Anda di halaman 1dari 14

ANALISIS DAN PERENCANAAN SISTEM DRAINASE JALAN DI DESA

ESANDOM KECAMATAN TOMBATU TIMUR

PROPOSAL

Disusun Oleh:
RAYNOLD MIKHAEL RUMBAY
NIM: 150208017

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TEKNOLOGI SULAWESI UTARA
MANADO
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Desa Esandom merupakan salah satu desa di kecamatan Tombatu Timur.
Permasalahan yang di hadapi oleh daerah ini adalah sering terjadinya
genangan air sehabis hujan sehingga menggangu aktivitas masyarakat sekitar.
Pada waktu terjadi hujan, air hujan akan membanjiri beberapa titik ruas jalan
di desa Esandom. Selain itu saluran drainase yang telah adapun efisiensinya
berkurang karena adanya pembuangan sampah di saluran drainase. Bahkan,
terkadang dalam jangka waktu yang tidak lama air hujan mulai meluap dan
masuk ke rumah-rumah penduduk di daerah tersebut dikarenakan resapan air
hujan yang kurang baik.
Masalah terus berlanjut dimana sehabis turun hujan, air hujan akan
tergenang dan dibutuhkan waktu yang cukup lama bagi saluran drainase untuk
membuangnya. Genangan air ini dapat menyebabkan lingkungan menjadi
tidak sehat serta dapat mengakibatkan kerusakan konstruksi jalan,
terhambatnya kegiatan penduduk dan lain sebagainya.
Dalam lingkup teknik sipil, drainase adalah pembuangan massa air secara
alami atau buatan dari permukaan atau bawah permukaan dari suatu tempat
dengan cara mengalirkan, menguras, membuang, atau mengalirkan air dari
suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal
sesuai dengan kepentingan (id.m.wikipedia.org/wiki/Drainase).
Penanganan masalah genangan air hujan di beberapa titik ruas jalan di
desa Esandom kecamatan Tombatu Timur salah satunya adalah redesain
sistem drainase sebagai bagian penting penanganan masalah genangan air di
Desa Esandom Kecamatan Tombatu Timur diharapkan mampu menjawab
permasalahan genangan air yang ada di daerah tersebut.
B. Rumusan Masalah
Berdasar latar belakang masalah ini maka didapat sebuah rumusan
masalah yaitu:
1. Terjadinya genangan air akibat hujan yang menyebabkan terganggunya
aktivitas masyarakat dan menyebabkan terjadinya kerusakan jalan di
daerah tersebut.
2. Bagaimana sistem drainase di Desa Esandom dalam menghadapi
permasalahan-permasalahan yang disebabkan banjir.
3. Bagaimana merencanakan pengembangan sistem drainase di Desa
Esandom dan memberi solusi menghadapi permasalahan-permasalahan
yang disebabkan banjir

C. BATASAN MASALAH
Untuk menghindari melebarnya permasalahan, maka perlu dibuat
batasan-batasan terhadap masalah yang berhubungan dengan penelitian ini.
Adapun batasan permasalahan yaitu:
1. Penelitian terbatas pada sistem drainase Desa Esandom Kecamatan
Tombatu Timur.
2. Analisis terbatas pada kondisi daerah pengaliran, kapasitas drainase,
kondisi eksiting dan kelayakan bangunan sistem drainase.
3. Rencana pengembangan menggunakan sistem tercampur meliputi
perbaikan saluran drainase dan peforma aliran pada bangunan drainase
serta upaya-upaya pemeliharaan dan pengoprasian sistem drainase

D. TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu:
1. Mengetahui secara teknis permasalahan genangan di beberapa titik
ruas jalan di kawasan Desa Esandom
2. Merencanakan pengembangan sistem drainase yang memenuhi kriteria
standar sistem drainase sehingga dapat mengatasi permasalahan banjir
3. Mendapatkan sistem jaringan yang tepat untuk mengatasi banjir
E. MANFAAT PENELITIAN
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Sebagai solusi teknis kepada masyarakat terlebih pemerintah dalam
membantu mengatasi masalah genangan air yang terjadi di beberapa
titik ruas jalan Desa Esandom Kecamatan Tombatu Timur.
2. Sebagai masukan dalam rencana pengembangan sistem drainase di
Kecamatan Tombatu Timur
3. Sebagai informasi bagi mahasiswa yang akan melanjutkan penelitian
BAB II
LANDASAN TEORI

A. DRAINASE
Drainase yang berasal dari bahasa Inggris drainage mempunyai arti
mengalirkan, menguras, membuang, atau mengalirkan air. Dalam bidang
teknik sipil, secara umum drainase dapat didefinisikan sebagai salah satu
tindakan untuk mengurangi kelebihan air, yang berasal dari hujan, rembesan,
maupun kelebihan air irigasi dari suatu kawasan/lahan, sehingga fungsi
kawasan/lahan tidak terganggu. Drainase juga diartikan sebagai usaha untuk
mengontrol kualitas air tanah dalam kaitannya senitasi. Jadi, menyangkut
tidak hanya air permukaan tapi juga air tanah (Suripin: 2004).

B. DRAINASE JALAN RAYA


Drainase jalan raya dibedakan untuk untuk perkotaan dan luar kota.
Umumnya di perkotaan dan luar perkotaan, drainase jalan raya
mempergunakan drainase muka tanah (Surface Drainage). Diperkotaan
saluran muka tanah selalu ditutup sebagai bahu jalan atau trotoar. Walaupun
juga sebagaimana diluar perkotaan, ada juga saluran drainase muka tanah
tidak tertutup (terbuka lebar), dengan sisi saluran rata dengan muka jalan
sehingga air dapat masuk dengan bebas. Drainase jalan raya diperkotaan
elevasi sisi atas selalu lebih tinggi dari sisi atas muka jalan. Air masuk ke
saluran melalui inflet horizontal. Untuk jalan raya yang lurus, kemungkinan
letak saluran pada sisi kiri dan sisi kanan jalan. Jika jalan ke arah lebar miring
ke tepi, maka saluran akan terdapat pada sisi tepi jalan atau pada bahu jalan,
sedangkan jika kemiringan arah lebar jalan kea rah median jalan maka saluran
akan terdapat pada median jalan tersebut. Jika jalan tidak lurus, menikung,
maka kemiringan jalan satu arah, tidak dua arah seperti jalan yang lurus.
Kemiringan satu arah pada jalan menikung ini menyebabkan saluran hanya
pada satu sisi jalan yaitu sisi yang rendah. Untuk menyalurkan air pada
saluran ini pada jarak tertentu, direncanakan adanya pipa nol yang diposisikan
dibawah badan jalan untuk mengalirkan air dari sluran.
C. PERMASALAHAN DRAINASE
Banjir merupakan kata yang sangat popular di Indonesia. Khususnya
pada musim hujan, mengingat hamper seluruh kota di Indonesia mengalami
bencana banjir. Banjir adalah suatu kondisi fenomena alam yang memiliki
hubungan dengan jumlah kerusakan dari sisi kehidupan dan material. Banyak
factor yang menyebabkan terjadinya banjir. Secara umum penyebab terjadinya
banjir di berbagai belahan dunia (Suripin, 2004) adalah :
1. Pertambahan penduduk yang sangat cepat, diatas rata-rata
pertumbuhan nasional, akibat urbanisasi baik migrasi maupun
permanen. Pertambahan penduduk yang tidak diimbangi dengan
penyediaan prasarana dan sarana perkotaan yang memeadai
mengakibatkan pemanfaatan lahan perkotaan menjadi tidak teratur.
2. Keadaan iklim; seperti masa turun hujan yang terlalu lama, dan
mengakibatkan banjir sungai. Banjir didaerah muara pantai
umumnya disebabkan karena kombinasi dari kenaikan pasang
surut, tinggi muka air laut dan besarnya ombak yang di asosiasikan
dengan terjadinya gelombang badai yang hebat.
3. Perubahan tata guna lahan dan kenaikan populasi; perubahan tata
guna lahan dari pedesaan menjadi perkotaan sangat berpotensi
menyebabkan banjir. Banyak lokasi yang menjadi subjek dari
banjir terutama daerah muara. Perencanaan penanggulangan banjir
merupakan usaha untuk menanggulangi banjir pada lokasi-lokasi
industri, komersial dan pemukiman. Meskipun luas area perkotaan
lebih kecil dari 3 % dari permukaan bumi, tapi sebaliknya efek dari
urbanisasi pada proses terjadinya banjir sangat besar.
4. Land subsidence; adalah proses penurunan level tanah dari elevasi
sebelumnya. Ketika gelombang pasang dating dari laut melebihi
aliran permukaan sungai, are land subsidence akan tergenangi.
D. DASAR-DASAR DAN KRITERIA PERENCANAAN DRAINASE
Tujuan perencanaan ini adalah untuk mengalirkan genangan air sesaat
yang terjadi pada musim hujan serta dapat mengalirkan air kotor hasil
buangan dari rumah tangga. Kelebihan air atau genangan sesaat terjadi karena
keseimbangan air pada daerah tertentu terganggu. Disebabkan oleh air yang
masuk dalam daerah tertentu lebih besar dari air keluar. Pada daerah
perkotaan, kelebihan air terjadi oleh air hujan. Kapasitas infiltrasi pada
daerah perkotaan sangat kecil sehingga terjadi limpasan air sesaat setelah
hujan turun. Dalam perencanaan saluran drainase akan digunakan dasar-dasar
perencanaan saluran tahan erosi yaitu saluran yang mampu menahan erosi
dengan cara mengatur kecepatan maupun menggunkan dinding dan dasar
diberi lapisan yang berguna menahan erosi maupun mengontrol kehilangan
rembesan.
Kriteria dalam perencanaan dan perancangan drainase perkotaan yang
umum (Suripin, 2004) yaitu :
1. Perencanaan drainase haruslah sedemikian rupa sehingga fungsi
fasilitas drainase sebagai penampung, pembagi, dan pembuang air
dapat sepenuhnya berdaya guna dan berhasil.
2. Pemilihan dimensi dari fasilitas drainase haruslah mempertimbangkan
factor ekonomis dan faktor keamanan.
3. Perencanaan drainase haruslah mempertimbangkan pula segi
kemudahan dan nilai ekonomis dari pemeliharaan sistem drainase.

E. ANALISIS HIDROLOGI
Analisis hidrologi adalah kumpulan keterangan atau fakta mengenai
fenomena hidrologi (Suripin, 2004). Fenomena hidrologi seperti besarnya
curah hujan, temperature, penguapan, lama penyinaran matahari, kecepatan
angin, debit sungai, tinggi muka air, akan selelu berubah menurut waktu.
Untuk suatu tujuan tertentu data-data hidrologi dapat dikumpulkan, dihitung,
dijelaskan, dan ditafsirkan dengan menggunakan prosedur tertentu.
1. Analisis Hujan
Hujan merupakan komponen yang amat penting dalam analisis hidrologi
pada perancangan debit untuk menentukan dimensi saluran drainase.
Mengingat hujan sangat bervariasi terhadap tempat (space), maka untuk
kawasan sangat luas tidak bisa diwakili sati titik pos pengukuran. Dalam hal
ini diperlukan hujan kawasan yang diperoleh dari harga rata-rata curah hujan
beberapa pos pengukuran hujan yang ada disekitar kawasan tersebut. Ada 3
macam cara yang umum dipakai dalam menghitung hujan rata-rata kawasan :
(1) rata-rata aljabar, (2) polygon thiessen, (3) isohyet.

2. Curah Hujan Maksimum Harian Rata-Rata


Curah hujan diperlukan untuk menentukan besarnya intensitas yang
digunakan sebagai prediksi timbulnya aliran permukaan wilayah. Curah hujan
yang digunakan dalam analisis adalah curah hujan harian maksimum rata-rata
dalam satu tahun yang telah dihitung. Perhitungan data hujan maksimum
harian rata-rata harus dilakukan secara benar untuk analisis frekuensi data
hujan.

3. Data Curah Hujan


Data curah hujan adalah tingginya hujan dalam satuan jangka waktu
tertentu misalnya: 1 tahun, 1 bulan, 1 hari, 1 jam yang dinyatakan dalam
satuan mm. Data curah hujan yang digunakan dalam analisia hidrologi untuk
suatu perencanaan drainase minimal 10 tahun pengamatan yang diperoleh
dari stasiun pencatat curah hujan dilokasi perencanaan. Dilokasi perencanaan
yaitu Desa Esandom Kecamatan Tombatu Timur khususnya Kabupaten
Minahasa Tenggara sampai sekarang tidak memiliki Alat Penakar Hujan
sehingga diambil data curah hujan dari stasiun penakar hujan terdekat yaitu
Minahasa Selatan. Pengambilan data juga tidak boleh terlalu panjang
waktunya untuk mengindari kemungkinan sudah terjadinya perubahan pada
pola hujan dalam decade terakhir.
Untuk lokasi yang ditinjau ini data curah hujan akan diambil dari hasil
pengamatan stasiun meteorologi Minahasa Selatan, untuk jumlah pengamatan
selama 12 bulan (n=12). Data tersebut disajikan dalam tabel berikut ini

Curah Hujan dan Hari Hujan


Stasiun Meteorologi Minahasa Selatan
Curah Hujan
Bulan Hari Hujan
Januari 156 19
Februari 284 18
Maret 246 17
April 312 23
Mei 127 14
Juni 88 14
Juli 98 4
Agustus 46 5
September 19 3
Oktober 111 12
November 135 16
Desember 255 20

Sumber: (https://mitrakab.bps.go.id)

4. Periode Ulang
Periode ulang (Return of period) adalah periode waktu/tahun dimna suatu
hujan dengan waktu tertentu dan intensitas tertentu dianggap bisa terjadi
kemungkinan terjadinya satu kali dalam batas periode yang ditetapkan.
Periode ulang biasanya didasarkan pada pengalaman dan kebijaksanaan
perencana dengan memperhitungkan faktor ekonomis.
Khusus di Indonesia periode ulang untuk perencanaan sistim drainase
perkotaan ditetapkan oleh PLP Ditjen Cipta Karya PU yang disesuaikan
dengan tipologi kota seperti terlihat pada tabel berikut:
Periode ulang (return period) berdasarkan Tipologi Kota
Luas Catcment Area (CA) {HA}
Kelas Kota
CA<10 10≤CA≤100 100≤CA≤500 CA>500
Metropolitan 2 5 10 25
Besar 2 5 5 15
Sedang 2 5 5 10
Kecil 2 5 2 5
5. Analisis Frekuensi dan Probabilitas
Sistem hidrologi kadang-kadang dipengaruhi oleh peristiwa-peristiwa
yang luar biasa (ekstrim), seperti hujan lebat, banjir dan kekeringan. Besarnya
peristiwa berbanding terbalik dengan frekuensi kejadiannya, peristiwa yang
luar biasa ekstrim kejadiannya sangat langka, Tujuan analisis frekuensi data
hidrologi adalah berkaitan dengan besaran peristiwa-peristiwa ekstrim yang
berkaitan dengan frekuensi kejadiannya melalui penerapan distribusi
kemungkinan. Data hidrologi yang dianalisis diasumsikan tidak bergantung
(independent) dan terdistribusi secara acak serta bersifat stokastik.
Analisis frekuensi diperlukan seri data hujan yang diperoleh dari pos
pengukuran hujan, baik manual maupun otomatis. Analisis frekuensi ini
didasarkan pada sifat statistic data kejadian yang telah lalu untuk memperoleh
probabilitas besaran hujan di masa yang akan datang. Dengan anggapan
bahwa sifat statistic kejadian hujan yang akan datang masih sama dengan sifat
statistic kejadian hujan masa lalu. Ada dua macam seri data yang
dipergunakan dalam analisis frekuensi, yaitu:
a. Data maksimum tahunan
Data tiap tahun diambil hanya satu besaran maksimum
yang dianggap berpengaruh pada analisis selanjutnya. Seri data
seperti ini dikenal dengan seri data maksimum (maximum anual
series). Jumlah data dalam seri akan sama dengan panjang data
yang tersedia. Dalam cara ini, besaran data maksimum kedua
dalam suatu tahun yang mungkin lebih besar dari besaran data
maksimum dalam tahun yang lain tidak diperhitungkan
pengaruhnya dalam analisis
b. Seri parsial
Data dalam seri dapat ditetapkan suatu besaran tertentu
sebagai batas bawah, selanjutnya semua besaran data yang lebih
besar dari batas bawah besaran bawah tersebut diambil dan
dijadikan bagian seri data untuk kemudian dianalisis seperti biasa.
Pengambilan batas bawah dapat dilakukan dengan sistem
peringkat, dimana semua besaran data yang cukup besar diambil,
kemudian diurutkan dari besar ke kecil. Data yang diambil untuk
dianalisis selanjutnya adalah sesuai dengan panjang data dan
diambil dari besaran data yang paling besar. Dalam hal ini
dimungkinkan dalam satu tahun data yang diambil lebih dari satu
data, sementara tahun yang lain tidak ada data yang diambil.
Dalam analisis frekuensi, hasil yang diperoleh tergantung
pada kualitas dan panjang data. Makin pendek data yang tersedia,
makin besar penyimpangan yang terjadi. Dalam ilmu statistic
dikenal beberapa macam distribusi frekuensi dan empat jenis
distribusi yang banyak digunakan dalam bidang hidrologi adalah:
a) Distribusi Normal,
b) Distribusi Log Normal,
c) Distribusi Log-Person III, dan
d) Distribusi Gumbel.
Dalam Statistik dikenal beberapa parameter yang berkaitan
dengan analisis data yang meliputi rata-rata, simpangan baku,
koifisien variasi, dan koofisien skewness (kecondongan atau
kemencengan).
6. Uji Kecocokan
Diperlukan penguji parameter untuk menguji kecocokan (the goodness of
fittest test) distribusi frekuensi sempel data terhadap fungsi distribusi peluang
yang diperkirakan dapat menggambarkan atau mewakili distribusi. Pengujian
parameter yang sering dipakai adalah chi-kuadrat.

7. Analisis Intensitas Hujan


Intensitas hujan adalah tinggi atau kedalaman air hujan per satuan waktu.
Sifat umum hujan adalah makin singkat hujan berlangsung intensitasnya
cenderung makin tinggi dan makin besar periode ulangnya makin tinggi pula
intensitasnya. Hubungan antara intensitas, lama hujan dan frekuensi hujan
biasanya dinyatakan dalam lengkung Intensitas-Durasi-Frekuensi
(IDF=Intensity-Duration-Frequency Curve). Diperlukan data hujan jangka
pendek, misalnya 5 menit, 10 menit, 30 menit, 60 menit dan jam-jaman untuk
membentuk lengkung IDF. Data hujan jenis ini hanya dapat diperoleh dari pos
penakar hujan otomatis. Selanjutnya, berdasarkan data hujan jangka pendek
tersebut lengkung IDF dapat dibuat dengan salah satu dari persamaan berikut:

a. Rumus Talbot
Rumus ini banyak digunakan karena mudah diterapkan dan
tetapan-tetapan a dan b ditentukan dengan harga-harga yang
terukur.

𝑎
I= …………………………………………
𝑡+𝑏

Dimana:
I = intensitas hujan (mm/jam)
T = lamanya hujan (jam)
a & b = konstanta yang tergantung pada lamanya hujan

b. Rumus Sherman
Rumus ini mungkin cocok untuk jangka waktu curah hujan
yang lamanya lebih dari 2 jam.

𝑎
I= ………………..
𝑡𝑛

Dimana:
I = intensitas hujan (mm/jam)
t = lamanya hujan (jam)
n = konstanta

c. Rumus Ishiguro

𝑎
I= …………….
√𝑡+𝑏
Dimana:
I = intensitas hujan (mm/jam)
t = lamanya hujan (mm)
a & b = konstanta

d. Rumus Mononobe
Apabila data hujan jangka pendek tidak tersedia, yang ada
hanya data hujan harian, maka intensitas hujan dapat dihitung.
2
𝑅24 24 3
I= ( ) ………………
24 𝑡
Dimana:
I = intensitas hujan (mm/jam)
t = lamanya hujan (jam)
𝑅24 = cutah hujan maksimum harian selama 24 jam (mm)

F. DEBIT
1. Debit Rencana
Debit rencana (Q) harus direncanakan terlebih dahulu untuk
mendapatkan dimensi saluran drainase yang diinginkan. Dalam
perencanaan ini debit rencana dihitung dengan metode rasional. Rumus
umumn metode rasional yang digunakan adalah:

Q=0,00278.C.I.A……………………….

Dimana:
Q = Debit banjir limpasan hujan ( /det)
C = Koefisien pengaliran
I = Intensitas hujan (mm/jam)
2
A = Luas catchment are (𝐾
Sumber: Imam Subarkah “Hidrologi untuk perencanaan Bangunan Air”,
1980
2. Debit Limpasan (Run Off)

Anda mungkin juga menyukai