Anda di halaman 1dari 152

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

BADAN PENGEMBANGAN SDM PERHUBUNGAN


SEKOLAH TINGGI TRANSPORTASI DARAT

MODUL DIKLAT
ORIENTASI LALU LINTAS ANGKUTAN JALAN
- OUTLINE -

1. Perundang-Undangan LLAJ (hal. 3)


2. Pengantar Keselamatan Berlalulintas Jalan (hal. 14)
3. Karakteristik Survey Lalu Lintas (hal. 53)
4. Karakteristik Survey Angkutan Umum (hal. 91)
5. Karakteristik Kendaraan Bermotor (hal. 128)

2
MODUL
PERUNDANG-UNDANGAN LLAJ

3
DASAR HUKUM
1. UU No 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
2. Peraturan Pemerintah
a. PP 8 th 2011 tentang Angkutan Multimoda
b. PP NO 37 th 2011 tentang Forum LLAJ
c. PP NO 51 th 2011 tentang Sumber Daya Manusia Di Bidang
Perhubungan
d. PP NO 32 th 2011 Manajemen dan Rekayasa,Analisis
Dampak,Serta Manjemen Kebutuhan Lalu Lintas
e. PP NO 80 th 2012 tentang Tata Cara Pemeriksaan Kendaraan
Bermotor di Jalan dan Penindakan Pelanggaraan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan
f. PP NO 55 th 2012 tentang Kendaraan
g. PP NO 97 th 2012 tentang Retribusi Pengendalian lalu lintas dan
Perpanjangan Izin Memperkerjakan Tenaga Asing
h. PP NO 79 th 2013 tentang Jaringan Lalu Lintas Dan Angkutan
Jalan
i. PP NO 74 th 2014 tentang Angkutan Jalan
j. PP 37 th 2017 tentang Keselamatan LLAJ
3. Peraturan Menteri dan Peraturan Dirjen
4
Peraturan Pelaksanaan terkait ANDALALIN
1. PM 86 th 2011 ttg ortala Balai LLAJ,SDP
2. PM no 13 th 2014 ttg Rambu Lalu Lintas
3. PM no 34 th 2014 ttg Marka
4. PM no 49 th 2014 ttg APILL
5. PM no 120 th 2015 Juknis Penggunaan DAK Bid LLAJ dan Bidang
Perkotaan Jalan
6. PM 75 th 2015 ttg Penyelenggaraan ANDALAIN
7. PD no 7234/AJ 401/DRJD 2013 ttg Juknis Perlengkapan Jalan
Peraturan Pelaksanaan terkait MRLL
1. PM 86 th 2011 ttg ortala Balai LLAJ,SD P
2. PM no 13 th 2014 ttg Rambu Lalu Lintas
3. PM no 34 th 2014 ttg Marka Jalan
4. PM no 49 th 2014 ttg APILL
5. PM no 96 th 2015 ttg Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Perekayasaan
LL
6. PM no 120 th 2015 Juknis Penggunaan DAK Bid LLAJ dan Bid
Perkotaan
7. PD no 7234/AJ 401/DRJD 2013 ttg Juknis Perlengkapan Jalan 5
Peraturan Pelaksanaan terkait Kendaraan
1. PM 144 th 2015 ttg Layanan Uji Tipe Kendaraan Bermotor Secara
Oneline
2. PM 133 th 2015 ttg Pengujian Berkala Kendaraan Bermotor
3. Perdir SK 2045/AJ/402/DRJD/2014 ttg Standar Operasional dan
Prosedur Kalibrasi Peralatan Uji Kendaraan Bermotor

Peraturan Pelaksanaan terkait Angkutan


1. PM 8 th 2011 ttg Penyelenggaraan dan pengusahaan angkutan
multimoda
2. PM 27 th 2015 ttg perubahan PM no 10 th 2012 ttg SPM angkutan
massal berbasis jalan
3. PM 98 th 2013 dan PM 29 th 2015 ttg SPM Angkutan Orang Dgn
Kendaraan Bermotor Umum Dlm Trayek
4. PM 28 th 2015 ttg perubahan PM no 46 th 2014 ttg SPM angkutan dgn
Kendaraan Umum tdk dlm trayek
5. PM 108 th 2017 ttg Penyelenggaraan Angkutan Orang Dengan
Kendaraan Bermotor Umum Tdk Dlm Trayek

6
Peraturan Pelaksanaan Terkait Terminal
1. PM 40 th 2015 Ttg SPM Penyelenggaraan Terminal Penumpang
angkutan jalan
2. PM 132 th 2015 ttg Penyelenggaraan Terminal Penumpang
Angkutan Jalan
3. PM 154 th 2016 ttg Organisasi dan tata kerja Balai Pengelola
Transportasi Darat

Peraturan Terkait Keselamatan LLAJ

PM 26 th 2015 ttg Standart Keselamatan LLAJ

7
Latar Belakang Perubahan UU No. 14 Thn 1992
menjadi UU No. 22 Thn 2009

1) Otonomi
2) Transparansi
3) Akuntabilitas
4) Demokrasi
5) Hak Asasi Masukan
Dari Stakeholder
5) Keselamatan DanMasyarakat
6) Efisiensi

Ampres Nomor
R.95/Pres/11/2005
tanggal UU No. 22 Tahun 2009
10 Nopember 2005 DPR RI LLAJ
Tentang
RUU LLAJ 22 Bab dan
326 pasal

8
LATAR BELAKANG UU NO 22 / 2009 ttg LLAJ

KEJELASAN PEMBAGIAN WEWENANG


OTONOMI PUSAT DAN DAERAH YANG ADIL
SERTA PEMBERDAYAAN

KETERBUKAAN INFORMASI DALAM


TRANSPARANSI PERUMUSAN KEBIJAKAN DAN
PELAYANAN PUBLIK

PERTANGGUNGAN JAWAB
AKUNTABILITAS PELAKSANAAN TUGAS APARATUR

PARTISIPASI AKTIF MASYARAKAT


DEMOKRASI DALAM PERUMUSAN KEBIJAKAN DAN
PERENCANAAN

HAK ASASI PERLINDUNGAN & KEADILAN

KESELAMATAN MANAJEMEN KESELAMATAN

OPTIMALISASI SISTEM
EFISIENSI TRANSPORTASI JALAN
9
10
PELAYARAN DIKUASAI OLEH NEGARA & PEMBINAANNYA
DILAKUKAN OLEH PEMERINTAH

PENGATURAN PENGENDALIAN PENGAWASAN

Penetapan Kebijakan Umum Pemberian arahan, Pengawasan


&Teknis bimbingan, pembangunan
Pelatihan, & pengoperasian
perizinan, termasuk
Sertifikasi Serta Melakukan
bantuan tindakan korektif
teknis di bidang Dan penegakan
Pembangunan dan hukum
pengoperasian
7
12
ORGANISASI DINAS DI DAERAH

Dasar Hukum:
a. PM 138 th 2016 ttg Pemetaan Urusan Bidang
Perhubungan
b. PM 139 th 2016 ttg Pedoman Nomenklatur,Tugas,
dan Fungsi Organisasi Perangkat Daerah Yang
Menyelenggarakan Urusan pemerintahan Bidang
Perhubungan

13
Pengantar Keselamatan Lalu Lintas
Angkutan Jalan

14
STANDAR KOMPETENSI
Mampu memahami dan mengetahui penyebab kecelakaan
dan identifikasi daerah rawan kecelakaan

KOMPETENSI DASAR
Memahami pentingnya keselamatan dan faktor penyebab
terjadinya kecelakaan

INDIKATOR
Pengantar dan profil kecelakaan global & Penyebab
kecelakaan berdasarkan pustaka dan data

15
LANDASAN HUKUM
UU N0.22 TH 2009 Tentang LLAJ
Pasal 1 poin 24
Kecelakaan Lalu Lintas adalah suatu peristiwa di
Jalan yang tidak diduga dan tidak disengaja
melibatkan Kendaraan dengan atau tanpa Pengguna
Jalan lain yang mengakibatkan korban manusia
dan/atau kerugian harta benda

Pasal 1 poin 31
Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah
suatu keadaan terhindarnya setiap orang dari risiko
kecelakaan selama berlalu lintas yang disebabkan
oleh manusia, Kendaraan, Jalan, dan/atau
lingkungan.
16
Ranking Tingkat Kecelakaan Lalu Lintas
INDONESIA
Ranking 72 === Rate 19,68
Sumber : http://www.worldlifeexpectancy.com 17
Annual Global Road Crash Statistics
1) Nearly 1.3 million people die in road crashes each year, on
average 3,287 deaths a day.
2) An additional 20-50 million are injured or disabled.
3) More than half of all road traffic deaths occur among young
adults ages 15-44.
4) Road traffic crashes rank as the 9th leading cause of death and
account for 2.2% of all deaths globally.
5) Road crashes are the leading cause of death among young people
ages 15-29, and the second leading cause of death worldwide
among young people ages 5-14.
6) Each year nearly 400,000 people under 25 die on the world's
roads, on average over 1,000 a day.
7) Over 90% of all road fatalities occur in low and middle-income
countries, which have less than half of the world's vehicles.
8) Road crashes cost USD $518 billion globally, costing individual
countries from 1-2% of their annual GDP.
9) Road crashes cost low and middle-income countries USD $65
billion annually, exceeding the total amount received in
developmental assistance.
10) Unless action is taken, road traffic injuries are predicted to
become the fifth leading cause of death by 2030.

Sumber : Association for Safe International Road Travel (ASIRT) 18


10 PENYEBAB KEMATIAN ORANG PADA
RENTANG USIA 15-29 TAHUN

Kecelakaan lalu lintas menjadi


penyebab pertama kematian

Sumber : Global Status Report on Road Safety, 2015


19
 STATISTIK JUMLAH KEMATIAN AKIBAT KECELAKAAN LALU LINTAS

Sumber : Global Status Report on Road Safety, 2015

Program Studi D III LLAJ – Semester20IV


TINGKAT FATALITAS KECELAKAAN LALU LINTAS PADA REGIONAL
WHO

Diagram disamping menunjukkan


bahwa Afrika merupakan wilayah
dengan ftingkat fatalitas kecelakaan
tertinggi dibandingkan dengan wilayah
lain.

Faktor Penyebab
Tingkat perekonomian negara rendah

Kapasitas investasi infrastruktur rendah

Standar infrastruktur transportasi rendah

Sumber : Global Status Report on Road Safety, 2015

21
TINGKAT KEMATIAN AKIBAT KECELAKAAN LALU LINTAS BERDASARKAN TIPE PENGGUNA
JALAN

Sumber : Global Status Report on Road Safety, 2015 22


PROFIL KECELAKAAN DI INDONESIA
Tingkat
Jumlah Kerugian Peningkatan
Tahun Korban Mati Luka Berat Luka Ringan
Kecelakaan Materi (Juta Rp) /Penurunan
(%)
1992 19,920 9,819 13,363 14,846 15,077
1993 17,323 10,038 11,453 13,037 14,714 13.04
1994 17,469 11,004 11,055 12,215 16,544 (0.84)
1995 16,510 10,990 9,952 11,873 17,745 5.49
1996 15,291 10,869 8,968 10,374 18,411 7.38
1997 17,101 12,308 9,913 12,699 20,848 (11.84)
1998 14,858 11,694 8,878 10,609 26,941 13.12
1999*) 12,675 9,917 7,329 9,385 32,755 14.69
2000 12,649 9,536 7,100 9,518 36,281 0.21
2001 12,791 9,522 6,656 9,181 37,617 (1.12)
2002 12,267 8,762 6,012 8,929 41,030 4.10
2003 13,399 9,856 6,142 8,694 45,778 (9.23)
2004 17,732 11,204 8,983 12,084 53,044 (32.34)
2005 91,623 16,115 35,891 51,317 51,556 (416.71)
2006 87,020 15,762 33,282 52,310 81,848 5.02
2007 49,553 16,955 20,181 46,827 103,289 43.06
2008 59,164 20,188 23,440 55,731 131,207 (19.40)
2009 62,960 19,979 23,469 62,936 136,285 (6.42)
2010 66,488 19,873 26,196 63,809 158,259 (5.60)
2011 108,696 31,195 35,285 108,945 217,435 (63.48)
2012 117,949 29,544 39,704 128,312 298,627 (8.51) Rata-rata 23,47 %
RATA-RATA (23.47)
Sumber : Badan Pusat Statistik

Program Studi D III LLAJ – Semester IV 23


PROFIL KECELAKAAN

Juli-September 2016
Jmlh Laka : 28.999 kejadian

Korban Meninggal Dunia


6.14o orang

Jenis kendaraan tertinggi


Sepeda motor : 32.845

71,75 % jenis kendaraan terlibat


adalah sepeda motor

Sumber : Korlantas POLRI, 2016 24


Kelompok Umur Korban Tertinggi
1) 15-19 tahun : 4.696 jiwa
2) 20-24 tahun : 3.681 jiwa

5 jenis pelanggaran lalin tertinggi :


1) Tdk memiliki SIM : 8.973 kend
2) Tdk melakukan pelanggaran : 3.132 kend
3) Melanggar batas kec. Min & Max : 2.173
kend
4) STNK tidak sah : 1.980 kend
5) Mengemudi dg tdk wajar : 1.745 kend
25
Sumber : Korlantas POLRI, 2016
5 Wilayah dg jmlh laka
tertinggi

Jawa Timur
5.872 laka

Jawa Tengah
4.874 laka

Sulawesi Selatan
1.942 laka

Jawa Barat
1.572 laka

DKI Jakarta
1.466 laka
Sumber : Korlantas POLRI, 2016 26
FAKTOR UTAMA PENYEBAB
KECELAKAAN
1) Kondisi Fisik (mabuk,
Road lelah, sakit)
User 2) Kemampuan
mengemudi

Vehicle
1) Kondisi Rem 72,5 % RU
2) Lampu
3) Ban Road
4) Muatan Environment
6,1 % V

1) Kontrol lalu lintas


2) Desain jalan 21,3 % RE
3) Tata guna lahan

27
FAKTOR PENGGUNA JALAN

FAKTOR PHYSIOLOGI FAKTOR PSIKOLOGI

• Susunan syaraf • Motivasi


• Penglihatan • Tingkat kecerdasan
• Pendengaran • Pengalaman
• Kestabilan perasaan • Emosi
• Kelelahan, mabuk • Kedewasaan
• Kebiasaan

28
FAKTOR KENDARAAN

Dimensi
Kendaraan

Penerangan Perlambatan

Daya Kendali Pandangan


Mobil Pengemudi
29
FAKTOR
LINGKUNGAN

Penggunaan Tanah dan aktivitasnya. Pada


daerah ramai atau lenggang

Cuaca, udara, dan kemungkinan gangguan


pandangan

Fasilitas yang ada pada jaringan jalan, rambu


lalu lintas, marka dan petunjuk lainnya

Arus dan sifat lalu lintas, jumlah, macam,


dan komposisi kendaraan.
30
KRITERIA JALAN BERKESELAMATAN

 Forgiving Road :
Jalan harus mampu melindungi keselamatan jiwa pengguna ketika
pengguna lengah atau lalai dan melakukan kesalahan pelanggaran
aturan berlalulintas saat melintasi jalan.
 Self Explaining Road :
Jalan harus mampu menjelaskan secara informatif kepada pengguna
ketika pengguna mulai ragu mengambil keputusan terhadap obyek
konflik saat melintasi jalan.
 Self Regulating Road :
Jalan harus mampu menyediakan segala fasilitas komponen
bangunannya yang memenuhi standar teknis agar tidak terjadi
defisiensi keselamatan bagi pengguna saat melintasi jalan.
 Self Enforcing Road :
Jalan harus mampu memaksa pengguna patuh thd aturan/norma
penggunaan dan pemanfaatan ruang bagian jalan saat melintasi jalan.

31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
Karakteristik & Survey
Lalu Lintas

53
Karakteristik Utama Lalin
• Jumlah kendaraan yang melalui satu titik
yang tetap pada jalan pada satuan waktu
Volume
tertentu, dihitung dalam kendaraan/hari
atau kendaraan/jam

Kecepatan
• Tingkat perubahan jarak dibagi
dengan waktu

• Jumlah kendaraan per satuan jarak


Konsentrasi/Kepadatan
• Formula = volume/space mean speed

54
Parameter Unjuk Kerja Lalu Lintas
Ruas
V/C Rasio • Perbandingan antara volume dan kapasitas
(Volume/Kapasitas) • (semakin mendekati 1, kinerja semakin buruk)
• Tingkat perubahan jarak dibagi dengan waktu
Kecepatan
• (semakin kecil nilainya, kinerja semakin buruk)
• Jumlah kendaraan per satuan jarak
Konsentrasi/Kepadatan • Volume/space mean speed
• (semakin besar nilainya, kinerja semakin buruk)

Simpang
DS • Perbandingan antara arus lalin dan kapasitas
(Derajat Jenuh) • (semakin mendekati 1, kinerja semakin buruk)
• Panjang antrian kendaraan dalam suatu pendekat
Panjang Antrian
• (semakin besar nilainya, kinerja semakin buruk)
• Waktu tempuh tambahan yang diperlukan untuk melalui
simpang apabila dibandingkan lintasan tanpa melalui suatu
Tundaan simpang.
• (semakin besar nilainya, kinerja semakin buruk)
55
Survai Lalu Lintas
Pengumpulan data empiris di lokasi studi:

Kapasitas
Antrian &
Volume Ruas & Kecepatan
Tundaan
Simpang
3. 5. Spot 7. Antrian
1. TC Inventarisasi
Ruas Speed

2. 4. 6. 8. Tundaan
CTM Inventarisasi
Simpang MCO
C
56
TC
(Traffic Counting)
 Survey TC dilakukan dengan cara mencatat
jumlah kendaraan berdasarkan jenisnya yang
melewati suatu titik di ruas jalan per 15 menit.
 Bertujuan untuk memperoleh volume lalu
lintas di ruas jalan.
 Survey dilakukan jauh dari simpang, minimal
100 meter dari simpang.
 Survey tidak dilakukan di hari libur (sesuai
kebutuhan), acara besar yang mempengaruhi
arus lalu lintas, dan pada cuaca buruk.
 Survey dilakukan selama arus lalu lintas pada
lokasi studi menunjukan jumlah yang signifikan.
(contoh :TC 24 jam di ruas jalan pantura).
57
Formulir TC
WAKTU JENIS KENDARAAN
(MENIT) KEND.PRIBADI KEND.UMUM ANGK.BARANG KEND. TDK
SEDAN SEPEDA MOTOR MPU BUS KECIL BUS SEDANG BUS BESAR PICK UP TRUK SEDANG TRUK BESAR BERMOTOR

00-15

15-30

30-45

45-60

58
Pengolahan Data
WAKTU JENIS KENDARAAN
KENDARAAN PRIBADI KENDARAAN UMUM KENDARAAN BARANG TAK BERMOTOR
SEDAN SPD MOTOR MPU BUS SEDANG BUS BESAR PICK UP TRUK SEDANG TRUK BESAR SEPEDA LAIN-LAIN TOTAL TIME SERIES
(MENIT) KEND SMP KEND SMP KEND SMP KEND SMP KEND SMP KEND SMP KEND SMP KEND SMP KEND SMP KEND SMP KEND SMP KEND SMP
1 0,25 1 1,2 1,2 1 1,2 1,2 0,8 0,8
06.00 - 06.15 185 185 597 149,25 14 14 0 0 0 0 9 9 0 0 0 0 6 4,8 2 1,6 813 363,65
06.15 - 06.30 179 179 761 190,25 18 18 1 1,2 0 0 18 18 0 0 0 0 3 2,4 3 2,4 983 411,25
06.30 - 06.45 199 199 890 222,5 23 23 0 0 0 0 20 20 1 1,2 0 0 8 6,4 5 4 1146 476,1
06.45 - 07.00 206 206 895 223,75 21 21 0 0 1 1,2 19 19 0 0 0 0 12 9,6 7 5,6 1161 486,15 4103 1737,15
07.00 - 07.15 207 207 1085 271,25 29 29 0 0 0 0 20 20 0 0 0 0 15 12 5 4 1361 543,25 4651 1916,75
07.15 - 07.30 270 270 1176 294 25 25 0 0 0 0 21 21 0 0 1 1,2 24 19,2 11 8,8 1528 639,2 5196 2144,7
07.30 - 07.45 272 272 1371 342,75 25 25 1 1,2 0 0 20 20 3 3,6 0 0 23 18,4 8 6,4 1723 689,35 5773 2357,95

Prosentase Kendaraan di A
Yani Kordon Dalam Arah
Keluar (16 Jam)
0%
1% 0%0% 1%
0% 3%
2% SEDAN
SPD MOTOR
21%
MPU
BUS SEDANG
BUS BESAR
PICK UP
TRUK SEDANG
72%
TRUK BESAR
SEPEDA
59
CTMC
(Classified Turning Movement Counting)
 Survey CTMC dilakukan dengan cara mencatat jumlah
kendaraan berdasarkan jenisnya per arah pada setiap kaki
simpang per 15 menit.
 Bertujuan untuk memperoleh volume lalu lintas di
persimpangan.
 Survey tidak dilakukan di hari libur (sesuai kebutuhan), acara
besar yang mempengaruhi arus lalu lintas, dan pada cuaca
buruk.
 Survey dilakukan selama arus lalu lintas pada lokasi studi
menunjukan jumlah yang signifikan. (contoh : TC 24 jam di
persimpangan di ruas jalan pantura).

60
Formulir CTMC
WAKTU JENIS KENDARAAN
ARAH
(MENIT) LV HV KEND. TDK
GERAKAN
KEND.PRIBADI KEND.UMUM KEND. UMUM ANGK. BARANG MC BERMOTOR

Kiri

00-15 Lurus

Kanan

Kiri

15-30 Lurus

Kanan

Kiri

30-45 Lurus

Kanan

Kiri

45-60 Lurus

Kanan
61
Pengolahan Data CTMC

62
Inventarisasi Ruas Jalan

 Mengukur dimensi dan geometrik ruas jalan.


 Survey ini bertujuan untuk memperoleh kapasitas ruas
jalan
 Sebelum dilakukan, bagi ruas jalan menjadi beberapa
segmen.
 Pembagian segmen ruas jalan berdasarkan adanya
akses dan perbedaan geometrik.
 survey dilakukan 50 meter dari persimpangan.

63
Formulir Survey Inventarisasi
Ruas Jalan
Foto Ruas Jalan

arah ............. arah .............


Potongan Melintang

tata guna lahan * trotoar * sal. Drainase * bahu * badan jalan * median * badan jalan* bahu* sal. Drainase* trotoar* tata guna lahan*
Dimensi(m): ..............m ....................m ................m ....................m .................m ....................m ................m ....................m ...............m
Jenis:
1. permukiman 0. tidak ada 0. tidak ada 0. tidak ada 1. tanah 7. aspal beton (AC) 0. tidak ada 1. tanah 7. aspal beton (AC) 0. tidak ada 0. tidak ada 0. tidak ada 1. permukiman
2. pertokoan 1. paving block 1. tanah terbuka 1. tanah 2. kerikil 8. latasbum 1. paving block 2. kerikil 8. latasbum 1. tanah 1. tanah terbuka 1. paving block 2. pertokoan
3. perkantoran 2. beton 2. pas. batu 2. aspal 3. telford 9. lataston (HRS) 2. beton 3. telford 9. lataston (HRS) 2. aspal 2. pas. batu 2. beton 3. perkantoran
4. industri 3. tanah 3. beton 3. beton 4. burtu/burda 10. slurry/macro seal 3. tanah 4. burtu/burda 10. slurry/macro seal 3. beton 3. beton 3. tanah 4. industri
5. lahan kosong 4. tertutup 5. lapen/macadam 11. beton 5. lapen/macadam 11. beton 4. tertutup 5. lahan kosong
6. pesawahan 6. lasbutag (butas) 6. lasbutag (butas) 6. pesawahan
7. perkebunan 7. perkebunan
8. semak belukar/hutan 8. semak belukar/hutan

Kondisi: * 0. baik - 0. baik 0. baik 0. baik 0. baik 0. baik


1. sedang 1. sedang 1. sedang 1. sedang 1. sedang 1. sedang
2. rusak ringan 2. rusak ringan 2. rusak ringan 2. rusak ringan 2. rusak ringan 2. rusak ringan
3. rusak berat 3. rusak berat 3. rusak berat 3. rusak berat 3. rusak berat 3. rusak berat
* Lingkari yang kondisi sebenarnya 64
Inventarisasi Persimpangan
 Mengukur dimensi dan geometrik ruas jalan.
 Survey ini bertujuan untuk memperoleh kapasitas
ruas jalan
 Sebelum dilakukan, bagi ruas jalan menjadi
beberapa segmen.
 Pembagian segmen ruas jalan berdasarkan adanya
akses dan perbedaan geometrik.
 survey dilakukan 50 meter dari persimpangan.

65
66
Survey Spot Speed
 Mencatat kecepatan kendaraan sesaat pada
waktu kendaraan tersebut melintasi suatu titik
tetap tertentu di jalan.
 Bertujuan untuk memperoleh kecepatan sesaat
kendaraan di suatu titik pada ruas jalan.
 Dapat dilakukan dengan menggunakan alat speed
gun.
 Survey dilakukan pada sampel kendaraan dari
populasi kendaraan yang diperoleh dari survey
TC.
 Dapat dilakukan dengan cara manual, dibutuhkan
2 surveyor, bendera, dan stop watch.

100 m

67
Formulir Survey Spot Speed

NO KECEPATAN (kpj)
PERIODE
SAMPEL KEND.PRIBADI KEND.UMUM ANGK.BARANG
WAKTU
KEND. MOBIL SEPEDA MTR MPU BUS KECIL BUS SEDANG BUS BESAR MOBIL TRUK SEDANG TRUK BESAR

PAGI

68
Pengolahan Data Spot Speed
 Ada 2 cara untuk mengolah data spot speed.
 Pertama dengan cara merata-rata kan
kecepatan yang telah di survey. Dapat dirata-
ratakan per arah dan per jenis kendaraan,
atau total 2 arah per jenis kendaraan.
 Kedua, yaitu dengan cara percentil 85.
Persentil adalah titik atau nilai yang membagi
distribusi data menjadi seratus bagian yang
sama besar, karena itu persentil sering disebut
“ukuran perseratusan”. Maka, persentil 85
adalah nilai ke-85 setelah data didistribusikan
menjadi seratus bagian.
69
Survey MCO (moving car observer)
 Survey dilakukan dengan cara mengendarai kendaraan
pada suatu ruas jalan dengan kecepatan rata-rata (tidak
terlalu cepat dan tidak terlalu pelan).
 Survey bertujuan untuk memperoleh data :
 kecepatan rata-rata perjalanan
 kecepatan bergerak (running speed)
 Waktu dan lokasi terjadinya hambatan
 Volume lalu lintas
 Dibutuhkan sebuah mobil, 3 orang surveyor dan 1
orang pengemudi
 Surveyor 1 bertugas mencatat jumlah kendaraan yang
berlawanan arah, menyalip dan disalip
 Surveyor 2 mencatat waktu berangkat dan tiba,
mencatat waktu dan lokasi terjadinya hambatan
70
Formulir Survey MCO

Surveyor 1
JUMLAH KENDARAAN
MENYALIP DISALIP PAPASAN
(kend) (kend) (kend)

Surveyor 2

NO Waktu Hambatan
SAMPEL Pergi Tiba Waktu (menit) Lokasi

71
Survey Antrian
 Simpang Bersinyal
1. Beri tanda pada kaki simpang yang di
survei setiap 10 meter, tanda ini digunakan
untuk mengukur panjang antrian kendaraan.
2. Ukur panjang antrian kendaraan pada
detik-detik akhir waktu “merah” pada kaki
simpang tersebut.
3. Lakukan pengukuran selama 15 menit
pada jam tersibuk.
10 m
 Simpang Tak Bersinyal
1. Ukur panjang antrian setiap kali terjadi 10 m
antrian kendaraan pada kaki simpang yang
disurvei.
2. Lakukan pengukuran selama 15 menit 10 m
pada jam tersibuk.
10 m
ANTRIAN WAKTU PANJANG
KE- ANTRIAN ANTRIAN (M)
10 m

72
Survei Tundaan
 Survei tundaan dilakukan di masing-masing kaki simpang (pendekat), survei ini
terdiri dari 2 orang surveyor.
 Surveyor 1 bertugas mencatat jumlah kendaraan yang berhenti dan jumlah
kendaraan yang tidak berhenti saat melewati simpang selama 5 menit.
(kendaraan tidak diklasifikasikan)
 Surveyor 2 bertugas mencatat jumlah kendaraan yang berhenti selama 5
menit per 15 detik pada tabel berikut.

• Untuk Simpang bersinyal,


survey dilakukan pada saat Menit
waktu hijau dimulai sampai Detik 0-15 15-30 30-45 45-60
waktu hijau berakhir selama 5
menit. 0-1
• Untuk Simpang tak 1-2
bersinyal, survey dilakukan 2-3
selama 5 menit pada jam
tersibuk. 3-4
4-5
73
Praktek Survey Lalin

 Bentuk beberapa kelompok.


 Survey yang dilakukan adalah survey TC,
Inventarisasi ruas jalan, dan survey spot speed.
 Pembagian waktu survey

Kelompo Jumlah Survey 15 Survey 15 Survey 15 Survey 15


k Personil menit menit menit menit
pertama Kedua ketiga keempat

1 3 TC Inven ruas Spot Speed TC

2 3 Inven ruas Spot Speed TC TC

3 4 Spot Speed TC Inven ruas Spot Speed

74
Pengantar Perencanaan Transportasi

75
Pokok pembahasan

 Kenapa butuh perencanaan transportasi ?


 Teori perencanaan transportasi
 Tahapan perencanaan transportasi
Umum
Problema transportasi ?????
 Kemacetan
 Keselamatan rendah
Penyebab
 Perparkiran Bottle neck
 Kondisi angkutan Umum yang buruk
Tidak teratur
 Dampak lingkungan
 Dll.
Berhenti semaunya dll.

Pemecahan
Hasil .. ?? Pelebaran jalan
Penataan parkir
Penyediaan fasilitas angkutan umum
Dll.

77
Kenapa “Transportasi” harus direncanakan ?

1. Adanya peningkatan aktivitas


interaksi manusia.
2. Terbatasnya jaringan jalan dan
moda transportasi.
3. Kebutuhan aksebilitas, efektivitas,
efisiensi dan kenyamanan
perjalanan, serta keselamatan
perjalanan.
4. Aspek sumber daya energi dan
lingkungan.

78
Land Use - Transportation

Land Use Trips

Land Value Transportation


Needs

Transportation
Accessibility
Facility

79
80
Peningkatan Aktivitas Manusia
Kondisi ini dimulai dari perubahan
dan perkembangan tata guna lahan.
Kebutuhan transportasi menjadi
berhubungan langsung dengan
penyebaran dan intensitas tata guna
lahan

Terbatasnya Jaringan Jalan


Pertambahan jaringan jalan dalam
aspek kuantitas maupun kualitas
tidak akan dapat mengikuti
pertumbuhan aktivitas manusia.

81
Kebutuhan perjalanan yang efektif, efisien, aman &
nyaman
Perjalanan orang/barang harus
memiliki standar kualitas dan kuantitas
untuk mencapai kondisi yang
ketersediaan, aman, lancar, nyaman
dan ekonomis.

Aspek Sumber Daya Energi dan Lingkungan

 Menipisnya persediaan sumber BBM,


 meningkatnya harga minyak dunia dan
 memburuknya kualitas lingkungan
telah menjadi problem global.

82
Tujuan Perencanaan Transportasi
Mencegah masalah transportasi di masa depan (kemacetan,
tundaan, kecelakaan)
Problem Solving untuk masalah transportasi
Melayani kebutuhan transportasi
Mempersiapkan kebijakan transportasi masa depan
Menoptimalkan sumber daya untuk pencapaian tujuan transportasi.

Posisi Perencanaan Transportasi dalam Kebijakan


Transportasi
Penentuan Kebijakan
Pengembangan Transportasi

Ekonomi Transportasi Perencanaan Sistem Hukum Transportasi Bidang Transportasi


Transportasi Lainnya

Perancangan Sarana Perancangan Prasarana Perancangan Operasi


dan Pengendalian

- Mekanikal - Mekanika Tanah - Penelitian Operasi


- Elektrikal - Mekanika Fluida - Statistik
- Thermodinamika - Analisis Struktur - Administrasi Bisnis
83
Signifikasi Perencanaan Transportasi
 Adanya kesenjangan antara “harapan” dengan “kondisi sekarang”
dalam kinerja suatu sistem transportasi yang menjadi masalah
transportasi.
 Perlunya alternatif kebijakan solusi untuk pencapaian “harapan”.
 Peran model (model fisik, model matematis dan model grafis)
sebagai alat bantu pendekat untuk menjawab kesenjangan dalam
sistem transportasi.

Klasifikasi Perencanaan Transportasi


 PERENCANAAN JANGKA PENDEK : Perencanaan Operasional (denah
persimpangan, penyeberangan jalan, lokasi parkir, dll.).
 PERENCANAAN JANGKA MENENGAH : Perencanaan Taktis
(manajemen lalu lintas, organisasi angkutan umum, dll.)
 PERENCANAAN JANGKA PANJANG : Perencanaan Strategis (struktur
dan kapasitas jaringan jalan, keterkaitan transportasi dan tata guna
lahan, dll.)

84
Lingkup Perencanaan
 STUDI PERENCANAAN PRASARANA TRANSPORTASI : masterplan
pengembangan jaringan dan terminal, disain trase jalan, dll.

 STUDI KEBIJAKAN TRANSPORTASI : sistem sirkulasi lalu lintas,


strategi pelayanan angkutan umum, dll.

 STUDI PERENCANAAN TRANSPORTASI YANG KOMPREHENSIF :


studi kebutuhan prasarana, studi pengembangan sistem transportasi
regional dan nasional.

Tahapan Perencanaan Transportasi


 Formulasi Tujuan, Sasaran dan Lingkup Perencanaan.
 Prediksi Kondisi di Masa yang Akan Datang.
 Analisis Prediksi Kondisi di Masa yang Akan Datang.

85
86
87
88
Model Perencanaan Transportasi
 Definisi Model
 Peranan Model dalam Perencanaan Transportasi
 Konsep Pemodelan dalam Transportasi
 Model Tata Guna Lahan
Definisi Model
 Model adalah representasi ringkas dari kondisi riil dan berwujud suatu
bentuk rancangan yang dapat menjelaskan atau mewakili kondisi riil
tersebut untuk suatu tujuan tertentu (Black, 1981)

 Model adalah suatu kerangka utama atau formulasi informasi atau data
tentang kondisi nyata yang dikumpulkan untuk mempelajari atau
menganalisis sistem nyata teresebut (Gordon, 1978)

89
Peranan Model dalam Perencanaan Transportasi
 Model sebagai alat bantu (media) untuk memahami cara kerja
sistem (Tamin, 1997)
 Untuk memudahkan dan memungkinkan dilakukannya perkiraan
terhadap hasil-hasil atau akibat-akibat dari langkah-
langkah/alternatif yang diambil dalam proses perencanaan dan
pemecahan masalah pada masa yang akan datang.
 Untuk memudahkan menggambarkan dan menganalisis realita
Konsep Pemodelan
 Model Fisik : model miniatur bersekala atau prototipe suatu kondisi
tertentu.
 Model Foto : model berbentuk gambar.
 Model Diagram : model deskripsi diagram.
 Model Matematika : model hubungan fungsional kuantitatif.

90
Karakteristik & Survey
ANGKUTAN UMUM

91
TUJUAN PEMBELAJARAN
1. SETELAH PEMBELAJARAN PESERTA DIKLAT
DIHARAPKAN DAPAT MENGETAHUI TENTANG
ANGKUTAN UMUM

2. SETELAH PEMBELAJARAN PESERTA DIKLAT


DIHARAPKAN DAPAT MEMAHAMI TENTANG
ANGKUTAN UMUM

3. SETELAH PEMBELAJARAN PESERTA DIKLAT


DIHARAPKANDAPAT MELAKSANAKAN TENTANG
ANGKUTAN UMUM

92
MENU HARI INI

PENGANTAR

INDIKATOR KINERJA AU

SURVEY ANGKUTAN

EVALUASI

KESIMPULAN

93
PENGANTAR

FILOSOFI PERGERAKAN

FILOSOFI ANGKUTAN UMUM

KONDISI ANGKUTAN UMUM


PENGANTAR
STRUKTUR DAN KLASIFIKASI AU

INDIKATOR PELAYANAN ANGKUTAN UMUM

94
Riwayat Pergerakan

PRASARANA
Terminal

BERGERAK
SENDIRI

RUANG LALU LINTAS


BERGERAK
DARAT
DG ALAT &
TENAGA
SENDIRI
PURPOSE
BERGERAK LALU LINTAS
MANUSIA (Tujuan/ (MANUSIA, AIR
Kemauan) BARANG)
BERGERAK
DG BANTUAN/
ALAT &
TENAGA LUAR
UDARA

ANGKUTAN ANGKUTAN
PRIBADI UMUM

95
SISTEM PERGERAKAN
(Transportasi Makro)

RUANG RUANG LALU


KEGIATAN LINTAS

SISTEM
PERGERAKAN

PERGERAKAN

96
RUANG KEGIATAN

PERKANTORAN/CBD

PEMUKIMAN

INDUSTRI
PERTANIAN

PENDIDIKAN

97
RUANG LALU LINTAS

RUAS JALAN

JARINGAN JALAN

SIMPANG
JARINGAN PELAYANAN

98
SISTIM PERGERAKAN

LINK/RUAS
NOTE SIMPUL

LINK
NOTE
NOTE

99
MENGAPA ANGKUTAN UMUM DIBUTUHKAN
.

1. MENGURANGI PENGGUNAAN
KAPASITAS JALAN
2. MENGURANGI KEMACETAN
3. MENGURANGI STRESS AKIBAT
MACET DAN POLUSI
4. EFISIENSI BBM
5. MURAH

100 100
UNSUR UNSUR ANGKUTAN UMUM

Pembinaan

Operator Regulator
pengusaha pemerintah

User
Pengguna
jasa
101
Lingkaran Setan Angkutan Umum
Pindah ke
Mobil Pribadi

Pelayanan
Memburuk Macet
Prioritas

Kecepatan
Pendapatan
Turun
Berkurang

Trip
Berkurang
Subsidi

Kombinasikan: sistem Prioritas & Subsidi


102
STRUKTUR ANGKUTAN UMUM

STRUKTUR ANGKUTAN UMUM

KLASIFIKASI ANGKUTAN UMUM

STRUKTUR
ANGKUTAN PERIJINAN ANGKUTAN UMUM

UMUM
CIRI2 PELAYANAN ANGKUTAN UMUM

103
STRUKTUR ANGKUTAN BERDASARKAN UU.
22/2009 DAN PP. 74/2014

ANGKUTAN
ORANG BARANG

SEPEDA MOTOR MOBIL KEND. BUS


PENUMPANG 1. BARANG UMUM
MOBIL BUS 2. BARANG
KEND. UMUM
BERBAHAYA
3. BARANG KHUSUS
4. PETI KEMAS
5. ALAT BERAT
TRAYEK TETAP & TIDAK DALAM
TERATUR TRAYEK
1. AKAP 1. TAKSI
2. AKDP 2. PARIWISATA
3. KOTA 3. TUJUAN TERTENTU
4. KAWASAN TERTENTU
4. PEDESAAN
5. LINTAS BATAS
104
KLASIFIKASI ANGK. UMUM PP 74/2014

ANGKUTAN UMUM PSL 40

DALAM TIDAK
TRAYEK DALAM TRAYEK

TRAYEK TETAP 1. TAKSI


DAN TERATUR 2. PARIWISATA
3. TUJUAN TERTENTU
1. LINTAS BATAS
ANGKUTAN 4. KAWASAN TERTENTU
2. AKAP
3. AKDP MASSAL
4. PERKOTAAN CIRI PELAYANAN • tujuan tertentu
1. BUS BESAR
5. PEDESAAN (Sosial dan karyawan)
2. JALUR KHUSUS
3. TIDAK BERHIMPIT • Kawasan tertentu
4. ADA PENGUMPAN (angkutan lokal)

105
PERIZINAN ANGKUTAN BERDASARKAN UU. 22 DAN PP. 74

PERIZINAN ANGKUTAN UMUM


BUMN/BUMD SWASTA (PT)
KOPERASI

IZIN USAHA ANGKUTAN IZIN TRAYEK IZIN OPERASI


PERSYARATAN PERSYARATAN PERSYARATAN
1. NPWP 1. IZIN USAHA 1. IZIN USAHA
2. AKTE PENDIRIAN 2. MEMILIKI/MENGUASAI 2. MEMILIKI/MENGUASAI
PERUSAHAAN KEND. BERMOTOR KEND. BERMOTOR
3. SURAT KET. DOMISILI YANG LAIK JALAN YANG LAIK JALAN
4. SURAT IZIN TEMPAT 3. MEMILIKI/MENGUASAI 3. MEMILIKI/MENGUASAI
USAHA FASILITAS POOL FASILITAS POOL
5. MEMILIKI/MENGUASAI 4. MEMILIKI/MENGUASAI 4. MEMILIKI/MENGUASAI
KEND. BERMOTOR FASILITAS BENGKEL FASILITAS BENGKEL

IZIN INSIDENTIL
PENGGUNAAN KEND. CAD
MENYIMPANG DARI IZIN
TRAYEK YANG DIMILKI 106
CIRI-CIRI PELAYANAN ANGKUTAN
ANGKUTAN DALAM TRAYEK

ALBN A K AP AKDP ANGK. PERDESAAN


• JADWAL TETAP • JADWAL TETAP • JADWAL TETAP • JADWAL TETAP /
• PELAYANAN • PELAYANAN CEPAT • PELAYANAN CEPAT TIDAK BERJADWAL
CEPAT • BUS • BUS • PELAYANAN
• BUS BESAR/ BESAR/SEDANG BESAR/SEDANG LAMBAT
SEDANG NON-EKO • TERMINAL TIPE A • TERMINAL TIPE B • BUS KECIL/MPU
• TERMINAL TIPE A • JALAN/RUTE YANG • JALAN/RUTE YANG • TERMINAL TIPE C
ATAU SIMPUL DILALUI TELAH DILALUI TELAH
LAIN DITETAPKAN DITETAPKAN

107
INDIKATOR PELAYANAN

KECEPATAN TINGKAT
PELAYANAN
TINGKAT OPERASI

OVERLAP TINGKAT
PENYIMPANGAN KENYAMANAN
TRAYEK
108
5. SEBUTKAN JENIS2 BADAN HUKUM PERUSAHAAN
ANGKUTAN ?
109
UNJUK KERJA ANGKUTAN UMUM
PANJANG TRAYEK

KECEPATAN TRAYEK

d FREKWENSI TRAYEK

HEADWAY
DATA
ANGKUTAN LAY OVER TIME (LOT)
UMUM
LOAD FACTOR

KAPASITAS PELAYANAN

JUMLAH PENUMPANG TERANGKUT

TINGKAT OPERASI
110
•PANJANG TRAYEK

• jarak dari awal perjalanan


(O) sampai Akhir D

perjalanan (D)

111
KECEPATAN PERJALANAN
KECEPATAN = JARAK RUTE / WAKTU TEMPUH
Waktu Perjalanan (Travel Time)
◦ Adalah waktu yang diperlukan angkutan umum untuk menempuh
perjalanan dari tempat asal ke tujuan akhir.
◦ Rumus waktu perjalanan dapat digambarkan sebagai berikut :
Waktu Perjalanan = Waktu Tiba - Waktu Berangkat.
◦ Kecepatan dihitung berdasarkan segmen trayek
FREKUENSI
 Merupakan jumlah kendaraan (angkutan umum) yang melewati
titik survai selama satu jam untuk trayek yang sama.

112
Indikator Kinerja Angkutan Umum
Jumlah penumpang
merupakan jumlah penumpang yang dapat diangkut oleh kendaraan
(angkutan umum) selama perode waktu tentu untuk trayek tertentu.

CONTOH : Capasitas kend x Lf x F x Jam operasi.

HEADWAY
Adalah jarak atau waktu antara satu kendaraan dengan
kendaraan dibelakangnya . Headway dapat dirumuskan
sebagai berikut :

60
Time Headway =
Frekuensi

TERDAPAT DUA JENIS HEADWAY


1. Time headway ( rentang waktu )
2. Space headway (rentang jarak)

113
FAKTOR MUAT (LOAD FACTOR)
Adalah jumlah penumpang dibagi
kapasitas kendaraannya.
Rumus Faktor Muat dapat digambarkan sebagai berikut :
JUMLAH PENUMPANG
Load Faktor =
Kapasitas Kendaraan
Terdapat 3 jenis load faktor (Lf)
1. LF Statis
2. LF Dinamis
3. LF Rata2
LAY OVER TIME (LOT)
adalah waktu yang digunakan suatu kendaraan untuk singgah di
terminal ,
Rumus Lot dapat digambarkan sebagai berikut :
Lot = W Kd – W Pb

Dimana :
WPb = waktu pemberangkatan
Wkd = Waktu kedatangan 114
KAPASITAS PELAYANAN (SUPPLY)
Jumlah kemampuan tingkat pelayanan yang dapat diberikan suatu pelayanan
trayek.
Didapat dengan rumus sebagai berikut :
kapasitas pelayanan = jumlah armada x seat x frekwensi

TINGKAT OPERASI PELAYANAN


Perbandingan antara jumlah kendaraan yang diijinkan dengan Jumlah
kendaraan yang beropaerasi
digambarkan sebagai berikut :
tingkat Operasi = Ko / Ki
ket :
Ko = jumlah kendaraan yang beroperasi
Ki = kendaraan yang diijinkan

115
PERMASALAHAN ANGKUTAN

PRODUKSI ANGKUTAN UMUM

JENIS SURVEY AU

SURVEY
ANGKUTAN SURVEY STATIS

UMUM
KAITAN DENGAN SISTIM

116
PRODUKSI JASA ANGKUTAN

JASA PENGANTARAN ORANG DAN BARANG

JASA TIDAK BISA DSIMPAN


JASA
ANGKUTAN TIDAK TERPAKAI LANGSUNG HILANG

KOMBINASI EFEKTIF DAN EFISIEN

PERLU SURVEY YANG BAIK

117
SURVEY !!!!

118
JENIS SURVEY
JENIS
SURVEY

STATIS DINAMIS

mengumpulkan data-data yang akan digunakan


untuk menghitung serta menilai kinerja
jaringan pelayanan angkutan umum
dalam trayek tetap dan teratur 119
SURVEY STATIS
TUJUAN

LOKASI

DATA YANG DICATAT

TARGET DATA

WAKTU

120
TUJUAN SURVAI STATIS

Mengetahui tingkat pelayanan angkutan umum yang telah ada


terutama kinerja angkutan umum
(suply)

DATA YANG DICATAT ( STATIS )


DI TERMINAL
• Mencatat jumlah penumpang saat datang/berangkat
• Mencatat plat nomor kendaraan
• Mencatat kode trayek kendaraan
• Mencatat waktu tiba/berangkat

TARGET DATA STATIS


1. Tingkat operasi Kendaraan
2. Mengetahui frekwensi kendaraan .
3. Mengetahui frekwensi puncak (peax) dan frekwensi rendahnya. (off
peax)
4. Jarak antar kendaraan (headway)
1
5. waktu singgah di terminal (Lay over time ).
2
1
LOKASI SURVEY STATIS
SURVEY
STATIS

DI DALAM DI LUAR
TERMINAL TERMINA
L
dilakukan pada pintu keluar
dilakukan pada ruas jalan yang
dan pintu masuk pada lokasi
dilalui angkutan umum
terminal di wilayah

122
WAKTU SURVEY STATIS CONTOH KPS
1. SEPANJANG JAM OPERASI
KENDARAAN.
2. JAM PUNCAK
3. JAM TIDAK PUNCAK.
4. SAAT – SAAT TERTENTU,
SESUAI KARAKTERISTIK
WILAYAH

123
HUBUNGAN KONDISI LALU LINTAS DENGAN PELAYANAN AU

JML RIT
BERKURANG

LALU LINTAS TIDAK NYAMAN


MACET (LAMA &
BERDESAKAN

PENUMPANG
BERALIH
SPM/MOBIL
MAHAL

PENUMPANG
BERKURANG MENAIKKAN
TARIF

PENDAPATAN
TURUN
LANCAR
124
HUBUNGAN KONDISI LALU LINTAS DENGAN PELAYANAN AU

JML RIT
MENINGKAT

TAMBAH
LALU LINTAS NYAMAN
LANCAR (CEPAT & TDD
TERSEDIA

MASYARAKAT
BERALIH KE
ANGKOT
NYAMAN

MENINGKAT
PEROLEHAN
KAN
PNP TINGGI
KUALITAS
BERKURANG
PENDAPATAN
NAIK
125
EVALUASI 1
Jika Time Table kendaraan adalah berikut Tentukan ;

a. Running time (Waktu perjalanan)


b. Headway ( waktu antara)
c. Lay over time ( waktu singgah )
d. RTT ( perjalanan pulang pergi )

Nomor Bis 1 2 3 1 2 3 1 2 Dst

Terminal A 16:00 16:12 16:24 16:36 16:48 17:00 17:12 17:24 Dst

Terminal B 16 14 16:26 16:38 16:50 17:02 17:14 17:26 17:38 Dst

Terminal B 16:18 16:30 16:42 16:54 17:06 17:18 17:30 17:42 Dst

Terminal A 16 32 16:44 16:56 17:08 17:20 17:32 17:44 17:56 Dst

126
EVALUASI 2
Jika kendaraan dgn kapasitas 30 seat dan data penumpang turun dan naik
dalam lintasan trrayek seperti dalam tabel dibawah,Tentukan ;

a. LF bis 1 dan 2 pada tiap lokasi henti ?


b. LF rata2 bis 1 dan 2 ?
c. LF rata-rata trayek tersebut ?
d. Beri analisa terhadap lintasan tersebut

Lokasi A B C D E F G H
Nomor Bis

Bis 1 25 0 5 10 13 2 6 0

10 3 5 4 7 4 14
Bis 2 35 5 0 10 2 1 2 0

1 5 8 10 3 6 24

127
Pengantar

KARAKTERISTIK KENDARAAN
BERMOTOR

128
KARAKTERISTIK KENDARAAN BERMOTOR

MEMPELAJARI WATAK, SIFAT DAN CIRI-CIRI KHUSUS


KENDARAAN BERMOTOR MELIPUTI :
 TYPE,
 DIMENSI,
 BERAT,
 ENGINE,
 KOMPONEN-KOMPONEN UTAMA
 Kopling
 Transmisi
 Differential Gear
 Suspensi
 Rem
 Dll.

129
KENDARAAN
UU no 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
Kendaraan adalah suatu alat yang dapat bergerak di jalan, terdiri dari
kendaraan bermotor atau kendaraan tidak bermotor;

KENDARAAN BERMOTOR
UU no 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
Kendaraan Bermotor adalah setiap Kendaraan yang digerakkan oleh
peralatan mekanik berupa mesin selain Kecuali kendaraan yang berjalan
di atas rel
KENDARAAN BERMOTOR
 SEPEDA MOTOR
 MOBIL PENUMPANG
 MOBIL BUS
 MOBIL BARANG
 KENDARAAN KHUSUS

130
KETENTUAN KHUSUS
 Sepeda motor  Mobil Barang
Kendaraan beroda dua/tiga Mobil barang adalah setiap
tanpa rumah-rumah baik dengan kendaraan bermotor selain dari
atau tanpa kereta samping
yang termasuk dalam sepeda
motor, mobil penumpang dan
 Mobil penumpang
mobil bus, yang peruntukkannya
Setiap kendaraan bermotor yang
dilengkapi kurang dari 8 dipergunakan untuk mengangkut
(delapan) tempat duduk tidak barang
termasuk tempat duduk
pengemudi, baik dengan
maupuin tanpa perlengkapan  Kendaraan khusus
pengangkutan bagasi adalah kendaraan bermotor
selain daripada kendaraan
 Mobil bus bermotor untuk penumpang dan
Setiap kendaraan bermotor yang kendaraan bermotor untuk
dilengkapi lebih dari 8 (delapan) barang, yang penggunaannya
tempat duduk tidak termasuk
tempat duduk pengemudi, baik untuk keperluan khusus atau
dengan maupun tanpa mengangkut barang-barang
perlengkapan bagasi khusus. 131
Klasifikasi – klasifikasi tersebut diatas mempengaruhi
corak dari dimensi – dimensi, daya guna Kendaraan
Bermotor, kecepatan dan daya muat, namun demikian
ada karakteristik lain yang harus diperhatikan, antara lain
:
 Keselamatan
 Kenyamanan
 Kesesuaian
 Sifat dan nilai dari muatan
 Perlindungan bagi muatan (Karoseri)
 Unit ukuran (Dimensi)
 Berat
 Drive System : 4x2, 6x2, 6x4 dll.ataupun type : 1.2,
1.22, dll.
 Dsb

132
KONSTRUKSI KENDARAAN
BERMOTOR
 LANDASAN YANG MELIPUTI RANGKA LANDASAN
 MOTOR PENGGERAK
 SISTEM BAHAN BAKAR
 SISTEM PEMBUANGAN
 PENERUS DAYA
 SISTEM RODA
 SISTEM SUSPENSI
 ALAT KEMUDI
 SISTEM REM
 LAMPU-LAMPU DAN ALAT PEMANTUL CAHAYA
 KOMPONEN PENDUKUNG ( KLAKSON, WIPER,
SPEEDOMETER, KACA SPION, SAFETY BELT,DLL)

133
 LANDASAN (CHASIS)

134
135
136
PERSYARATAN LANDASAN

 Dapat menahan seluruh beban, getaran dan


guncangan kendaraan berikut muatanya
 Dikonstruksi menyatu atau secara terpisah
dengan badan kendaraan
 Tahan terhadap korosi
 Dilengkapi dengan alat pengait di bagian
depan dan belakang, kecuali untuk sepeda
motor
 Memiliki nomor identifikasi kendaraan
(nomor rangka) yang ditempatkan secara
permanen dan mudah terbaca

137
 MOTOR PENGGERAK

PERSYARATAN MOTOR PENGGERAK


◦ Kompak dan ringan
◦ Menghasilkan tenaga yang besar
◦ Mudah dikendalikan dan perawatannya sederhana
◦ Bekerja dengan baik dan mempunyai tingkat kesulitan minimal
◦ Mudah dibongkar dan dipasang kembali
138
SISTEM BAHAN BAKAR

PERSYARATAN SISTEM BAHAN BAKAR


Kendaraan bermotor yang menggunakan bahan bakar minyak, harus
memiliki :
 Tangki bahan bakar
 Corong pengisi dan lubang udara bahan bakar
 Pipa-pipa yang berfungsi menyalurkan bahan bakar
139
SISTEM PEMBUANGAN

PERSYARATAN SISTEM PEMBUANGAN


 Mampu meredam suara yang dihasilkan oleh motor penggerak
 Mampu mereduksi gas beracun sisa hasil pembakaran motor
penggerak
 Ujung pipa pembuangan dikonstruksi menghadap pada bagian
kanan belakang kendaraan
140
PENERUS DAYA (POWER TRAINS)
 Adalah serangkaian peralatan yang berfungsi untuk memindahkan
daya dari motor penggerak ke roda-roda kendaraan,sehingga
kendaraan tersebut bisa bergerak maju ataupun mundur

PERSYARATAN KHUSUS :
 Dapat dikendalikan dari tempat duduk pengemudi
 Memungkinkan kendaraan bermotor dapat bergerak maju dengan
satu atau lebih tingkat kecepatan dan memungkinkan bergerak
mundur

141
142
SISTEM RODA
 Meliputi roda-roda (velg dan ban), serta sumbu roda
 Rancangan sistem roda harus memperhatikan kelas jalan yang akan
dilalui kendaraan bermotor tersebut
 Roda-roda, meliputi pelek-pelek dan ban hidup serta sumbu-sumbu
atau gabungan sumbu-sumbu roda yang dapat menjamin
keselamatan
 Ban harus memiliki adesi yang cukup, baik pada jalan kering
maupun jalan hidup
SISTEM SUSPENSI
Suspensi merupakan bagian kendaraan yang menghubungkan bodi
kendaraan dengan roda dan Konstruksinya dibuat sedemikian rupa
sehingga kendaraan dapat berjalan dengan nyaman dan aman.
Untuk itu maka suspensi harus dapat :
 Mengantar gerakan roda
 Memungkinkan roda tetap menapak pada jalan
 Mengabsorsi dan meredam getaran bodi akibat kondisi jalan
 Meneruskan gaya pengemudian dan pengereman

143
JENIS SUSPENSI :
 SUSPENSI RIGID
 SUSPENSI INDEPENDENT
KOMPONEN UTAMA SISTEM SUSPENSI TERDIRI DARI :
 SHOCK ABSORBER (PEREDAM KEJUT)
 SPRING (PEGAS) :
- PEGAS COIL
- PEGAS TORSI
- PEGAS DAUN

144
145
146
ALAT KEMUDI

 Berfungsi untuk merubah arah


gerak kendaraan melalui roda
depan, dengan cara memutar roda
kemudi

147
SISTEM REM

Rem merupakan bagian kendaraan yang sangat penting dalam mendukung


aspek keamanan dan keselamatan berkendaraan, maka rem harus :
 Dapat menghentikan kendaraan secepat mungkin
 Dapat melaksanakan pengereman sesuai kehendak pengemudi

 Dilengkapi dengan peralatan pengereman yang meliputi rem utama dan


rem parkir (mampu menahan posisi kendaraan dalam keadaan berhenti
baik pada jalan datar, tanjakan maupun turunan)

 Dapat dikendalikan dari tempat duduk, tanpa melepaskan tangan dari roda
kemudi

 Bekerja pada semua roda kendaraan sesuai dengan besar beban masing-
masing sumbu

 Apabila rem utama tidak berfungsi, rem tersebut harus dapat bekerja
sekurang-kurangnya pada roda-roda yang bersebelahan pada satu sumbu
dan dapat digunakan untuk memperlambat dan menghentikan kendaraan

148
149
LAMPU-LAMPU DAN ALAT PEMANTUL CAHAYA

 Menerangi jalan pada malam hari pada saat melakukan perjalanan


dan sebagai lampu peringatan terhadap kendaraan yang
berlawanan.
 Lampu utama dekat, berpasangan
 Lampu utama jauh, berpasangan
 Lampu penunjuk arah, berpasangan
 Lampu rem, berpasangan
 Lampu posisi depan, berpasangan
 Lampu posisi belakang, berpasangan
 Lampu mundur
 Lampu penerangan tanda nomor kendaraan, dibagian belakang
 Lampu isyarat peringatan bahaya
 Lampu tanda batas, berpasangan (lebar lebih dari 2100 mm)
 Pemantul cahaya berwarna merah, berpasangan dan tidak
berbentuk segitiga

150
KOMPONEN PENDUKUNG

 Pengukur kecepatan

 Kaca spion

 Penghapus kaca, (kecuali sepeda motor)

 Klakson

 Sabuk keselamatan, (kecuali sepeda motor)

 Sepakbor

 Bumper, (kecuali sepeda motor)

151
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai