Anda di halaman 1dari 42

Drs.

Suripno, Mstr

Malang, 11 September 1950

Penyusunan Naskah Akademik

Biografi Rancangan Undang-undang


tentang SISTRANAS
RENCANA UMUM
PENCEGAHAN
RANCANG BANGUN MANAJEMEN ODOL
DAN
SEBAGAI MODEL PENCEGAHAN DAN PENINDAKAN PENINDAKAN
PELANGGARAN ODOL
PELANGGARAN
KELAS JALAN,
Oleh :
Drs. Suripno, MSTr DIMENSI, DAYA
Kepala Pusat Kajian Kebijakan dan
Sistem Transportasi dan Logistik
MUAT, DAN
Institut Transportasi dan Logistik Trisakti KEWAJIBAN UJI
TIPE.
JAKARTA, 24 JANUARI 2023
DAFTAR ISI

I. PENDAHULUAN
II. KONSEP DASAR
III. ADOPSI DAN MODIFIKASI MANAJEMEN KESELAMATAN
LLAJ MENJADI MANAJEMEN ODOL
IV. PENUTUP
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
a. ODOL merupakan istilah baru yang digunakan untuk mewakili Pelanggaran terhadap kelas
jalan, persyaratan teknis dan laik jalan khususnya pelanggaran dimensi kendaraan,
pelanggaran daya muat kendaraan,.
b. Pelanggaran ini sudah berlansung puluhan tahun, bahkan sejak tahun 1980 sampai sekarang
dengan pendekatan pemecahan masalah yang relative sama, yaitu penegakan hukum,
namun kurang membawa hasil yang diharapkan.
c. Keadaan tersebut disebabkan karena ODOL, pada dasarnya adalah suatu akibat karena tidak
efisiennya system transportasi sehingga penyelesaiannya diperlukan penyelesaiannya yang
menyeluruh dan terstruktur.
d. Penyelesaian semacam itu sudah pernah dilakukan untuk upaya mewujudkan KESELAMATAN
LLAJ, yang sudah diangkat dalam Bab XI Keamanan dan Keselamatan LLAJ Pasal 200 s.d. pasal
208, kemudian dijabarkan PP 37 TH 2017 tentang KESELAMATAN LLAJ, dan PERATURAN
PRESIDEN NO 1 TAHUN 2022 tentang RENCANA UMUM NASIONAL KESELAMATAN LLAJ.
f. Sehubungan dengan hal dapat dipahami bahwa upaya pencegahan ODOL pasti
termasuk keselamatan dalam manajemen keselamatan LLAJ dan RUNK ditambah
dengan aspek ekonomi dalam Pencegahan ODOL, termasuk meminimalkan
dampak terhadap perekenomian melalui Tindakan yang menyeluruh, termasuk
kenapa terjadi ODOL. Dengan demikian Manajemen Pencegahan dan Penindakan
Pelanggaran ODOL meliputi : aspek keselamatan (manajemen keselamatan) dan
ekonomi (upaya pencegahan pelanggaran 0DOL.
g. Dengan demikian sudah selayaknya MANAJEMEN KESELAMATAN LLAJ dan RUNK
diadopsi untuk diperluas menjadi MANAJEMEN ODOL dan RENCANA UMUM
PENCEGAHAN DAN PENINDAKAN ODOL, atau dapat dicarikan istilah lain.
2. Rumusan Masalah :
a. Apa itu Konsep dan Filosofis Manajemen Keselamatan LLAJ dan RUNK
b. Bagaimana Mengadopsi Konsep dan Filosofis Manajemen Keselamatan LLAJ dan
RUNK menjadi Manajemen ODOL dan Rencana Pencegahan dan Penindakan
ODOL.
c. Kenapa cenderung terjadi pelanggaran ODOL dan apa manfaat dan kerugian bagi
pemilik barang dan pengangkut ?
d. Apa dampak terjadi ODOL bagi negara mencakup masyarakat (kerugian sosial),
pemerintah (perbaikan jalan), perekonomian.
e. Upaya apa yang perlu dilakukan untuk mencegah pelanggaran ODOL
3. Tujuan Penelitian :
a. Perumusan konsep awal
1) Perumusan Konsep Awal MODEL MANAJEMEN ODOL dan FORMAT RENCANA
PENCEGAHAN DAN PENINDAKAN ODOL
2) Kondisi proses perencanaan dan kondisi factual sistem transportasi dan logistik
saat ini ?
b. Penelitian yang diperlukan :
1) Untuk memprediksi Manfaat dan kerugian bagi pengangkut dengan melakukan
pelanggaran ODOL .
2) Untuk memprediks manfaat dan kerugian bagi pemilik barang?
3) Untuk memprediks kerugian terjadi ODOL bagi negara mencakup masyarakat
(kerugian sosial), pemerintah (perbaikan jalan), perekonomian.
4) Untuk memprediks penindakan ODOL terhadap negara dan masyarakat
BAB II
KONSEP DASAR
1. ANATOMI DAN FILOSOFIS UU 22 TH 2010
BAB IV PEMBINAAN
FUNDAMENTAL

BAB V PENYELENGGARAAN

BAB VI JLLAJ – Bagian Kesatu Rencana


Induk JLLAJ
BAB II ASAS
BAB III RUANG LINGKUP KEBERLAKUAN UNDANG-UNDANG

BAB VI JARINGAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN BAB IX LALU LINTAS

TEKNIS OPERASIONAL
TEKNIS KOMPONEN

BAB X ANGKUTAN

BAB VII KENDARAAN BAB XIV KECELAKAAN LALU LINTAS

BAB XV PERLAKUAN KHUSUS BAGI PENYANDANG CACAT,


MANULA, ANAK-ANAK, WANITA HAMIL, DAN ORANG SAKIT
BAB VIII PENGEMUDI

BAB XI KEAMANAN DAN KESELAMATAN LALU LINTAS ANGKUTAN JALAN


KOMSTRAT

BAB XII DAMPAK LINGKUNGAN

BAB XIIIPENGEMBANGAN INDUSTRI DAN TEKNOLOGI SARANA DAN PRASARANA LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

BAB XVI SISTEM INFORMASI LLAJ


KOMPEND

BAB XVII SUMBER DAYA MANUSIA

BAB XVIII PERAN SERTA MASYARAKAT


BAB XIX PENYIDIKAN DAN PENINDAKAN PELANGGARAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN
1.1. Penjabaran Pembinaan
BAB IV a. Perencanaan;
Pasal 5
Pelaksanaan Pembinaan oleh b. Pengaturan;
PEMBINAAN Pemerintah c. Pengendalian;
dan
d. Pengawasan.

PEMBAGIAN WEWENANG
1. Pemerintah Provinsi .
2. Pemerintah
Kabupaten/Kota.
Pemerintah Dapat diserahkan

a. Kementerian negara yang bertanggung jawab di bidang Jalan;


b. Kementerian negara yang bertanggung jawab di bidang sarana dan Prasarana
Lalu Lintas dan Angku Jalan;
c. Kementerian negara yang bertanggung jawab di bidang industry;
d. Kementerian negara yang bertanggung jawab di bidang pengembangan
teknologi;
e. Kepolisian Negara Republik Indonesia.
1.2. Pembagian Wewenang
Pemerintah Pemerintah Kab/Kota
a.Penetapan sasaran dan arah
a. Penetapan sasaran dan arah kebijakan sistem Lalu Lintas dan
kebijakan pengembangan Angkutan Jalan kabupaten/kota
sistem Lalu Lintas dan yang jaringannya berada di
Angkutan Jalan nasional; wilayah kabupaten/kota;
b. Penetapan norma, standar, b.Pemberian bimbingan, pelatihan,
Wewenang
pedoman, kriteria, dan sertifikasi, dan izin kepada
prosedur penyelenggaraan Lalu perusahaan angkutan umum di
Lintas dan Angkutan Jalan yang kabupaten/kota; dan
berlaku secara nasional; c.Pengawasan terhadap pelaksanaan
c. Penetapan kompetensi pejabat Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
yang melaksanakan fungsi di kabupaten/kota
bidang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan secara nasional;
d. Pemberian bimbingan,
pelatihan, sertifikasi, pemberian Pemerintah Provinsi
izin, dan bantuan teknis kepada
Pemerintah Provinsi dan a.Penetapan sasaran dan arah kebijakan sistem Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
Pemerintah Kabupaten/Kota; provinsi dan kabupaten/kota yang jaringannya melampaui batas wilayah
dan e.Pengawasan terhadap kabupaten/kota
pelaksanaan norma, standar, b.Pemberian bimbingan, pelatihan, sertifikasi, dan izin kepada perusahaan angkutan
pedoman, kriteria, dan umum di provinsi; dan
prosedur yang dilakukan oleh c.Pengawasan terhadap pelaksanaan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan provinsi
Pemerintah Daerah.
1.3.13 PENYELENGGARAAN LLAJ (PSL 7)
NO JENIS URUSAN PENANGGUNGJAWAB
1 urusan pemerintahan di bidang Jalan MENTERI BIDANG PEKERJAAN
UMUM (PU)
2 urusan pemerintahan di bidang sarana dan Prasarana Lalu MENTERI BIDANG
Lintas dan Angkutan Jalan PERHUBUNGAN

3 urusan pemerintahan di bidang pengembangan industri MENTERI BIDANG


Lalu Lintas dan Angkutan Jalan PERINDUSTRIAN

4 urusan pemerintahan di bidang pengembangan teknologi MENTERI BIDANG


Lalu Lintas dan Angkutan Jalan TEKNOLOGI

5 urusan pemerintahan di bidang Registrasi dan Identifikasi KEPOLISIAN NEGARA


Kendaraan Bermotor dan Pengemudi, Penegakan Hukum, REPUBLIK INDONESIA (POLRI)
Operasional Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas, serta
pendidikan berlalu lintas
2. SKEMA PENENTUAN SASARAN DAN ARAH KEBIJAKAN SERTA
PERENCANAAN

TUJUAN

SISTEM LLAJ sasaran dan arah kebijakan pengembangan


NASIONAL sistem LLAJ Jalan nasional (pasal 6 ayat (1) huruf a

a. Sasaran dan kebijakan kementerian negara yang bertanggung jawab di bidang Jalan.
b. Sasaran dan kebijakan kementerian negara yang bertanggung jawab di bidang sarana dan Prasarana Lalu Lintas
dan Angkutan Jalan.
c. Sasaran dan kebijakan kementerian negara yang bertanggung jawab di bidang industri.
d. Sasaran dan kebijakan kementerian negara yang bertanggung jawab di bidang pengembangan teknologi.
e. Sasaran dan kebijakan Kepolisian Negara Republik Indonesia

Presiden RI JLLAJ RUNK RU PENCEGAHAN DAN PENINDAKAN ODOL

Menteri lain Ren Menteri lain Menhub RU LLAJ


2.1. Sinergi Penentuan Sasaran

Sasaran
ARAH KEBIJAKAN
bersama
2.2. Pola Koordinasi

DIRIGEN

SEBUAH KELOMPOK
ORKESTRA
3. LINGKUP KEWENANGAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN
DALAM PENYELENGGARAAN BIDANG SARANA DAN PRASARANA LLAJ
(yang perencanaan pelaksanaannya dimuat dalam RULLAJ)

PENYIDIKAN
PENYEDIAAN PEMBINAAN MANAJEMEN KENDARAAN YANG PELANGGARAN PEMBINAAN SDM PENGEMBANGAN
PRASARANA INDUSTRI ANGKUTAN DAN REKAYASA BERKESELAMATAN DI BIDANG PENYELENGGARA SISTEM INFORMASI &
LLAJ LALULINTAS SARPRAS LLAJ DAN BIDANG SARPRAS KOMUNIKASI BIDANG
PENGAWASAN)
LLAJ*) SARPRAS LLAJ*)

1 2 3 4 5 6 7
1. Koordinasi penyusunan Jasa angkutan Serangkaian usaha dan kegiatan Meliputi : 1. Penyidikan terhadap Pembina LLAJ wajib Sekumpulan subsistem yang
RI JLLAJ; yang meliputi perencanaan, 1. Penetapan persyaratan pelanggaran perizinan mengembangkan SDM saling berhubungan dengan
umum harus
2. Pengaturan terminal pengadaan, pemasangan, teknis dan laik jalan KB; angkutan umum, untuk menghasilkan melalui penggabungan,
3. Penetapan Tipe dan dikembangkan pengaturan, dan pemeliharaan 2. Pembinaan Uji tipe (unit persyaratan teknis dan petugas yang profesional pemrosesan, penyimpanan,
kelas Terminal tipe A menjadi industri jasa fasilitas perlengkapan Jalan pelaksana Pemerintah kelaikan Jalan dan memiliki kompetensi di dan pendistribusian data
dilakukan oleh Menteri yang memenuhi dalam rangka mewujudkan, Pusat); Kendaraan Bermotor bidang LLAJ yang yang terkait dengan
(Pasal 1 (13) UU No 22 mendukung dan memelihara 3. Pembinaan Uji berkala yang memerlukan dilaksanakan melalui penyelenggaraan LLAJ
Tahun 2009 tentang standar pelayanan keamanan, keselamatan, (Penyelenggara, keahlian dan/atau pendidikan dan pelatihan (Pasal 1 (34) UU No 22
LLAJ, Pasal 63 (1) PP dan mendorong ketertiban, dan kelancaran Lalu PEMKAB/KOT, APM, peralatan khusus (Pasal 253 (1, 2) UU No 22 Tahun 2009 tentang LLAJ)
79 Tahun 2013 tentang persaingan yang sehat Lintas (Pasal 1 (29) UU No 22 dan BENGKEL Yang (Pasal 9 (g) UU No 22 Tahun 2009 tentang LLAJ)
Jaringan LLAJ) Tahun 2009 tentang LLAJ) dutunjuk Tahun 2009 tentang
(termasuk adil) pasal
4. Pemerriksaan LLAJ);
198 ayat (1) kendaraan bermotor di 2. Pengawasan muatan;
terminal dan UPPKB) 3. Penawasan
Keselamatn LLAJ
4. MANAJEMEN KESELAMATAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN
BERDASARKAN PP 37 YH 2017
PENGAWASAN
PERENCANAAN PELAKSANAAN DAN PENGENDALIAN
(HUB, PUPR, POLRI)

FORUM LLAJ NASIONAL

RUNK
MANAJEMEN KESELAMATAN LLAJ PEMANTAUAN DAN
PENILAIAN KLLAJ
RAK K/L
FORUM LLAJ DAERAH
INSPEKSI KLLAJ

RAK DAERAH MANAJEMEN KESELAMATAN LLAJ

SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN AUDIT KLLAJ


PERUSAHAAN ANGKUTAN UMUM
4.1. Materi Runk (Psl 3 Ayat 3)

1) visi dan misi;


2) sasaran;
Sasaran berupa penurunan tingkat fatalitas akibat kecelakaan dan biaya
sosial sebagai dampak kecelakaan lalu lintas.

3) kebijakan;
4) strategi; dan
5) Program Nasional KLLAJ.
4.2. Program Nasional KLLAJ.

▪ pilar 1 (satu) yaitu sistem yang berkeselamatan;


▪ pilar 2 (dua) yaitu jalan yang berkeselamatan;
▪ pilar 3 (tiga) yaitu kendaraan yang berkeselamatan;
▪ pilar 4 (empat) yaitu pengguna jalan yang
berkeselamatan; dan
▪ pilar 5 (lima) yaitu penanganan korban kecelakaan.
4.3.1. Dasar Teori

Source: Land Transport Safety Authority, 2000 [40] and Bliss & Breen, 2008 [5]
4.3.2. Manajemen KLLAJ (psl 12)

1) pencapaian sasaran atau hasil yang diinginkan;

2) pelaksanaan tindakan langsung secara sinergi;


dan

3) pemberian dukungan fungsi.


4.3.2.1. Pencapaian Sasaran Atau Hasil Yang Diinginkan;

Pasal 13
1) Pencapaian sasaran atau hasil yang diinginkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat
(2) huruf a berupa penurunan tingkat fatalitas akibat kecelakaan dan biaya sosial sebagai
dampak kecelakaan lalu lintas.
4.3.2.2. Tindakan angsung secara Sinergi (intervensi)
2) Penurunan fatalitas akibat kecelakaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
dengan melaksanakan tindakan langsung secara sinergi melalui:
a. pemenuhan persyaratan laik fungsi jalan;
b. pemenuhan persyaratan keselamatan kendaraan bermotor;
c. pemenuhan persyaratan penyelenggaraan kompetensi pengemudi kendaraan
bermotor;
d. penegakan hukum ketentuan keselamatan berlalu lintas; dan
e. penanganan korban kecelakaan.
4.3.2.3. Dukungan Fungsi;

3) Dalam melaksanakan tindakan langsung secara sinergi sebagaimana


dimaksud pada ayat (2) harus didukung fungsi:
a. koordinasi;
b. regulasi;
c. pendanaan;
d. promosi/sosialisasi;
e. kerja sama dalam rangka pertukaran ilmu pengetahuan dan
teknologi Keselamatan Lalu Lintas; dan/atau
f. penelitian dan pengembangan KLLAJ.
BAB III
ADOPSI DAN MODIFIKASI MANAJEMEN KESELAMATAN LLAJ
MENJADI MANAJEMEN ODOL
UU 22 TH 2009 PEMBINAAN LLAJ

Manajemen
Pencegahan
Manajemen dan Ketenuan pidana
PP 37 TH Penindakan
keselamatan terkait dg ODOL
2017 LLAJ Pelanggaran
ODOL

FORMAT RU 1. kebijakan saat ini


PENCEGAHAN 2. Kajian Yang
PERPRES
DAN
NO 1 TH RUNK PENINDAKAN Relevan
2022 Pelanggaran
ODOL

FORMULASI
Berdasarkan gambar tersebut dalam rangka merumuskan Model Manajemen ODOL
dan Format Rencana Umum Pencegahan dan Penindakan Pelanggaran ODOL,
dilakukan Langkah-Langkah sebagai berikut :
❑ Penegasan Pelanggaran ODOL;
❑ Perumusan Model Manajemen Pencegahan dan Penindakan Pelanggaran ODOL
❑ Perumusan Format Rencana Umum Pencegahan dan Penindakan Pelanggaran
ODOL
3.2. RENCANA UMUM NASIONAL PENCEGAHAN DAN REGULASI DAN ACUAN
PENINDAKAN ODOL (OVER DIMENSION DAN
OVERLOAD)

RENCANA UMUM NASIONAL


Indonesia PENCEGAHAN DAN PENINDAKAN
PELANGGARAN ODOL
bebas ODOL
Tahun …...
1. Sasaran
2. Arah Kebijakan
3. Rencana Aksi
(semua pemangku kepentingan)
4. Sosialisasi
5. Penegakan Hukum

• Penanganan ODOL harus melibatkan semua K/L Pembina LLAJ melalui rencana yang terkoordinir
• Dalam hal ini Presiden perlu mengambil DISKRESI menyusun RENCANA UMUM NASIONAL
PENCEGAHAN DAN PENINDAKAN ODOL
(tidak ada pasal dalam UU dan PP yang memandatkan penyusunan RUN-ODOL, tidak seperti permasalahan keselamatan LLAJ yang
sudah dimandatkan penyusunan RUNKLLAJ melalui pasal 203 (2) UU No 22 Taun 20009 tentang LLAJ)
3.3. Penegasan Pelanggaran ODOL

Isu ODOL pada dasarnya merupakan pelanggaran terhadap ketentuan


sebagai berikut :
1. Pelanggaran terkait dengan Ukuran dan dimensi kendaraan bermotor ini
dapat dibedakan :
a. Pelanggaran persyaratan teknis.
Pelanggaran persyaratan teknis terjadi apabila kendaraan yang bersangkutan melebihi ukuran yang

ditetapkan untuk kendaraan yang bersangkutan dan/atau mengangkut melebihi daya angkut kendaraan tersebut
(bukan MSTnya).

b. Pelanggaran Kelas Jalan :

– Pelanggaran kelas jalan ini terjadi apabila kendaraan bermotor ini melampaui ukuran yang
diijinkan untuk kelas jalan yang bersangkutan atau melabihi MST yang diijinkan, yang
dinyatakan dengan rambu kelas jalan. Jadi yang dilanggar adalah Rambu Kelas Jalan.
2. Ketentuan mengenai persyaratan teknis dan laik jalan ini diatur dalam pasal 48 ayat
(1) yaitu :
a) Setiap Kendaraan Bermotor yang dioperasikan di Jalan harus memenuhi persyaratan teknis
dan laik jalan.

b) Selanjutnya pada ayat (2) diatur ketentuan mengenai persyaratan teknis antara lain ; Ukuran
dimensi kendaraan dan pemuatan termasuk batas maksimum daya angkut dan tatacara muat.

– Catatan :

– Dengan demikian apabila terdapat ukuran kendaraan yang tidak sesuai dengan ketentuan ukuran untuk
kendaraan tersebut maka pelanggarannya adalah pelanggaran ukuran kendaraan. Demikian muatannya
melebihi ketentuan batas maksimal, maka terjadi pelanggaran tatacar muat.
3. Ketentuan Kelas Jalan :

– Ketentuan mengenai kelas jalan sebagaimana diatur dalam pasal 19 (dengan


uu cipta kerja diatur di PP) pada dasarnya untuk kepentingan perlindungan
terhadap jalan agar dapat berfungsi sesuai umur rencana dengan membatasi
kendaraan bermotor yang menggunakannya sesuai dengan dimensi dan
muatan sumbu terberat yang diijinkan. Saat ini penetapan kelas jalan
berdasarkan ketentuan pasal 18 PP 79 Tahun 2013 tentang Jaringan Lalu
Lintas dan Angkutan Jala dilakukan oleh Menteri PUPR.
– 4. Pengawasan
Pengawasan dan pengendalian terhadap pemenuhan persyaratan teknis dan laik jalan
kendaraan bermotor dapat dilakukan melalui :

a. Kewajiban uji tipe untuk kendaraan yang diimpor, dibuat, dimodifikasi

b. kewajiban uji berkala untuk kendaraan bermotor wajib uji yang sudah dioperasikan dan
keajiban uji bagi kendaraan bermotor yang akan dbuat, diimpor, dan dimodifikasi.

c. Unit penimbangan kendaraan bermotor ; dan

d. penindakan dijalan dberdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 80


Tahun 2012 Tentang Tata Cara Pemeriksaan Kendaraan Bermotor Di Jalan Dan
Penindakan Pelanggaran Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan.
5. Ketentuan Pidana Terkait Odol
PASAL PERBUATAN PIDANA PASAL YG SANKSI PIDANA
PIDANA DILANGGAR

277 Setiap orang yang memasukkan Kendaraan Bermotor, kereta Pasal 50 ayat 1(satu)tahu
(1)
gandengan, dan kereta tempelan ke dalam wilayah Republik n
Indonesia, membuat, merakit, atau memodifikasi Kendaraan atau denda
Bermotor yang menyebabkan perubahan tipe, kereta paling
gandengan, kereta tempelan, dan kendaraan khusus yang banyak
dioperasikan di dalam negeri yang tidak memenuhi kewajiban Rp24.000
uji tipe

288 ayat Setiap orang yang mengemudikan mobil penumpang umum, mobil bus, Pasal 106 ayat pidana
(3) (5) huruf c
mobil barang, kereta gandengan, dan kereta tempelan yang tidak kurungan 2
dilengkapi dengan surat keterangan uji berkala dan tanda lulus uji (dua)
bulan atau
denda
paling
banyak
Rp500.000
301 Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Pasal 125 1 (satu)
Bermotor angkutan barang yang tidak menggunakan bulan
atau
jaringan jalan sesuai dengan kelas jalan yang denda
ditentukan . paling
banyak
Rp250.000

307 Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor Pasal 169 2 (dua) bulan
ayat (1) atau denda
Angkutan Umum Barang yang tidak mematuhi ketentuan
paling
mengenai tata cara pemuatan, daya angkut, dimensi banyak
kendaraan . Rp500.000,
6. Perumusan Model Manajemen Pelanggaran ODOL ( Adopsi Dan
Modifikasi Manajemen Keselamatan Llaj Menjadi Manajemen Odol

NO MANAJEMEN KESELAMATAN PASAL MANAJEMEN ODOL KETERANGAN


LLAJ
6.1. Pengertian : Pasal 1
Manajemen Keselamatan Lalu Lintas Manajemen Pencegahan dan
dan Angkutan Jalan Yang selanjutnya Penindakan Pelanggaran (P3) ODOL
discbut Manajemen KLLAJ adalah Yang adalah seluruh usaha
seluruh usaha pemangku pemangku kepentingan yang
kepentingan yang terorganisir dan terorganisir dan terintegrasi untuk
terintegrasi untuk mewujudkan meminimalkan pelanggaran ODOL
keselamatan lalu lintas dan angkutan dan dampak yang ditimbulkan
jalan yang ditetapkan dalam Rencana yang ditetapkan dalam Rencana
Umum 'Nasional Keselamatan Lalu Umum 'Nasional Pencegahan dan
Lintas dan Angkutan Jalan. Penindakan ODOL.

6.2 Ruang Lingkup


6.2.1. Sasaran : Pasal 13 Sasaran :
penurunan tingkat fatalitas akibat Ditambah dengan penurunan
kecelakaan dan biaya sosial sebagai tingkat pelanggaran serta
dampak kecelakaan lalu lintas. dampak sosial ekonomi akibat
pelanggaran ODOL.
NO MANAJEMEN KESELAMATAN PASAL MANAJEMEN ODOL KETERANGAN
LLAJ
6.2.2. pelaksanaan tindakan secara Pasal 13 2.2. pelaksanaan tindakan
sinergi : secara sinergi :

a. pemenuhan persyaratan laik fungsİ jalan a. Integrasi sistem transportasi; dan


dan kelas jalan (pilar 2) Insentif kepada operator angkutan
b. pemenuhan persyaratan keselamatan KB (pilar 2);
(pilar 3); b. Peningkatan katagori dan kriteria
c. pemenuhan persyaratan penyelenggaraan kelas jalan , pemenuhan
kompetensi pengemudi (pilar 4); persyaratan laik fungsİ jalan dan
penegakan hüküm ketentuan kelas jalan (pilar 3)
keselamatan berlalu lintas; c. Peningkatan ketentuan dimensi
d. penanganan korban kecelakaan (pilar 5) dan daya muat KB, pemenuhan
persyaratan keselamatan KB (pilar
4);
d. pemenuhan persyaratan
penyelenggaraan kompetensi
pengemudi (pilar 5);
e. penegakan hüküm ketentuan
keselamatan berlalu lintas (pilar 6);
NO MANAJEMEN KESELAMATAN PASAL MANAJEMEN ODOL KETERANGAN
LLAJ
6.2.3. Dukungan Fungsi Pasal 13 2.3. Dukungan Fungsi

a. Koordinasi a. Koordinasi
b. Regulasi; b. Regulasi (termasuk menyusun
c. Pendanaan; Norma yang mengatur integrasi
promosi/sosialisasi;
d. antar moda);
kerja sama;
e. penelitian dan pengembangan c. Pendanaan (termasuk pemberian
f. Keselamatan LLAJ insentif kepada operator
angkutan untuk mencegah
pelanggaran ODOL);
d. promosi/sosialisasi (Termasuk
Pencegahan Odol);
e. kerja sama (termasuk antara
pemilik barang dan operator
angkutan)
f. penelitian dan pengembangan
Keselamatan LLAJ dan ODOL
KETERANGAN
NO MANAJEMEN KESELAMATAN LLAJ PASAL MANAJEMEN ODOL

6.3. RUNK Pasal 3 RENCANA UMUM PENCEGAHAN DAN


PENINDAKAN P3LANGGARAN ODOL

a. sasaran; a. sasaran; (Ditambah dengan penurunan tingkat


pelanggaran serta dampak sosial ekonomi akibat
b. kebijakan; pelanggaran ODOL.
c. strategi; dan b. Kebijakan (ditambah dengan kebijakan untuk terjadinya
d. Program Nasional KLLAJ. pelanggaran ODOL)
c. strategi;(ditambah denganstrategi pencegahan odol; dan
d. Program Nasional KLLAJ (ditambah dengan upaya
pencegahan ODOL)
6.4. PROGRAM NASIONAL (PILAR) Pasal 4 PROGRAM NASIONAL (PILAR)

Pilar 1 Sistem yang Berkeselamatan Pilar 1 Sistem yang Berkeselamatan dan efisien (BAPPENAS)
(BAPPENAS) Pilar 2 Pembangunan Sistem Transportasi yang terintegrasi,
Jalan Yang berkeselamatan (PUPR); selamat dan efisien
Pilar 2 Pilar 3
Pilar 3 Kendaraan Berkeselamatan Jalan Yang berkeselamatan dan efisien (PUPR);
Pilar 4 Pengguna Jalan Yang berkeselamatan Pilar 4,
Kendaraan Berkeselamatan dan efisen
Pilar 5 Penanganan Korban Kecelakaan Pilar 5
Pengguna Jalan Yang berkeselamatan
Pilar 6
Penanganan Korban Kecelakaan
NO MANAJEMEN KESELAMATAN LLAJ PASAL MANAJEMEN ODOL KETERANGAN
6.5. RAK KEMENTERIAN Pasal 13 5.5. RA PP ODOL KEMENTERIAN

a. Sasaran Kementerian/Lcmbaga; a. Sasaran Kementerian/Lcmbaga;


b. Arah kebijakan strategis berdasarkan b. Arah kebijakan strategis berdasarkan
RUNK LLAJ; RUPPP ODOL
c. Kebutuhan regulasi dan tätanan c. Kebutuhan regulasi dan tätanan
kelembagaan kementerian/ lembaga kelembagaan kementerian/ lembaga
d. yang diperlukan; yang diperlukan;
Rencana aksi dan target kinerja; dan d. Rencana aksi dan target kinerja; dan
e. Rencana pendanaan. e. Rencana pendanaan.

6.6. RAK provinsi/KAB/KOTA 5.6. RAK provinsi/KAB/KOTA


a. Sasaran Pemerintah Provinsi/KAB/KOTA a. Sasaran Pemerintah Provinsi/KAB/KOTA
Arah kebijakan strategis berdasarkan b. Arah kebijakan strategis berdasarkan
b. RUNK LLAJ, RAK Kementerian/Lembaga RUP3 ODOL, RAK Kementerian/Lembaga
Kebutuhan regulasi daerah tätanan c. Kebutuhan regulasi daerah tätanan
kelembagaan Pemerintah kelembagaan Pemerintah
c. Provinsi/KAB/KOTA Provinsi/KAB/KOTA
d. Rencana aksi dan target kinerja; d. Rencana aksi dan target kinerja;
e. Rencana pendanaan. e. Rencana pendanaan.
1. Perumusan Model Manajemen P3 ODOl dan Format Rencana Umum Pencegahan dan
Penindakan ODOL, merupakan Langkah awal, selanjutnya dirumuskan materi muatannya
sehingga menjadi seperti RUNK.
2. Langkah berikutnya seperti juga permasalahan yang dihadapi dalam Pelaksanaan dan
Pengendalian RUNK dan RAK LLAJ adalah pembentukan Badan Koordinasi Pembinaan LLAJ

Anda mungkin juga menyukai