Anda di halaman 1dari 12

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/339846449

Penerapan Root Cause Analysis pada Penurunan Kinerja Karyawan

Article  in  Jurnal Pembelajaran Inovatif · September 2019


DOI: 10.21009/JPI.022.07

CITATIONS READS

0 644

3 authors, including:

Uwes Anis Chaeruman


Jakarta State University
37 PUBLICATIONS   47 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

RESEARCH ON BLENDED LEARNING View project

Ministry of Health, Republic of Indonesia View project

All content following this page was uploaded by Uwes Anis Chaeruman on 21 March 2020.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


JPI/Vol.02/No.02/2019| H. 133-143

http://journal.unj.ac.id/unj/index.php/jpi

Penerapan Root Cause Analysis pada Penurunan


Kinerja Karyawan
Mega AD Retnani,1 Uwes Anis Chaeruman2, Mulyadi2
megaastdr@gmail.com ,

1 UniversitasNegeri Jakarta, Jakarta, Indonesia.


2 Universitas Negeri Jakarta, Jakarta, Indonesia.
3 Universitas Negeri Jakarta, Jakarta, Indonesia.

DOI: https://doi.org/10.21009/JPI.022.07

Article History Abstrak


________________ _________________________________________________________________
Received : 2019 Penelitian ini bertujuan untuk menentukan akar penyebab adanya penurunan
Accepted : 2019 kinerja dan memberikan saran intervensi untuk menyelesaikan masalah tersebut
di sub divisi project payment di PT. Sedayu Utama. Metode penelitian yang
Published : 2019
digunakan adalah deskripsi analisis dengan pendekatan kualitatif, teknik
________________
pengumpulan data menggunakan wawancara, kuesioner dan observasi.
Menggunakan 6 tahap Problem Solving Bjorn Andersen dan Tom Fagerhaug. Hasil
Keywords penelitian akar masalah dari faktor sumber daya manusia ditemukan
________________ ketidakmampuan menggunakan alat elektronik dan tingginya tingkat
Root cause kepercayaan diri hingga membuat kurang dapat menerima kritikan dan kurang
inisatif. Faktor alat ditemukan kurang dimanfaatkannya alat elektronik berupa
analysis, improving
komputer dan scanner, faktor manajemen ditemukan kurangnya komitmen,
performance, kompetisi, koordinasi dan memahami prosedur perusahaan, faktor motivasi
human ditemukan kurangnya pengawasan, tidak ada reward & punishment dan lack of
performance value inconsistent with mission. Solusi yang disarankan untuk mengatasi masalah
technology, itu adalah coaching, knowledge management, sharing session, on the job training
Andersen & dan reward & punishment.
Fagerhaug
________________
Abstract

This study aims to find out the root cause of the decreasing human performance
and provide the right interventions to solve the problem in project payment sub
division at PT. Sedayu Utama. The research method used is descriptive analysis with
qualitative approach, data is obtained through interview, questionnaire and
observation. As the results of this study of root cause analysis, the inability to use
electronic equipment, to accept constructive criticism due to high level of
superiority and lack of initiative thinking are found. Meanwhile from equipment
factor such as computer and scanner, it is found to be underutilized and from
management factor, it is found that there’s a lack of commitment, competition,
coordination and understanding of the company’s procedure, from motivation
factor, it is found that there’s a lack of supervision, reward & punishment and lack
of value inconsistent with mission. The solutions advised to solve these problems
are coaching, knowledge management, sharing session, on the job training and
reward & punishment.

 Corresponding author : Mega AD Retnani © 2019 Universitas Negeri Jakarta


Adress: Permata Mansion Blok EB 1 No. 6 Serua, Bojongsari, Depok
E-mail: megaastdr@gmail.com

133
Mega AD Retnani | JPI/Vol.02/No.02/2019| H. 133 - 143

PENDAHULUAN can be applied to individuals, small


Perusahaan atau organisasi profit groups, and large organizations.
memiliki beberapa aspek yang menentukan Berdasarkan definisi tersebut, dapat
laju kembangnya kehidupan bisnisnya. Aspek diambil kesimpulan bahwa teknologi kinerja
yang paling penting yang dimiliki perusahaan merupakan serangkaian kegiatan yang
adalah sumber daya manusia. Seperti yang sistematis mulai dari memilah, menganalisa,
dikemukakan oleh Mubarak Issah (2017, h.1) mendesain, mengembangkan, menerapkan dan
good quality performance has always been the mengevaluasi berbagai program yang memiliki
paramount factor for organizational success. pengaruh besar dalam perilaku dan pencapaian
Oleh karena itu, jika kualitas sebuah seseorang. Teknologi kinerja memiliki tujuan
perusahaan sangat ditentukan oleh kinerja untuk meningkatkan produktivitas dan
karyawannya. Apabila kinerja karyawan kompetensi dengan menggunakan metode,
meningkat, maka produktivitas perusahaan prosedur maupun strategi untuk memecahkan
juga akan meningkat dan begitu pula masalah kinerja.
sebaliknya jika kinerja karyawan menurun Model Teknologi Kinerja ISPI lebih
maka produktivitas perusahaan juga akan menitikberatkan pada konsep peningkatan
menurun. kinerja yang dapat dianggap menjadi peluang
Dalam perusahaan sendiri dikenal dan juga masalah dalam organisasi. Bobbert,
dengan istilah manajemen sumber daya Robinson dan Martin (2012, h.30)
manusia yang membahas masalah mengungkapkan bahwa model teknologi
interpersonal yang kompleks, yang terkait kinerja ISPI ini sangat tepat digunakan sebagai
dengan membantu karyawan untuk bekerja panduan untuk teknolog pendidikan dalam
lebih kolaboratif dalam mencapai tujuan yang memvisualisasikan dan mengkomunikasikan
lebih efektif (Ellinger & Ellinger, 2014, h.122). logika suatu proses kepada orang lain.
Berbeda halnya dengan teknologi kinerja, yang Teknologi kinerja juga menghasilkan
memiliki tugas penting untuk memecahkan pemikiran-pemikiran sebagai upaya untuk
masalah belajar pada karyawan, serta berupaya meningkatkan mutu kinerja (Prawiladilaga dan
untuk meningkatkan kinerja karyawan. Chaeruman, 2018, h. 41).
Tiem, Mosseley & Dessinger (2012, h.2), Daniel Langdon dalam Pershing (2006,
sendiri mengungkapkan bahwa teknologi h.924-942) menjelaskan langkah-langkah
kinerja berfokus pada rangkaian metode dan penerapan model teknologi kinerja ISPI, yaitu
prosedur yang sistematis dalam meningkatkan (1) performance analysis; (2) cause analysis; (3)
kinerja yang berorientasi pada hasil yang dapat intervention selection, design and development;
memecahkan masalah, meningkatkan kinerja (4) Intervention implementation and change;
organisasi serta mewujudkan peluang dan (5) evaluation. Prawiradilaga (2012, h.170)
perubahan. menyebutkan bahwa model teknologi kinerja
Lebih rinci lagi International Society of ISPI ini bertumpu pada dua kerangka analisis
Performance Improvement (ISPI) pada tahun makro yaitu analisis kesenjangan dan analisis
2005 mendeskripsikan teknologi kinerja penyebab, dan model teknologi kinerja ISPI ini
sebagai. lebih menekankan dilaksanakannya analisis
a systematic approach to improving untuk meningkatkan kinerja karyawan.
productivity and competence, uses a set Analisis tidak hanya akan memberikan solusi
of methods and procedures -- and a atau intervensi yang hanya menguntungkan
strategy for solving problems -- for bagi organisasi saja, analisis juga akan
realizing opportunities related to the memberikan rekomendasi tentang bagaimana
performance of people. More specific, it cara anggota organisasi dapat menangani isu-
is a process of selection, analysis, design, isu budaya dalam usahanya meningkatkan
development, implementation, and kinerja.
evaluation of programs to most cost- Dalam model teknologi kinerja, langkah
effectively influence human behavior pertama yang dilakukan adalah
and accomplishment. It is a systematic mengidentifikasi kesenjangan kinerja,
combination of three fundamental selanjutnya adalah menganalisanya, mencari
processes: performance analysis, cause penyebab mengapa kesenjangan tersebut dapat
analysis, and intervention selection, and muncul dan terjadi.

134
Mega AD Retnani | JPI/Vol.02/No.02/2019| H. 133 - 143

Rothwell dalam Van Tiem (2012, h.79) menemukan akar penyebab masalah saja,
mengungkapkan bahwa “cause analysis is the namun juga membantu peneliti dalam
process of determining the root cause(s) of past, menentukan intervensi apa yang dapat
present, or future performance gaps.” Definisi diberikan untuk menghilangkan masalah serta
tersebut mengungkapkan bahwa analisis mencegah masalah muncul kembali.
penyebab adalah suatu proses dalam mencari Dengan dilakukannya analisis akar
akar penyebab masalah kesenjangan kinerja penyebab, intervensi dapat digunakan untuk
dalam suatu organisasi. Langkah ini mengatasi keadaan yang sebenarnya terkena
memberikan gambaran tentang akar penyebab masalah, bukan hanya sekedar gejala saja.
dari suatu masalah secara detail. Dogget (2005, h.34) memberikan dukungan
Mengidentifikasi area atau unit dalam terhadap pernyataan tersebut, yang mana
organisasi mana yang memerlukan apabila akar penyebab masalah tidak
penanganan, serta memberikan solusi atau teridentifikasi dengan baik, maka yang
intervensi untuk memperbaiki serta mencari ditemukan hanya sekedar gejala semata, dengan
tahu cara organisasi dapat menerapkan kata lain masalah masih ada dan akan terus
perubahan demi meningkatkan kualitas kinerja muncul bahkan ada kemungkinan menjadi lebih
anggotanya. parah.
Dalam melakukan analisis akar Apabila sebuah organisasi/ perusahaan
penyebab, Andersen dan Fagerhaug mengalami permasalahan terkait kinerja
memberikan cara untuk memecahkan masalah, karyawan yang kurang optimal, maka masalah
yaitu dengan mengidentifikasi penyebab tersebut harus segera dihilangkan. Jika tidak, hal
terjadinya masalah dan mencari cara untuk tersebut tentu saja akan menimbulkan dampak
mengurangi penyebab masalah serta mencegah pada produktivitas perusahaan, karena pada
masalah tersebut agar tidak terjadi kembali. dasarnya produktivitas perusahaan tergantung
Andersen dan Fagerhaug juga memberikan dari kualitas karyawan di dalamnya (Olu Ojo,
beberapa tools yang dapat dimanfaatkan untuk 2009, h. 388). Hal apa yang menyebabkan
mempermudah peneliti menemukan akar karyawan tersebut kinerjanya menurun harus
penyebab masalah beserta solusi yang sesuai. ditelusuri akar penyebabnya serta ditentukan
tindakan untuk mengeliminasi masalah tersebut
(Andersen & Fagerhauf, 2006, h. 12). Oleh karena
pencarian penyebab masalah perlu dilakukan,
cara yang paling tepat untuk menanganinya
adalah dengan melakukan analisis akar
penyebab (Okes, 2009, h.11; Tomic & Brkic,
2011,18).
Apabila penyebab sudah ditemukan,
maka teknolog kinerja akan
merekomendasikan intervensi yang sesuai
untuk mengatasi masalah kesenjagan kinerja
tersebut. Hal tersebutlah yang merupakan
tugas atau prioritas utama dari praktisi
Gambar 1. Model Pemecahan Masalah teknologi kinerja. Melaksanakan analisis dapat
Andersen & Fagerhaug memberikan beberapa manfaat, karena dengan
Adapun model pemecahan masalah yang melakukan analisis teknolog pendidikan dapat
dikembangkan oleh Andersen dan Fagerhaug mendeskripsikan masalah kinerja yang terjadi,
terdiri dari tujuh tahap, yaitu (a) problem mengidentifikasi penyebab masalah secara
understanding; (b) problem cause mendalam, dapat memberikan rekomendasi
brainstorming; (c) problem cause data intervensi yang sesuai untuk memecahkan
collection; (d) problem cause data analysis; (e) masalah kinerja yang terjadi. Januzweki dan
root cause identification; (f) problem Molenda (2008,h.49) juga menyebutkan jika
elimination; dan (f) solution implementation. teknologi pendidikan menyediakan berbagai
Dalam masing-masing tahap ini, Andersen pilihan intervensi yang dapat digunakan
telah memberikan pilihan tools yang dapat ditempat kerja. Pilihan intervensi yang
digunakan sesuai dengan kebutuhan. Tools ditawarkan teknologi pendidikan
tersebut tidak hanya membantu untuk menjadikannya batasan bagi teknolog kinerja

135
Mega AD Retnani | JPI/Vol.02/No.02/2019| H. 133 - 143

untuk meningkatkan kinerja. Selain untuk Perlu dilakukan suatu analisa untuk
menentukan pemilihan intervensi yang tepat, mencari akar penyebab masalah yang terjadi
analisis akar penyebab ini akan mencegah pada perusahaan tersebut. Oleh karena
masalah muncul atau terulang kembali ituperlu dilakukan analisis akar masalah
dikemudian hari. terhadap penurunan kinerja sub divisi project
Begitu pula yang terjadi dengan PT. payment di PT. Sedayu Utama dan
Sedayu Utama, sebuah perusahaan yang memberikan saran solusi atau intervensi yang
bergerak dibidang mekanik elektrik dengan dapat diterapkan perusahaan untuk
spesialis generator yang memiliki kendala dalam menghilangkan masalah tersebut dan
bidang pengelolaan karyawan. Karyawan dalam mencegahnya agar tidak terulang kembali.
sub divisi Project Payment mengalami
penurunan kinerja yang terlihat dari laporan METODE
keuangan perusahaan tahun 2016 dan merambat Metode yang digunakan dalam
hingga tahun 2018. Sub divisi project payment penelitian ini adalah deskriptif analisis dengan
sendiri memiliki laporan yang paling berbeda pendekatan kualitatif. Dalam penelitian ini,
dengan yang lain. peneliti menggunakan 6 dari 7 tahap model
Tabel 1. Rekapitulasi invoice PT. Sedayu Utama pemecahan masalah dari Bjorn Andersen dan
Tom Fagerhaug, yaitu (a) problem
understanding; (b) problem cause
brainstorming; (c) problem cause data
collection; (d) problem cause data analysis; (e)
root cause identification; dan (f) problem
elimination. Model ini digunakan karena
menyediakan tools pada setiap tahap yang
membantu peneliti dalam melakukan analisis
Tabel tersebut, menunjukkan bahwa hingga diperolehnya akar penyebab masalah
pada tahun 2016 hingga 2018, terdapat dan saran intervensi
kenaikan yang signifikan mengenai invoice Penelitian ini dilaksanakan di PT.
yang bermasalah. Penurunan jumlah proyek Sedayu Utama yang berlokasi di Jl. Hasyim
yang terjadi pada tahun 2018 ini dikarenakan Ashari kavling DPR Blok C No. 302 Rt 02 Rw
keterlambatan pelunasan pembayaran proyek 006 Neroktog, Pinang, Tangerang, Banten
yang meningkat tajam pada tahun 2017. Hal ini selama total 10 bulan terhitung semenjang
tentu saja mengakibatkan kekacauan dalam bulan September 2018 hingga Juni 2019.
alur perencanaan keuangan perusahaan yang Penelitian ini menggunakan tiga
berdampak pada penurunan jumlah kerjasama. pengembangan instrumen penelitian yaitu
Kacaunya alur perencanaan keuangan ini pedoman wawancara, angket dan daftar ceklis.
sangat berpengaruh terhadap alur kas Data yang dikumpulkan pada tahap
perusahan. Hal ini dikarenakan dengan problem cause data collection kemudian
bermasalahnya surat tagihan (invoice) dianalisa dan dilakukan reduksi data hingga
penyelesaian proyek maka akan bermasalah diperoleh kelompok atau kategori penyebab
pula pelunasan proyek yang harus dibayarkan masalah. Selanjutnya dikembangkan dalam
pihak vendor. Pada dasarnya, pelunasan diagram fishbone dan dikembangkan lagi
tersebut digunakan untuk membayar hutang dalam five wvhys. Setelah ditemukan akar
perusahaan atas pembelian barang kebutuhan penyebab masalah dari masing-masing faktor
proyek tersebut. Oleh karena itu, jika satu penyebab, kemudian dilakukan problem
proyek tidak diselesaikan pembayarannya elimination menggunakan TRIZ (Theory of
maka hutang tersebut akan ditutup dengan kas Inventive of Problem Solving) dengan
perusahaan. Sedangkan kas perusahaan akan memanfaatkan 39 Engineering Parameters atau
digunakan untuk pembelian barang kebutuhan yang dikenal dengan Matriks Kontradiksi
pembuatan aksesoris generator dan kebutuhan Altshuller dan 40 inventive principles untuk
perusahaan lainnya. Apabila masalah ini terjadi mencari ide dalam memecahkan masalah
lebih dari satu kali, tentu saja akan tersebut.
mengacaukan alur kas perusahaan bahkan HASIL DAN PEMBAHASAN
dapat menyebabkan defisit pada perusahaan. Penelitian dilaksanakan selama 4 bulan
terhitung sejak bulan Maret hingga Juni 2019.

136
Mega AD Retnani | JPI/Vol.02/No.02/2019| H. 133 - 143

Data dan Informasi yang diperoleh berasal dari


Direktur Perusahaan, Ketua Pemborong,
Manajer Keuangan dan karyawan PT. Sedayu
Utama termasuk sub divisi Project payment itu
sendiri. Pada bagian ini akan dijelaskan
prosedur penelitian yang telah dilakukan
dengan menggunakan model pemecahan
masalah Bjorn Andersen & Tom Fagerhaug
dengan 6 tahap yaitu problem understanding,
problem brainstorming, problem cause data
collection, problem cause data analysis, root
cause identification dan problem elimination.
Tahap problem understanding, brainstorming
dan problem elimination melibatkan direktur,
ketua pemborong dan manajer keuangan,
sedangkan problem cause data collection
melibatkan karyawan kantor PT. Sedayu
Utama. Adapun tahapan yang dilakukan
peneliti dalam memperoleh penyebab masalah
adalah:
A. Problem Undertanding
Pada tahap ini peneliti melihat dan
Gambar 2. Diagram Alur (Flowchart) deskripsi
mendeteksi gejala masalah yang muncul hingga
kerja sub div project payment PT. Sedayu
menyebabkan penurunan kinerja. Setelah itu
Utama
peneliti bersama manajer keuangan melakukan
Brainstorming yang telah dilakukan
diskusi untuk memperoleh deskripsi kerja dari
dihasilkan beberapa ide. Dalam indikator
sub divisi project payment.
mempersiapkan berkas bukti pengeluaran
Awalnya, sub divisi project payment
proyek, diperoleh; (a) Perlu diterapkan juga
dibentuk untuk mengatur dan mengelola
penyimpanan secara elektronik agar terlihat
semua kebutuhan administrasi proyek
rekam jejaknya; (b) Bukti/ berkas perlu
perusahaan termasuk di dalamnya mengenai
diabadikan/ difoto nota tersebut dan segera
tagihan pembayaran proyek kepada vendor
diunggahnya ke dalam gdrive; dan (c)
yang dilaksanakan sesuai dengan perjanjian
Pengelompokkan jenis pengeluaran harus
yang telah disepakati sebelumnya. Gejala
dilakukan secara teliti. Indikator Menghitung
masalah yang ditemukan disini adalah
Jumlah pengeluaran diperoleh hasil, (a)
keterlambatan pembuatan dan pengiriman
Apabila pencatatan dalam bukti pengeluaran
invoice kepada pihak vendor yang juga
lengkap dan jelas, maka akan lebih mudah dan
membuat pihak vendor terlambat melakukan
lebih cepat untuk dihitung; dan (b)
pembayaran. Selanjutnya peneliti
Pengeluaran perlu dicatat di ms. Excel untuk
memvisualisasikan deksripsi kerja tersebut
meminimalisir kesalahan hitung.
kedalam gambar 2.
Indikator Membuat surat tagihan
B. Problem Brainstorming
invoice sendiri, brainstorming yang dihasilkan
Pada tahap ini, peneliti beserta manager
antara lain, (a) Surat invoice harus segera
keuangan dan direktur perusahaan mulai
dibuat setelah menerima perhitungan pajak
mengidentifikasi langkah mana saja yang
dari sub divisi perpajakan; (b) Pengetikan
kurang tepat dilaksanakan oleh sub divisi yang
nomor invoice harus diperhatikan; (c) Perlu
terkait. Peneliti menggunakan unstructured
adanya supervisor untuk mengecek surat
brainstorming sebagai tools untuk menemukan
sebelum dicetak; (d) Perlu disediakan kalender
ide atau gagasan masalah.
yang besar di meja sub div ini; (e) Perlu
dilakukan pencatatan nomor invoice dan
tanggal surat sebelum dikirimkan. Indikator
yang terakhir yaitu memantau pelunasan
pembayaran diperoleh hasil: (a)Pemantauan ini
ditugaskan untuk menjaga alur kas perusahaan

137
Mega AD Retnani | JPI/Vol.02/No.02/2019| H. 133 - 143

agar tetap stabil; (b) Agar tidak lupa, perlu tersebut kemudian didukung oleh penyebaran
dibuatkan pengingat bisa berupa alarm atau angket yang memperoleh hasil persentase
agenda; (c) Manager keuangan perlu melihat sebesar 52.22% responden menyatakan sering
jadwal pemantauan sub divisi penagihan mengelola catatan pengeluaran proyek, 40.28%
proyek. selalu dan sisanya 8.06% menyatakan bahwa
C. Problem Cause Data Collection subdivisi project payment kadang mengelola
Tahap ini merupakan tahap catatan pengeluaran proyek dengan baik.
mengumpulan data dengan melakukan Kedua hasil tersebut kemudian dibuktikan
wawancara terlebih dahulu kepada direktur, dengan hasil observasi yang divisualisasikan
manajer keuangan, ketua pemborong dan sub sebagai berikut;
divisi project payment itu sendiri. Selanjutnya, Tabel 3. Diagram hasil observasi Catatan
peneliti menyebarkan angket kepada 15 Pengeluaran Proyek
narasumber yang terdiri dari atasan sub divisi
project payment yaitu manajer keuangan,
direktur dan ketua pemborong sebagai pemberi
tugas kerja dan karyawan PT. Sedayu Utama
lain yang tugasnya bersangkutan dengan sub
divisi project payment.
Untuk membuktikan data yang
diperoleh dari hasil wawancara dan angket
peneliti melakukan observasi dengan c. Surat Tagihan / Invoice
menggunakan lembar ceklis. Berikut ini adalah c.1. Membuat Surat Tagihan / Invoice
hasil perolehan data yang telah dikumpulkan Hasil wawancara dengan manajer
a. Arsip Keuangan Proyek keuangan dan direktur PT. Sedayu Utama
Berdasarkan hasil wawancara, sub divisi menjelaskan bahwa sub divisi project payment
project payment telah dianggap mengerjakan sering lalai dalam pemberian tanggal dan
tugasnya dalam mengelola arsip dengan baik nomor invoice, juga lalai dengan tugasnya
dan konsisten, namun kurang dapat dalam memantau pembayaran, surat masuk
memanfaatkan teknologi untuk mengarsipkan dan keluarpun jarang dikelolanya. Namun, sub
dokumen secara digital. Hal tersebut kemudian div project payment sendiri merasa itu bukan
didukung oleh penyebaran angket yang kesalahan yang besar karena dapat diperbaiki
memperoleh hasil sebesar 55.59% responden dengan mudah. Sedangkan hasil penyebaran
menyatakan selalu mengelola arsip keuangan kuesioner menunjukkan hasil yang berbeda,
proyek dengan baik, 30.04% sering, 7.26% 29% responden menyatakan jarang membuat
kadang, 4.89% jarang dan sisanya 2.22% tidak surat tagihan dengan baik dan benar, 24.63%
pernah mengelola arsip keuangan proyek sering, 23.76% kadang, 13.65% selalu dan 6.11%
dengan baik. Kedua hasil tersebut kemudian tidak pernah mengerjakan tugasnya dalam
didukung oleh hasil observasi yang telah mengelola surat tagihan dengan baik dan
dilaksanakan sebagai berikut; benar. Kedua hasil tersebut kemudian
Tabel 2. Diagram hasil observasi indikator didukung oleh hasil observasi yang telah
Arsip Keuangan Proyek dilaksanakan sebagai berikut
Tabel 4. Diagram hasil observasi Surat
Tagihan/Invoice

b. Catatan pengeluaran Proyek


b.1. Mengelompokkan Jenis Pengeluaran
Hasil wawancara dengan manajer
keuangan dan direktur PT. Sedayu Utama
menjelaskan bahwa sub divisi project payment
telah melaksanakan tugasnya dalam mengelola
catatan pengeluaran proyek dengan baik. Hal D. Problem Cause Data Analysis

138
Mega AD Retnani | JPI/Vol.02/No.02/2019| H. 133 - 143

Tahap ini selanjutnya dilakukan Management Kurang dapat memahami


reduksi data atau pengelompokkan data prosedur perusahaan.
menjadi empat kategori. Keempat kategori Personal value inconsistent
tersebut adalah Sumber Daya Manusia with mission
(people), Peralatan (tools), Manajemen Kurang memiliki komitmen
Perusahaan (Management), dan Motivasi untuk menyelesaikan
(Motivation). Adapun berikut ini merupakan tugasnya.
tabulasi hasil reduksi data. Tidak tersedia Standar
Tabel 5. Tabulasi Data Hasil Reduksi Operasional Perusahaan di
Kategori Hasil Reduksi sub divisi project payment.
People Sub divisi ini dengan Tidak ada kompetitor.
konsisten melaksanakan Pendekatan dengan teman
tugasnya dalam mengelola satu divisi dan antar divisi
arsip keuangan proyek. kurang baik.
Tidak dapat menggunakan Motivasi Tidak ada sistem reward &
peralatan pendukung punishment.
dengan baik. Personal value inconsistent
Kurang memahami with mission.
prosedur perusahaan Kurang inisiatif.
dengan baik Merasa sudah mengerti
Kurang memiliki kemauan namun sebenarnya belum.
untuk belajar hal yang baru Kurangnya pengawasan.
kurang konsisten dalam
memberikan penanggalan E. Root Cause Identification
dan nomor invoice. Dalam tahap ini, masalah yang telah
Jarang melakukan dikaji dan dikelompokkan penyebab
pemantauan pembayaran masalahnya kemudian susun dalam cause and
proyek. effect diagram atau yang lebih dikenal sebagai
Kurang inisiatif untuk diagram fishbone. Masalah utama atau efek
melakukan pekerjaannya dari penyebab masalah tersebut diletakkan
sendiri. dikepala ikan. Kepala ikan dalam diagram yang
Tools Tidak pernah akan divisualisasikan merupakan masalah
menggunakan mesin utama dalam penelitian ini yaitu menurunnya
pemindai atau scanner kinerja sub divisi project payment.
untuk menyimpan arsip Selanjutnya dilakukan analisis
secara elektronik. menggunakan fivewhys untuk memperdalam
Masih menggunakan buku diagram tersebut. Adapun faktor utama dari
besar untuk mencatat. sisi sumber daya manusia pada cabang
Komputer hanya digunakan memiliki tingkat kepercayaan diri yang sangat
untuk membuat surat saja. tinggi ini dikarenakan sub divisi project
Kalender ada menempel payment yang menangani surat tagihan
ditembok ruangan, (invoice) memiliki pengalaman bekerja
memang tidak ada kalender dibagian administrasi lebih dari 10 tahun.
di meja. Pengalaman tersebut diperolehnya karena
Pembuatan surat yang memiliki pengetahuan dan keahlian yang
masih menggunakan mumpuni dibidang keahliannya. Dengan
ms.word, kemungkinan pengetahuan, keahlian dan pengalamannya
melakukan copy paste tersebut membuat sub divisi ini memiliki
sangat besar karena format tingkat kepercayaan yang tinggi hingga
surat dalam semua proyek membuatnya kurang dapat menerima kritikan.
sama. Akar masalah utama dari cabang kurang dapat
Kurang memanfaatkan menerima kritikan ini adalah tingginya ego
telepon untuk melakukan yang membuat dirinya merasa paling
pemantauan pembayaran. berpengalaman. Dampak yang ditimbulkan

139
Mega AD Retnani | JPI/Vol.02/No.02/2019| H. 133 - 143

dari kedua hal tersebut adalah merasa dirinya yaitu komputer kurang dimanfaatkan dengan
benar dan jika disalahkan bahkan jika baik dan scanner atau alat pemindai tidak
diberitahukan kebenarannya, justru membuat pernah digunakan. Akar masalah utama dari
sub divisi project payment ini akan komputer kurang dimanfaatkan ini adalah
memberitahukan lagi tanpa mendengarkan sudah berada pada zona nyaman untuk
kritik atau saran yang diberikan. mempelajari hal yang baru. Sedangkan untuk
Adapun faktor utama dari sisi sumber scanner yang tidak pernah digunakan akar
daya manusia pada cabang memiliki tingkat masalahnya adalah buku manual yang tersedia
kepercayaan diri yang sangat tinggi ini tulisannya terlalu kecil dan terlalu padat, tidak
dikarenakan sub divisi project payment yang ada buku panduan yang memuat informasi
menangani surat tagihan (invoice) memiliki dengan visualisasi yang lebih mudah dibaca
pengalaman bekerja dibagian administrasi dan dipahami.
lebih dari 10 tahun. Pengalaman tersebut Faktor penyebab utama manajemen
diperolehnya karena memiliki pengetahuan sendiri memiliki empat cabang kategori
dan keahlian yang mumpuni dibidang penyebab, yang pertama yaitu kurangnya
keahliannya. Dengan pengetahuan, keahlian komitmen sub divisi project payment terhadap
dan pengalamannya tersebut membuat sub perusahaan. Akar masalah dari penyebab ini
divisi ini memiliki tingkat kepercayaan yang yaitu kurangnya ketegasan pihak atasan
tinggi hingga membuatnya kurang dapat terhadap kinerja sub divisi project payment
menerima kritikan. Akar masalah utama dari bagian surat invoice. Kategori kedua dari faktor
cabang kurang dapat menerima kritikan ini penyebab utama manajemen ini adalah sub
adalah tingginya ego yang membuat dirinya divisi project payment kurang kompetitif
merasa paling berpengalaman. Dampak yang dalam bekerja, akar masalah utama dari
ditimbulkan dari kedua hal tersebut adalah penyebab ini adalah karena masing-masing
merasa dirinya benar dan jika disalahkan karyawan memiliki tugasnya masing-masing
bahkan jika diberitahukan kebenarannya, oleh karena itu tidak ada persaingan
justru membuat sub divisi project payment ini diantaranya.
akan memberitahukan lagi tanpa Kategori yang ketiga adalah kurangnya
mendengarkan kritik atau saran yang pemahaman sub divisi project payment
diberikan. terhadap prosedur perusahaan, akar masalah
Faktor penyebab utama peralatan sendiri utama yang mendalanginya karena pihak

Gambar 3. Diagram Fishbone Penurunan Kinerja Karyawan Sub Divisi Project Payment PT.
Sedayu Utama
memiliki dua cabang penyebab permasalahan, perusahaan merasa cukup memberikan

140
Mega AD Retnani | JPI/Vol.02/No.02/2019| H. 133 - 143

prosedur perusahaan pada awal mereka baru yang membuatnya kurang dapat
diterima dan mulai bekerja di perusahaan. menerima kritikan.
Tidak terdapat standar operasional perusahaan Kurang inisiatif karena tidak
yang tercetak dan dipasang atau diletakkan di adanya reward & punishment.
area yang terbaca oleh karyawan. Kategori Tidak dapat menggunakan
terakhir yaitu kurangnya koordinasi, faktor peralatan elektronik penunjang
penyebab ini diakari oleh rasa percaya diri yang karena sudah nyaman
terlalu tinggi dari salah satu karyawan sub menggunakan metode yang
divisi project payment sehingga membuatnya manual.
tidak ingin diatur atau diberikan perintah Dasar Perlu pendekatan personal untuk
terutama dengan yang lebih muda. Faktor Penyelesa mengatasi masalah kepercayaan
penyebab utama yang terakhir dari masalah ian diri yang terlalu tinggi dan
penurunan kinerja sub divisi project payment egonya dalam menerima kritikan,
ini adalah motivasi. memberikan benchmarking dan
Motivasi sendiri memiliki tiga tipe perlu diberikan pemacu agar
kategori utama yaitu (a) kurangnya semangat dalam bekerja.
pengawasan, akar masalah utama dari ketegori Kontradi Peningkatkan kualitas bekerja
ini adalah atasan menjadi tidak ingin ksi seseorang ketika substansinya
melakukan pengawasan karena sub divisi Altshull- rendah (34 – 23).
project payment merasa dirinya sudah baik dan er Kesulitan menguasai peralatan
tidak menginginkan pengawasan; (b) tidak karena kurangnya informasi (36 –
adanya sistem reward & punishment, akar 24).
masalah utama dalam kategori ini adalah Produktivitas karyawan dalam
dengan adanya masalah ini membuat melakukan tugas (39 - 26)
perusahaan bahkan tidak terfikirkan untuk Prinsip 10 - Preliminary Action
melihat keuntungan, tetapi fokus untuk Inventif 25 - Beforehand Cushioning
menutupi alur kas perusahaan yang digunakan yang 25 – Self Services
untuk membayar proyek. Terakhir adalah (c) diterapka 35 – Parameter Changes
Lack of Value Inconsistent with Mission, yang n
akar masalah utamanya adalah kurangnya rasa Solusi Diberikan coaching dengan
tanggung jawab sub divisi project payment Permasal menggunakan pendekatan
terhadap tugas yang diembannya. ahan personal untuk meredakan tingkat
F. Problem Elimination ego yang tinggi, juga memberikan
Dalam tahap ini Peneliti menggunakan arahan untuk menggunakan
TRIZ (Theory of Inventive of Problem Solving) peralatan elektronik penunjang.
sebagai alat untuk mengeliminasi masalah. Saat memberikan coaching,
Taha ini dilakukan oleh peneliti dengan berikan pula benchmarking untuk
dibantu oleh beberapa pihak yaitu manajer memacu karyawan agar lebih
keuangan dan direktur perusahaan. Masalah semangat bekerja lagi. Selain itu,
yang telah ditemukan selanjutnya diidentifikasi perlu diterapkan reward &
dan disesuaikan dengan 39 Engineering punishment agar karyawan paham
Parameters atau yang dikenal dengan matriks substansi dalam bekerja dan
kontradiksi Altshuller dan dicarikan solusi resikonya apabila tidak
untuk memecahkan masalah tersebut melakukannya sesuai dengan
menggunakan 40 Incentive Parameter For prosedur perusahaan.
Human Factors And Ergonomics. Adapun Peralatan Penunjang
berikut adalah tabel hasil penerapan dalam
Masalah Peralatan kurang dimanfaatkan
langkah problem elimination;
sebagaimana mestinya karena
Tabel 6. Penggunaan TRIZ dalam mengatasi
selain merasa lebih mudah
masalah menggunakan dokumen manual
Sumber Daya Manusia (buku besar) juga tidak adanya
Masalah Kepercayaan diri yang terlalu buku panduan yang menerangkan
tinggi karena memiliki dengan jelas cara menggunakan
pengalaman lebih dari 10 tahun peralatannya.

141
Mega AD Retnani | JPI/Vol.02/No.02/2019| H. 133 - 143

Dasar Perlu diberikan pelatihan dengan diterapka


Penyelesa bantuan buku panduan n
ian penggunaan peralatan yang lebih Solusi Menerapkan koordinasi yang baik
jelas. Permasal melalui sharing session dan
Kontradi Kegunaan peralatan ketika tidak ahan pengelolaan pengetahuan
ksi adanya informasi (16 – 24) (knowledge management) secara
Altshull- Kemampuan beradaptasi dengan rutin dua minggu sekali. Sehingga
er peralatan yang sulit dikuasai (35 - pihak manajemen dapat melihat
16) progress kerja dari masing-masing
Prinsip 4 – asymmetry sub divisi.
Inventif 5 – merging Motivasi
yang 10 – Preliminary Action Masalah Kurangnya pengawasan karena
diterapka 16 - Partial or Excessive Action atasan kurang berminat untuk
n 33 - Homogeneity melakukannya.
Solusi Buatkan panduan agar karyawan
Tidak ada reward and
Permasal dapat mempelajarinya dengan
punishment
ahan baik. Dapat berupa selebaran atau
buku dengan visualisasi nyata dan Nilai-nilai diri kurang sesuai
perintah yang singkat dan dapat dengan tugas kerja karena kurang
dimengerti. Gunakan panduan memiliki rasa tanggung jawab
tersebut saat on the job training Dasar Diberikan motivasi eksternal agar
dengan memberikan tugas yang Penyelesa lebih bertanggung jawab dalam
beragam. ian bekerja.
Manajemen Kontradi Tingkat stress atau tekanan akibat
Masalah Kurangnya komitmen karena ksi pekerjaan memiliki pengaruh pada
kurangnya ketegasan dari pihak Altshull- kualitas substansi bekerjanya (11 –
atasan/manajemen. er 26)
Prinsip
Kurang kompetitif karena tidak
Inventif 10 – Preliminary Action
ada karyawan mengerjakan tugas
yang
yang sama.
diterapka
24 - Intermediary
Kurang memahami prosedur n
perusahaan karena standar Solusi Berikan reward dan punishment
operasional pekerjaan hanya Permasal sebagai pemacu karyawan dalam
diberitahukan secara oral pada ahan menyelesaikan tugasnya. Reward
awal dia mulai bekerja di diberikan apabila karyawan dapat
perusahaan. menyelesaikan tugasnya dengan
Kurang koordinasi karena pihak baik dan memenuhi target yang
terkait merasa sudah memiliki ditentukan perusahaan.
pengalaman dan kurang dapat Punishment diberikan jika
menerima saran dari orang yang karyawan tidak dapat
lebih muda menyelesaikan tugas yang
Dasar Perlu melakukan koordinasi yang diberikan
Penyelesa baik secara menyeluruh
ian SIMPULAN
Kontradi Respon terhadap pekerjaan ketika Root cause analysis dapat digunakan
ksi karyawan memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi akar penyebab masalah
Altshull- dalam melaksanakan tugas (35 – yang terjadi pada teknologi kinerja manusia.
er 27) Masalah yang ditemukan dalam penelitian ini
Kurangnya informasi (24) dikelompokkan menjadi empat kategori.
Prinsip 13-the other way around Keempat kategori tersebut telah ditemukan
Inventif 24 – Intermediary akar masalahnya dan ditemukan solusi
yang 35 - Parameter Changes penyelesaian masalahnya. Hasil penelitian akar
masalah dari faktor sumber daya manusia

142
Mega AD Retnani | JPI/Vol.02/No.02/2019| H. 133 - 143

ditemukan ketidakmampuan menggunakan Results through People, Process, and


alat elektronik dan tingginya tingkat Organizations, 3rd Edition.
kepercayaan diri hingga membuat kurang https://books.google.co.id/books?id=SG0e
dapat menerima kritikan dan kurang inisatif. 9qpFyVYC&pg=PA180&dq=van+tiem+mose
Faktor alat ditemukan kurang ley+and+desiigner&hl=id&sa=X&ved=0ahU
dimanfaatkannya alat elektronik berupa KEwirlqnxrOzeAhXQfSsKHeBUDAcQ6AEI
komputer dan scanner, faktor manajemen QDAC#v=onepage&q=van%20tiem%20mo
ditemukan kurangnya komitmen, kompetisi, seley%20and%20desiigner&f=false
koordinasi dan memahami prosedur
perusahaan, faktor motivasi ditemukan Dewi S. Prawiradilaga & Uwes A Chaeruman.
kurangnya pengawasan, tidak ada reward & (2018) Modul Hypercontent Teknologi
punishment dan Lack of Value Inconsistent Kinerja (Performance Technology). Jakarta:
with Mission. Kencana Prenada Media Group,
Solusi atau intervensi yang disarankan
untuk mengatasi masalah itu adalah coaching, Duke Okes. (2009) Root Cause Analysis: The
knowledge management, sharing session, on the Core of Problem Solving and Corrective
job training dan reward & punishment. Action. (Wisconsin : ASQ Quality Press)

UCAPAN TERIMA KASIH


Mubarak Issah. (2017) Improving Employee
Saya ucapkan terima kasih kepada dosen Performance Through Quality
pembimbing, PT. Sedayu Utama, orang tua dan
Improvement Initiatives-DMAIC Analysis
keluarga, Diana Hapsari, M.ABSc.,Ph.D, Dr.
of Wartsila Zambila. Oulu : Oulun
Uwes A. Chaeruman dan Mulyadi, M.Pd,
Yliopisto.
teman-teman dan seluruh pihak yang telah
mendukung penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

A. Mark Dogget. (2005) Root Cause Analysis: a


Framework for Tool Selection. Quality
Management Journal: Vol 12 No. 4 pp 34-45

Alan Januszweski & Michael Molenda. (2008)


Educational Technology: a Definition with
Commentary. New York: Lawrence
Erlbaum Associates,

Branislav Tomic dan Vesna Spasojevic Brkic.


(2011) Effective Root Cause Analisys and
Corrective Action Process. Journal of
Engineering Management and
Competitiveness (JEMC) Vol 1. No. ½ pp.
16-20

Dana Bobbert, Michael Robinson & Florence


Martin. (2012). The ISPI HPT Model
Applied to a University Television
Broadcast System Upgrade. ISPI:
Performance Improvement Vol 51 No. 4
April 2012 pp. 28-38

Darlene M Van Tiem., James L. Moseley., & Joan


C. Dessinger. (2012) Fundamentals of
Performance Improvement: Optimizing

143

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai