OLEH:
Puji syukur dipanjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
karunia-Nyalah, saya dapat menyelesaikan tugas Rekayasa Lalu Lintas ini tepat
pada waktunya.
Penulisan karya tulis ini merupakan salah syarat dalam mata kuliah
Rekayasa Lalulintas di Magister Teknik Sipil Universitas Udayana.
Dalam penulisan karya tulis ini penulis menyampaikan ucapan terima
kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan karya tulis
ini, khususnya kepada :
1. Prof. P. Alit Suthanaya, ST, MEngSc, Ph.D. selaku dosen pengajar mata
kuliah Rekayasa Lalulintas
2. Rekan – rekan Magister Teknik Sipil
Dalam penulisan karya tulis ini penulis merasa masih banyak kekurangan
baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang
dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis
harapkan demi penyempurnaan pembuatan tugas akhir ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
LAMPIRAN
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Permasalahan transportasi yang terjadi pada persimpangan jalan
umumnya disebabkan tidak adanya pengaturan seperti adanya rambu – rambu
dan APILL. Selain itu, meningkatnya kemacetan pada ruas jalan perkotaan
maupun diakibatkan bertambahnya kepemilikan kendaraan, terbatasnya
sumberdaya untuk pembangunan jalan raya, dan belum optimalnya
pengoperasian fasilitas lalu lintas yang ada. Seperti halnya yang terjadi di kota
Singaraja, seiring dengan pertumbuhan ekonomi dan pertambahan populasi yang
cukup tinggi, permasalahan transportasi di Kota Singaraja semakin meningkat dari
hari ke hari. Salah satu titik terjadinya permasalahan transportasi di kota Singaraja
adalah pada persimpangan Jalan Dewi Sartika – Jalan Udayana (Timur) – Jalan
Kampus Undiksha – Jalan Udayana (Barat). Kondisi simpang tersebut tidak
tersedia pengaturan simpang dengan APILL (alat pemberi isyarat lampu lalu
lintas) serta adanya hambatan samping akibat adanya tata guna lahan komersial di
sekitar simpang.
Untuk mengantisipasi segala kemungkinan tersebut, serta untuk menjaga
kinerja simpang, maka perlu dilakukan analisa kinerja simpang empat Dewi
Sartika – Jalan Udayana (Timur) – Jalan Kampus Undiksha – Jalan Udayana
(Barat). Dari analisa ini kita dapat mengetahui sejauh mana kinerja simpang dapat
memberikan layanan pada pengendara pengguna jalan, serta bagaimana pengaruh
kinerja simpang apabila ditambahkan dengan APILL. Dengan menggunakan
pedoman MKJI, maka dapat dilakukan perhitungan rekayasa kinerja simpang.
Berdasarkan hasil perhitungan rekayasa diharapkan diperoleh alternatife untuk
mengatasi permasalahan pada kondisi pada simpang eksisting.
Untuk mengantisipasi masalah lalu lintas yang terjadi pada simpang tak
bersinyal pada pertemuan kaki Jalan Dewi Sartika – Jalan Udayana (Timur) –
Jalan Kampus Undiksha – Jalan Udayana (Barat), maka perlu dilakukan penelitian
mengenai analisis kinerja dan alternatif penggunaan alat pemberi isyarat lalu
lintas simpang tak bersinyal pada simpang tersebut. Sejauh ini belum pernah
dilakukan kajian atau analisis mengenai kinerja simpang tak bersinyal Jalan Dewi
Sartika – Jalan Udayana (Timur) – Jalan Kampus Undiksha – Jalan Udayana
(Barat), sehingga tidak diketahui bagaimana kinerja simpang tersebut pada saat ini
(existing).
2
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diuraikan beberapa permasalahan
diantaranya :
1. Bagaimanakah kinerja simpang 4 Jl. Udayana – Jl. Dewi Sartika – Jl.
Kampus Undiksha pada kondisi saat ini (existing) ?
2. Bagaimanakah kinerja simpang 4 Jl. Udayana – Jl. Dewi Sartika – Jl.
Kampus Undiksha jika diterapkan alternatif penggunaan APILL?
3. Bagaimanakah perbandingan kinerja simpang 4 Jl. Udayana – Jl. Dewi
Sartika – Jl. Kampus Undiksha pada kondisi eksisting dan setelah
diterapkan alternatif penggunaan APILL?
4. Bagaimanakah bentuk simulasi jika menggunakan Software Vissim?
3
1.5 Batasan Masalah
Batasan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Hasil survei berdasarkan data sekunder.
2. Hanya berupa ulasan dan pemahaman dalam kajian ini.
3. Metode pengumpulan dan pengolahan data dilakukan dengan menggunakan
standar Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997 dan khusus untuk
tingkat pelayanan menggunakan tabel dari Departemen Perhubungan 2006,
dan pemodelan simulasi menggunakan Software Vissim.
4. Pengaturan simpang bersinyal dilakukan dengan 2,3, dan 4 fase.
5. Tidak dilakukan analisis pengaturan manajemen lalu lintas dan sistem satu
arah pada simpang tersebut.
4
BAB II
PEMBAHASAN
Diketahui:
1. Data Geometrik Simpang 4 Jl. Udayana-Jl. Dewi Sartika_Kampus Undiksha
5
2.2 Data Survei Geometrik Simpang
Dari hasil survei yang dilakukan di lokasi penelitian maka data geometrik
untuk persimpangan Jl. Udayana – Jl. Dewi Sartika – Kampus Undiksha terlihat
pada Tabel 2.2.
Simpang Jalan Udayana – Jalan Dewi Sartika. Dari hasil survei geometric
simpang diketahui bahwa simpang 4 Jl. Udayana – Jl. Dewi Sartika – Kampus
Undiksha merupakan simpang sebidang simpang empat tidak tegak dengan tipe
424M, yaitu simpang dengan jumlah lengan 4 dengan pergerakan lalu lintas 2
arah dimana jumlah lajur masuk pada pendekat jalan minor adalah 1 dan jumlah
lajur masuk pada pendekat jalan mayor adalah 2 dengan median terdapat di jalan
mayor (Jl. Udayana) dan jalan minor (Jl. Dewi Sartika) dengan tipe median sempit
(< 3m’). Yang merupakan jalan mayor disini adalah jalan pada kaki barat (Jl.
Udayana) dan timur (Jl. Udayana), serta jalan minornya adalah jalan pada kaki
utara (Jl. Dewi Sartika) dan selatan (ke Kampus Undiksha).
6
Gambar 2.1 Geometrik Simpang 4
Jl.Udayana – Jl. Dewi Sartika – Kampus Undiksha
7
Tabel 2.3 Ringkasan jam puncak simpang Jl. Udayana – Jl. Dewi Sartika – Jl.
Kampus Undiksha
Arus Jam Puncak
Kaki Total
No. Waktu Jam Pergerakan (kend/jam)
Simpang (kend/jam)
SM KR KB KTB
1 Puncak 06.45 - 07.45 LT 342 42 0 4 384
Jl. Dewi
Pagi ST 189 6 0 0 195
Sartika
RT 224 27 0 1 251
LT 338 14 0 0 352
Jl. Udayana
ST 1221 126 29 2 1376
(Timur)
RT 454 46 3 1 503
LT 70 4 0 0 74
Jl. Kampus
ST 25 1 0 0 26
Undiksha
RT 10 0 0 0 10
LT 412 34 26 1 472
Jl. Udayana
ST 1547 147 7 3 1701
(Barat)
RT 675 12 0 0 687
Sumber: Hasil Analisis, 2019
Dari tabel diatas dapat diperoleh jam puncak pagi jumlah kendaraan sepeda
motor sebanyak 2.753,5 smp/jam , kendaraan ringan sebanyak 459
smp/jam,kendaraan berat sebanyak 84,5 smp/jam. Berdasarkan jumlah tersebut
dapat simpulkan kendaraan yang melewati simpang Jl. Udayana – Jl. Dewi
Sartika – Jl. Kampus Undiksha didominasi oleh sepeda motor yang diikuti
kendaraan penumpang dan kendaraan berat.
8
adalah kapasitas dasar (C O), faktor penyesuaian lebar masuk (F W), faktor
penyesuaian tipe median jalan utama (F M), faktor penyesuaian ukuran kota
(FCS), faktor penyesuaian tipe lingkungan jalan, hambatan samping dan
kendaraan tak bermotor (F RSU), faktor penyesuaian belok kiri (F LT), faktor
penyesuaian belok kanan (F RT) dan faktor penyesuaian rasio arus jalan minor
(FMI).
a) Lebar Pendekat dan Tipe Simpang
Jalan mayor adalah jalan yang sangat penting dalam persimpangan karena
mempunyai klasifikasi yang lebih tinggi dari jalan minor.Dalam hal ini Jalan
Udayana memiliki jumlah arus yang lebih tinggi dari pada jalanDewi Sartika
dan Jalan Kampus Undiksha, maka Jalan Udayana ditetapkan sebagai jalan
mayor, karena keberadaanya sangat berpengaruh terhadap kondisi lalu lintas
sekitar dan Jalan Dewi Sartika– Kampus Undiksha ditetapkan sebagai jalan
minor.
Setelah diketahui data tersebut, maka lebar pendekat rata-rata W AC,WBD
dan lebar pendekat simpang rata-rata W1untuk simpang 4 tak bersinyal Jl.
Udayana – Jl. Dewi Sartika – Jl. Kampus Undiksha.
- Jalan Minor AC
(WA WC)
WAC =
2
(5,5 3,25)
=
2
= 4,375 ~ 2 Lajur
- Jalan Mayor BD
(WB WD)
WBD =
2
(4,5 4,6)
=
2
= 4,550 m ~ 4 Lajur
(WA WB WC WD)
- W1 =
jumlah lengan simpang
(5,5 4,5 3,25 4,6)
=
4
9
= 4,463m
FW = 0,61 + 0,074 .W 1
FW = 0,61 + 0,074 . 4,4625
FW = 0,94
d) Faktor Penyesuaian Median Jalan Utama (F M)
Nilai FM adalah 1,05 karena terdapat median pada persimpangan 4 tak
bersinyal Jl. Udayana – Jl. Dewi Sartika – Jl. Kampus Undiksha dengan
ketentuan lebar < 3m.
e) Faktor Penyesuaian Ukuran Kota (Fcs)
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Propinsi Bali pada tahun 2016,
jumlah penduduk Kab. Buleleng adalah sebesar 811.923 jiwa, ukuran Kab.
Buleleng termasuk kategori sedang (0,5 – 1,0 juta jiwa). Maka faktor
penyesuaian Kab. Buleleng sebesar 0,94.
f) Faktor Penyesuaian Tipe Lingkungan Jalan, Hambatan Samping dan
Kendaraan Tak Bermotor (FRSU)
Tipe lingkungan pada persimpangan ini merupakan areal komersial,
dengan kelas hambatan samping sedang dengan rasio kendaraan tak bermotor
0.001. Maka dari itu, F RSU = 0,94.
g) Faktor Penyesuaian Belok Kiri (F LT)
Faktor penyesuaian belok kiri pada simpang 4 tak bersinyal Jalan Udayana -
Jalan Dewi Sartika - Jalan Kampus Undikshadapat dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut.
10
QLT 708,8
FLT = 0,84 + 1,61 x P LT PLT
QV 3297
FLT = 0,84 + 1,61 x 0,215 = 0,215
FLT = 1,186
h) Faktor Penyesuaian Belok Kanan (F RT)
Untuk simpang 4 lengan F RT = 1,0. (Lihat Gambar 2.4)
i) Faktor Penyesuaian Rasio Arus Jalan Minor (F MI)
Faktor penyesuaian rasio arus jalan minor untuk simpang 422, perhitungan
menggunakan rumus.
FMI = 16,6 x PMI 4 - 33,3 x PMI 3 + 25,3 x PMI² - 8,6 X PMI + 1,95
FMI = 16,6 x 0,1544- 33,3 x 0,1543+ 25,3 x 0,1542 - 8,6 X 0,154 + 1,95
FMI = 1,111
j) Menghitung Kapasitas Sesungguhnya (C)
Setelah diketahui data-data yang diperlukan, maka nilai kapasitas
sesungguhnya dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut.
Sehingga didapat kapasitas simpang 4 tak bersinyal Jl. Udayana – Jl. Dewi
Sartika – Jl. Kampus Undiksha untuk jam puncak pagi adalah C = 3902 smp/jam.
Diketahui bahwa kapasitas ideal atau kapasitas dasar dari suatu
persimpangan tipe 424 adalah 3400. Berdasarkan analisis, nilai kapasitas pada
persimpangan Jl. Udayana – Jl. Dewi Sartika – Jl. Kampus Undiksha tidak
melebihi kapasitas dasar, maka tidak perlu ditinjau kembali untuk jam puncak
pagi.
k) Perilaku Lalu Lintas
l) Derajat Kejenuhan (DS)
Derajat kejenuhan (DS) simpang 4 tak bersinyal Jl. Udayana – Jl. Dewi
Sartika – Jl. Kampus Undiksha (jam puncak pagi) dihitung dengan rumus
sebagai berikut.
Q total
DS =
C
3297
DS =
3902
11
DS = 0,845 > 0,75 (MKJI)
Hal ini,menunjukan bahwa volume lalu lintas pada persimpangan yang
bersangkutan sudah melebihi kapasitas dari persimpangan itu sendiri.Maka
dari itu perlu diterapkan suatu alternatif yang dapat menanggulangi masalah
ini.
2. Tundaan (D)
a) Tundaan Rata-Rata Untuk Seluruh Simpang (DT I)
Berdasarkan hubungan empiris antara tundaan (D) dan derajat kejenuhan
(DS), untuk DS > 0,75dapat juga diketahui dari rumus.
1,0504
DTI = (1 DS) x 2
(0,2742 - 0,2042 x DS)
Maka didapat.
1,05034
DMA = (1 DS) x 1,8
(0,346 - 0,246 x DS)
DMA = 7,324 dtk/smp
c) Tundaan Rata-Rata Untuk Jalan Minor (DT MI)
Tundaan rata-rata minor ditentukan berdasarkan tundaan rata-rata seluruh
simpang dan tundaan rata-rata jalan mayor.
12
e) Tundaan Simpang (D)
D = DG + DTI (detik/smp)
D = 4,054+ 10,022
D = 14,076 detik/smp
Tundaan yg terjadi pada Simpang 4 Tak Bersinyal Jl. Udayana – Jl. Dewi
Sartika – Jl. Kampus Undiksha mendapatkan nilai 14,076 detik/smp.
13
Pada analisis tundaan simpang (D) pada kondisi awal perilaku lalu lintas
simpang existing, perilaku lalu lintas mempunyai nilai tundaan sebesar 14,076
det/smp. Pada kondisi ini dapat di kategorikan tidak bermasalah karena tidak
melebihi nilai tundaan dari nilai batas MKJI 1997 yaitu diatas 35 detik/smp.
Peluang antrean yang terjadi berdasarkan analisis yang menggunakan nilai emp
dari MKJI 1997 di simpang 4 Jl. Dewi Sartika – Jl. Kampus Undiksha – Jl.
Udayana pada kondisi awal perilaku lalulintas simpang existing adalah Qpa =
56,76%, Qpb = 28,70%. Peluang antrean pada jam puncak simpang Jl. Udayana –
Jl. Dewi Sartika – Jl. Kampus Undiksha melampaui 35% (nilai batas yang
diberikan MKJI) sehingga diindikasikan terjadinya antrean yang cukup besar
sehingga diperlukan pemikiran langkah-langkah penanganan masalah simpang
lebih lanjut.
Analisis dilakukan dengan sistem bersinyal 2 phase saat jam puncak pagi.
Langkah–langkah perhitungan menggunakan model MKJI, dan dijabarkan sebagai
berikut:
14
2.5.1 Arus Jenuh Dasar (S0)
Dalam perhitungan arus jenuh nyata, diperlukan nilai dari faktor-faktor
sebagai berikut:
1. Faktor Lebar Efektif (WE)
Jalan Dewi Sartika (utara) (WA) : 5,55 m
Jalan Kampus Undiksha(Timur )(WC) : 3,25 m
Jalan Udayana Timur (WB) : 4,50 m
Jalan Udayana Barat (WD) : 4,60 m
Pada pengaturan 2 phase semua pendekat termasuk pendekat tipe O
(terlawan). Perhitungan dilakukan dengan rumus interpolasi, karena lebar
eksisting berada diantara lebar yang ditentukan.
Qrto=4 smp/jam
Qrt= 85 smp/jam
Qrto=169 smp/jam
Qrto=109 smp/jam
15
= 0,5 x (1950-1690) + 1690 = 1820 smp/jam hijau
Qrto=181 smp/jam
16
Rekapitulasi nilai faktor-faktor koreksi dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.5 Analisis Arus Jenuh 2 phase
Kode Hijau Tipe Rasio Kendaraan Berbelok Lebar
Pendekat Dalam Pendekat Efektif
PLTOR PLT PRT
Phase (m)
FR = Q/S
17
Pendekat B (Timur) = FR(B) = 1035/1608 = 0,644
0,151
Phase I (Utara-Selatan) = PR = 0,164
0,920
0,769
Phase II (Timur-Barat) = PR = 0,836
0,920
4. Waktu Siklus
a. Perhitungan Waktu Hilang (Total Lost Time)
Perhitungan waktu merah semua diasumsikan menjadi nilai 1, karena
tidak ada data lapangan yang mendukung untuk perolehan nilai Lev dan
Iev, maka didapat total waktu merah semua yakni 2, karena 2 fase.
Waktu kuning total (3dtk/phase) = 6 detik
LTI = Ʃ (merah semua + kuning) = 2 + 6 = 8 detik
b. Perhitungan Waktu Siklus Pra Penyesuaian
Waktu siklus sebelum penyesuaian (Cua) dihitung dengan rumus
berikut:
Cua= (1,5x8+5)/(1–0,920) = 213 detik
Waktu siklus yang layak untuk 2 phase yaitu 40 – 80 detik
c. Perhitungan Waktu Hijau
Phase I (Utara–Selatan)
gI = (Cua – LTI) x PRI
= (213-8) x 0,164
18
= 34 detik
Phase II (Barat - Timur)
gII = (Cua – LTI) x PRII
= (213-8) x 0,836
= 171 detik
d. Perhitungan Waktu Siklus Disesuaikan
Waktu siklus yang disesuaikan (c) dapat dihitung dengan rumus 2.31
sehingga.
c = Ʃg + LTI
= 205+ 8
=213 detik
19
34 175
38 171
213
detik
20
2.5.3 Perhitungan Kapasitas, Derajat Kejenuhan dan Kendaraan Antri
1. Kapasitas (C)
Perhitungan nilai kapasitas adalah sebagai berikut:
34
Phase I (CA) = 2501 x = 395 smp/jam
213
34
Phase I (CC) = 1012 x = 160 smp/jam
213
171
Phase II (CB) = 1608x = 1293 smp/jam
213
171
Phase II (CD) = 1679 x = 1350 smp/jam
213
378
Phase I (DSA) = = 0,956
395
47
Phase I (DSC) = = 0,294
160
1035
Phase II (DSB) = = 0,800
1293
1291
Phase II (DSD) = = 0,956
1350
21
4. Perhitungan Rasio Hijau (GR)
Perhitungan nilai rasio hijau adalah sebagai berikut:
GR(A) = 34/213= 0,158
GR(C) = 34/213 = 0,158
GR(B) = 117/213 = 0,804
GR(D) = 117/213 = 0,804
5. Perhitungan Jumlah KendaraanAntri Yang Datang Selama Lampu
Merah (NQ2).
NQ2 dinyatakan dengan rumus 2.35, maka.
NQ2(A) = 22,17 smp
NQ2(C) = 2,45 smp
NQ2(B) = 33,61 smp
NQ2(D) = 64,67 smp
22
2.5.4 Perhitungan Tingkat Pelayanan
1. Perhitungan Panjang Antrian (QL)
Panjang antrian dihitung menggunakan rumus 2.38.
20
QL = NQmax x 𝑊 (m)
𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘
QL(A) = 145 m
QL(C) = 31 m
QL(B) = 222 m
QL(D) = 300 m
23
DTC = 79,12 detik/smp
DTB = 15,57 detik/smp
DTD = 39,36 detik/smp
5. Perhitungan Tundaan Geometrik Simpang (DG)
DG dapat dihitung dengan rumus 2.45, maka.
DGA = 4,30 detik/smp
DGC = 3,28 detik/smp
DGB = 2,71 detik/smp
DGD = 3,62 detik/smp
6. Perhitungan Tundaan Rata-Rata (D)
Nilai D didapat berdasarkan rumus 2.42, maka.
DA = 148,714 detik/smp
DC = 82,406 detik/smp
DB = 18,286 detik/smp
DD = 42,980 detik/smp
7. Perhitungan Tundaan Total (Dtot)
Nilai Dtot dihitung menggunakan rumus.
Dtotal = D Q
Maka didapat.
Dtotal(A) = 56214 detik/smp
Dtotal(C) = 3873 detik/smp
Dtotal(B) = 18926 detik/smp
Dtotal(D) = 55488 detik/smp
ƩDtotal = 134500 detik/smp
8. Perhitungan Rata-Rata Tundaan Total Seluruh Kaki Simpang
Rata-rata tundaan total seluruh kaki simpang dinyatakan dengan rumus.
Ʃ(𝐷𝑥𝑄)
Drata-rata =
𝑄𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
24
bersinyal menggunakan 2 phase adalah E. Ringkasan perhitungan pada
sistem bersinyal dengan 2 phase dapat dilihat pada Tabel 3.6 dibawah ini.
S0 = 600 x We
= 600 x 5,50
25
Pendekat C:
Wa= We = 3,25 m
S0 = 600 x 3,25
= 1950smp/jam hijau
Qrto=282 smp/jam
Qrto=181 smp/jam
26
4. Faktor Penyesuaian Kelandaian (FG)
Sesuai kondisi yang ada dilapangan, persimpangan datar sehingga nilainya
adalah 1.
5. Faktor Penyesuaian Parkir (FP)
Pada lokasi survey semua pendekat tidak terdapat parkir, sehingga nilai
Fp=1.
6. FaktorPenyesuaian Belok Kanan (FRT)
Faktor koreksi terhadap arus belok kanan pada pendekat A dan C
merupakan tipe P (terlindung), namun memiliki median pada pendekat A,
maka pendekat A masuk dalam kategori FRT=1 (Lihat MKJI), namun dengan
kondisi pendekat C tidak memiliki median dan masuk dalam kategori
terlindung, maka PRT pada pendekat C = 0,20 kemudian dihitung
menggunakan rumus 2.24, maka FRT = 1 +PRT x 0,26 = 1,022. Sedangkan
pendekat B dan D nilai FRT = 1 karena tipe O (terlawan).
7. Faktor Penyesuaian Belok Kiri (FLT)
Faktor koreksi terhadap arus kiri kanan pada pendekat A dan C karena
merupakan tipe P (terlindung), nilai PLT pada pendekat A = 0,489 kemudian
dihitung menggunakan rumus 2.25, maka FLT = 1 - PLT x 0,16 = 0,922.
Sedangkan pendekat B dan D nilai FLT = 1 karena tipe O (terlawan).
Rekapitulasi nilai faktor-faktor koreksi dapat dilihat pada Tabel 4.6 dibawah
ini.
27
Arus Jenuh (smp/jam)
FR = Q/S
Maka, Pendekat A (Utara) = FR(A) = 0,084
Pendekat C (Selatan) = FR(C) = 0,017
Pendekat B (Timur) = FR(B) = 0,644
Pendekat D (Barat) = FR(D) = 0,769
2. Rasio Arus Simpang (IFR)
Nilai kritis FRcrit (maksimum) dari perhitungan rasio arus diatas adalah
pada phase I pada pendekat A = 0,084 phase II pada pendekat C = 0,017, dan
phase III pada pendekat BD= 0,769. Maka jumlah rasio arus kritis dapat
dihitung menggunakan rumus 2.27 yaitu.
28
IFR = Ʃ(FRcrit) = 0,870
4. Waktu Siklus
a. Perhitungan Waktu Hilang (Total Lost Time)
Perhitungan waktu merah semua diasumsikan menjadi nilai 1, karena
tidak ada data lapangan yang mendukung untuk perolehan nilai Lev
dan Iev, maka didapat total waktu merah semua yakni 3, karena 3
fase.
Merah total semua = 1+1+1 = 3 detik
Waktu kuning total (3dtk/phase) = 9 detik
LTI = Ʃ (merah semua + kuning) = 3 + 9 = 12 detik
b. Perhitungan Waktu Siklus Pra Penyesuaian
Waktu siklus sebelum penyesuaian (Cua) dihitung dengan rumus:
Cua = (1,5x12+5)/(1-0,870) = 177 detik
c. Perhitungan Waktu Hijau
Phase I (Utara)
gI = (Cua – LTI) x PRI
= (177 - 12) x 0,097
= 16 detik
Phase II (Selatan)
gII = (Cua – LTI) x PRII
= (177-12) x 0,019
= 3 detik
Phase III (Timur - Barat)
gIII = (Cua – LTI) x PRIII
29
= (177 - 12) x 0,884
= 146 detik
30
16 157
20 146 3 1 7
170
177 detik
31
2.6.3 Perhitungan Kapasitas, Derajat Kejenuhan dan Kendaraan Antri
1. Kapasitas (C)
Nilai kapasitas dapat dihitung menggunakan rumus 2.32, maka didapatkan
hasil.
32
5. Perhitungan Jumlah Kendaraan Antri Yang Datang Selama Lampu
Merah (NQ2)
NQ2 dinyatakan dengan rumus 2.35, maka.
NQ2(A) = 11,09 smp
NQ2(C) = 1,28 smp
NQ2(B) = 25,14 smp
NQ2(D) = 48,38 smp
6. Perhitungan Jumlah Total Kendaraan Antri (NQtot)
NQtot dinyatakan dengan rumus 2.37, maka.
NQtot(A) = 15,35 smp
NQtot(C) = 3,31 smp
NQtot(B) = 26,41 smp
NQtot(D) = 54,15 smp
7. Perhitungan Jumlah Antrian Maksimum (NQmax)
Dengan menggunakan gambar 2.19 serta nilai NQtot, untuk menyatakan
NQ dalam hal peluang yang diinginkan untuk terjadinya pembebanan lebih
POL (%), dengan catatan untuk mengoperasikan suatu nilai POL adalah 5%-
10%, maka didapat.
NQmax(A) = 23 smp
NQmax(C) = 7 smp
NQmax(B) = 38 smp
NQmax(D) = 69 smp
33
2. Perhitungan Rasio Kendaraan/Angka Henti (NS)
NS dinyatakan dengan rumus 2.39, maka.
NSA = 1,238 stop/smp
NSC = 2,332 stop/smp
NSB = 0,467 stop/smp
NSD = 0,768 stop/smp
3. Perhitungan Jumlah Kendaraan Terhenti (NSV)
NSV dihitung menggunakan rumus 2.40, maka.
NSV(A) = 280,95 smp/jam
NSV(C) = 60,64 smp/jam
NSV(B) = 483,52 smp/jam
NSV(D) = 991,35 smp/jam
Selanjutnya dapat dihitung angka henti untuk seluruh simpang dengan
rumus 2.41, maka hasilnya.
NS = 0,704 stop/smp
4. Perhitungan Tundaan Lalu Lintas (DT)
Tundaan lalu lintas dihitung menggunakan rumus 2.43, maka.
DTA = 143,01 detik/smp
DTC = 349,91 detik/smp
DTB = 11,16 detik/smp
DTD = 26,91 detik/smp
5. Perhitungan Tundaan Geometrik Simpang (DG)
DG dapat dihitung dengan rumus 2.45, maka.
DGA = 4,51detik/smp
DGC = 8,65 detik/smp
DGB = 2,59 detik/smp
DGD = 3,38 detik/smp
6. Perhitungan Tundaan Rata- Rata (D)
Nilai D didapat berdasarkan rumus 2.42, maka.
DA = 147,524 detik/smp
DC = 358,561 detik/smp
DB = 13,743 detik/smp
DD = 30,284 detik/smp
34
7. Perhitungan Tundaan Total (Dtot)
Nilai Dtot dihitung menggunakan rumus.
Dtotal = D Q
Maka didapat.
Dtotal(A) = 33488 detik/smp
Dtotal(C) = 9323 detik/smp
Dtotal(B) = 14224 detik/smp
Dtotal(D) = 39097 detik/smp
ƩDtotal = 98888 detik/smp
8. Perhitungan Rata- Rata Tundaan Total Seluruh Kaki Simpang
Rata-rata tundaan total seluruh kaki simpang dinyatakan dengan rumus.
Ʃ(𝐷𝑥𝑄)
Drata-rata =
𝑄𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
35
2.7 Analisis Kinerja Simpang dengan Sistem Bersinyal 4 Phase (Alternatif)
Analisis dilakukan dengan sistem bersinyal 4 phase saat jam puncak pagi.
2.7.1 Arus Jenuh Dasar (S0)
Dalam perhitungan arus jenuh nyata, diperlukan nilai dari faktor-faktor
sebagai berikut:
1. Faktor Lebar Efektif (WE)
Jalan Dewi Sartika (utara) (WA) : 5,55 m
Jalan Kampus Undiksha(Timur )(WC): 3,25 m
Jalan Udayana Timur (WB) : 4,50 m
Jalan Udayana Barat (WD) : 4,60 m
Pada pengaturan 4 phase semua pendekat termasuk pendekat tipe P
(terlindung).
Pada pendekat A diperoleh nilai standar:
S0 = 600 x WE
= 600 x 5,5 = 3300 smp/jam hijau
Pendekat C:
S0 = 600 x WE
= 600 x 3,25 = 1950 smp/jam hijau
Pendekat B:
S0 = 600 x WE
= 600 x 4,50 = 2700 smp/jam hijau
Pendekat D:
S0 = 600 x WE
= 600 x 4,60 = 2760 smp/jam hijau
2. Faktor Penyesuaian Ukuran Kota (FCS)
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kab.Buleleng tahun 2016 jumlah
penduduk Kab. Buleleng adalah 811.923 jiwa, sehingga termasuk dalam ukuran
kota sedang (0,5-1,0 juta jiwa penduduk) dan nilai penyesuaian ukuran kota
sesuai Tabel 2.13, yaitu FCS = 0,94.
3. Faktor Penyesuaian Hambatan Samping (FSF)
Berdasarkan data survei hambatan samping dilapangan dan definisi kondisi
lingkungan pada Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997 dapat diperoleh bahwa
simpang Jalan Udayana - Jalan Dewi Sartika - Jalan Kampus Undiksha adalah
36
area komersial dengan bobot hambatan samping sedang dengan nilai rasio
kendaraan bermotor 0,001. Sehingga diperoleh nilai FSF = 0,94.
37
Arus Jenuh (smp/jam
FR = Q/S
38
2. Rasio Arus Simpang (IFR)
Nilai kritis FRcrit (maksimum) dari perhitungan rasio arus diatas adalah
pada phase I pada pendekat A = 0,100, phase II pada pendekat C = 0,139,
phase III pada pendekat B = 0,223 dan phase IV pada pendekat D = 0,265.
Maka jumlah rasio arus kritis dapat dihitung menggunakan rumus 2.27 yaitu.
IFR = Ʃ(FRcrit) = 0,696
3. Rasio Fase (PR)
Nilai PR dari masing-masing phase dihitung menggunakan rumus 2.28,
sehingga.
4. Waktu Siklus
a. Perhitungan Waktu Hilang (Total Lost Time)
Perhitungan waktu merah semua diasumsikan menjadi nilai 1, karena
tidak ada data lapangan yang mendukung untuk perolehan nilai Lev
dan Iev, maka didapat total waktu merah semua yakni 4, karena 4
fase.
Merah total semua = 1+1+1+1 = 4 detik
Waktu kuning total (3dtk/phase) = 12 detik
LTI = Ʃ (merah semua + kuning) = 4 + 12 = 16 detik
b. Perhitungan Waktu Siklus Pra Penyesuaian
Waktu siklus sebelum penyesuaian (Cua) dihitung dengan rumus 2.29
sehingga didapatkan.
Cua = (1,5x16+5)/(1-0,696) = 95 detik
39
= 10 detik
Phase II (Selatan)
gII = (Cua – LTI) x PRII
= 2 detik
Phase III (Timur)
gIII = (Cua – LTI) x PR1
= 31 detik
Phase IV (Barat)
gIV = (Cua – LTI) x PR1
= 37 detik
d. Perhitungan Waktu Siklus Disesuaikan
Waktu siklus yang disesuaikan (c) dapat dihitung dengan rumus 2.31
sehingga.
c = Ʃg + LTI
= 80 + 16
= 96 detik
40
Gambar 2.5 4 Fase sinyal APILL
41
2.7.3 Perhitungan Kapasitas, Derajat Kejenuhan dan Kendaraan Antri
1. Kapasitas (C)
Nilai kapasitas dapat dihitung menggunakan rumus 2.32, maka didapatkan
hasil.
Phase I (CA) = 272 smp/jam
Phase II (CC) = 31 smp/jam
Phase III (CB) = 756 smp/jam
Phase IV (CD) = 915 smp/jam
2. Derajat Kejenuhan (DS)
Nilai derajat kejenuhan dapat dihitung menggunakan rumus 2.33 maka
didapatkan hasil.
Phase I (DSA) = 0,84
Phase II (DSC) = 0,84
Phase III (DSB) = 0,84
Phase IV (DSD) = 0,84
3. Perhitungan Jumlah KendaraanAntri Yang Tersisa Dari Phase
Sebelumnya (NQ1)
Untuk DS > 0,5 nilai NQ1 sebagai berikut:
NQ1(A) = 1,888 smp
NQ1(C) = 1,324 smp
NQ1(B) = 1,984 smp
NQ1(D) = 1,995 smp
4. Perhitungan Rasio Hijau (GR)
Nilai rasio hijau adalah sebagai berikut:
GR(A) = 0,101
GR(C) = 0,020
GR(B) = 0,324
GR(D) = 0,387
5. Perhitungan Jumlah Kendaraan Antri Yang Datang Selama Lampu
Merah(NQ2)
NQ2 dinyatakan dengan rumus 2.35, maka.
NQ2(A) = 5,90 smp
NQ2(C) = 0,69 smp
42
NQ2(B) = 15,50 smp
NQ2(D) = 18,34 smp
6. Perhitungan Jumlah Total Kendaraan Antri (NQtot)
NQtot dinyatakan dengan rumus 2.37, maka.
NQtot(A) = 7,78 smp
NQtot(C) = 2,03 smp
NQtot(B) = 17,49 smp
NQtot(D) = 20,33 smp
7. Perhitungan Jumlah Antrian Maksimum (NQmax) Dalam smp
Dengan menggunakan gambar 2.19 serta nilai NQtot, untuk menyatakan
NQ dalam hal peluang yang diinginkan untuk terjadinya pembebanan lebih POL
(%), dengan catatan untuk mengoperasikan suatu nilai POL adalah 5%-10%,
maka didapat.
NQmax(A) = 13 smp
NQmax(C) = 6 smp
NQmax(B) = 26 smp
NQmax(D) = 30 smp
43
NSD = 0,904 stop/smp
3. Perhitungan Jumlah Kendaraan Terhenti (NSV)
NSV dihitung menggunakan rumus 2.40, maka.
NSV(A) = 264,82 smp/jam
NSV(C) = 68,97 smp/jam
NSV(B) = 594,90 smp/jam
NSV(D) = 691,62 smp/jam
Selanjutnya dapat dihitung angka henti untuk seluruh simpang dengan
rumus 2.28, maka hasilnya.
NS= 0,982 stop/smp
4. Perhitungan Tundaan Lalu Lintas (DT)
Tundaan lalu lintas dihitung menggunakan rumus 2.43, maka.
DTA = 67,06 detik/smp
DTC = 201,84 detik/smp
DTB = 39,31 detik/smp
DTD = 34,27 detik/smp
5. Perhitungan Tundaan Geometrik Simpang (DG)
DG dapat dihitung dengan rumus 2.45, maka.
DGA = 4,36 detik/smp
DGC = 9,77 detik/smp
DGB = 3,84 detik/smp
DGD = 3,74 detik/smp
6. Perhitungan Tundaan Rata– Rata (D)
Nilai D didapat berdasarkan rumus 2.42, maka.
DA = 71,415 detik/smp
DC = 211,603 detik/smp
DB= 43,157 detik/smp
DD= 38,013 detik/smp
7. Perhitungan Tundaan Total (Dtot)
Nilai Dtot dihitung menggunakan rumus.
Dtotal = D Q
Maka didapat.
Dtotal(A) = 16211 detik/smp
44
Dtotal(C) = 5502 detik/smp
Dtotal(B) = 27275 detik/smp
Dtotal(D) = 29080 detik/smp
ƩDtotal = 78068 detik/smp
8. Perhitungan Rata– RataTundaan Total Seluruh Kaki Simpang
Rata-rata tundaan total seluruh kaki simpang dinyatakan dengan rumus.
Ʃ(𝐷𝑥𝑄)
Drata-rata =
𝑄𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
45
Tabel 2.15 Perbandingan kinerja simpang tak bersinyal dengan bersinyal 3 phase
Derajat Tingkat
Jam Peluang Antrian Tundaan Rata-
No Sistem Kejenuhan Pelayanan
Puncak (QP %) Rata (det/smp)
(DS) Simpang
Tak
1 Bersinyal Pagi 0,845 56,76 – 28,70 14,076 C
Eksisting
Bersinyal
(3B-D
2
Opposite Pagi 0,90 5-10 37,27 D
phase)
Tabel 2.16 Perbandingan kinerja simpang tak bersinyal dengan bersinyal 4 phase
Derajat Tingkat
Jam Peluang Antrian Tundaan Rata-
No Sistem Kejenuhan Pelayanan
Puncak (QP %) Rata (det/smp)
(DS) Simpang
Tak
1 Bersinyal Pagi 0,845 56,76 – 28,70 14,076 C
Eksisting
Bersinyal
2 Pagi 0,84 5-10 47,31 E
(4 phase)
Berdasarkan Tabel 2.14 - 2.16 diperoleh kinerja simpang untuk saat ini lebih
baik menggunakan prioritas dibandingkan dengan menggunakan lampu lalu lintas.
Dilihat dari tingkat pelayanan yang diberikan, simpang dengan prioritas lebih baik
dengan tingkat pelayanan C dibandingkan dengan simpang bersinyal dengan 2
phase, 3 phase dan 4 phase yaitu tingkat pelayanan F dan E.
46
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh hasil sebagai berikut
1. Kinerja simpang 4 Jl. Udayana – Jl. Dewi Sartika – Jl. Kampus Undiksha
pada kondisi saat ini (existing) adalah memiliki tingkat pelayanan
simpang C, dengan tundaan rata-rata 14,076 detik/smp, dan derajat
kejenuhan 0,845.
2. Kinerja simpang 4 Jl. Udayana – Jl. Dewi Sartika – Jl. Kampus Undiksha
jika diterapkan penggunaan APILL tidak lebih baik dibandingan dengan
kondisi eksisting dengan tingkat pelayanan pada sisitem bersinyal 2
phase, bersinyal 3 phase, dan bersinyal 4 phase adalah tingkat pelayanan
E
3. Dari hasil analisis kinerja simpang diatas, dilihat dari besarnya jumlah
arus diperoleh kinerja simpang untuk saat ini lebih baik menggunakan
prioritas dibandingkan dengan menggunakan lampu lalu lintas. Dilihat
dari tingkat pelayanan yang diberikan, simpang dengan prioritas lebih
baik dengan tingkat pelayanan C
3.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:
1. Perlu dilakukan pengkajian pengaturan lalu lintas dengan sistem satu
arah
2. Disarankan untuk melakukan pengkajian pemasangan APILL dengan
sistem ATCS (Area Traffict Control System) Dengan ATCS maka dapat
dilakukan upaya manajemen rekayasa lalu lintas yang
mengkoordinasikan semua titik-titik persimpangan bersinyal melalui
pusat kontrol ATCS, sehingga diperoleh suatu kondisi pergerakan lalu
lintas secara efisien.
47
DAFTAR PUSTAKA
Mahendra, IPG. 2009. Analisis Kinerja Simpang Tak Bersinyal Dan Ruas Jalan di
Kota Denpasar (studi kasus: simpang jalan Gatot Subroto-jalan
Mulawarman-jalan Mataram dan jalan Ahmad Yani-jalanMulawarman).
(Tugas Akhir yang tidak dipublikasikan, Jurusan Teknik Sipil Fakultas
Teknik Universitas Udayana, 2013).
48