Suripno, Mstr
I. PENDAHULUAN
II. KONSEP DASAR
III. ADOPSI DAN MODIFIKASI MANAJEMEN KESELAMATAN
LLAJ MENJADI MANAJEMEN ODOL
IV. PENUTUP
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
a. ODOL merupakan istilah baru yang digunakan untuk mewakili Pelanggaran terhadap kelas
jalan, persyaratan teknis dan laik jalan khususnya pelanggaran dimensi kendaraan,
pelanggaran daya muat kendaraan,.
b. Pelanggaran ini sudah berlansung puluhan tahun, bahkan sejak tahun 1980 sampai sekarang
dengan pendekatan pemecahan masalah yang relative sama, yaitu penegakan hukum,
namun kurang membawa hasil yang diharapkan.
c. Keadaan tersebut disebabkan karena ODOL, pada dasarnya adalah suatu akibat karena tidak
efisiennya system transportasi sehingga penyelesaiannya diperlukan penyelesaiannya yang
menyeluruh dan terstruktur.
d. Penyelesaian semacam itu sudah pernah dilakukan untuk upaya mewujudkan KESELAMATAN
LLAJ, yang sudah diangkat dalam Bab XI Keamanan dan Keselamatan LLAJ Pasal 200 s.d. pasal
208, kemudian dijabarkan PP 37 TH 2017 tentang KESELAMATAN LLAJ, dan PERATURAN
PRESIDEN NO 1 TAHUN 2022 tentang RENCANA UMUM NASIONAL KESELAMATAN LLAJ.
f. Sehubungan dengan hal dapat dipahami bahwa upaya pencegahan ODOL pasti
termasuk keselamatan dalam manajemen keselamatan LLAJ dan RUNK ditambah
dengan aspek ekonomi dalam Pencegahan ODOL, termasuk meminimalkan
dampak terhadap perekenomian melalui Tindakan yang menyeluruh, termasuk
kenapa terjadi ODOL. Dengan demikian Manajemen Pencegahan dan Penindakan
Pelanggaran ODOL meliputi : aspek keselamatan (manajemen keselamatan) dan
ekonomi (upaya pencegahan pelanggaran 0DOL.
g. Dengan demikian sudah selayaknya MANAJEMEN KESELAMATAN LLAJ dan RUNK
diadopsi untuk diperluas menjadi MANAJEMEN ODOL dan RENCANA UMUM
PENCEGAHAN DAN PENINDAKAN ODOL, atau dapat dicarikan istilah lain.
2. Rumusan Masalah :
a. Apa itu Konsep dan Filosofis Manajemen Keselamatan LLAJ dan RUNK
b. Bagaimana Mengadopsi Konsep dan Filosofis Manajemen Keselamatan LLAJ dan
RUNK menjadi Manajemen ODOL dan Rencana Pencegahan dan Penindakan
ODOL.
c. Kenapa cenderung terjadi pelanggaran ODOL dan apa manfaat dan kerugian bagi
pemilik barang dan pengangkut ?
d. Apa dampak terjadi ODOL bagi negara mencakup masyarakat (kerugian sosial),
pemerintah (perbaikan jalan), perekonomian.
e. Upaya apa yang perlu dilakukan untuk mencegah pelanggaran ODOL
3. Tujuan Penelitian :
a. Perumusan konsep awal
1) Perumusan Konsep Awal MODEL MANAJEMEN ODOL dan FORMAT RENCANA
PENCEGAHAN DAN PENINDAKAN ODOL
2) Kondisi proses perencanaan dan kondisi factual sistem transportasi dan logistik
saat ini ?
b. Penelitian yang diperlukan :
1) Untuk memprediksi Manfaat dan kerugian bagi pengangkut dengan melakukan
pelanggaran ODOL .
2) Untuk memprediks manfaat dan kerugian bagi pemilik barang?
3) Untuk memprediks kerugian terjadi ODOL bagi negara mencakup masyarakat
(kerugian sosial), pemerintah (perbaikan jalan), perekonomian.
4) Untuk memprediks penindakan ODOL terhadap negara dan masyarakat
BAB II
KONSEP DASAR
1. ANATOMI DAN FILOSOFIS UU 22 TH 2010
BAB IV PEMBINAAN
FUNDAMENTAL
BAB V PENYELENGGARAAN
BAB VI JARINGAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN BAB IX LALU LINTAS
TEKNIS OPERASIONAL
TEKNIS KOMPONEN
BAB X ANGKUTAN
BAB XIIIPENGEMBANGAN INDUSTRI DAN TEKNOLOGI SARANA DAN PRASARANA LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN
PEMBAGIAN WEWENANG
1. Pemerintah Provinsi .
2. Pemerintah
Kabupaten/Kota.
Pemerintah Dapat diserahkan
TUJUAN
a. Sasaran dan kebijakan kementerian negara yang bertanggung jawab di bidang Jalan.
b. Sasaran dan kebijakan kementerian negara yang bertanggung jawab di bidang sarana dan Prasarana Lalu Lintas
dan Angkutan Jalan.
c. Sasaran dan kebijakan kementerian negara yang bertanggung jawab di bidang industri.
d. Sasaran dan kebijakan kementerian negara yang bertanggung jawab di bidang pengembangan teknologi.
e. Sasaran dan kebijakan Kepolisian Negara Republik Indonesia
Sasaran
ARAH KEBIJAKAN
bersama
2.2. Pola Koordinasi
DIRIGEN
SEBUAH KELOMPOK
ORKESTRA
3. LINGKUP KEWENANGAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN
DALAM PENYELENGGARAAN BIDANG SARANA DAN PRASARANA LLAJ
(yang perencanaan pelaksanaannya dimuat dalam RULLAJ)
PENYIDIKAN
PENYEDIAAN PEMBINAAN MANAJEMEN KENDARAAN YANG PELANGGARAN PEMBINAAN SDM PENGEMBANGAN
PRASARANA INDUSTRI ANGKUTAN DAN REKAYASA BERKESELAMATAN DI BIDANG PENYELENGGARA SISTEM INFORMASI &
LLAJ LALULINTAS SARPRAS LLAJ DAN BIDANG SARPRAS KOMUNIKASI BIDANG
PENGAWASAN)
LLAJ*) SARPRAS LLAJ*)
1 2 3 4 5 6 7
1. Koordinasi penyusunan Jasa angkutan Serangkaian usaha dan kegiatan Meliputi : 1. Penyidikan terhadap Pembina LLAJ wajib Sekumpulan subsistem yang
RI JLLAJ; yang meliputi perencanaan, 1. Penetapan persyaratan pelanggaran perizinan mengembangkan SDM saling berhubungan dengan
umum harus
2. Pengaturan terminal pengadaan, pemasangan, teknis dan laik jalan KB; angkutan umum, untuk menghasilkan melalui penggabungan,
3. Penetapan Tipe dan dikembangkan pengaturan, dan pemeliharaan 2. Pembinaan Uji tipe (unit persyaratan teknis dan petugas yang profesional pemrosesan, penyimpanan,
kelas Terminal tipe A menjadi industri jasa fasilitas perlengkapan Jalan pelaksana Pemerintah kelaikan Jalan dan memiliki kompetensi di dan pendistribusian data
dilakukan oleh Menteri yang memenuhi dalam rangka mewujudkan, Pusat); Kendaraan Bermotor bidang LLAJ yang yang terkait dengan
(Pasal 1 (13) UU No 22 mendukung dan memelihara 3. Pembinaan Uji berkala yang memerlukan dilaksanakan melalui penyelenggaraan LLAJ
Tahun 2009 tentang standar pelayanan keamanan, keselamatan, (Penyelenggara, keahlian dan/atau pendidikan dan pelatihan (Pasal 1 (34) UU No 22
LLAJ, Pasal 63 (1) PP dan mendorong ketertiban, dan kelancaran Lalu PEMKAB/KOT, APM, peralatan khusus (Pasal 253 (1, 2) UU No 22 Tahun 2009 tentang LLAJ)
79 Tahun 2013 tentang persaingan yang sehat Lintas (Pasal 1 (29) UU No 22 dan BENGKEL Yang (Pasal 9 (g) UU No 22 Tahun 2009 tentang LLAJ)
Jaringan LLAJ) Tahun 2009 tentang LLAJ) dutunjuk Tahun 2009 tentang
(termasuk adil) pasal
4. Pemerriksaan LLAJ);
198 ayat (1) kendaraan bermotor di 2. Pengawasan muatan;
terminal dan UPPKB) 3. Penawasan
Keselamatn LLAJ
4. MANAJEMEN KESELAMATAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN
BERDASARKAN PP 37 YH 2017
PENGAWASAN
PERENCANAAN PELAKSANAAN DAN PENGENDALIAN
(HUB, PUPR, POLRI)
RUNK
MANAJEMEN KESELAMATAN LLAJ PEMANTAUAN DAN
PENILAIAN KLLAJ
RAK K/L
FORUM LLAJ DAERAH
INSPEKSI KLLAJ
3) kebijakan;
4) strategi; dan
5) Program Nasional KLLAJ.
4.2. Program Nasional KLLAJ.
Source: Land Transport Safety Authority, 2000 [40] and Bliss & Breen, 2008 [5]
4.3.2. Manajemen KLLAJ (psl 12)
Pasal 13
1) Pencapaian sasaran atau hasil yang diinginkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat
(2) huruf a berupa penurunan tingkat fatalitas akibat kecelakaan dan biaya sosial sebagai
dampak kecelakaan lalu lintas.
4.3.2.2. Tindakan angsung secara Sinergi (intervensi)
2) Penurunan fatalitas akibat kecelakaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
dengan melaksanakan tindakan langsung secara sinergi melalui:
a. pemenuhan persyaratan laik fungsi jalan;
b. pemenuhan persyaratan keselamatan kendaraan bermotor;
c. pemenuhan persyaratan penyelenggaraan kompetensi pengemudi kendaraan
bermotor;
d. penegakan hukum ketentuan keselamatan berlalu lintas; dan
e. penanganan korban kecelakaan.
4.3.2.3. Dukungan Fungsi;
Manajemen
Pencegahan
Manajemen dan Ketenuan pidana
PP 37 TH Penindakan
keselamatan terkait dg ODOL
2017 LLAJ Pelanggaran
ODOL
FORMULASI
Berdasarkan gambar tersebut dalam rangka merumuskan Model Manajemen ODOL
dan Format Rencana Umum Pencegahan dan Penindakan Pelanggaran ODOL,
dilakukan Langkah-Langkah sebagai berikut :
❑ Penegasan Pelanggaran ODOL;
❑ Perumusan Model Manajemen Pencegahan dan Penindakan Pelanggaran ODOL
❑ Perumusan Format Rencana Umum Pencegahan dan Penindakan Pelanggaran
ODOL
3.2. RENCANA UMUM NASIONAL PENCEGAHAN DAN REGULASI DAN ACUAN
PENINDAKAN ODOL (OVER DIMENSION DAN
OVERLOAD)
• Penanganan ODOL harus melibatkan semua K/L Pembina LLAJ melalui rencana yang terkoordinir
• Dalam hal ini Presiden perlu mengambil DISKRESI menyusun RENCANA UMUM NASIONAL
PENCEGAHAN DAN PENINDAKAN ODOL
(tidak ada pasal dalam UU dan PP yang memandatkan penyusunan RUN-ODOL, tidak seperti permasalahan keselamatan LLAJ yang
sudah dimandatkan penyusunan RUNKLLAJ melalui pasal 203 (2) UU No 22 Taun 20009 tentang LLAJ)
3.3. Penegasan Pelanggaran ODOL
ditetapkan untuk kendaraan yang bersangkutan dan/atau mengangkut melebihi daya angkut kendaraan tersebut
(bukan MSTnya).
– Pelanggaran kelas jalan ini terjadi apabila kendaraan bermotor ini melampaui ukuran yang
diijinkan untuk kelas jalan yang bersangkutan atau melabihi MST yang diijinkan, yang
dinyatakan dengan rambu kelas jalan. Jadi yang dilanggar adalah Rambu Kelas Jalan.
2. Ketentuan mengenai persyaratan teknis dan laik jalan ini diatur dalam pasal 48 ayat
(1) yaitu :
a) Setiap Kendaraan Bermotor yang dioperasikan di Jalan harus memenuhi persyaratan teknis
dan laik jalan.
b) Selanjutnya pada ayat (2) diatur ketentuan mengenai persyaratan teknis antara lain ; Ukuran
dimensi kendaraan dan pemuatan termasuk batas maksimum daya angkut dan tatacara muat.
– Catatan :
– Dengan demikian apabila terdapat ukuran kendaraan yang tidak sesuai dengan ketentuan ukuran untuk
kendaraan tersebut maka pelanggarannya adalah pelanggaran ukuran kendaraan. Demikian muatannya
melebihi ketentuan batas maksimal, maka terjadi pelanggaran tatacar muat.
3. Ketentuan Kelas Jalan :
b. kewajiban uji berkala untuk kendaraan bermotor wajib uji yang sudah dioperasikan dan
keajiban uji bagi kendaraan bermotor yang akan dbuat, diimpor, dan dimodifikasi.
277 Setiap orang yang memasukkan Kendaraan Bermotor, kereta Pasal 50 ayat 1(satu)tahu
(1)
gandengan, dan kereta tempelan ke dalam wilayah Republik n
Indonesia, membuat, merakit, atau memodifikasi Kendaraan atau denda
Bermotor yang menyebabkan perubahan tipe, kereta paling
gandengan, kereta tempelan, dan kendaraan khusus yang banyak
dioperasikan di dalam negeri yang tidak memenuhi kewajiban Rp24.000
uji tipe
288 ayat Setiap orang yang mengemudikan mobil penumpang umum, mobil bus, Pasal 106 ayat pidana
(3) (5) huruf c
mobil barang, kereta gandengan, dan kereta tempelan yang tidak kurungan 2
dilengkapi dengan surat keterangan uji berkala dan tanda lulus uji (dua)
bulan atau
denda
paling
banyak
Rp500.000
301 Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Pasal 125 1 (satu)
Bermotor angkutan barang yang tidak menggunakan bulan
atau
jaringan jalan sesuai dengan kelas jalan yang denda
ditentukan . paling
banyak
Rp250.000
307 Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor Pasal 169 2 (dua) bulan
ayat (1) atau denda
Angkutan Umum Barang yang tidak mematuhi ketentuan
paling
mengenai tata cara pemuatan, daya angkut, dimensi banyak
kendaraan . Rp500.000,
6. Perumusan Model Manajemen Pelanggaran ODOL ( Adopsi Dan
Modifikasi Manajemen Keselamatan Llaj Menjadi Manajemen Odol
a. Koordinasi a. Koordinasi
b. Regulasi; b. Regulasi (termasuk menyusun
c. Pendanaan; Norma yang mengatur integrasi
promosi/sosialisasi;
d. antar moda);
kerja sama;
e. penelitian dan pengembangan c. Pendanaan (termasuk pemberian
f. Keselamatan LLAJ insentif kepada operator
angkutan untuk mencegah
pelanggaran ODOL);
d. promosi/sosialisasi (Termasuk
Pencegahan Odol);
e. kerja sama (termasuk antara
pemilik barang dan operator
angkutan)
f. penelitian dan pengembangan
Keselamatan LLAJ dan ODOL
KETERANGAN
NO MANAJEMEN KESELAMATAN LLAJ PASAL MANAJEMEN ODOL
Pilar 1 Sistem yang Berkeselamatan Pilar 1 Sistem yang Berkeselamatan dan efisien (BAPPENAS)
(BAPPENAS) Pilar 2 Pembangunan Sistem Transportasi yang terintegrasi,
Jalan Yang berkeselamatan (PUPR); selamat dan efisien
Pilar 2 Pilar 3
Pilar 3 Kendaraan Berkeselamatan Jalan Yang berkeselamatan dan efisien (PUPR);
Pilar 4 Pengguna Jalan Yang berkeselamatan Pilar 4,
Kendaraan Berkeselamatan dan efisen
Pilar 5 Penanganan Korban Kecelakaan Pilar 5
Pengguna Jalan Yang berkeselamatan
Pilar 6
Penanganan Korban Kecelakaan
NO MANAJEMEN KESELAMATAN LLAJ PASAL MANAJEMEN ODOL KETERANGAN
6.5. RAK KEMENTERIAN Pasal 13 5.5. RA PP ODOL KEMENTERIAN