang dapat dilakukan dengan rekayasa teknik sipil antara lain
berupa pengurugan/penutupan rekahan, reshaping lereng, bronjong kawat, perbaikan
drainase, baik perbaikan drainase permukaan seperti saluran pembuangan air maupun
drainase bawah tanah. Pendekatan pengendalian tanah longsor diupayakan agar air
tidak terlalu banyak masuk ke dalam tanah yang bisa menjenuhi ruang antara ruang
lapisan kedap air dan lapisan tanah. Untuk menjaga DAS Sungai Cikapundung dari
pengaruh kelongsoran yang sering terjadi di area tikungan DAS dilakukan
penanggulangan kelongsoran dengan penanggulangan permanen seperti kegiatan
Restorasi Sungai Cikapundung Babakan Siliwangi.

Gambae 3. Tribun Lereng Beton Restorasi Sungai Cikapundung

Dari gambar – gambar pemantauan lokasi di atas didapat kontruksi tembok


penahan tanah dan konstruksi kestabilan lereng DAS Sungai Cikapundung yang
berfungsi sebagai Ruang Terbuka Hijau (RTH). Untuk mencegah terjadinya
kelongsoran pada konstruksi tersebut, maka penanggulangan longsor dipilih
penanggulangan permanen dengan tipe penanggulangan longsor Mengendalikan Air
Rembesan (Drainase Bawah Permukaan)

V. Peranan Sistem Drainase di Sungai Cikapundung


Peranan sistem drainase dalam pengendalian rawan longsor di Sungai
Cikapundung, Bandung sangat penting. Berikut adalah beberapa peran utama sistem
drainase dalam mengurangi risiko longsor di daerah tersebut:

1. Mengalirkan Aliran Air Hujan: Sistem drainase yang baik dirancang untuk
mengalirkan aliran air hujan dengan cepat dan efisien ke sungai atau saluran
pembuangan lainnya. Dengan mengurangi volume air yang menggenangi
permukaan tanah, sistem drainase membantu menjaga stabilitas lereng dan
mengurangi risiko longsor.
2. Mencegah Genangan Air: Salah satu penyebab utama longsor adalah terjadinya
genangan air yang berlebihan. Sistem drainase yang memadai mampu
mengumpulkan dan mengalirkan air hujan dari permukaan tanah secara efisien,
mengurangi kemungkinan genangan air yang dapat merendam dan melemahkan
stabilitas lereng.
3. Menjaga Kelembaban Tanah yang Seimbang: Drainase yang baik juga membantu
menjaga kelembaban tanah dalam kisaran yang seimbang. Kelembaban tanah
yang stabil dapat membantu menjaga kekuatan dan stabilitas lereng, mengurangi
kemungkinan terjadinya longsor akibat penurunan kadar air yang ekstrem atau
kelebihan air yang berlebihan.
4. Mengurangi Erosi Tanah: Sistem drainase yang efektif dapat membantu
mengurangi erosi tanah yang disebabkan oleh aliran air yang deras. Dengan
mengalirkan air hujan secara terkendali melalui saluran drainase, erosi tanah
dapat dikurangi, dan stabilitas lereng dapat dipertahankan.
5. Mencegah Penumpukan Sampah dan Limbah: Sistem drainase yang baik juga
berperan dalam mencegah penumpukan sampah dan limbah di sekitar Sungai
Cikapundung. Dengan saluran drainase yang bersih dan lancar, risiko
penyumbatan dan penghalangan aliran air dapat dikurangi, sehingga mengurangi
kemungkinan genangan air dan longsor.
6. Pemantauan dan Peringatan Dini: Sistem drainase yang modern dapat dilengkapi
dengan teknologi pemantauan dan peringatan dini, seperti sensor kelembaban
tanah dan sistem pemantauan curah hujan. Data yang diperoleh dari sistem ini
dapat memberikan informasi penting dalam mengidentifikasi potensi risiko
longsor dan memicu tindakan pencegahan yang diperlukan.

Dengan memahami peran penting sistem drainase dalam pengendalian rawan


longsor di Sungai Cikapundung, Bandung, pemerintah dan masyarakat setempat
dapat bekerja sama untuk merencanakan, membangun, dan memelihara sistem
drainase yang efektif, sehingga dapat mengurangi risiko longsor dan melindungi
lingkungan serta infrastruktur yang ada.

Anda mungkin juga menyukai