PROPOSAL SKRIPSI
Oleh :
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2017
i
PROPOSAL SKRIPSI
Oleh :
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2017
i
KATA PENGANTAR
Puji Syukur pada kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya
penulis dapat menyelesaikan penyusunan Proposal Skripsi yang berjudul Analisis Tarif
Tol Berdasarkan Pendekatan Ability To Pay (ATP) dan Willingness To Pay (WTP)
Pada Rencana Jalan Tol Balikpapan – Samarinda sebagai persyaratan dalam
pengajuan Skripsi di Universitas Mulawarman.
Dalam penulisannya tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang penulis alami, namun
berkat dukungan dan semangat dari banyak pihak proposal ini akhirnya dapat
terselesaikan. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih sebanyak-
banyaknya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan proposal ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan proposal ini, untuk itu
kritik dan saran yang membangun dari semua pihak akan diterima dengan baik. Semoga
bimbingan dan kebaikan yang telah diberikan mendapatkan Ridho-Nya. Aamiin.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
6.3.3 Hubungan Ability To Pay (ATP) dan Willingness To Pay (WTP) ... 13
iii
6.6.2 Rancangan Kuisioner ........................................................................ 16
DAFTAR PUSTAKA
iv
UNIVERSITAS MULAWARMAN
FAKULTAS TEKNIK
PS S1 TEKNIK SIPIL PERTAMBANGAN LINGKUNGAN
PS D3 TEKNIK PERTAMBANGAN
PROPOSAL SKRIPSI
Nama : Yoan Febriana Sary
NIM : 1309025021
Peminatan : Manajemen Transportasi
Judul Skripsi : Analisis Tarif Tol Berdasarkan Pendekatan Ability To Pay
(ATP) dan Willingness To Pay (WTP) Pada Rencana Jalan Tol
Balikpapan – Samarinda
Usulan Pembimbing 1 : Triana Sharly P Arifin ST, M. Sc
Usulan Pembimbing 2 : Ir. Ahmad Helmi Nasution, M. Sc
Dilaksanakan : Semester Genap 2016 / 2017
1. Judul Skripsi
Analisis Tarif Tol Berdasarkan Pendekatan Ability To Pay (ATP) dan Willingness
To Pay (WTP) Pada Rencana Jalan Tol Balikpapan – Samarinda
2. Latar Belakang
Sarana dan prasarana transportasi dalam suatu negara memiliki peranan yang sangat
penting dalam pengembangan suatu kawasan tertentu, baik secara ekonomi, sosial,
budaya, dan sebagainya. Karena segala sesuatu membutuhkan pergerakan transportasi
yang baik sebagai penunjang untuk kebutuhan tersebut. Sistem transportasi yang baik
akan mengarah pada penyediaan jasa transportasi antar moda yang efektif, efisien, aman
dan nyaman, serta cepat dan ekonomis. Namun pada kenyataannya, fasilitas transportasi
belum terpenuhi sepenuhnya di seluruh daerah Indonesia.
Provinsi Kalimantan Timur merupakan daerah yang memiliki dua kota besar yaitu, kota
Samarinda yang merupakan ibukota Kalimantan Timur ialah kota dengan tingkat
1
perekonomian dan tingkat kepadatan penduduk terbesar di provinsi ini, sebesar 805.688
jiwa (Badan Pusat Statistik Kota Samarinda, 2013) dan kota Balikpapan yang yang
memiliki tingkat kepadatan penduduk terbesar kedua di Kalimantan Timur yaitu
sebesar 599.685 jiwa (Badan Pusat Statistik Kota Balikpapan, 2013) serta memiliki
sebuah bandara Internasional Sultan Aji Muhammad Sulaiman yang berfungsi sebagai
pintu gerbang Kalimantan Timur. Kedua kota ini, kota Samarinda dan kota Balikpapan
merupakan simpul utama pertumbuhan industri, jasa, perdagangan dan transportasi dari
kota dan kabupaten sekitarnya. Sehingga perlu untuk membangun fasilitas jalan tol yang
bertujuan untuk membuat sistem transportasi berjalan dengan lancar juga nyaman,
selain itu dapat menyelesaikan permasalahan kepadatan lalu lintas.
Penyediaan prasarana jalan tol tentunya tidak lepas dari kebutuhan dana yang sangat
besar baik pada saat proses pembuatan maupun untuk biaya operasional pemeliharaan
jalan tol tersebut. Disebutkan dalam Undang-Undang RI No. 38 Tahun 2004 tentang
jalan bahwa jalan tol sebagai bagian dari sistem jaringan jalan umum merupakan
lintasan alternatif dan tarif tol dihitung berdasarkan kemampuan bayar pengguna jalan,
besar keuntungan biaya operasi kendaraan, dan kelayakan investasi. Pemerintah dalam
memberikan layanan transportasi tol memiliki beban fungsi sosial pada saat menetapkan
tarif, untuk memenuhi beban fungsi sosial tersebut perlu dilakukan pendekatan-
pendekatan terhadap kepentingan pengguna jalan.
Mengacu pada permasalahan yang telah disebutkan di atas maka diperlukan penelitian
yang berfokus pada analisis karakteristik pengguna jalan tol berdasarkan kemampuan
untuk membayar (Ability To Pay) dan keinginan untuk membayar (Willingness To Pay)
yang tentunya akan bervariasi untuk setiap orang. Sehingga dapat diketahui tarif ideal
jalan tol yang akan mempengaruhi tingkat konsumtif pengguna prasarana Jalan Tol
Balikpapan – Samarinda.
3. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas maka dirumuskan masalah yang akan dibahas dalam
penelitian ini, yaitu :
2
a. Bagaimana karakteristik calon pengguna fasilitas Jalan Tol Balikpapan –
Samarinda?
b. Berapa besaran nilai Ability To Pay (ATP) dan Willingness To Pay (WTP) calon
pengguna fasilitas Jalan Tol Balikpapan – Samarinda?
c. Berapa besaran tarif yang ideal yang dapat diberlakukan bagi calon pengguna
fasilitas Jalan Tol Balikpapan – Samarinda?
4. Tujuan Penelitian
5. Batasan Masalah
Dalam penyusunan skripsi kali ini, penulis hanya menekankan pada permasalahan
sebagai berikut :
a. Penelitian dilaksanakan pada proyek pembangunan Jalan Tol Balikpapan –
Samarinda.
b. Responden dipilih dengan teknik pengambilan data Purposive Sampling.
c. Analisis dilakukan terhadap pengolahan data yang diperoleh selama kurun waktu
penelitian.
3
6. Tinjauan Pustaka
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan, Jalan
Tol adalah jalan umum yang merupakan bagian sistem jaringan jalan dan sebagai jalan
nasional yang penggunaannya diwajibkan membayar tol. Sedangkan tol sendiri adalah
sejumlah uang tertentu yang dibayarkan untuk penggunaan jalan tol. Jalan tol
diselenggarakan untuk :
Pada Gambar 1 berikut ini dapat dilihat bagian-bagian penting jalan tol yang perlu
diketahui menurut PT Jasa Marga (Persero) Tbk. Perusahaan yang menangani
pelayanan tol di Indonesia.
4
1. Rumija, ruang sepanjang jalan tol yang meliputi jalur utama jalan tol dan ruang
manfaat jalan tol yang diperuntukkan bagi pelebaran jalan, dan penambahan jalur
lalu lintas di masa akan datang serta kebutuhan ruangan untuk pengamanan jalan
dan fasilitas jalan tol.
2. Jalur, bagian jalan yang dipergunakan untuk lalu lintas kendaraan
3. Median, bagian dari jalan yang tidak dapat dilalui oleh kendaraan dengan bentuk
memanjang sejajar jalan, terletak di sumbu/tengah jalan, dimaksudkan untuk
memisahkan arus lalu lintas yang berlawanan.
4. Bahu Luar, bagian dari jalur jalan dibagian paling luar yang berdampingan dengan
jalur lalu lintas untuk menampung kendaraan yang berhenti, keperluan darurat, dan
untuk pendukung samping bagi fondasi jalan tol.
5. Lajur, bagian jalur yang memanjang, dengan atau tanpa marka jalan, yang memiliki
lebar cukup untuk satu kendaraan bermotor sedang berjalan
6. Bahu Dalam, bagian dari jalur jalan dibagian dalam yang berdampingan dengan
jalur lalu lintas untuk menampung kendaraan yang berhenti, keperluan darurat, dan
untuk pendukung samping bagi fondasi jalan tol
7. Beton Penahan (Concrete Barrier)
8. Pagar Penahan (Guard Rail)
9. Drainase, prasarana yang dapat bersifat alami ataupun buatan yang berfungsi untuk
memutuskan dan menyalurkan air permukaan maupun bawah tanah.
10. Ambang Pengaman, wilayah antara badan jalan dan pagar pembatas
11. Pagar, pembatas antara rumija dengan lingkungan sekitar
Jalan tol memberlakukan sistem pembayaran biaya tol dengan bervariasi sesuai dengan
jarak yang ditempuh, gedung dan biaya pemeliharaan jalan tol, dan jenis kendaraan.
Ada tiga tiga sistem jalan tol, yaitu :
Pada sistem tol terbuka, semua kendaraan berhenti di berbagai lokasi di depan plaza tol
garis-utama (hambatan tol) untuk membayar. Hal ini dapat menghemat uang dari
5
kurangnya kebutuhan untuk membangun gerbang tol di setiap jalan keluar, namun juga
dapat menyebabkan kemacetan lalu lintas.
Di sistem tol tertutup, pengemudi mengambil tiket saat akan memasuki jalan tersebut.
Saat akan keluar, pengemudi harus membayar jumlah yang tercantum untuk keluar.
Dalam sebuah variasi dari sistem tol tertutup, hambatan arus utama yang hadir pada
kedua ujung jalan tol, dan pertukaran masing-masing memiliki jalan tol yang
dibayarkan pada saat keluar atau masuk.
Dalam sistem ini, tidak ada pengumpulan uang tunai terjadi, tol biasanya dikumpulkan
dengan menggunakan transponder yang dipasang pada kaca depan setiap kendaraan,
yang terkait dengan rekening nasabah yang didebit untuk setiap penggunaan jalan tol.
6.2 Tarif
Pengertian tarif menurut Sobri (1997) ialah suatu pembebanan atas barang yang
melintasi daerah pabean. Daerah pabean adalah suatu daerah geografis, yang mana
barang-barang bebas bergerak tanpa dikenakan cukai (= bea pabean).
6
6.2.2 Tarif Transportasi
Menurut Undang-undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
yang ditetapkan oleh pemerintah dalam mengindikasikan penetapan tarif angkutan
umum harus melibatkan tiga , yaitu :
1. Pengelola jasa angkutan kota sebagai pihak yang mengharapkan tarif dapat
seimbang dengan jasa pelayanan yang diberikan.
2. Pengguna jasa angkutan kota sebagai pihak yang mengeluarkan biaya setiap kali
menggunakan angkutan kota, dengan harapan memperoleh layanan yang baik dan
nyaman.
3. Pemerintah sebagai pihak yang menentukan tarif resmi dan sebagai regulator yang
menyeimbangkan kepentingan masyarakat pengguna dengan pengelola, tanpa
mengesampingkan pendapatan asli daerah dari sektor transportasi.
Dalam pembentukan tarif jasa transportasi dapat didasarkan salah satu dari tiga cara
berikut :
a. Sistem pembentukan tarif dasar produksi jasa tranportasi (cost of service pricing).
Sistem ini dibentuk atas dasar biaya produksi jasa transportasi ditambah dengan
keuntungan yang layak bagi kelangsungan hidup dan pengembangan perusahaan.
Tarif yang dibentuk atas dasar produksi dinyatakan sebagai tarif minimum.
b. Sistem pembentukan tarif atas dasar nilai jasa transportasi (value of service pricing).
Sistem ini didasarkan atas nilai yang dapat diberikan jasa pelayanan transportasi.
Besar kecilnya nilai tersebut tergantung kepada elastisitas permintaan jasa
pelayanan transportasi. Tarif ini biasanya dinyatakan sebagai tarif maksimum.
c. Sistem pembentukan tarif berdasarkan “What the traffic will bear” yaitu tarif berada
diantara tarif minimum dan tarif maksimum. Untuk itu, dasar tarif ini berusaha
menutup biaya variabel serta sebanyak mungkin dan bagian pada biaya tetap (fixed
cost).
7
Dari ketiga pendekatan penetapan tarif yang dapat dilakukan, kondisi yang sesuai guna
menetapkan tarif jalan tol adalah pendekatan poin ke-2 yaitu berdasarkan sistem
pembentukan tarif dasar produksi jasa tranportasi (cost of service pricing).
Adapun ketika menangani kebijakan tarif, tujuan apapun yang ingin dicapai harus
mempertimbangkan dua hal, yaitu :
a. Tingkatan Tarif Atau Besaran Tarif, dikenakan ini memiliki rentang dari tarif bebas
atau tidak dibebankan biaya sampai pada tingkatan tarif yang dibebankan akan
menghasilkan keuntungan pada pelayanan.
1. Tarif Seragam atau Flat Fare (Gambar 2), ialah tarif yang dikenakan tanpa
memperhatikan jarak yang ditempuh, baik perjalanan jarak pendek maupun jauh
dikenakan tarif yang sama. Sehingga tarif yang berlaku pada pengguna yang
melakukan perjalanan jarak pendek harus membayar tarif yang sama dengan
pengguna yang melakukan perjalanan jarak jauh
2. Tarif Berdasarkan Jarak atau Distance-Based Fare (Gambar 3), sistem tarif ini
8
ditentukan berdasarkan jarak yang ditempuh, yaitu besarnya tarif yang ditetapkan
adalah perkalian besar tarif perkilometer dengan panjang perjalanan, dimana jarak
minimum dan tarif minimum ditetapkan terlebih dahulu nilainya.
Gambar 2. Grafik Perbandingan Tarif Terhadap Jarak Pada Distance Based Fare
Ability To Pay (ATP) merupakan kemampuan seseorang untuk membayar jasa angkutan
yang diterimanya berdasarkan penghasilan yang dianggap ideal. Pendekatan yang
digunakan dalam analisa ATP didasarkan pada alokasi biaya untuk transportasi dan
intensitas perjalanan pengguna. Ini menunjukkan kemampuan masyarakat dalam
membayar ongkos perjalanan yang dilakukannya. Faktor-faktor yang mempengaruhi
ATP adalah :
Bila pendapatan total keluarga semakin besar, tentunya semakin banyak uang yang
dimilkinya sehingga akan semakin besar alokasi biaya transportasi yang disediakannya.
Semakin besar alokasi biaya transportasi yang disediakan sebuah keluarga, maka akan
meningkatkan kemampuan membayar perjalanannya, demikian pula sebaliknya.
9
c. Intensitas perjalanan
Semakin besar intensitas perjalanan keluarga tentu akan semakin panjang pula jarak
(panjang) perjalanan yang ditempuhnya maka akan semakin banyak alokasi dana dari
penghasilan keluarga per bulan yang harus disediakan.
Semakin banyak jumlah anggota keluarga tentunya akan semakin banyak intensitas
perjalanannya, semakin panjang jarak yang ditempuhnya dan secara otomatis akan
semakin banyak alokasi dana dari penghasilan keluarga per bulan yang harus
disediakan.
Penghasilan Keluarga
Per Bulan
Alokasi Biaya
Transportasi
Ability To Pay
(ATP)
Intensitas Perjalanan
Jumlah Anggota
Keluarga
Besarnya biaya perjalanan atau tarif merupakan salah satu pertimbangan masyarakat
dalam memilih moda angkutan untuk memenuhi kebutuhannya. Jika tarif yang harus
dibayar mempunyai proporsi yang besar dari tingkat pendapatannya maka masyarakat
akan memilih moda yang lebih murah, tetapi jika tidak ada pilihan lain maka ia akan
menggunakan moda tersebut secara terpaksa. Pendapatan merupakan faktor yang
mempengaruhi daya beli atas jasa pelayanan angkutan umum. Selanjutnya
10
diperhitungkan persentase alokasi dana untuk transportasi untuk setiap keluarga dari
total pendapatannya. Setelah dilakukan perhitungan terhadap persentase alokasi biaya
transportasi keluarga, maka kemudian diperhitungkan ATP tiap keluarga.
Dengan menggunakan metode household budget dapat dicari besaran ATP, ada dua
besaran ATP yaitu :
𝐼𝑡 𝑥 𝑃𝑝 𝑥 𝑃𝑡
𝐴𝑇𝑃𝑢𝑚𝑢𝑚 = ................................................................................. (pers. 1)
𝑇𝑡
Dimana :
𝐼𝑟𝑠 𝑥 𝑃𝑝 𝑥 𝑃𝑡
𝐴𝑇𝑃𝑟𝑒𝑠𝑝/𝑡𝑟𝑖𝑝 = ..........................................................................(pers. 2)
𝑇𝑟𝑠
Dimana :
Dengan menggunakan metode travel cost individual ATP yang dapat diterima oleh
pengguna jasa, adalah :
𝐼𝑐 𝑥 % 𝑇𝐶
𝐴𝑇𝑃𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢𝑎𝑙 = .............................................................................(pers. 3)
𝐷
Dengan :
Ic = Penghasilan
11
%TC = Persentase dari penghasilan untuk travel cost
D = Frekuensi perjalanan
Produk yang ditawarkan /disediakan oleh operator jasa pelayanan transportasi Semakin
banyak jumlah armada angkutan yang melayani tentunya lebih menguntungkan pihak
pengguna.
b. Kualitas Dan Kuantitas Pelayanan Yang Disediakan
Dengan produksi jasa angkutan yang besar, maka tingkat kualitas pelayanan akan lebih
baik, dengan demikian dapat dilihat pengguna tidak berdesak-desakkan dengan kondisi
tersebut tentunya konsumen dapat membayar yang lebih besar.
Jika manfaat yang dirasakan konsumen semakin besar terhadap suatu pelayanan
transportasi yang dirasakannya tentunya semakin besar pula kemauan membayar
terhadap tarif yang berlaku.
d. Penghasilan Pengguna
Bila seseorang mempunyai penghasilan yang besar maka tentunya kemauan membayar
tarif perjalanannya semakin besar hal ini disebabkan oleh alokasi biaya perjalanannya
lebih besar, sehingga akan memberikan kemampuan dan kemauan membayar tarif
12
perjalanannya semakin besar. Dalam permasalahan transportasi WTP dipengaruhi oleh
beberapa faktor seperti pada Gambar 4, diantaranya adalah :
Produk Yang
Ditawarkan
Penghasilan Keluarga
Per Bulan
Nilai WTP yang diperoleh dari masing-masing responden yaitu berupa nilai maksimum
rupiah yang bersedia dibayarkan oleh responden untuk tarif tol, diolah untuk
mendapatkan nilai rata-rata (mean) dari nilai WTP tersebut, dengan rumus :
1
𝑀𝑊𝑇𝑃 = ∑𝑛𝑖=1 𝑊𝑇𝑃𝑖 ..............................................................................(pers. 4)
𝑛
Dimana :
MWTP = Rata-rata WTP
n = Ukuran sampel
WTPi = Nilai WTP maksimum responden ke- i
13
Gambar 5. Kurva hubungan Ability To Pay dan Willingness To Pay
Kondisi ini menunjukkan bahwa kemampuan membayar lebih besar daripada keinginan
membayar jasa. Ini terjadi bila pengguna mempunyai penghasilan yang relatif tinggi
tetapi utilitas terhadap jasa tersebut relatif rendah, kondisi ini disebut choice riders.
Kondisi ini merupakan kebalikan dari kondisi di atas, dimana keinginan pengguna untuk
membayar jasa tersebut lebih besar daripada kemampuan membayarnya. Hal ini
memungkinkan terjadi bagi pengguna yang mempunyai penghasilan yang relatif rendah
tetapi utilitas terhadap jasa tersebut sangat tinggi, keinginan pengguna untuk membayar
jasa cenderung lebih dipengaruhi oleh utilitas, pengguna disebut captive riders.
3. ATP = WTP
Kondisi ini menunjukkan bahwa antara kemampuan dan keinginan membayar jasa yang
dikonsumsi pengguna tersebut sama, pada kondisi ini terjadi keseimbangan utilitas
pengguna dengan biaya yang dikeluarkan untuk membayar jasa tersebut.
Pada prinsipnya penentuan tarif dapat ditinjau dari beberapa aspek utama, aspek- aspek
tersebut adalah : (1) Pengguna (User); (2) Operator; (3) Pemerintah (Regulator). Aspek
14
pengguna dalam hal ini dijadikan subyek yang menentukan nilai tarif yang diberlakukan
dengan prinsip sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 6 berikut.
WTP
Zona Keleluasan Penentuan Tarif
Ideal Tanpa Perbaikan Kinerja
Pelayanan Sampai Batas Nilai WTP
Nilai Tarif
Sugiyono (2008) menyatakan bahwa sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik
yang dimiliki oleh populasi. Sedangkan populasi ialah keseluruhan elemen yang akan
diteliti. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan dapat diberlakukan
untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul
representatif (mewakili). Dalam penelitian kali ini akan digunakan teknik pengumpulan
data sampel dengan cara pengambilan Proporsive Sampling dimana pengambilan
sampel dengan cara menetapkan ciri yang sesuai dengan tujuan.
Untuk menentukan ukuran sampel dari suatu populasi terdapat bermacam-macam cara,
antara lain dapat menggunakan persamaan Uji Slovin’s Formula sebagai berikut :
𝑁
𝑛= ................................................................................................. (pers. 5)
1+𝑁𝑒 2
15
Dimana :
n = Ukuran sampel
N = Ukuran populasi
e = Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel
Contoh : Populasi masyarakat buta huruf berjumlah N = 60 dan error yang diharapkan
misalnya 3% dan 5% maka:
60
𝑛= = 56,925
1 + (60 𝑥 0.032 )
60
𝑛= = 52,173
1 + (60 𝑥 0.052 )
Jadi, jika N > n yang didapat dari persamaan maka data dikatakan cukup.
Kuisioner atau angket adalah pernyataan tertulis yang digunakan untuk memperoleh
informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadi atau hal-hal yang ia ketahui
(Arikunto, 2006). Kuisioner berguna untuk mengkaji penelitian lebih dalan yaitu dengan
cara mengumpulkan jawaban dari responden. Sebuah kuisioner yang baik adalah
kuisioner yang mengandung pertanyaan-pertanyaan yang sedemikian rupa, sehingga
tidak menimbulkan interpertasi yang lain dari responden. Agar mendapat kuisioner yang
tepat tersebut, langkah-langkah yang harus dilakukan meliputi :
16
7. Metodologi Penelitian
Mulai
Survei Pendahuluan
Studi Literatur :
Pengumpulan Data
Analisis Data :
Selesai
17
8. Relevansi
Penelitian yang dilakukan diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan acuan oleh instansi
pemerintah atau swasta sebagai pertimbangan dalam analisis tarif pada perencanaan
Jalan Tol Balikpapan – Samarinda yang sedang dilaksanakan saat ini. Manfaat
penelitian ini bukan hanya bagi penulis tetapi juga bagi pihak-pihak yang saling terkait
dan rekan-rekan mahasiswa yang berminat melakukan analisis tarif jalan tol sesuai
dengan pendekatan Ability To Pay (ATP) dan Wiliingness To Pay (WTP) guna
meningkatkan pelayanan jasa transportasi bagi masyarakat.
9. Jadwal Kegiatan
1 Studi Literatur
2 Penyusunan Proposal
3 Pengumpulan Data
4 Pengolahan Data
5 Analisis Data
6 Penulisan Laporan
18
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Jenderal Perhubungan Darat. 2002. Optimalisasi Peran Serta Swasta dalam
Pengembangan Jalan Tol (Penetapan Tarif Jalan Tol). Jakarta : Departemen
Perhubungan.
Joewono, Tri Basuki. 2009. Exploring The Willingness and Ability To Pay For
Paratransit In Bandung, Indonesia, Vol. 12, No. 2. Bandung : Universitas Katolik
Parahyangan.
Mubarak, Abdul. 2016. Evaluasi Bus Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP) Samarinda –
Balikpapan (Studi Kasus: Terminal Sungai Kunjang Samarinda – Terminal Batu
Ampar Balikpapan. Samarinda : Universitas Mulawarman.
Panjaitan, Indra Ferdinan. 2013. Analisa Tarif Jalan Tol Berdasarkan Pendekatan
Willingness To Pay (WTP) dan Ability To Pay (ATP) ( Studi Kasus: Rencana
Jalan Tol Medan - Binjai) Vol. 2, No. 13. Medan : Universitas Sumatera Utara.
Permata, M. Rahmad. 2012. Analisa Ability to Pay dan Willingness to Pay Pengguna
Jasa Kereta Api Bandara Soekarno Hatta – Manggarai. Depok : Universitas
Indonesia.
Ryandika. 2011. Analisis Tarif Tol Dengan Metode Stated Preference (Studi Kasus:
Jalan Tol JORR II Segmen Serpong – Cinere). Depok : Universitas Indonesia.
19