2
PERBANDINGAN SISTEMATIKA UU NO.14/92 DENGAN UU NO
22 /2009
UU NO.14/92 UU NO 22 /2009
BAB I KETENTUAN UMUM BAB I KETENTUAN UMUM
BAB II ASAS DAN TUJUAN BAB II ASAS DAN TUJUAN
BAB III RUANG LINGKUP KEBERLAKUAN
UNDANG-UNDANG
BAB III PEMBINAAN BAB IV PEMBINAAN
BAB IV PRASARANA
BAB V PENYELENGGARAAN
BAB VI JARINGAN LALU LINTAS DAN
ANGKUTAN JALAN
BAB V KENDARAAN BAB VII KENDARAAN
BAB VI PENGEMUDI BAB VIII PENGEMUDI
BAB VII LALU LINTAS BAB IX LALU LINTAS
BAB VIII ANGKUTAN BAB X ANGKUTAN
BAB IX LALU LINTAS DAN
ANGKUTAN BAGI
PENDERITA CACAT
3
PERBANDINGAN MATERI UU NO.14/92 DENGAN UU NO 22 /2009
........(LANJUTAN)
UU NO.14/92 UU NO 22/2009
BAB XI KEAMANAN DAN KESELAMATAN
LALU LINTAS ANGKUTAN JALAN
BAB X DAMPAK LINGKUNGAN BAB XII DAMPAK LINGKUNGAN
BAB XI PENYERAHAN URUSAN
UU NO.14/92 UU NO...../2009
BAB XII PENYIDIKAN BAB XIX PENYIDIKAN DAN PENINDAKAN
PELANGGARAN LALU LINTAS DAN
ANGKUTAN JALAN
BAB XIII KETENTUAN PIDANA BAB XX KETENTUAN PIDANA
BAB XIV KETENTUAN LAIN-LAIN
BAB XV KETENTUAN PERALIHAN BAB XXI KETENTUAN PERALIHAN
BAB XVI KETENTUAN PENUTUP BAB XXII KETENTUAN PENUTUP
5
MATERI MUATAN RUU LLAJ YANG PERLU DITINDAKLANJUTI
DENGAN PERATURAN PELAKSANAAN
PERATURAN MENTERI 12
PERHUBUNGAN
PERATURAN KAPOLRI 14
PERATURAN DAERAH 4
6
BAB I
KETENTUAN UMUM
(Pasal 1)
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah satu kesatuan sistem yang
terdiri atas Lalu Lintas, Angkutan Jalan, Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan, Prasarana Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Kendaraan,
Pengemudi, Pengguna Jalan, serta pengelolaannya.
(Pasal 1 point 1)
Lalu Lintas adalah gerak Kendaraan dan orang di Ruang Lalu Lintas
Jalan.( hewan dihapus).
(Pasal 1 point 2)
Jalan adalah seluruh bagian Jalan, termasuk bangunan pelengkap dan
perlengkapannya yang diperuntukkan bagi Lalu Lintas umum, yang
berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah
permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan
rel dan jalan kabel.
(Pasal 1 point 12)
Keamanan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah suatu keadaan
terbebasnya setiap orang, barang, dan/atau Kendaraan dari gangguan
perbuatan melawan hukum, dan/atau rasa takut dalam berlalu lintas.
(Pasal point 30)
7
Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah suatu keadaan
terhindarnya setiap orang dari risiko kecelakaan selama berlalu
lintas yang disebabkan oleh manusia, Kendaraan, Jalan, dan/atau
lingkungan.
(Pasal 1 point 31)
Ketertiban Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah suatu keadaan
berlalu lintas yang berlangsung secara teratur sesuai dengan hak
dan kewajiban setiap Pengguna Jalan
(Pasal 1 point 32)
Kelancaran Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah suatu keadaan
berlalu lintas dan penggunaan angkutan yang bebas dari hambatan
dan kemacetan di Jalan.
(pasal 1 point 33)
Sistem Informasi dan Komunikasi Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
adalah sekumpulan subsistem yang saling berhubungan dengan
melalui penggabungan, pemrosesan, penyimpanan, dan
pendistribusian data yang terkait dengan penyelenggaraan Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan
(Pasal 1 point 34)
8
BAB II
ASAS DAN TUJUAN
(Pasal 2)
Asas (psl 2):
asas transparan, asas akuntabel, asas berkelanjutan, asas
partisipatif, asas bermanfaat, asas efisien dan efektif, asas
seimbang, asas terpadu, dan asas mandiri.
Tujuan (Psl 3)
terwujudnya pelayanan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang
aman, selamat, tertib, lancar, dan terpadu dengan moda
angkutan lain untuk mendorong perekonomian nasional,
memajukan kesejahteraan umum, memperkukuh persatuan
dan kesatuan bangsa, serta mampu menjunjung tinggi
martabat bangsa;
terwujudnya etika berlalu lintas dan budaya bangsa;
dan
terwujudnya penegakan hukum dan kepastian hukum
bagi masyarakat.
9
BAB III
RUANG LINGKUP KEBERLAKUAN UNDANG-UNDANG
(Pasal 4)
10
BAB IV
PEMBINAAN
Psl 5
(1) (Pasal 5)
a. perencanaan;
Pelaksanaan Pembinaan oleh b. pengaturan;
Pemerintah c. pengendalian; dan
d. pengawasan.
a. kementerian negara yang
bertanggung jawab di bidang
Jalan.
b. kementerian negara yang
bertanggung jawab di bidang
Psl 5
sarana dan Prasarana Lalu (2)
Lintas dan Angkutan Jalan.
c. kementerian negara yang
bertanggung jawab di bidang
industri.
d. kementerian negara yang
Psl 5 bertanggung jawab di bidang
pengembangan teknologi.
Psl 6
(3) e. Kepolisian Negara Republik (2)
Indonesia
1. Pemerintah
PEMBAGIAN WEWENANG Provinsi .
Dpt diserahkan 2. Pemerintah
Kabupaten/Kota.
Pemerintah Dpt diserahkan
11
PEMBAGIAN WEWENANG
(Pasal 6 ayat 1)
1. Pemerintah :
a. penetapan sasaran dan arah kebijakan pengembangan sistem
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan nasional;
b. penetapan norma, standar, pedoman, kriteria, dan prosedur
penyelenggaraan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang berlaku
secara nasional;
c. penetapan kompetensi pejabat yang melaksanakan fungsi di
bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan secara nasional;
d. pemberian bimbingan, pelatihan, sertifikasi, pemberian izin,
dan bantuan teknis kepada Pemerintah Provinsi dan
Pemerintah Kabupaten/Kota; dan
e. pengawasan terhadap pelaksanaan norma, standar, pedoman,
kriteria, dan prosedur yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah.
12
2. Pemerintah Provinsi (Pasal 6 ayat 3) :
a. penetapan sasaran dan arah kebijakan sistem Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
provinsi dan kabupaten/kota yang jaringannya melampaui batas wilayah
kabupaten/kota;
b. pemberian bimbingan, pelatihan, sertifikasi, dan izin kepada perusahaan
angkutan umum di provinsi; dan
c. pengawasan terhadap pelaksanaan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan provinsi.
13
BAB V
PENYELENGGARAAN
(Pasal 7)
NO JENIS URUSAN PENANGGUNGJAWAB
1 urusan pemerintahan di bidang Jalan MENTERI BIDANG
PEKERJAAN UMUM (PU)
2 urusan pemerintahan di bidang sarana dan MENTERI BIDANG
Prasarana Lalu Lintas dan Angkutan Jalan PERHUBUNGAN
3 urusan pemerintahan di bidang MENTERI BIDANG
pengembangan industri Lalu Lintas dan PERINDUSTRIAN
Angkutan Jalan
Psl 7
4 urusan pemerintahan di bidang MENTERI BIDANG (2)
pengembangan teknologi Lalu Lintas dan TEKNOLOGI
Angkutan Jalan
5 urusan pemerintahan di bidang Registrasi KEPOLISIAN NEGARA
dan Identifikasi Kendaraan Bermotor dan REPUBLIK INDONESIA
Pengemudi, Penegakan Hukum, (POLRI)
Operasional Manajemen dan Rekayasa Lalu
Lintas, serta pendidikan berlalu lintas
14
Penyelenggaraan menurut bidang
(Pasal 8)
I. Penyelenggaraan di bidang Jalan meliputi kegiatan
pengaturan, pembinaan, pembangunan, dan pengawasan
prasarana Jalan, yaitu:
1. inventarisasi tingkat pelayanan Jalan dan permasalahannya;
2. penyusunan rencana dan program pelaksanaannya serta
penetapan tingkat pelayanan Jalan yang diinginkan;
3. perencanaan, pembangunan, dan optimalisasi pemanfaatan ruas
Jalan;
4. perbaikan geometrik ruas Jalan dan/atau persimpangan Jalan;
5. penetapan kelas Jalan pada setiap ruas Jalan;
6. uji kelaikan fungsi Jalan sesuai dengan standar keamanan dan
keselamatan berlalu lintas; dan
7. pengembangan sistem informasi dan komunikasi di bidang
prasarana Jalan.
15
II. Penyelenggaraan di bidang sarana dan Prasarana Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan meliputi: (Pasal 9)
1. penetapan rencana umum Lalu Lintas dan Angkutan Jalan;
2. Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas;
3. persyaratan teknis dan laik jalan Kendaraan Bermotor;
4. perizinan angkutan umum;
5. pengembangan sistem informasi dan komunikasi di bidang
sarana dan Prasarana Lalu Lintas dan Angkutan Jalan;
6. pembinaan sumber daya manusia penyelenggara sarana
dan Prasarana Lalu Lintas dan Angkutan Jalan; dan
7. penyidikan terhadap pelanggaran perizinan
angkutan umum, persyaratan teknis dan kelaikan Jalan
Kendaraan Bermotor yang memerlukan keahlian dan/atau
peralatan khusus yang dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan Undang-Undang ini.
16
III. Penyelenggaraan di bidang industri meliputi : (Pasal 10)
1. penyusunan rencana dan program pelaksanaan pengembangan
industri Kendaraan Bermotor;
2. pengembangan industri perlengkapan Kendaraan Bermotor yang
menjamin Keamanan dan Keselamatan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan; dan
3. pengembangan industri perlengkapan Jalan yang menjamin
Keamanan dan Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
IV. Penyelenggaraan di bidang pengembangan teknologi meliputi:
(pasal 11)
1. Lalu penyusunan rencana dan program pelaksanaan
pengembangan teknologi Kendaraan Bermotor;
2. pengembangan teknologi perlengkapan Kendaraan Bermotor
yang menjamin Keamanan dan Keselamatan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan; dan
3. pengembangan teknologi perlengkapan Jalan yang menjamin
Ketertiban dan Kelancaran Lintas dan Angkutan Jalan.
17
V. Penyelenggaraan di bidang Registrasi dan Identifikasi
Kendaraan Bermotor dan Pengemudi, Penegakan Hukum,
Operasional Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas, serta
pendidikan berlalu lintas meliputi: (Pasal 12)
1. pengujian dan penerbitan Surat Izin Mengemudi Kendaraan
Bermotor;
2. pelaksanaan registrasi dan identifikasi Kendaraan Bermotor;
3. pengumpulan, pemantauan, pengolahan, dan penyajian data Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan;
4. pengelolaan pusat pengendalian Sistem Informasi dan Komunikasi
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan;
5. pengaturan, penjagaan, pengawalan, dan patroli Lalu Lintas;
penegakan hukum yang meliputi penindakan pelanggaran dan
penanganan Kecelakaan Lalu Lintas;
6. pendidikan berlalu lintas;
7. pelaksanaan Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas; dan
8. pelaksanaan manajemen operasional Lalu Lintas.
18
FORUM LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN
BADAN AD HOC
1. Lembaga ad hoc yg
bertugas ;
a. menganalisis
PEMBINA LLAJ permasalahan;
b. menjembatani,
menemukan solusi,
dan meningkatkan
kualitas pelayanan;
dan
AKADEMISI MASYARAKAT
c. bukan sebagai aparat
penegak hukum.
2. Dibentuk di tingkat:
a. Pusat;
b. Daerah Provinsi;
c. Daerah
PENYELENGGARA LLAJ
Kabupaten/Kota.
19
Bagian Pertama (Psl 14-18)
Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
RENCANA INDUKLLAJ
RENCANA INDUKLLAJ
ANTAR KOTA YG
ANTAR KOTA YG RENCANA INDUKLLAJ
BERADA DALAM
MELEBIHI WILAYAH ANTAR KOTA YG
WILAYAH KAB :
PROVINSI : BERADA DALAM
RENCANA INDUK
a. Dalam satu pulau WILAYAH PROVINSI :
JLLAJ PERKOTAAN YG
besar (jawa, Sumatra, RENCANA INDUK
MELEBIHI WILAYAH
Kalimantan, Sulawesi, JLLAJ PERKOTAAN YG
KAB;
b.Antar pulau MELEBIHI WILAYAH
RENCANA INDUK
c. Gugus pulau PROVINSI
JLLAJ PERKOTAAN
RENCANA INDUK
DALAM WILAYAH KOTA
JLLAJ PERKOTAAN YG
MELEBIHI WILAYAH
PROVINSI
PENYELENGGARAAN
LLAJ
TUGAS POKOK +
FUNGSI
URUSAN MASING2
BADAN
AD HOC
MENGANALISIS
PERMASALAHAN
MENJEMBATANI,
MENEMUKAN SOLUSI &
MENINGKATKAN
KUALITAS PELAYANAN
BUKAN SEBAGAI
APARAT PENEGAK
HUKUM
21
BAB VI
JARINGAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN
(Pasal 14)
I. Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan terdiri atas:
(Pasal 14 ayat 3)
Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Nasional;
Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Provinsi; dan
Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
Kabupaten/Kota.
II. Ruang Lalu Lintas (Pasal 18)
A. Pengelompokan Jalan menurut kelas Jalan terdiri atas: Pasal 18 (2)
1. Nasional;
2. Provinsi;
3. Kabupaten;
4. Kota.
B. Penggunaan dan Perlengkapan Jalan.
22
BATAS KECEPATAN
NASIONAL
Maks Min
JALAN
KAWASAN KAWASAN JALAN
BEBAS
PERMUKIMAN PERKOTAAN ANTAR KOTA
HAMBATAN
Dengan
Rambu
Batas Kecepatan
PEMDA Max setempat
UJI KELAIKAN FUNGSI JALAN
ANGGOTA TIM
TIM UJI
1.Unsur PU
PENYELENGGARA LAIK 2.Unsur Hub
JALAN FUNGSI 3.Unsur POLRI
JENIS WEWENANG
PERLENGKAPAN JALAN
26
Fungsi, Klasifikasi, dan Tipe TERMINAL
PENUMPANG BARANG
A I KEPENTINGAN
SENDIRI
B II
C III
Penentuan Lokasi Terminal
1. WNI;
2. B.H ; DI LUAR RUMIJA
DI DALAM RUMIJA
USAHA PENUNJANG
KHUSUS USAHA POKOK RAMBU/
MARKA
Bagian Keenam
Fasilitas Pendukung
WEWENANG
JENIS
FASILITAS PENDUKUNG
PEMERINTAH
JALAN NASIONAL
a. trotoar;
b. lajur sepeda; PEMPROV
c. tempat penyeberangan Pejalan Kaki;
d. Halte; dan/atau
JALAN PROVINSI
e. fasilitas khusus bagi penyandang cacat
dan manusia usia lanjut.
PEMKAB/KOT
JALAN KAB/KOT
BAB VII
KENDARAAN
Pasal 47
31
BAB VII
KENDARAAN
I. Jenis Kendaraan (pasal 47 ayat 1)
Bermotor dan Tidak Bermotor
II. Persyaratan teknis terdiri atas : (pasal 48 ayat 2)
1. susunan;
2. perlengkapan;
3. ukuran;
4. karoseri;
5. rancangan teknis kendaraan sesuai dengan
peruntukannya;
6. pemuatan;
7. penggunaan;
8. penggandengan Kendaraan Bermotor; dan/atau
9. penempelan Kendaraan Bermotor
32
1. Jenis dan Fungsi Kendaraan (ps 47);
KENDARAAN
JENIS FUNGSI
35
3. Pengujian Kendaraan Bermotor (ps 49-56)
UP TIPE
UP BERKL
PEMERINTAH MBL PNP UMUM
PEMERINTAH
MBL BUS
DIIMPOR UP BERKL
ATPM MBL BARANG
DIBUAT/D
IRAKIT
KERETA TEMP/
UP BERKL
MODIFIKASI GANDENGAN
SWASTA
III. PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR
(Pasal 49)
37
Psl 50-51
UNIT PELAKSANA UJI TPE
SERTIFIKAT SERTIFIKAT
LULUS UJI TIPE PRODUSEN/IMPORTIR LULUS UJI TIPE
SERTIFIKAT UNIT
REGISTRASI PELAKSANA
UJI TIPE UJI BERKALA
Pasal 50
(1) Uji tipe sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 ayat (2)
huruf a wajib dilakukan bagi setiap Kendaraan Bermotor,
kereta gandengan, dan kereta tempelan, yang
diimpor, dibuat dan/atau dirakit di dalam negeri,
serta modifikasi Kendaraan Bermotor yang
menyebabkan perubahan tipe.
(2) Uji tipe sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. pengujian fisik untuk pemenuhan persyaratan teknis dan
laik jalan yang dilakukan terhadap landasan Kendaraan
Bermotor dan Kendaraan Bermotor dalam keadaan lengkap;
dan
b. penelitian rancang bangun dan rekayasa Kendaraan
Bermotor yang dilakukan terhadap rumah-rumah, bak
muatan, kereta gandengan, kereta tempelan, dan
Kendaraan Bermotor yang dimodifikasi tipenya.
39
Pasal 51
1) Landasan Kendaraan Bermotor dan Kendaraan Bermotor dalam keadaan
lengkap yang telah lulus uji tipe diberi sertifikat lulus uji tipe.
2) Rumah-rumah, bak muatan, kereta gandengan, kereta tempelan, dan
modifikasi tipe Kendaraan Bermotor yang telah lulus uji tipe diterbitkan
surat keputusan pengesahan rancang bangun dan rekayasa.
3) Penanggung jawab pembuatan, perakitan, pengimporan landasan
Kendaraan Bermotor dan Kendaraan Bermotor dalam keadaan lengkap,
rumah-rumah, bak muatan, kereta gandengan dan kereta tempelan,
serta Kendaraan Bermotor yang dimodifikasi harus meregistrasikan tipe
produksinya.
4) Sebagai bukti telah dilakukan registrasi tipe produksi sebagaimana
dimaksud pada ayat (3), diberikan tanda bukti sertifikat registrasi uji
tipe.
5) Sebagai jaminan kesesuaian spesifikasi teknik seri produksinya terhadap
sertifikat uji tipe, dilakukan uji sampel oleh unit pelaksana uji tipe
Pemerintah.
40
Pasal 52
1) Modifikasi Kendaraan Bermotor sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 50 ayat (1) dapat berupa modifikasi dimensi,
mesin, dan kemampuan daya angkut.
2) Modifikasi Kendaraan Bermotor sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) tidak boleh membahayakan keselamatan
berlalu lintas, mengganggu arus lalu lintas, serta merusak
lapis perkerasan/daya dukung jalan yang dilalui.
3) Setiap Kendaraan Bermotor yang dimodifikasi sehingga
mengubah persyaratan konstruksi dan material wajib
dilakukan uji tipe ulang.
4) Bagi Kendaraan Bermotor yang telah diuji tipe ulang
sebagaimana dimaksud pada ayat (3), harus dilakukan
registrasi dan identifikasi ulang.
41
MODIFIKASI Psl 52
KENDARAAN
BERMOTOR
PERSYARATAN DIMENSI
MODIFIKASI MESIN
PERSYARATAN
KONSTRUKSI DAN
D.A
MATERIAL
BERUBAH
YA REGISTRASI
UJI TIPE
UJI TIPE
IDENTIFIKASI
ULANG
Pasal 53
(1) Uji berkala sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 ayat (2) huruf
b diwajibkan untuk mobil penumpang umum, mobil bus,
mobil barang, kereta gandengan, dan kereta tempelan
yang dioperasikan di Jalan.
(2) Pengujian berkala sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
kegiatan:
a. pemeriksaan dan pengujian fisik Kendaraan Bermotor; dan
b. pengesahan hasil uji.
(3) Kegiatan pemeriksaan dan pengujian fisik Kendaraan Bermotor
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dilaksanakan oleh:
a. unit pelaksana pengujian pemerintah kabupaten/kota;
b. unit pelaksana agen tunggal pemegang merek yang
mendapat izin dari Pemerintah; atau
c. unit pelaksana pengujian swasta yang mendapatkan izin dari
Pemerintah.
43
UJI BERKALA
(Pasal 53)
WAJIB UJI BERKALA
1. MOBIL PENUMPANG UMUM
2. MOBIL BUS
3. MOBIL BARANG Psl 53
(1)
4. KERETA GANDENGAN
5. KERETA TEMPELAN
44
Psl 53-55
UNIT PELAKSANA UJI BERKALA
(PEMERINTAH/ATPM/SWASTA)
1. KAB/KOTA Psl 53
II. UJI BERKALA 2. ATPM (3)
3. SWASTA
Psl 53
46
4. Perlengkapan Kendaraan Bermotor (ps 57-59)
HELM
a. sabuk keselamatan;
STD
b. ban cadangan;
c. segitiga pengaman;
d. dongkrak;
e. pembuka roda;
f. helm dan rompi pemantul cahaya bagi
Pengemudi Kendaraan Bermotor beroda
empat atau lebih yang tidak memiliki
rumah-rumah; dan
g. peralatan pertolongan pertama pada
Kecelakaan Lalu Lintas
IV. Perlengkapan Kendaraan Bermotor beroda
empat atau lebih terdiri atas: (Pasal 57 )
(Pasal 57 ayat 2)
1) sabuk keselamatan;
2) ban cadangan;
3) segitiga pengaman;
4) . . .
48
4) dongkrak;
5) pembuka roda;
6) helm dan rompi pemantul cahaya bagi Pengemudi Kendaraan
Bermotor beroda empat atau lebih yang tidak memiliki rumah-
rumah; dan
7) peralatan pertolongan pertama pada Kecelakaan Lalu Lintas.
>Khusus sepeda motor harus dilengkapi helm SNI. Pasal 57(2)
IV. LAMPU ISYARAT (Pasal 59)
WARNA LAMPU KEGUNAAN
biru dan sirene untuk Kendaraan Bermotor petugas Kepolisian
( Psl 59 ayat 5a) Negara Republik Indonesia
merah dan sirene untuk Kendaraan Bermotor tahanan, pengawalan
( Psl 59 ayat 5b) Tentara Nasional Indonesia, pemadam kebakaran,
ambulans, palang merah, rescue, dan jenazah
kuning tanpa sirene digunakan untuk Kendaraan Bermotor patroli jalan tol,
( Psl 59 ayat 5c) pengawasan sarana dan Prasarana Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan, perawatan dan pembersihan fasilitas
umum, menderek Kendaraan, dan angkutan barang
khusus.
49
V. Bengkel Umum Kendaraan Bermotor
(Pasal 60)
1) Bengkel umum Kendaraan Bermotor berfungsi untuk memperbaiki
dan merawat Kendaraan Bermotor, wajib memenuhi persyaratan
teknis dan laik jalan.
2) Bengkel umum yang mempunyai akreditasi dan kualitas
tertentu dapat melakukan pengujian berkala
Kendaraan Bermotor.
3) Penyelenggaraan bengkel umum sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) wajib memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Menteri yang
bertanggung jawab di bidang industri.
4) Penyelenggaraan bengkel umum sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) harus mendapatkan izin dari pemerintah kabupaten/kota
berdasarkan rekomendasi dari Kepolisian Negara Republik Indonesia.
5) Pengawasan terhadap bengkel umum Kendaraan Bermotor
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh pemerintah
kabupaten/kota.
50
VI. Kendaraan Tidak Bermotor
(Pasal 61)
(1) Setiap Kendaraan Tidak Bermotor yang dioperasikan di
Jalan wajib memenuhi persyaratan keselamatan, meliputi:
a. persyaratan teknis; dan
b. persyaratan tata cara memuat barang.
KTB
a. Tenaga Manusia;
b. Tenaga Hewan
a. konstruksi;
b. sistem kemudi; a. Dimensi;
c. sistem roda; b. berat
d. sistem rem;
e. lampu dan pemantul cahaya; dan
f. alat peringatan dengan bunyi.
VII. Registrasi dan Identifikasi Kendaraan Bermotor
(Pasal 64)
54
FUNGSI DAN PERAN PENGUJIAN KENDARAAN
BERMOTOR DALAM SISTEM LLAJ
1. Membangun, memperbaiki dan meningkatkan sistem
keselamatan kendaraan bermotor
2. Berkoordinasi dengan instansi lainnya dalam rangka
meningkatkan keselamatan di jalan
3. Menyarankan perubahan peraturan perundangan yang
perlu dilakukan dalam rangka penyempurnaan
pelaksanaan pengujian kendaraan bermotor
4. Menindak lanjuti pelaksanaan peraturan baru
dibidangan PKB
5. Mensosialisasikan peraturan perundangan mengenai
PKB
6. Mempersiapkan statistik hasil pengujian
7. Mengevaluasi hasil pengujian untuk meningkatkan
keselamatan berkendara
55
1. Membangun, memperbaiki dan meningkatkan
sistem keselamatan kendaraan bermotor
Dalam rangka menghindari kecelakaan
Mengurangi dampak kecelakaan terhadap
penumpang dan muatannya dalam kejadian
kecelakaan
Meningkatkan keselamatan pejalan kaki
Meneliti faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya
kecelakaan
>> FUNGSI DAN PERAN PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DALAM SISTEM LLAJ
56
2. Berkoordinasi dengan instansi lainnya dalam
rangka meningkatkan keselamatan di jalan
Jajaran Kementrian Perhubungan
Jajaran kementrian Pekerjaan umum
Industri karoseri
Industri kendaraan bermotor
Kepolisian Republik Indonesia
Dinas terkait
>> FUNGSI DAN PERAN PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DALAM SISTEM LLAJ
57
3. Menyarankan perubahan peraturan
perundangan yang perlu dilakukan dalam rangka
penyempurnaan pelaksanaan pengujian
kendaraan bermotor
Mekanika kendaraan
Elektronika kendaraan
Hidrolika kendaraan
Emisi gas buang
Tehnologi informasi kendaraan
>> FUNGSI DAN PERAN PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DALAM SISTEM LLAJ
58
4. Menindak lanjuti pelaksanaan peraturan baru
dibidangan PKB
Perubahan undang-undang
Perubahan Peraturan Pemerintah
Perubahan Peraturan Menteri
Perubahan Peraturan Daerah
>> FUNGSI DAN PERAN PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DALAM SISTEM LLAJ
59
5. Mensosialisasikan peraturan perundangan
mengenai PKB kepada
Industri kendaraan bermotor,
Industri karoseri
Pengusaha angkutan
Bengkel
Perusahaan angkutan atau
Lembaga terkait
>> FUNGSI DAN PERAN PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DALAM SISTEM LLAJ
60
6. Mempersiapkan statistik hasil pengujian
metode pengumpulan,
peringkasan dan penyajian data,
menganalisis (termasuk pendugaan parametrik)
dan
menarik kesimpulan dari data pengujian
kendaraan bermotor
>> FUNGSI DAN PERAN PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DALAM SISTEM LLAJ
61
7. Mengevaluasi hasil pengujian untuk
meningkatkan keselamatan berkendara
Perubahan peraturan perundangan, setelah
mempelajari hasil pengujian serta
memperhatikan hasil penelitian lainnya yang
dilakukan oleh pemerintah atau lembaga
penelitian internasional
Meningkatkan spesifikasi kendaraan
Memberlakukan pelarangan atas tehnologi
tertentu.
>> FUNGSI DAN PERAN PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DALAM SISTEM LLAJ
62
KODE ETIK PENGUJI
. . . PEMBAHASAN KHUSUS
63
Definisi Kode Etik
Kode etik profesi adalah pedoman sikap,
tingkah laku dan perbuatan dalam
melaksanakan tugas dan dalam
kehidupan sehari-hari.
68
Persyaratan untuk mendapatkan SIM (Pasal 81)
1. Syarat usia ditentukan paling rendah sebagai berikut: (Pasal 81 ayat 2)
1) SIM A , C dan D 17 Tahun
2) SIM B1 20 Tahun
3) SIM B II 21 Tahun
4) SIM A Umum 20 Tahun
5) SIM B 1 Umum 22 Tahun
6) SIM B 11 Umum 23 Tahun
2. Syarat administratif meliputi : (Pasal 81 ayat 3)
1) identitas diri berupa Kartu Tanda Penduduk;
2) pengisian formulir permohonan; dan
3) rumusan sidik jari
3. Syarat kesehatan meliputi : (Pasal 81 ayat 4)
1) sehat jasmani dengan surat keterangan dari dokter; dan
2) sehat rohani dengan surat lulus tes psikologis
4. Syarat lulus ujian meliputi : (Pasal 81 ayat 5)
1) ujian teori;
2) ujian praktik; dan/atau
3) ujian keterampilan melalui simulator.
69
1. Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas (93-98)
UNSUR
UNSUR P.U
PERHUBUNGAN
UNSUR POLRI
71
MANAJEMEN & REKAYASA LALIN
Pasal 93
TEKNIK-TEKNIK MANAJEMEN LALU LINTAS
SUDAH TERINCI DAN DIBEDAKAN MENURUT
PRIORITAS (ANGKUTAN MASSAL DENGAN
LAJUR DAN JALUR, PEJALAN KAKI),
KEMUDAHAN (PENYANDANG CACAT),
PEMISAHAN LALU LINTAS (SESUAI LAHAN,
MOBILITAS, DAN AKSESIBILITAS), PEMADUAN
MODA, PADA DAERAH PERSIMPANGAN, PADA
RUAS JALAN, DAN PERLINDUNGAN
LINGKUNGAN.)
72
MANAJEMEN & REKAYASA LALIN
Pasal 93
73
KEGIATAN HUB PU POL
POL
c. optimalisasi operasional rekayasa Lalu Lintas
dalam rangka meningkatkan ketertiban,
kelancaran, dan efektivitas penegakan hukum.
KEGIATAN HUB PU POL
a. arahan; HUB
b. bimbingan; HUB
c. penyuluhan; HUB
78
2. Analisis Dampak Lalu Lintas (ps 99- 100)
PENGEMBANG PEMDA
RENCANA
PEMBANGUNAN : KOMITMEN IZIN
a.PUSAT KEGIATAN; PENGEMBANG PEMBANGUNAN
Kriteria
b.PEMUKIMAN;
c.INFRASTRUKTUR
81
III. Pengutamaan Alat Pemberi Isyarat Lalu
Lintas, Rambu Lalu Lintas, Marka Jalan,
dan Petugas yang Berwenang
(Pasal 102)
82
IV. Tata Cara Berlalu Lintas
PASAL 105
1. Ketertiban dan Keselamatan. (Pasal 105 s/d 106)
84
TATA CARA BERLALU LINTAS BAGI PENGEMUDI
KENDARAAN BERMOTOR UMUM
Pasal 126
85
V. Penggunaan Jalan Selain untuk Kegiatan
Lalu Lintas. (Pasal 127)
86
VII. Manajemen Kebutuhan Lalu Lintas.
(Pasal 133)
87
7. Manajemen Kebutuhan Lalu Lintas (ps 133)
RESTRIBUSI
MANAJEMEN KEB PEM/PEMPROV/
LL PEMKAB/KOT
89
PENYELENGGARAAN MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS
UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS
PENGGUNAAN RUANG LALU LINTAS DAN MENGENDALIKAN
PERGERAKAN LALU LINTAS, YANG SALAH SATUNYA
DILAKUKAN DENGAN CARA PENGENALAN RETRIBUSI
PENGENDALIAN LALU LINTAS ATAU DIKENAL DENGAN ROAD
PRICING
ANGKUTAN
ANGKUTAN
MENURUT
MENURUT OBYEK
PENYELENGGARAAN
KB KTB
TIDAK UMUM
UMUM
/PRIBADI
ORG BRG
PENYELENGGARA
MBL BRG ketersediaan
ANGKUTAN UMUM
SPD MTR
MBL PNP
PERSYARATAN
BUS PELAYANAN ANGKUTAN
UMUM
BAB X
ANGKUTAN
(Pasal 137)
I. ANGKUTAN ORANG DAN BARANG
a. menggunakan Kendaraan Bermotor dan Kendaraan Tidak
Bermotor.
b. Mobil barang dilarang digunakan untuk angkutan orang, kecuali:
1) rasio Kendaraan Bermotor untuk angkutan orang, kondisi
geografis, dan prasarana jalan di provinsi/kabupaten/kota
belum memadai;
2) untuk pengerahan atau pelatihan Tentara Nasional Indonesia
dan/atau Kepolisian Negara Republik Indonesia; atau
3) kepentingan lain berdasarkan pertimbangan Kepolisian
Negara Republik Indonesia dan/atau Pemerintah Daerah.
92
Mutu
pelayanan
DALAM TIDAK
TRAYEK KRITERIA
DALAM TRAYEK
2. Angkutan antarkota
antarprovinsi; 2. angkutan orang dengan
tujuan tertentu;
3. Angkutan antarkota
dalam provinsi ;
3. angkutan orang untuk
keperluan pariwisata;
4. Angkutan perkotaan
4. angkutan orang di
5. Angkutan perdesaan kawasan tertentu.
DASAR
1. LBN MENSP
2. AKAP MENSP
3. AKDP GUB
4. APK
MENSP
GUB
BUP/WK
5. APD
MENSP
GUB
BUP/WK
KEWAJIBAN MENYEDIAKAN ANGKUTAN UMUM
Pasal 139
95
STANDART PELAYANAN MINIMAL(SPM)
Pasal 141
UNTUK MEWUJUDKAN STANDART PELAYANAN JASA
ANGKUTAN UMUM, PEMERINTAH MENETAPKAN SUATU
STANDART PELAYANAN MINIMAL (SPM)
PERUSAHAAN ANGKUTAN UMUM WAJIB MEMENUHI
STANDART PELAYANAN MINIMAL
KEAMANAN
KESELAMATAN
KENYAMANAN
KETERJANGKAUAN
KESETARAAN, DAN
KETERATURAN
→ MENGAKOMODIR KEBUTUHAN PENYANDANG CACAT
96
II. ANGKUTAN ORANG DENGAN KENDARAAN UMUM
(Pasal 140)
97
RENCANA UMUM JARINGAN TRAYEK
Pasal145
PENYUSUNAN DILAKUKAN BERKOORDINASI DENGAN
INSTANSI TERKAIT
JARINGAN TRAYEK PERKOTAAN DISUSUN BERDASARKAN
KAWASAN PERKOTAAN (OTONOM;BAGIAN KABUPATEN
DENGAN CIRI KOTA; KAWASAN BAGIAN DARI ≥ 2
DAERAH YANG MEMILIKI CIRI KOTA
PENETAPAN JARINGAN TRAYEK OLEH
PEMERINTAH/PEMDA SESUAI WILAYAH (DALAM WILAYAH
KABUPATEN ATAU KOTA PERLU MENDAPATKAN
PERSETUJUAN DARI MENTERI (PASAL 148)
BERHENTI DITEMPAT YANG DITENTUKAN (TIDAK PERLU
HARUS DI TERMINAL (PASAL 143) KECUALI AKAP/AKDP
98
ANGKUTAN MASSAL
Pasal 158
PEMERINTAH WAJIB MENJAMIN KETERSEDIAAN
ANGKUTAN MASSAL BERBASIS JALAN UNTUK
MEMENUHI KEBUTUHAN ANGKUTAN ORANG
DENGAN KENDARAAN BERMOTOR UMUM DI
KAWASAN PERKOTAAN (KAWASAN MEGAPOLITAN,
KAWASAN METROPOLITAN DAN KAWASAN
PERKOTAAN BESAR)
99
Kebutuhan Angkutan Orang dengan
Kendaraan Bermotor Umum di Kawasan
Perkotaan.
DALAM TIDAK
TRAYEK DALAM TRAYEK
MENSP
3. angkutan orang untuk
keperluan pariwisata;
BUPATI
4. angkutan orang di
WALIKOTA
kawasan tertentu.
II. ANGKUTAN ORANG DENGAN KENDARAAN UMUM
(Pasal 140)
102
4. Angkutan Barang dengan Kendaraan Bermotor
Umum (ps 160-168)
PERSYARATAN
BARANG BARANG
UMUM KHUSUS &
ALAT BERAT
PENGUMUDI
PERSYARATAN
KOMPENTENSI
5. Angkutan Multimoda (ps 165)
DOKUMEN
SPP SM
TIKET TP BAGASI MANIFES
PENGEMUDI
PNP PENGEMUDI
7. Pengawasan Muatan Barang (ps 169-172)
alat
penimbangan
alat penimbangan
yang dapat alat penimbangan yang
dipasang secara tetap
dipindahkan
PEMERIKSAAN Penetapan
PEMERINTAH lokasi
& PENYIDIKAN
PEMPROV Pengoperasia
PETUGAS n & perawatan
PEMERIKSA
Pemberi Dalam Trayek Tidak Dalam Trayek
Izin
Menteri 1. lintas batas negara 1. angkutan taksi yang wilayah operasinya
2. antarkabupaten/kota melampaui wilayah 1 provinsi melampaui 1 daerah provinsi;
3. angkutan perkotaan melampaui wilayah 1 provinsi 2. angkutan dengan tujuan tertentu; atau
4. Perdesaan melewati wilayah 1 provinsi. 3. angkutan pariwisata
Gubernur 1. Antarkota melampaui wilayah 1 kab/kota dalam 1 1. angkutan taksi yang wilayah operasinya
provinsi melampaui lebih dari 1 daerah
2. angkutan perkotaan melampaui wilayah 1 kab/kota kab/kota dalam 1 provinsi
dalam 1 provinsi 2. angkutan taksi dan angkutan kawasan
3. perdesaan yang melampaui wilayah 1 kab dalam 1 tertentu yang wilayah operasinya
provinsi berada dalam wilayah Provinsi Daerah
4. Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta untuk Khusus Ibukota Jakarta
penyelenggaraan angkutan orang yang melayani
trayek yang seluruhnya berada dalam wilayah
Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
Bupati 1. perdesaan yang berada dalam 1wilayah kabupaten taksi dan angkutan kawasan tertentu
2. perkotaan yang berada dalam 1wilayah kabupaten yang wilayah operasinya berada dalam
wilayah kabupaten.
Walikota perkotaan yang berada dalam 1 wilayah kota. taksi dan angkutan kawasan tertentu yang
wilayah operasinya berada dalam wilayah
kota.
PENUMPANG
Dalam Trayek
1. tarif kelas ekonomi; dan
Menteri Perhubungan
gubernur
bupati
walikota
2. tarif kelas nonekonomi ditetapkan oleh Perusahaan Angkutan Umum.
BARANG
kesepakatan antara Pengguna Jasa dan Perusahaan Angkutan Umum
I. Perizinan Angkutan
Pasal 173
Pemberi Dalam Trayek Tidak Dalam Trayek
Izin (Pasal 176) (Pasal 179)
Menteri 1. lintas batas negara 1. angkutan taksi yang wilayah operasinya
2. antarkabupaten/kota melampaui wilayah 1 provinsi melampaui 1 daerah provinsi;
3. angkutan perkotaan melampaui wilayah 1 provinsi 2. angkutan dengan tujuan tertentu; atau
4. Perdesaan melewati wilayah 1 provinsi. 3. angkutan pariwisata
Gubernur 1. Antarkota melampaui wilayah 1 kab/kota dalam 1 1. angkutan taksi yang wilayah operasinya
provinsi melampaui lebih dari 1 daerah
2. angkutan perkotaan melampaui wilayah 1 kab/kota kab/kota dalam 1 provinsi
dalam 1 provinsi 2. angkutan taksi dan angkutan kawasan
3. perdesaan yang melampaui wilayah 1 kab dalam 1 tertentu yang wilayah operasinya
provinsi berada dalam wilayah Provinsi Daerah
4. Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta untuk Khusus Ibukota Jakarta
penyelenggaraan angkutan orang yang melayani
trayek yang seluruhnya berada dalam wilayah
Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
Bupati 1. perdesaan yang berada dalam 1wilayah kabupaten taksi dan angkutan kawasan tertentu
2. perkotaan yang berada dalam 1wilayah kabupaten yang wilayah operasinya berada dalam
wilayah kabupaten.
Walikota perkotaan yang berada dalam 1 wilayah kota. taksi dan angkutan kawasan tertentu yang
wilayah operasinya berada dalam wilayah
kota.
110
IJIN ANGKUTAN UMUM
Pasal 174
111
II. Izin Penyelenggaraan Angkutan Barang
Khusus dan Alat Berat (Pasal 180)
112
TARIF ANGKUTAN
Pasal 181
I. PENUMPANG
Dalam Trayek
1. tarif kelas ekonomi; dan
Menteri Perhubungan Psl
gubernur 182
bupati
walikota
2. tarif kelas nonekonomi ditetapkan oleh Perusahaan Angkutan Umum.
113
SUBSIDI ANGKUTAN UMUM
Pasal 185
114
KEAMANAN DAN KESELAMATAN
LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN
117
3. PENGAWASAN, KEAMANAN, DAN KESELAMATAN LLAJ
Pasal 206;207
1. Perlu mempersiapkan pelaksanaan audit bidang keselamatan LLAJ,
yang nantinya dilaksanakan oleh auditor independent.
2. Perlu mempersiapkan kegiatan inspeksi bidang keselamatan LLAJ
secara periodik sesuai dengan tanggung jawab pembina bidang
sarana dan prasarana LLAJ
121
3. Masyarakat
1) Hak (Pasal 216)
a. Masyarakat berhak mendapatkan
Ruang Lalu Lintas yang ramah
lingkungan.
b. Masyarakat berhak memperoleh
informasi tentang kelestarian
lingkungan bidang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan.
2) Kewajiban (Pasal 217)
Masyarakat wajib menjaga kelestarian
lingkungan bidang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan.
122
PEMERINTAH, PEMDA, PERSH ANGKUTAN
a. Aksesbilitas
b. Prioritas pelayanan
b. Fasilitas pelayanan
MASYARAKAT
BAB XIII
PENGEMBANGAN INDUSTRI DAN TEKNOLOGI SARANA
DAN PRASARANA LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN
Pasal 219
1. Pengembangan Rancang Bangun Kendaraan
Bermotor harus mendapatkan pengesahan dari
Menteri yang bertanggung jawab di bidang sarana
dan Prasarana Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
124
BAB XIV
KECELAKAAN LALU LINTAS
Pasal 226
I. Pencegahan Kecelakaan Lalu Lintas
Penyusunan program pencegahan Kecelakaan Lalu Lintas dilakukan oleh forum Lalu Lintas
dan Angkutan Jalan di bawah koordinasi Kepolisian Negara Republik Indonesia.
II. Penanganan Kecelakaan Lalu Lintas (Pasal 227)
tata cara penanganan Kecelakaan Lalu Lintas diatur dengan peraturan Kepala Kepolisian
Negara Republik Indonesia.
III. Penggolongan dan Penanganan Perkara Kecelakaan Lalu Lintas (Pasal 229)
Kecelakaan Lalu Lintas digolongkan atas:
1. Kecelakaan Lalu Lintas ringan;
2. Kecelakaan Lalu Lintas sedang; atau
3. Kecelakaan Lalu Lintas berat.
IV. Kewajiban dan Tanggung Jawab Pengemudi, Pemilik Kendaraan Bermotor, dan/atau
Perusahaan Angkutan (Pasal 234)
Pengemudi, pemilik Kendaraan Bermotor, dan/atau Perusahaan Angkutan Umum bertanggung
jawab atas kerugian yang diderita oleh Penumpang dan/atau pemilik barang dan/atau pihak
ketiga karena kelalaian Pengemudi.
Setiap Pengemudi, pemilik Kendaraan Bermotor, dan/atau Perusahaan Angkutan Umum
bertanggung jawab atas kerusakan jalan dan/atau perlengkapan jalan karena kelalaian atau
kesalahan Pengemudi.
Pihak yang menyebabkan terjadinya Kecelakaan Lalu Lintas sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 229 wajib mengganti kerugian yang besarannya ditentukan berdasarkan putusan
pengadilan.
Kewajiban mengganti kerugian pada Kecelakaan Lalu Lintas dapat dilakukan di luar
pengadilan jika terjadi kesepakatan damai di antara para pihak yang terlibat.
125
BAB XV
PERLAKUAN KHUSUS BAGI PENYANDANG CACAT,
MANUSIA USIA LANJUT, ANAK-ANAK, WANITA
HAMIL, DAN ORANG SAKIT
Pasal 234
126
1. Penyelenggaraan Sistem Informasi dan
Komunikasi (ps 245-246);
128
BAB XVI
SISTEM INFORMASI DAN KOMUNIKASI
LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN
Pasal 245 – Psl 252
1. Penyelenggaraan Sistem Informasi dan Komunikasi Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan dilaksanakan oleh
a. Pemerintah,
b. pemerintah provinsi, dan
c. pemerintah kabupaten/kota.
129
Penyelenggaraan SIK LLAJ dilaksanakan oleh
Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah
Kabupaten Kota
Data, Informasi dan Komunikasi dapat diakses
oleh setiiap Pembina LLAJ dan Masyarakat.
130
STRUKTUR SISTEM INFORMASI DAN KOMUNIKASI
PEMBINA PERENCANAAN
LLAJ
PENGATURAN
133
BAB XVIII
PERAN SERTA MASYARAKAT
Pasal 256
Peran serta masyarakat berupa: (Pasal 256 ayat 2)
134
BAB XIX
PENYIDIKAN DAN PENINDAKAN PELANGGARAN
LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN
Pasal 259
Penyidikan dilakukan:
a. POLRI (Penyidik dan Pembantu Penyidik);
b. PPNS
Kewenangan PPNS: (pasal 260)
a. melakukan pemeriksaan atas pelanggaran persyaratan teknis dan laik jalan Kendaraan
Bermotor yang pembuktiannya memerlukan keahlian dan peralatan khusus;
b. melakukan pemeriksaan atas pelanggaran perizinan angkutan orang dan/atau barang
dengan Kendaraan Bermotor Umum;
c. melakukan pemeriksaan atas pelanggaran muatan dan/atau dimensi Kendaraan Bermotor di
tempat penimbangan yang dipasang secara tetap;
d. melarang atau menunda pengoperasian Kendaraan Bermotor yang tidak memenuhi
persyaratan teknis dan laik jalan;
e. meminta keterangan dari Pengemudi, pemilik Kendaraan Bermotor, atau Perusahaan
Angkutan Umum atas pelanggaran persyaratan teknis dan laik jalan, pengujian Kendaraan
Bermotor, dan perizinan; dan/atau
f. melakukan penyitaan surat tanda lulus uji dan/atau surat izin penyelenggaraan angkutan
umum atas pelanggaran sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c dengan
membuat dan menandatangani berita acara pemeriksaan.
135
Penyidikan oleh PPNS dilakukan di:
a. Terminal.
b. Jembatan Timbang.
c. Jalan harus didampingi POLRI.
136
PEMERIKSAAN
KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN
Pasal 264
I. Pemeriksaan dilakukan oleh:
a. POLRI;
b. PPNS.
II. Objek Pemeriksaan: (Pasal 265)
a. Surat Izin Mengemudi, Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor,
Surat Tanda Coba Kendaraan Bermotor, Tanda Nomor Kendaraan
Bermotor, atau Tanda Coba Kendaraan Bermotor;
b. tanda bukti lulus uji bagi kendaraan wajib uji;
c. fisik Kendaraan Bermotor;
d. daya angkut dan/atau cara pengangkutan barang; dan/atau
e. izin penyelenggaraan angkutan.
137
Pelaksanaan Pemeriksaan:
Pasal 266
a.Berkala – dilakukan gabungan PPNS dan
POLRI;
b. Insidentil oleh PPNS didampingi POLRI,
Objek yang diperiksa dalam
pemeriksaan insidentil:
tanda bukti lulus uji bagi kendaraan
wajib uji;
fisik Kendaraan Bermotor;
daya angkut dan/atau cara
pengangkutan barang; dan/atau
izin penyelenggaraan angkutan.
138
BAB XX
KETENTUAN PIDANA
Pasal 273
I. PENJARA
Pasal 273, Pasal 275 ayat (2), Pasal 277, Pasal 310, Pasal 311, dan
Pasal 312 adalah kejahatan.
II. KURUNGAN ATAU DENDA
Pasal 274, Pasal 275 ayat (1), Pasal 276, Pasal 278, Pasal 279, Pasal
280, Pasal 281, Pasal 282, Pasal 283, Pasal 284, Pasal 285, Pasal
286, Pasal 287, Pasal 288, Pasal 289, Pasal 290, Pasal 291, Pasal
292, Pasal 293, Pasal 294, Pasal 295, Pasal 296, Pasal 297, Pasal
298, Pasal 299, Pasal 300, Pasal 301, Pasal 302, Pasal 303, Pasal
304, Pasal 305, Pasal 306, Pasal 307, Pasal 308, Pasal 309, dan Pasal
313 adalah pelanggaran.
III. Pidana Tambahan
1. Pencabutan Surat Ijin Mengemudi
2. Ganti Kerugian
139
NO PSL TINDAK PIDANA PIDANA DENDA
1 273(1) TIDAK DGN SEGERA & PATUT PERBAIKI JLN RUSAK AKIBATKAN LAKA 6 bln 12 jt
LANTAS (LUKA RINGAN)
2 273(2) AKIBATKAN LUKA BERAT 1 thn 24 jt
5 274 GUNAKAN JALAN DGN CARA YG DPT RINTANGI, BAHAYAKAN LANTAS / 2 bln 500 ribu
YG DPT TIMBULKAN KERUSAKAN JALAN
6 275(1) LAKUKAN PERBUATAN YG AKIBATKAN GANGGUAN 1 bln 250 ribu
FUNGSI RAMBU LANTAS, MARKA, DLL
10 278 KEMUDIKAN RANMOR R4/ LEBIH TIDAK DILENGKAPI 1 bln 250 ribu
PERLENGKAPAN BERUPA BAN CADANGAN DLL & P3K 140
NO PSL TENTANG PIDANA DENDA
11 279 KEMUDIKAN RANMOR YANG DIPASANGI 2 bln 500 ribu
PERLENGKAPAN YG DPT MENGGANGGU
KESELAMATAN BERLALU LINTAS
12 280 KEMUDIKAN RANMOR TIDAK DIPASANGI TANDA 2 bln 500 ribu
NOMOR DITETAPKAN POLRI
13 281 KEMUDIKAN RANMOR YG TDK MILIKI SIM 4 bln 1 jt
14 282 PENGGUNA JALAN TIDAK PATUHI PERINTAH YG 1 bln 250 ribu
DIBERIKAN PETUGAS POLRI
15 283 KEMUDIKAN RANMOR SECARA TDK WAJAR & 3 bln 750 ribu
LAKUKAN KEG LAIN / DIPENGARUHI SUATU
KEADAAN YG AKIBATKAN GANGGUAN
KONSENTRASI DLM MENGEMUDI DI JALAN
16 284 KEMUDIKAN RANMOR TDK UTAMAKAN 2 bln 500 ribu
KESELAMATAN PEJALAN KAKI ATAU PESEPEDA
17 285(1) KENDARAI SPD MOTOR TIDAK PENUHI 1 bln 250 ribu
PERSYARATAN TEKNIS & LAIK JALAN YG LIPUTI
KACA SPION, KLAKSON DLL
18 285(2) KEMUDIKAN RANMOR R4/ LEBIH DI TIDAK PENUHI 2 bln 500 ribu
SYARAT TEKNIS YG LIPUTI KACA SPION, KLAKSON
DLL
19 286 KEMUDIKAN RANMOR R4/ LEBIH TIDAK PENUHI 2 bln 500 ribu
PERSYARATAN LAIK JALAN 141
NO PSL TENTANG PIDANA DENDA
20 287(1) KEMUDIKAN RANMOR MELANGGAR RAMBU LANTAS & MARKA 2 bln 500 ribu
JALAN
21 287(2) KEMUDIKAN RANMOR MELANGGAR ALAT PEMBERI ISYARAT 2 bln 500 ribu
LALU LINTAS
22 287(3) KEMUDIKAN RANMOR LANGGAR ATURAN GERAKAN LANTAS, 1 bln 250 ribu
TATA CARA BERHENTI DAN PARKIR
23 287(4) KEMUDIKAN RANMOR MELANGGAR KETENTUAN 1 bln 250 ribu
PENGGUNAAN /HAK UTAMA BG KENDARAAN YG GUNAKAN
ALAT PERINGATAN DGN BUNYI & SINAR
24 287(5) KEMUDIKAN RANMOR YG LANGGAR ATURAN BATAS 2 bln 500 ribu
KECEPATAN PALING TINGGI /PALING RENDAH
25 287(6) KEMUDIKAN RANMOR LANGGAR ATURAN TATA CARA 1 bln 250 ribu
PENGGANDENGAN & PENEMPELAN DGN KENDARAAN LAIN
26 288(1) KEMUDIKAN RANMOR TIDAK DILENGKAPI STNK BERMOTOR, 2 bln 500 ribu
/SURAT TANDA COBA YG DITETAPKAN POLRI
27 288(2) KEMUDIKAN RANMOR TDK DPT TUNJUKKAN SIM 1 bln 250 ribu
28 288(3) KEMUDIKAN MOBIL PNMPANG UMUM, BUS, BARANG, KERETA 2 bln 500 ribu
GANDENGAN & TEMPELAN TDK DILENGKAPI SURAT KET UJI
BERKALA & TANDA LULUS UJI BERKALA
40 298 KEMUDIKAN RANMOR TDK PASANG SEGITIGA PENGAMAN, 2 bln 500 ribu
LAMPU ISYARAT PERINGATAN BAHAYA ATAU ISYARAT LAIN
PD SAAT BERHENTI/ PARKIR DARURAT
42 300 TDK GUNAKAN LAJUR YG TELAH DITENTUKAN/ LAJUR KIRI; 1 bln 250 ribu
TDK HENTIKAN KENDARAAN SELAMA NAIKKAN PENUMPANG;
TDK TUTUP KENDARAAN SLEMA BERJALAN
43 301 KENDARAI RANMOR ANGKUTAN BARANG YG TDK GUNAKAN 1 bln 250 ribu
KELAS JALAN
44 302 KEMUDIKAN RANMOR UMUM BERHENTI SELAIN DI TEMPAT 1 bln 250 ribu
YG TENTUKAN, NGETEM, TURUNKAN PENUMPANG SELAIN DI
TEMPAT PEMBERHENTIAN
45 303 KEMUDIKAN MOBIL BARANG UTK ANGKUT ORANG 1 bln 250 ribu
46 304 KEMUDIKAN KENDARAAN ANGKUTAN ORANG DGN TUJUAN 1 bln 250 ribu
TERTENTU YG MENAIKKAN/ TURUNKAN PENUMPANG LAIN DI
SEPANJANG PERJALANAN
47 305 KEMUDIKAN RANMOR YG ANGKUT BARANG KHUSUS YG TDK 2 bln 500 ribu
PENUHI KETENTUAN
48 306 KEMUDIKAN RANMOR ANGKUTAN UMUM BARANG YG TDK 2 bln 500 ribu
PATUHI TATA CARA MUATAN, DAYA ANGKUT & DIMENSI
KENDARAAN
144
NO PSL TENTANG PIDANA DENDA
49 307 KEMUDIKAN KENDARAAN ANGKUTAN BARANG YG TIDAK 1 bln 250 ribu
DIMUATI SURAT MUATAN DOKUMEN PERJALANAN
50 308 ORANG YG KEMUDIKAN RANMOR YG TIDAK MILIKI IZIN: 2 bln 500 ribu
A. ANGKUTAN ORANG DLM TRAYEK
B. ANGKUTAN ORANG TIDAK DLM TRAYEK
C. ANGKUTAN BARANG KHUSUS & ALAT BERAT
D. MENYIMPANG DR IZIN
51 309 TDK ASURANSIKAN TGG JAWABNYA UTK GANTI RUGI 6 bln 1,5 Jt
PENUMPANG, BARANG, PIHAK KETIGA
52 310(1) KEMUDIKAN RANMOR LALAI AKIBATKAN LAKA LANTAS DGN 6 bln 1 Jt
KERUSAKAN KENDARAAN/ BARANG
53 310(2) AKIBATKAN KORBAN LUKA RINGAN & RUSAK KENDARAAN/ 1 th 2 Jt
BRG
54 310(3) AKIBATKAN KORBAN LUKA BERA 5 th 10 Jt
55 310(4) AKIBATKAN ORANG MATI 6 th 12 Jt
56 311(1) SENGAJA KEMUDIKAN RANMOR DGN CARA/ KEADAAN YG 1 th 3 Jt
BAHAYAKAN BAGI NYAWA/ BARANG
57 311(2) DLM HAL AKIBATKAN KERUSAKAN KENDARAAN/BARANG 2 th 4 jt
PASAL 314:
PIDANA TAMBAHAN BERUPA PENCABUTAN SIM/ GANTI KERUGIAN.
PASAL 315:
TANGGUNGJAWAB PIDANA PENGURUS ANGKUTAN UMUM DENDA 3 X
PIDANA TAMBAHAN PEMBEKUAN / PENCABUTAN IZIN TRAYEK ATAU
IZIN OPERASI BAGI KENDARAAN YANG DIGUNAKAN.
PASAL 316
KETENTUAN PASA 274, 275 (1), 276 – 309 & 313 : PELANGGARAN.
KETENTUAN PASAL 273, 275 (2), 277, 310- 312 : KEJAHATAN.
PASAL 317:
BILA MATA UANG MENURUN, NILAI DENDA DAPAT DITETAPKAN
DENGAN PP.
146
SANKSI ADMINISTRATIF
Pasal 76
Uji berkala
Persyaratan Teknis
Bengkel
Pasal 91 (1)
Penerbit Surat Ijin Mengemudi
Pasal 92 (1)
Waktu kerja Pengemudi
Pasal 136 (1)
Analisis Dampak Lalu Lintas
Petugas Amdal
Penggunaan jalan selain untuk lalu lintas
147
Pasal 199
a) Kewajiban Perusahaan Angkutan Umum
b) Surat Muatan (Perusahaan Angkutan,)
c) Perizinan Angkutan
d) Pemegang Izin
e) Wajib Mengangkut
f) Pengembalian biaya angkutan
g) Wajib Asuransi
h) Tanggungjawab kerugian penumpang, Pengirim Barang
Pasal 218
Dampak Lalu lintas
Pasal 244
Sarana Prasarana untuk penyandang cacat dan wanita
hamil
148
Pelayanan LLAJ
Bidang Manajemen dan Rekayasa Lalin