net/publication/339846449
CITATIONS READS
0 644
3 authors, including:
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Uwes Anis Chaeruman on 21 March 2020.
http://journal.unj.ac.id/unj/index.php/jpi
DOI: https://doi.org/10.21009/JPI.022.07
This study aims to find out the root cause of the decreasing human performance
and provide the right interventions to solve the problem in project payment sub
division at PT. Sedayu Utama. The research method used is descriptive analysis with
qualitative approach, data is obtained through interview, questionnaire and
observation. As the results of this study of root cause analysis, the inability to use
electronic equipment, to accept constructive criticism due to high level of
superiority and lack of initiative thinking are found. Meanwhile from equipment
factor such as computer and scanner, it is found to be underutilized and from
management factor, it is found that there’s a lack of commitment, competition,
coordination and understanding of the company’s procedure, from motivation
factor, it is found that there’s a lack of supervision, reward & punishment and lack
of value inconsistent with mission. The solutions advised to solve these problems
are coaching, knowledge management, sharing session, on the job training and
reward & punishment.
133
Mega AD Retnani | JPI/Vol.02/No.02/2019| H. 133 - 143
134
Mega AD Retnani | JPI/Vol.02/No.02/2019| H. 133 - 143
Rothwell dalam Van Tiem (2012, h.79) menemukan akar penyebab masalah saja,
mengungkapkan bahwa “cause analysis is the namun juga membantu peneliti dalam
process of determining the root cause(s) of past, menentukan intervensi apa yang dapat
present, or future performance gaps.” Definisi diberikan untuk menghilangkan masalah serta
tersebut mengungkapkan bahwa analisis mencegah masalah muncul kembali.
penyebab adalah suatu proses dalam mencari Dengan dilakukannya analisis akar
akar penyebab masalah kesenjangan kinerja penyebab, intervensi dapat digunakan untuk
dalam suatu organisasi. Langkah ini mengatasi keadaan yang sebenarnya terkena
memberikan gambaran tentang akar penyebab masalah, bukan hanya sekedar gejala saja.
dari suatu masalah secara detail. Dogget (2005, h.34) memberikan dukungan
Mengidentifikasi area atau unit dalam terhadap pernyataan tersebut, yang mana
organisasi mana yang memerlukan apabila akar penyebab masalah tidak
penanganan, serta memberikan solusi atau teridentifikasi dengan baik, maka yang
intervensi untuk memperbaiki serta mencari ditemukan hanya sekedar gejala semata, dengan
tahu cara organisasi dapat menerapkan kata lain masalah masih ada dan akan terus
perubahan demi meningkatkan kualitas kinerja muncul bahkan ada kemungkinan menjadi lebih
anggotanya. parah.
Dalam melakukan analisis akar Apabila sebuah organisasi/ perusahaan
penyebab, Andersen dan Fagerhaug mengalami permasalahan terkait kinerja
memberikan cara untuk memecahkan masalah, karyawan yang kurang optimal, maka masalah
yaitu dengan mengidentifikasi penyebab tersebut harus segera dihilangkan. Jika tidak, hal
terjadinya masalah dan mencari cara untuk tersebut tentu saja akan menimbulkan dampak
mengurangi penyebab masalah serta mencegah pada produktivitas perusahaan, karena pada
masalah tersebut agar tidak terjadi kembali. dasarnya produktivitas perusahaan tergantung
Andersen dan Fagerhaug juga memberikan dari kualitas karyawan di dalamnya (Olu Ojo,
beberapa tools yang dapat dimanfaatkan untuk 2009, h. 388). Hal apa yang menyebabkan
mempermudah peneliti menemukan akar karyawan tersebut kinerjanya menurun harus
penyebab masalah beserta solusi yang sesuai. ditelusuri akar penyebabnya serta ditentukan
tindakan untuk mengeliminasi masalah tersebut
(Andersen & Fagerhauf, 2006, h. 12). Oleh karena
pencarian penyebab masalah perlu dilakukan,
cara yang paling tepat untuk menanganinya
adalah dengan melakukan analisis akar
penyebab (Okes, 2009, h.11; Tomic & Brkic,
2011,18).
Apabila penyebab sudah ditemukan,
maka teknolog kinerja akan
merekomendasikan intervensi yang sesuai
untuk mengatasi masalah kesenjagan kinerja
tersebut. Hal tersebutlah yang merupakan
tugas atau prioritas utama dari praktisi
Gambar 1. Model Pemecahan Masalah teknologi kinerja. Melaksanakan analisis dapat
Andersen & Fagerhaug memberikan beberapa manfaat, karena dengan
Adapun model pemecahan masalah yang melakukan analisis teknolog pendidikan dapat
dikembangkan oleh Andersen dan Fagerhaug mendeskripsikan masalah kinerja yang terjadi,
terdiri dari tujuh tahap, yaitu (a) problem mengidentifikasi penyebab masalah secara
understanding; (b) problem cause mendalam, dapat memberikan rekomendasi
brainstorming; (c) problem cause data intervensi yang sesuai untuk memecahkan
collection; (d) problem cause data analysis; (e) masalah kinerja yang terjadi. Januzweki dan
root cause identification; (f) problem Molenda (2008,h.49) juga menyebutkan jika
elimination; dan (f) solution implementation. teknologi pendidikan menyediakan berbagai
Dalam masing-masing tahap ini, Andersen pilihan intervensi yang dapat digunakan
telah memberikan pilihan tools yang dapat ditempat kerja. Pilihan intervensi yang
digunakan sesuai dengan kebutuhan. Tools ditawarkan teknologi pendidikan
tersebut tidak hanya membantu untuk menjadikannya batasan bagi teknolog kinerja
135
Mega AD Retnani | JPI/Vol.02/No.02/2019| H. 133 - 143
untuk meningkatkan kinerja. Selain untuk Perlu dilakukan suatu analisa untuk
menentukan pemilihan intervensi yang tepat, mencari akar penyebab masalah yang terjadi
analisis akar penyebab ini akan mencegah pada perusahaan tersebut. Oleh karena
masalah muncul atau terulang kembali ituperlu dilakukan analisis akar masalah
dikemudian hari. terhadap penurunan kinerja sub divisi project
Begitu pula yang terjadi dengan PT. payment di PT. Sedayu Utama dan
Sedayu Utama, sebuah perusahaan yang memberikan saran solusi atau intervensi yang
bergerak dibidang mekanik elektrik dengan dapat diterapkan perusahaan untuk
spesialis generator yang memiliki kendala dalam menghilangkan masalah tersebut dan
bidang pengelolaan karyawan. Karyawan dalam mencegahnya agar tidak terulang kembali.
sub divisi Project Payment mengalami
penurunan kinerja yang terlihat dari laporan METODE
keuangan perusahaan tahun 2016 dan merambat Metode yang digunakan dalam
hingga tahun 2018. Sub divisi project payment penelitian ini adalah deskriptif analisis dengan
sendiri memiliki laporan yang paling berbeda pendekatan kualitatif. Dalam penelitian ini,
dengan yang lain. peneliti menggunakan 6 dari 7 tahap model
Tabel 1. Rekapitulasi invoice PT. Sedayu Utama pemecahan masalah dari Bjorn Andersen dan
Tom Fagerhaug, yaitu (a) problem
understanding; (b) problem cause
brainstorming; (c) problem cause data
collection; (d) problem cause data analysis; (e)
root cause identification; dan (f) problem
elimination. Model ini digunakan karena
menyediakan tools pada setiap tahap yang
membantu peneliti dalam melakukan analisis
Tabel tersebut, menunjukkan bahwa hingga diperolehnya akar penyebab masalah
pada tahun 2016 hingga 2018, terdapat dan saran intervensi
kenaikan yang signifikan mengenai invoice Penelitian ini dilaksanakan di PT.
yang bermasalah. Penurunan jumlah proyek Sedayu Utama yang berlokasi di Jl. Hasyim
yang terjadi pada tahun 2018 ini dikarenakan Ashari kavling DPR Blok C No. 302 Rt 02 Rw
keterlambatan pelunasan pembayaran proyek 006 Neroktog, Pinang, Tangerang, Banten
yang meningkat tajam pada tahun 2017. Hal ini selama total 10 bulan terhitung semenjang
tentu saja mengakibatkan kekacauan dalam bulan September 2018 hingga Juni 2019.
alur perencanaan keuangan perusahaan yang Penelitian ini menggunakan tiga
berdampak pada penurunan jumlah kerjasama. pengembangan instrumen penelitian yaitu
Kacaunya alur perencanaan keuangan ini pedoman wawancara, angket dan daftar ceklis.
sangat berpengaruh terhadap alur kas Data yang dikumpulkan pada tahap
perusahan. Hal ini dikarenakan dengan problem cause data collection kemudian
bermasalahnya surat tagihan (invoice) dianalisa dan dilakukan reduksi data hingga
penyelesaian proyek maka akan bermasalah diperoleh kelompok atau kategori penyebab
pula pelunasan proyek yang harus dibayarkan masalah. Selanjutnya dikembangkan dalam
pihak vendor. Pada dasarnya, pelunasan diagram fishbone dan dikembangkan lagi
tersebut digunakan untuk membayar hutang dalam five wvhys. Setelah ditemukan akar
perusahaan atas pembelian barang kebutuhan penyebab masalah dari masing-masing faktor
proyek tersebut. Oleh karena itu, jika satu penyebab, kemudian dilakukan problem
proyek tidak diselesaikan pembayarannya elimination menggunakan TRIZ (Theory of
maka hutang tersebut akan ditutup dengan kas Inventive of Problem Solving) dengan
perusahaan. Sedangkan kas perusahaan akan memanfaatkan 39 Engineering Parameters atau
digunakan untuk pembelian barang kebutuhan yang dikenal dengan Matriks Kontradiksi
pembuatan aksesoris generator dan kebutuhan Altshuller dan 40 inventive principles untuk
perusahaan lainnya. Apabila masalah ini terjadi mencari ide dalam memecahkan masalah
lebih dari satu kali, tentu saja akan tersebut.
mengacaukan alur kas perusahaan bahkan HASIL DAN PEMBAHASAN
dapat menyebabkan defisit pada perusahaan. Penelitian dilaksanakan selama 4 bulan
terhitung sejak bulan Maret hingga Juni 2019.
136
Mega AD Retnani | JPI/Vol.02/No.02/2019| H. 133 - 143
137
Mega AD Retnani | JPI/Vol.02/No.02/2019| H. 133 - 143
agar tetap stabil; (b) Agar tidak lupa, perlu tersebut kemudian didukung oleh penyebaran
dibuatkan pengingat bisa berupa alarm atau angket yang memperoleh hasil persentase
agenda; (c) Manager keuangan perlu melihat sebesar 52.22% responden menyatakan sering
jadwal pemantauan sub divisi penagihan mengelola catatan pengeluaran proyek, 40.28%
proyek. selalu dan sisanya 8.06% menyatakan bahwa
C. Problem Cause Data Collection subdivisi project payment kadang mengelola
Tahap ini merupakan tahap catatan pengeluaran proyek dengan baik.
mengumpulan data dengan melakukan Kedua hasil tersebut kemudian dibuktikan
wawancara terlebih dahulu kepada direktur, dengan hasil observasi yang divisualisasikan
manajer keuangan, ketua pemborong dan sub sebagai berikut;
divisi project payment itu sendiri. Selanjutnya, Tabel 3. Diagram hasil observasi Catatan
peneliti menyebarkan angket kepada 15 Pengeluaran Proyek
narasumber yang terdiri dari atasan sub divisi
project payment yaitu manajer keuangan,
direktur dan ketua pemborong sebagai pemberi
tugas kerja dan karyawan PT. Sedayu Utama
lain yang tugasnya bersangkutan dengan sub
divisi project payment.
Untuk membuktikan data yang
diperoleh dari hasil wawancara dan angket
peneliti melakukan observasi dengan c. Surat Tagihan / Invoice
menggunakan lembar ceklis. Berikut ini adalah c.1. Membuat Surat Tagihan / Invoice
hasil perolehan data yang telah dikumpulkan Hasil wawancara dengan manajer
a. Arsip Keuangan Proyek keuangan dan direktur PT. Sedayu Utama
Berdasarkan hasil wawancara, sub divisi menjelaskan bahwa sub divisi project payment
project payment telah dianggap mengerjakan sering lalai dalam pemberian tanggal dan
tugasnya dalam mengelola arsip dengan baik nomor invoice, juga lalai dengan tugasnya
dan konsisten, namun kurang dapat dalam memantau pembayaran, surat masuk
memanfaatkan teknologi untuk mengarsipkan dan keluarpun jarang dikelolanya. Namun, sub
dokumen secara digital. Hal tersebut kemudian div project payment sendiri merasa itu bukan
didukung oleh penyebaran angket yang kesalahan yang besar karena dapat diperbaiki
memperoleh hasil sebesar 55.59% responden dengan mudah. Sedangkan hasil penyebaran
menyatakan selalu mengelola arsip keuangan kuesioner menunjukkan hasil yang berbeda,
proyek dengan baik, 30.04% sering, 7.26% 29% responden menyatakan jarang membuat
kadang, 4.89% jarang dan sisanya 2.22% tidak surat tagihan dengan baik dan benar, 24.63%
pernah mengelola arsip keuangan proyek sering, 23.76% kadang, 13.65% selalu dan 6.11%
dengan baik. Kedua hasil tersebut kemudian tidak pernah mengerjakan tugasnya dalam
didukung oleh hasil observasi yang telah mengelola surat tagihan dengan baik dan
dilaksanakan sebagai berikut; benar. Kedua hasil tersebut kemudian
Tabel 2. Diagram hasil observasi indikator didukung oleh hasil observasi yang telah
Arsip Keuangan Proyek dilaksanakan sebagai berikut
Tabel 4. Diagram hasil observasi Surat
Tagihan/Invoice
138
Mega AD Retnani | JPI/Vol.02/No.02/2019| H. 133 - 143
139
Mega AD Retnani | JPI/Vol.02/No.02/2019| H. 133 - 143
dari kedua hal tersebut adalah merasa dirinya yaitu komputer kurang dimanfaatkan dengan
benar dan jika disalahkan bahkan jika baik dan scanner atau alat pemindai tidak
diberitahukan kebenarannya, justru membuat pernah digunakan. Akar masalah utama dari
sub divisi project payment ini akan komputer kurang dimanfaatkan ini adalah
memberitahukan lagi tanpa mendengarkan sudah berada pada zona nyaman untuk
kritik atau saran yang diberikan. mempelajari hal yang baru. Sedangkan untuk
Adapun faktor utama dari sisi sumber scanner yang tidak pernah digunakan akar
daya manusia pada cabang memiliki tingkat masalahnya adalah buku manual yang tersedia
kepercayaan diri yang sangat tinggi ini tulisannya terlalu kecil dan terlalu padat, tidak
dikarenakan sub divisi project payment yang ada buku panduan yang memuat informasi
menangani surat tagihan (invoice) memiliki dengan visualisasi yang lebih mudah dibaca
pengalaman bekerja dibagian administrasi dan dipahami.
lebih dari 10 tahun. Pengalaman tersebut Faktor penyebab utama manajemen
diperolehnya karena memiliki pengetahuan sendiri memiliki empat cabang kategori
dan keahlian yang mumpuni dibidang penyebab, yang pertama yaitu kurangnya
keahliannya. Dengan pengetahuan, keahlian komitmen sub divisi project payment terhadap
dan pengalamannya tersebut membuat sub perusahaan. Akar masalah dari penyebab ini
divisi ini memiliki tingkat kepercayaan yang yaitu kurangnya ketegasan pihak atasan
tinggi hingga membuatnya kurang dapat terhadap kinerja sub divisi project payment
menerima kritikan. Akar masalah utama dari bagian surat invoice. Kategori kedua dari faktor
cabang kurang dapat menerima kritikan ini penyebab utama manajemen ini adalah sub
adalah tingginya ego yang membuat dirinya divisi project payment kurang kompetitif
merasa paling berpengalaman. Dampak yang dalam bekerja, akar masalah utama dari
ditimbulkan dari kedua hal tersebut adalah penyebab ini adalah karena masing-masing
merasa dirinya benar dan jika disalahkan karyawan memiliki tugasnya masing-masing
bahkan jika diberitahukan kebenarannya, oleh karena itu tidak ada persaingan
justru membuat sub divisi project payment ini diantaranya.
akan memberitahukan lagi tanpa Kategori yang ketiga adalah kurangnya
mendengarkan kritik atau saran yang pemahaman sub divisi project payment
diberikan. terhadap prosedur perusahaan, akar masalah
Faktor penyebab utama peralatan sendiri utama yang mendalanginya karena pihak
Gambar 3. Diagram Fishbone Penurunan Kinerja Karyawan Sub Divisi Project Payment PT.
Sedayu Utama
memiliki dua cabang penyebab permasalahan, perusahaan merasa cukup memberikan
140
Mega AD Retnani | JPI/Vol.02/No.02/2019| H. 133 - 143
prosedur perusahaan pada awal mereka baru yang membuatnya kurang dapat
diterima dan mulai bekerja di perusahaan. menerima kritikan.
Tidak terdapat standar operasional perusahaan Kurang inisiatif karena tidak
yang tercetak dan dipasang atau diletakkan di adanya reward & punishment.
area yang terbaca oleh karyawan. Kategori Tidak dapat menggunakan
terakhir yaitu kurangnya koordinasi, faktor peralatan elektronik penunjang
penyebab ini diakari oleh rasa percaya diri yang karena sudah nyaman
terlalu tinggi dari salah satu karyawan sub menggunakan metode yang
divisi project payment sehingga membuatnya manual.
tidak ingin diatur atau diberikan perintah Dasar Perlu pendekatan personal untuk
terutama dengan yang lebih muda. Faktor Penyelesa mengatasi masalah kepercayaan
penyebab utama yang terakhir dari masalah ian diri yang terlalu tinggi dan
penurunan kinerja sub divisi project payment egonya dalam menerima kritikan,
ini adalah motivasi. memberikan benchmarking dan
Motivasi sendiri memiliki tiga tipe perlu diberikan pemacu agar
kategori utama yaitu (a) kurangnya semangat dalam bekerja.
pengawasan, akar masalah utama dari ketegori Kontradi Peningkatkan kualitas bekerja
ini adalah atasan menjadi tidak ingin ksi seseorang ketika substansinya
melakukan pengawasan karena sub divisi Altshull- rendah (34 – 23).
project payment merasa dirinya sudah baik dan er Kesulitan menguasai peralatan
tidak menginginkan pengawasan; (b) tidak karena kurangnya informasi (36 –
adanya sistem reward & punishment, akar 24).
masalah utama dalam kategori ini adalah Produktivitas karyawan dalam
dengan adanya masalah ini membuat melakukan tugas (39 - 26)
perusahaan bahkan tidak terfikirkan untuk Prinsip 10 - Preliminary Action
melihat keuntungan, tetapi fokus untuk Inventif 25 - Beforehand Cushioning
menutupi alur kas perusahaan yang digunakan yang 25 – Self Services
untuk membayar proyek. Terakhir adalah (c) diterapka 35 – Parameter Changes
Lack of Value Inconsistent with Mission, yang n
akar masalah utamanya adalah kurangnya rasa Solusi Diberikan coaching dengan
tanggung jawab sub divisi project payment Permasal menggunakan pendekatan
terhadap tugas yang diembannya. ahan personal untuk meredakan tingkat
F. Problem Elimination ego yang tinggi, juga memberikan
Dalam tahap ini Peneliti menggunakan arahan untuk menggunakan
TRIZ (Theory of Inventive of Problem Solving) peralatan elektronik penunjang.
sebagai alat untuk mengeliminasi masalah. Saat memberikan coaching,
Taha ini dilakukan oleh peneliti dengan berikan pula benchmarking untuk
dibantu oleh beberapa pihak yaitu manajer memacu karyawan agar lebih
keuangan dan direktur perusahaan. Masalah semangat bekerja lagi. Selain itu,
yang telah ditemukan selanjutnya diidentifikasi perlu diterapkan reward &
dan disesuaikan dengan 39 Engineering punishment agar karyawan paham
Parameters atau yang dikenal dengan matriks substansi dalam bekerja dan
kontradiksi Altshuller dan dicarikan solusi resikonya apabila tidak
untuk memecahkan masalah tersebut melakukannya sesuai dengan
menggunakan 40 Incentive Parameter For prosedur perusahaan.
Human Factors And Ergonomics. Adapun Peralatan Penunjang
berikut adalah tabel hasil penerapan dalam
Masalah Peralatan kurang dimanfaatkan
langkah problem elimination;
sebagaimana mestinya karena
Tabel 6. Penggunaan TRIZ dalam mengatasi
selain merasa lebih mudah
masalah menggunakan dokumen manual
Sumber Daya Manusia (buku besar) juga tidak adanya
Masalah Kepercayaan diri yang terlalu buku panduan yang menerangkan
tinggi karena memiliki dengan jelas cara menggunakan
pengalaman lebih dari 10 tahun peralatannya.
141
Mega AD Retnani | JPI/Vol.02/No.02/2019| H. 133 - 143
142
Mega AD Retnani | JPI/Vol.02/No.02/2019| H. 133 - 143
DAFTAR PUSTAKA
143