Anda di halaman 1dari 33

KEBIJAKAN DAN PERATURAN BIDANG

LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

Disampaikan pada Rakornis Perhubungan Darat Tahun 2012


6 – 8 November 2012

oleh :
Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

D I R E K T O R A T J E N D E R A L P E R H U B U N G A N D A R A T
ISU STRATEGIS
PELAKSANAAN TUGAS DIREKTORAT LLAJ

1. Penyelenggaraan Jembatan Timbang

a. Fasilitas bongkar muat (gudang, peralatan dan penanggung


jawab barang yang di bongkar) dan besaran denda

b. Uji coba pada pengetatan pengawasan muatan lebih pada


satu komoditas yang diikuti dengan pengkajian
komprehensif terhadap pengaruh komoditas tersebut
seperti harga, inflasi dsb.

c. Penegakan hukum bukan hanya tindak pidana ringan tetapi


diartikan proses “biasa” (kerjasama dengan bareskrim).
Lanjutan ....... ISU STRATEGIS
PELAKSANAAN TUGAS DIREKTORAT LLAJ

1. Penyelenggaraan Jembatan Timbang ..lanjutan

d. Kapasitas peralatan JT masih beragam dengan tingkat


akurasi yang berbeda dan sebaran JT yang belum
merata, (dari 128 JT yg beroperasi di seluruh indonesia
baru sekitar 35% yg memiliki kapasitas 80 ton dan
sebagian besar berada di pulau jawa.

e. Pemahaman kebijakan kelebihan muatan yang tidak


sama diantara pemerintah daerah.(dampak pelaksanaan
otonomi daerah)

f. Perlu peran PEMDA dalam pengawasan muatan.


Lanjutan ....... ISU STRATEGIS
PELAKSANAAN TUGAS DIREKTORAT LLAJ

2. Penyelenggaraan Manajemen dan Rekayasa Lalu


Lintas di Jalan Nasional

a. Membangun sistem informasi kinerja jalan


(kepadatan, V/C Ratio, Kecepatan)

b. Membangun teknologi perlengkapan jalan pada


seluruh tingkat kewenangan jalan

c. Meningkatkan kecepatan pergerakan “long distance”


harus terbebas dari pengaruh pergerakan lokal
Lanjutan ....... ISU STRATEGIS
PELAKSANAAN TUGAS DIREKTORAT LLAJ

2. Penyelenggaraan Manajemen dan Rekayasa Lalu


Lintas di Jalan Nasional .. lanjutan

d. Masih banyak jalan-jalan utama/jalan nasional yg


mengalami gangguan samping cukup besar(pasar
tumpah, naik-turun penumpang angkutan lokal, sekolah,
adanya lalu lintas kendaraan tidak bermotor).

e. Masih banyak jalan-jalan setempat yang belum lengkap


fasilitas perlengkapan jalan, seperti misalnya:
 Marka jalan dan rambu;
 Penerangan jalan umum;
 Pagar pengaman; dll.
Lanjutan ....... ISU STRATEGIS
PELAKSANAAN TUGAS DIREKTORAT LLAJ

3. Penyelenggaraan Terminal Penumpang

a. Penyempurnaan rancang bangun, fasilitas yang


mendorong investasi swasta (integrated dengan pusat
kegiatan lainnya)

b. Peningkatan fungsi terminal sebagai “vokal point” dalam


pengawasan kelaikan angkutan umum dalam rangka
peningkatan keselamatan
Lanjutan ....... ISU STRATEGIS
PELAKSANAAN TUGAS DIREKTORAT LLAJ

4. Penyelenggaraan Terminal Barang

a. Mendorong terminal barang sebagai salah satu


komponen dalam perbaikan konsolidasi dan distribusi
barang (Logistik)

b. Sebagai pelabuhan darat untuk Eksport dan Import


(khusus Daerah Perbatasan Negara)
Lanjutan ....... ISU STRATEGIS
PELAKSANAAN TUGAS DIREKTORAT LLAJ
5. Penyelenggaraan Pengujian Kendaraan Bermotor

a. PKB dapat juga dilaksanakan oleh bengkel swasta dan APM terakreditasi

b. Akreditasi pengujian kendaraan bermotor di Kabupaten/Kota (SDM,


Peralatan, SOP -> penutupan /penggabungan tempat uji berkala)

c. Peningkatan pelayanan “SRUT”

d. Peningkatan peran Perhubungan Darat dalam pengembangan teknologi


sarana angkutan jalan

e. Peningkatan pelaksanaan Kalibrasi alat uji

f. Penggunaan Kartu Uji sebagai pengganti buku uji


Lanjutan ....... ISU STRATEGIS
PELAKSANAAN TUGAS DIREKTORAT LLAJ
6. Penyelenggaraan Angkutan Jalan
a. Penyempurnaan regulasi
 RPP angkutan target akhir tahun 2012
 Peraturan menteri penyelenggaraan angkutan dalam trayek
 Peraturan menteri penyelenggaraan angkutan tidak dalam trayek
 Peraturan menteri penyelenggaraan angkutan barang umum
 Peraturan menteri penyelenggaraan angkutan barang khusus
b. Peningkatan aksesibilitas
 Perubahan paradigma mengenai simpul terminal untuk angkutan
dalam trayek
 Penetapan jaringan trayek/wiloperasi dan kebutuhan sarana
 Terintegrasi dengan moda lain
 Meminimalkan perpindahan moda / kendaraan
 Waktu tempuh lebih cepat / biaya murah
Lanjutan ....... ISU STRATEGIS
PELAKSANAAN TUGAS DIREKTORAT LLAJ

6. Penyelenggaraan Angkutan Jalan (lanjutan)

c. Peningkatan Kapasitas Sarana/Prasarana Jalan


 Restrukturisasi klasifikasi angkutan tidak dalam trayek
 Penggunaan sarana yang lebih besar/massal
 Penggunaan bus untuk pelayanan perintis

d. Standar Pelayanan
 Keamanan
 Keselamatan
 Kenyamanan
 Keterjangkauan
 Kesetaraan
 Keteraturan
Lanjutan ....... ISU STRATEGIS
PELAKSANAAN TUGAS DIREKTORAT LLAJ
6. Penyelenggaraan Angkutan Jalan (lanjutan)

e. Restrukturisasi Kelembagaan/Kepengusahaan
 Menuju industri angkutan yang modern dan memiliki standar
 Berbadan hukum
 Terklasifikasinya perusahaan angkutan

f. Kebijakan Tarif
 Subsidi (contoh : amgkutan perintis)
 Tarif ditetapkan pemerintah (dengan margin terukur)
 Tarif diserahkan oleh mekanisme pasar (untuk pelayanan non ekonomi)

g. Meningkatnya Keselamatan
 Direktorat keselamatan transportasi darat
 Evaluasi pelayanan AKAP dan peningkatan peran pengusaha angkutan

h. Efisiensi pola distribusi barang (utilitas mobil barang)


Lanjutan ....... ISU STRATEGIS
PELAKSANAAN TUGAS DIREKTORAT LLAJ

7. Penyelenggaraan Pengendalian Operasional

a. Peningkatan pengendalian operasional sebagai salah satu


alat “tindakan korektif” terhadap tupoksi Direktorat LLAJ

b. Mendorong proses penegakan hukum “biasa” untuk


pelanggaran lalu lintas tertentu (kerjasama dengan
Bareskrim POLRI)
Lanjutan ....... ISU STRATEGIS
PELAKSANAAN TUGAS DIREKTORAT LLAJ

8. Peningkatan dan pemanfaatan Sumber Daya


Manusia (SDM) bidang LLAJ di pusat dan daerah
melalui kerjasama dengan BPSDM, MenPAN, Mendagri,
Gubernur, dan Walikota/Bupati.
PERATURAN – PERATURAN BIDANG LALU LINTAS DAN
ANGKUTAN JALAN

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009


tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

PP Nomor 32 PP Nomor PP Nomor PP Nomor 8 PP Nomor 80


Tahun 2011 37 Tahun Tahun 2011 Tahun 2012
tentang 2011 55 Tahun tentang tentang
Manajemen tentang 2012 Angkutan Tata Cara
dan Forum Lalu Multimoda Pemeriksaan
Rekayasa, Lintas dan tentang Kendaraan
Analisis Angkutan Kendaraan Bermotor di
Dampak Jalan Jalan dan
serta Penindakan
Manajemen Pelanggaran
Kebutuhan Lalu Lintas
Lalu Lintas dan
Angkutan
Jalan
D I R E K T O R A T J E N D E R A L P E R H U B U N G A N D A R A T
ANATOMI
UU Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

General
BAB I BAB II BAB III BAB IV
KETENTUAN UMUM ASAS DAN TUJUAN RUANG LINGKUP BERLAKUNYA UU PEMBINAAN

Main Substance BAB V


PENYELENGGARAAN

BAB VI BAB XI
BAB VII BAB VIII BAB IX BAB X KESELAMATAN BAB XII
SISTEM JARINGAN
KENDARAAN PENGEMUDI LALU LINTAS ANGKUTAN DAN DAMPAK
LALULINTAS DAN
KEAMANAN LINGKUNGAN
ANGKUTAN JALAN
LLAJ

Supporting Element
BAB XIII BAB XIV BAB XV BAB XVI BAB XVII BAB XVIII
PEMBERDAYAAN KECELAKAAN PERLAKUAN KHUSUS BAGI SISTEM SUMBER PERAN SERTA
INDUSTRI, LALULINTAS PENYANDANG CACAT, INFORMASI DAYA MASYARAKAT
PENGEMBANGAN LANSIA, ANAK-ANAK, LLAJ MANUSIA
TEKNOLOGI LLAJ WANITA HAMIL DAN/
ATAU ORANG SAKIT

Law Enforcement
BAB XIX BAB XX
PENYIDIKAN/PENEGAKAN HUKUM KETENTUAN PIDANA

Additional Regulation BAB XXI BAB XXII


KETENTUAN PERALIHAN KETENTUAN PENUTUP
1. PEMBAGIAN TANGGUNGJAWAB PEMBINAAN DAN
PENYELENGGARAAN OLEH PUSAT DAN DAERAH (PUSAT:
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN, PU, PERINDUSTRIAN, RISTEK, &
POLRI)

2. KEWAJIBAN PENYEDIAAN ANGKUTAN UMUM

3. KEWAJIBAN UNTUK MEMBENTUK FORUM LALU LINTAS DAN


ANGKUTAN JALAN

4. PENETAPAN BATAS KECEPATAN MAKSIMUM/MINIMUM RUAS JALAN

5. ANALISIS DAMPAK LALU LINTAS

6. MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS  RETRIBUSI


PENGENDALIAN LALU LINTAS

7. ADANYA TANGGUNG JAWAB DAN TANGGUNG GUGAT


8. LARANGAN PARKIR DI JALAN NASIONAL DAN PROVINSI

9. PENGELOMPOKKAN KELAS JALAN

10. UJI LAIK FUNGSI JALAN

11. DANA PRESERVASI JALAN

12. KEWAJIBAN PENGUJIAN BAGI SETIAP JENIS KENDARAAN


BERMOTOR

13. AKOMODASI TEKNOLOGI INFORMASI

14. KEWAJIBAN PEMERINTAH MENYEDIAKAN ANGKUTAN UMUM

15. KEWAJIBAN ANGKUTAN UMUM MEMENUHI STANDAR PELAYANAN


MINIMAL

16. ANGKUTAN MULTIMODA


17. KEAMANAN DAN KESELAMATAN LLAJ

18. DAMPAK LINGKUNGAN

19. PENGEMBANGAN INDUSTRI DAN TEKNOLOGI SARANA


DAN PRASARANA LLAJ

20. PERLAKUAN KHUSUS BAGI PENYANDANG CACAT,


MANULA, ANAK-ANAK, WANITA HAMIL & ORANG SAKIT

21. SISTEM INFORMASI LLAJ

22. SUMBER DAYA MANUSIA LLAJ


PERATURAN PEMERINTAH NO: 32 TAHUN 2011 TENTANG
MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK SERTA
MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS
BAB II BAB IV MANAJEMEN KEBUTUHAN
BAB III LALU LINTAS
MANAJEMEN DAN REKAYASA
ANALISIS DAMPAK LALU LINTAS
LALU LINTAS
(ANDALALIN) UMUM
Pasal 60 s/d Pasal 63
UMUM PEMBATASAN LALU LINTAS
Pasal 2, Pasal 3 KENDARAAN PERSEORANGAN
PELAKSANAAN ANDALALIN Pasal 64 s/d Pasal 66
PERENCANAAN Pasal 47 s/d Pasal 49
PEMBATASAN LALU LINTAS
Pasal 4, s/d Pasal 21 KENDARAAN BARANG
Pasal 67 s/d Pasal 69
PENGATURAN PEMBATASAN LALU LINTAS
Pasal 22 s/d Pasal 27 TATA CARA ANDALALIN SEPEDA MOTOR
Pasal 50 s/d Pasal 51 Pasal 70 s/d Pasal 71
PEREKAYASAAN PEMBATASAN RUANG PARKIR
Pasal 28 s/d Pasal 35
PADA KAWASAN TERTENTU
Pasal 72 s/d Pasal 75
PEMBERDAYAAN PENILAIAN DAN
Pasal 36 s/d Pasal 42 PEMBATASAN LALU LINTAS
TINDAKLANJUT KENDARAAN TIDAK BERMOTOR
Pasal 52 s/d Pasal 59 Pasal 76 s/d Pasal 78
PENGAWASAN
Pasal 43 s/d Pasal 46 RETRIBUSI PENGENDALIAN
LALU LINTAS KEND.
PERSEORANGAN DAN KEND.
BARANG
Pasal 79 s/d Pasal 83
MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS

REN TUR REK PEMB WAS

UNSUR P.U UNSUR


PERHUBUNGAN UNSUR POLRI

PENETAPAN KEBIJAKAN
PENINGKATAN DAN
DAN PENGADAAN & MAN & REK OPS DAN
PERBAIKAN PHISIK
PENEMPATAN PENEGAKAN HUKUM
JALAN PERLENGKAPAN JALAN

a. penetapan prioritas angkutan massal


melalui penyediaan lajur atau jalur
atau jalan khusus;
b. pemberian prioritas keselamatan dan
kenyamanan Pejalan Kaki; mengoptimalkan
c. pemberian kemudahan bagi
penyandang cacat;
penggunaan
d. pemisahan atau pemilahan jaringan Jalan
pergerakan arus Lalu Lintas dan gerakan Lalu
berdasarkan peruntukan lahan, Lintas
mobilitas, dan aksesibilitas;
e. pemaduan berbagai moda angkutan;
f. pengendalian Lalu Lintas pada
persimpangan;
21
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 37 TAHUN 2011 TENTANG
FORUM LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

BADAN AD HOC
1. Lembaga ad hoc yg
bertugas ;
PEMBINA LLAJ
a. menganalisis
permasalahan;
b. menjembatani,
menemukan
solusi, dan
meningkatkan
AKADEMISI kualitas
MASYARAKAT pelayanan; dan
c. bukan sebagai
aparat penegak
hukum.
2. Dibentuk di tingkat:
PENYELENGGARA a. Pusat;
LLAJ b. Daerah Provinsi;
c. Daerah
Kabupaten/Kota.

D I R E K T O R A T J E N D E R A L P E R H U B U N G A N D A R A T
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 55 TAHUN 2012
TENTANG KENDARAAN

I. BAB I : KETENTUAN UMUM


II. BAB II : JENIS DAN FUNGSI KENDARAAN
III. BAB III : PERSYARATAN TEKNIS DAN LAIK JALAN
KENDARAAN BERMOTOR
IV. BAB IV : PERSYARATAN TENIS DAN LAIK JALAN
KERETA GANDENGAN DAN KERETA
TEMPELAN
V. BAB V : KENDRAAN TIDAK BERMOTOR
VI. BAB VI : PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR
VII. BAB VII : BENGKEL UMUM KENDARAAN BERMOTOR
VIII. BAB VIII : SANKSI ADMINISRATIF
IX. BAB IX : KETENTUAN PERALIHAN
X. BAB X : KETENTUAN PENUTUP
23

PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR


I. UJI TIPE PEMERINTAH (PUSAT)
 LANDASAN.
 KENDARAAN BERMOTOR DALAM KEADAAN LENGKAP.
 DIATUR UJI SAMPLING.

1. UPKB. KAB/KOTA
(TERAKREDITASI)
II. UJI BERKALA 2. ATPM
3. SWASTA

III. PERALATAN UJI DIKALIBRASI


 PENGELOMPOKKAN KATEGORI KENDARAAN BERMOTOR :
M, N, L DAN O.
 SIM PKB (PENGGUNAAN SMART CARD SEBAGAI PENGGANTI BUKU
UJI).
Kategori Kendaraan
L1, L2, L3, L4 dan L5 untuk Sepeda Motor
M1 untuk Mobil Penumpang
M2 dan M3 untuk Mobil Bus
N1, N2, N3, O1, O2, O3, dan O4 untuk Mobil
Barang

Uji Berkala
Dalam keadaan tertentu,uji berkala Kendaraan
Bermotor dapat dilakukan pada unit pelaksana uji
berkala Kendaraan Bermotor lain yang telah
terakreditasi
UJI BERKALA

Setiap UPKB. Pengujian Kendaraan Bermotor Harus


Memiliki Alat Uji & Terkalibrasi.

Jumlah Alat Uji Mekanik di UPTD.PKB : 1.095


Jumlah Alat Uji Non-Mekanik di UPTD.PKB : 448

INVENTARISASI DINAS-DINAS PERHUBUBUNGAN KAB/KOTA DI


SELURUH TANAH AIR UNTUK PENGUMPULAN DATA :
• Kendaraan Wajib Uji
• SDM (Kompetensi Penguji)
• UPKB. Yang Memiliki Alat Uji Mekanik dan Yang Tidak Memiliki Alat
Uji Mekanik
BENGKEL UMUM KENDARAAN BERMOTOR

▫ Bengkel umum kendaraan bermotor berfungsi


untuk memperbaiki dan merawat kendaraan
bermotor agar tetap memenuhi persyaratan teknis
dan laik jalan, wajib memenuhi persyaratan teknis
bengkel umum kendaraan bermotor.
• Bengkel umum yang mempunyai akreditasi dan kualitas
tertentu dapat melakukan pengujian berkala kendaraan
bermotor
KARTU UJI

PENGANTIAN BUKU UJI MENJADI SMART CARD


DILAKSANAKAN BERTAHAP

I. Tahap Pertama: Tahun 2013 UJI COBA

II. Tahap Kedua : Tahun 2014 Buku Uji & Smart Card

III. Tahap Ketiga : Tahun 2015 Smart Card


SANKSI ADMINISTRATIF
• Setiap Penguji yang melanggar berupa:
 peringatan tertulis;
 denda administratif;
 pembekuan sertifikat kompetensi; dan/atau
 pencabutan sertifikat kompetensi.

• Bengkel umum yang menyelenggarakan pengujian


berkala kendaraan bermotor apabila melakukan
pelanggaran,:
peringatan tertulis;
denda administratif; dan/atau
penutupan bengkel umum.
PP Nomor 8 Tahun 2011 tentang
Angkutan Multimoda

Angkutan multimoda (Multimodal Transport)

Adalah angkutan barang dengan menggunakan paling sedikit dua


moda transportasi yang berbeda, atas dasar satu kontrak yang
menggunakan dokumen angkutan multimoda dari satu tempat
diterimanya barang oleh badan usaha angkutan multimoda ke
suatu tempat yang ditentukan untuk penerimaan barang tersebut.

Kegiatan angkutan multimoda dapat dilakukan dengan


menggunakan alat angkut moda transportasi darat, perkeretaapian,
laut, dan/atau udara (dengan menggunakan kendaraan bermotor,
kereta api, kapal, dan/atau pesawat udara).

Jasa angkutan multimoda diselenggarakan oleh badan usaha


angkutan multimoda.
Badan Usaha Angkutan Multimoda

Badan usaha angkutan multimoda terdiri atas badan usaha


angkutan multimoda nasional dan badan usaha angkutan
multimoda asing.

Badan usaha angkutan multimoda tidak hanya memberikan


layanan angkutan barang dari tempat asal sampai ke tujuan, badan
usaha angkutan multimoda juga memberikan jasa tambahan
berupa :
 jasa pengurusan transportasi (freight forwarding),
 jasa pergudangan,
 jasa konsolidasi muatan,
 penyediaan ruang muatan, serta
 pengurusan kepabeanan untuk angkutan multimoda ke luar
negeri dan ke dalam negeri.
PP Nomor 80 Tahun 2012 tentang
Tata Cara Pemeriksaan Kendaraan Bermotor di Jalan dan
Penindakan Pelanggaran Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

Tujuan Pemeriksaan Kendaraan Bermotor di Jalan dan


Penindakan Pelanggaran Lalu Lintas dan Angkutan Jalan :

terpenuhinya persyaratan teknis dan laik jalan Kendaraan


Bermotor;
terpenuhinya kelengkapan dokumen registrasi dan
identifikasi pengemudi dan Kendaraan Bermotor serta
dokumen perizinan dan kelengkapan Kendaraan Bermotor
angkutan umum;
terdukungnya pengungkapan perkara tindak pidana; dan
terciptanya kepatuhan dan budaya keamanan dan
keselamatan berlalu lintas.
Lingkup Pemeriksaan Kendaraan Bermotor :

Surat Izin Mengemudi, Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor,


Surat Tanda Coba Kendaraan Bermotor, Tanda Nomor Kendaraan
Bermotor, atau Tanda Coba Kendaraan Bermotor;
tanda bukti lulus uji bagi kendaraan wajib uji;
fisik Kendaraan Bermotor;
daya angkut dan/atau cara pengangkutan barang; dan/atau
izin penyelenggaraan angkutan.

Petugas Pemeriksaan Kendaraan Bermotor di Jalan :

Petugas Kepolisian Negara Republik Indonesia; dan


Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Bidang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan.
Terima kasih
www.hubdat.dephub.go.id
www.dephub.go.id
www.rttmc-hubdat.com
E-mail : hubdat@hubdat.web.id

Anda mungkin juga menyukai