Anda di halaman 1dari 6

Artikel Teori Hukum

PENEGAKAN HUKUM MENGGUNAKAN ELECTRONIC TRAFFIC LAW ENFORCEMENT


TERHADAP PELANGGARAN LALU LINTAS DI KOTA PADANG

Oleh

MUHAPSAK HENDRA PUTRA


No BP: 2133.002

A. Latar Belakang

Perkembangan zaman baik dalam lingkungan strategis nasional maupun internasional menuntut
penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi dalam rangka mendukung pembangunan ekonomi dan pengembangan wilayah. Sistem transportasi
adalah suatu hal yang penting bagi suatu kota, terutama di kota besar yang memiliki banyak aktivitas dan
padat penduduk. Selain itu sistem transportasi merupakan hal yang krusial dalam menentukan keefektifan
suatu kota.1
Jalan raya merupakan suatu infrastruktur perhubungan darat (dalam bentuk apapun), meliputi segala
bagian jalan termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas. Selain
itu jalan mempunyai peranan penting dalam segala bidang, termasuk menjadi salah satu kebutuhan dasar
bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan dasar lainnya.2
Banyaknya kasus pelanggaran lalu lintas di jalan raya yang dilakukan oleh pemakai jalan yang
cenderung mengakibatkan timbulnya kecelakaan dan kemacetan lalu lintas yang semakin meningkat.
Satuan lalu lintas merupakan organ pemerintah yang bertugas dalam rangka menangani permasalahan
terkait peristiwa yang terjadi di jalan raya. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam Pasal 14 Ayat (1) huruf (b)
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia,
bahwa tugas dan wewenang Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah menyelenggarakan segala
kegiatan dalam menjamin keamanan, ketertiban, dan kelancaran lalu lintas di jalan.
Dengan adanya tugas dan wewenang tersebut, maka Satuan lalu lintas mengadakan penindakan
terhadap adanya pelanggaran lalu lintas yang terjadi. Kepolisian mengeluarkan tindakan baru dalam
penegakkan tertib lalu lintas bernama E-Tilang (Tilang elektronik). E-Tilang adalah digitalisasi proses
Tilang dengan memanfaatkan teknologi, diharapkan seluruh proses Tilang akan lebih efisien dan efektif juga
membantu pihak kepolisian dalam manajemen administrasi.
Proses penilangan dengan e-tilang atau electronic traffic law enforcement (E-TLE) dibantu dengan
hadirnya kamera canggih yang bisa merekam pelanggaran dari pengguna jalan dan ditempatkan di beberapa
ruas jalan. Melalui sistem tersebut, para pengendara yang melanggar aturan berlalu lintas bakal diberi tahu
pelanggarannya melalui pesan elektronik atau diantar ke rumah.3
Pelanggar lalu lintas yang tertangkap kamera pengawas nantinya akan ditindak berupa sanksi yang
sesuai dengan Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Adapun
pelanggaran lalu lintas yang difokuskan dengan menggunakan kamera pengawas adalah sebagai berikut:

1
Setiyanto, Efektivitas Penerapan Sanksi Denda E-Tilang Bagi Pelanggar Lalu Lintas, Jurnal Hukum Khaira Ummah Vol.
12. No. 4 Desember 2019, hlm. 755.
2
Hariandja, Disiplin Berlalu Lintas di Jalan Raya, PT. Airlangga, Jakarta, 2002, hlm. 3
3
Agung Asmara¸ Penegakan Hukum Lalu Lintas Melalui Sistem e-Tilang, Jurnal Ilmu Kepolisian, Volume 13, Nomor 3,
Desember 2019, hlm. 190
1
1) Pelanggaran traffic light 
2) Pelanggaran marka jalan 
3) Pelanggaran menggunakan ponsel 
4) Pelanggaran melawan arus 
5) Pelanggaran tidak menggunakan helm 
6) Pelanggaran keabsahan STNK 
7) Pelanggaran tidak menggunakan sabuk pengaman 
8) Pelanggaran ganjil genap 
9) Pelanggaran pembatasan jenis kendaraan tertentu.

Tinjauan utama dari peraturan lalu lintas adalah untuk mempertinggi mutu kelancaran dan keamanan
dari semua lalu lintas di jalan-jalan. 4 Identifikasi masalah-masalah yang dihadapi di jalan raya berkisar pada
lalu lintas. Masalah-masalah lalu lintas, secara konvensional berkisar pada pelanggaran lalu lintas sehingga
terjadi kemacetan lalu lintas, kecelakaan lalu lintas.5
Sebagaimana diketahui bahwa dasar pemberlakuan electronic traffic law enforcement (E-TLE), dalam
rangka penegakan hukum lalu lintas berpijak pada Pasal 5 Ayat (1) dan Ayat (2) Undang-undang Nomor 11
Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Pada Pasal 5 Ayat (1) Undang-undang Nomor 19
Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik, menyebutkan bahwa:

Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dan/atau hasil cetaknya merupakan alat bukti
hukum yang sah.

Selanjutnya pada Pasal 5 Ayat (2) Undang-undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, menyebutkan bahwa:

Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dan/atau hasil cetaknya sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) merupakan perluasan dari alat bukti yang sah sesuai dengan Hukum Acara yang berlaku
di Indonesia.

Pijakan berikutnya dalam penggunaan electronic traffic law enforcement (E-TLE), adalah Pasal 272
Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Pasal 272 Ayat (1)
menyebutkan bahwa Untuk mendukung kegiatan penindakan pelanggaran di bidang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan, dapat digunakan peralatan elektronik. Selanjutnya Pasal 272 Ayat (2) menyebutkan bahwa
hasil penggunaan peralatan elektronik sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) dapat digunakan sebagai alat
bukti di pengadilan.
Disamping kedua dasar hukum yang digunakan diatas, pemerintah membuat peraturan nomor 80
Tahun 2012 tentang Tata Cara Pemeriksaan Kendaraan Bermotor Di Jalan Dan Penindakan Pelanggaran
Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan.
Pelanggaran lalu lintas mayoritas berupa pelanggaran dalam hal marka, rambu lalu lintas dan lampu
pengatur lalu lintas seperti larangan berhenti, parkir di tempat-tempat tertentu, menerobos lampu merah,
tanpa surat dan kelengkapan kendaraan. Hal ini sebagaimana di sampaikan oleh Kabid Humas Polda
Sumatera Barat Kombes Pol Bayu Satake kepada Antara News pada 1 Mei 2021, beliau menyampaikan

4
Prasetyo, Selamat dalam Berlalu Lintas, Suara Merdeka Press, Bandung, 2004, hlm. 4
5
Andrea R. Sumampow, Penegakan Hukum Dalam Mewujudkan Ketaatan Berlalu Lintas, Lex Crimen Vol. II/No.
7/November/2013, hlm. 63.
2
bahwa terdapat 955 pelanggaran lalu lintas yang terjadi dikota Padang yang terekam oleh Elektronik Traffic
Law Enforcement yang diluncurkan pada 23 Maret 2021.
Teknologi CCTV (Closed Circuit Television) yang digunakan dalam sistem Elektronik Traffic Law
Enforcement dipasang di setiap lampu merah guna menunjang kinerja polisi dalam hal penegakan hukum
dijalan.6 Walaupun sudah diberikan informasi bahwa CCTV (Closed Circuit Television) dapat digunakan
untuk alat bukti penilangan sesuai dengan Elektronik Traffic Law Enforcement, namun banyak masyarakat
belum mengetahuinya. Pelanggaran lalu lintas merupakan salah satu keadaan dimana terjadi ketidaksesuaian
antara aturan dan pelaksanaan. Aturan dalam hal ini adalah piranti hukum yang telah ditetapkan dan
disepakati oleh negara sebagai undang-undang yang berlaku secara sah, sedangkan dalam pelaksanaannya
tidak sedikit masyarakat yang tidak mematuhi aturan-aturan yang telah ada dan diberlakukan saat ini.
Dalam hal ini untuk mewujudkan tujuan dari undang-undang dan penegak hukum menerapkan regulasi
terkait tilang elektronik dan dalam penegakannya. Dalam pelaksanaannya, tilang elektronik setidaknya
memberikan rasa keadalian untuk masyarakat. Khususnya pada proses penanganan sanksi yang tidak
subyektif yaitu memandang masyarakat dari strata sosial pelanggar lalu lintas. Disisi lain dapat juga
merombak kebiasaan lama yang tidak transparan dan terbentuknya penindakan hukum yang baru. Dengan
tilang elektronik ini pula, kebiasaan taat peraturan lalu lintas oleh masyarakat yang hanya ketika ada polisi
lalu lintas, diharapkan berubah dan masyarakat mulai taat hukum kapanpun dan dimanapun berada.7
Transportasi jalan raya yang efisien bergantung pada kinerja berbagai unsur penting namun kinerja
polisi lalu-lintas adalah salah satu unsur penting dalam setiap program untuk mengatur transportasi jalan
raya agar bisa beroperasi secara efisien.
Dalam penegakan hukum terhadap pelanggaran lalu lintas diperlukan suatu konsep yang matang dan
bisa diorganisasi dengan baik sehingga penerapan hukum yang dilaksanakan bisa berjalan dengan lancar
khususnya dengan adanya sarana perkembangan teknologi. Pelanggaran lalu lintas memiliki sanksi yang
diatur dalam Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Namun masih
banyak terjadi pelanggaran lalu lintas, terlebih pada saat tidak adanya petugas di lapangan. Dalam rangka
penegakan hukum lalu lintas, Polri menerapkan electronic traffic law enforcement sebagai bentuk
penindakan terhadap pelanggaran lalu lintas dengan menggunakan bukti rekaman closed-circuit television
(CCTV). Seperti yang diterapkan oleh Satlantas Polresta Padang, sehingga penegakan hukum di bidang lalu
lintas dapat terwujud meskipun petugas lalu lintas tidak berada di Pos lalu lintas.

B. Pembahasan

Banyaknya kasus pelanggaran lalu lintas di jalan raya yang dilakukan oleh pemakai jalan yang
cenderung mengakibatkan timbulnya kecelakaan dan kemacetan lalu lintas yang semakin meningkat,
sehingga diperlukan penegakan hukum oleh pihak kepolisian, dalam hal ini adalah satuan lalu lintas di Kota
Padang.
Satuan lalu lintas merupakan organ pemerintah yang bertugas dalam rangka menangani permasalahan
terkait peristiwa yang terjadi di jalan raya. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam Pasal 14 Ayat (1) huruf (b)
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia,
bahwa tugas dan wewenang Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah menyelenggarakan segala
kegiatan dalam menjamin keamanan, ketertiban, dan kelancaran lalu lintas di jalan.

6
Dian Agung Wicaksono, Penegakan Hukum Lalu Lintas Jalan Secara Elektronik Sebagai Wujud Pembangunan Hukum
Dalam Era Digital, Jurnal Rechtvinding, Volume 9 Nomor 2, Agustus 2020¸hlm. 311
7
Herman Dwi Surjono, Pengembangan Pendidikan TI di Era Global, Pendidikan Teknik Informatika, FT UNY, Yogyakarta,
2008, hlm. 18.
3
Kepolisian mengeluarkan tindakan baru dalam penegakkan tertib lalu lintas bernama E-Tilang (Tilang
elektronik). E-Tilang adalah digitalisasi proses Tilang dengan memanfaatkan teknologi, diharapkan seluruh
proses Tilang akan lebih efisien dan efektif juga membantu pihak kepolisian dalam manajemen administrasi.
Proses penilangan dengan e-tilang atau electronic traffic law enforcement (E-TLE) dibantu dengan
hadirnya kamera canggih yang bisa merekam pelanggaran dari pengguna jalan dan ditempatkan di beberapa
ruas jalan. Perangkat secara otomatis menangkap wajah, jenis dan plat nomor kendaraan serta bentuk
pelanggaran lalu lintas yang dilakukan oleh pelanggra melalui kamera CCTV yang telah dipasang pada lima
titik diwilayah hukum Polresta Padang yakni di Simpang Polresta Padang, Simpang Kandang, Simpang
Bank Indonesia, Simpang Ujung Gurun dan Simpang Jam Ria (Masjid Raya Sumatera Barat). Kemudian
secara otomatis sistem mengirimkan barang bukti pelanggaran ke Regional Traffic Management Centre
(RTMC) Polresta Padang sebagai ruang kendali. Selanjutnya, dilakukan pengidentifikasian data kendaraan
dilakukan petugas menggunakan Electronic Registration & Identifikasi (ERI). Dimana setiap data kendaraan
terdaftar di sistem, sesuai dengan kewajiban setiap pemilik kendaraan untuk melakukan Registrasi dan
Identifikasi Kendaraan Bermotor.
Kemudian petugas mengirimkan surat konfirmasi ke alamat pelanggar sebagai permohonan konfirmasi
atas pelanggaran yang terjadi. Di dalam surat konfirmasi tersebut akan disertakan foto bukti pelanggaran.
Pengiriman dapat dilakukan melalui beberapa alternatif diantaranya yakni surat konfirmasi dikirimkan
melalui PT. Pos Indonesia, melalui email pemilik kendaraan, dan melalui nomor handphone pemilik
kendaraan. Proses tersebut dilakukan selama 3 (tiga) hari sejak pelanggaran dilakukan.
Keempat, pelanggar akan melakukan konfirmasi dan klarifikasi via website https://etle-sumbar.info/id
atau dapat datang secara langsung ke Posko Gakkum Polresta Padang sebagaimana jadwal yang telah
ditetapkan dalam surat apabila terdapat sanggahan mengenai pelanggaran maka dapat disampaikan pada
kesempatan ini. Kelima, setelah dilakukan konfirmasi, petugas akan menerbitkan surat tilang bewarna biru
sebagai bukti pelanggaran serta mengirmkan kode Bri virtual account Briva untuk setiap pelanggaran yang
telah terverifikasi untuk penegakan hukum dengan metode pembayaran melalui Bank Rakyat Indonesia
(BRI). Dalam proses pembayaran ini, pelanggar akan diberikan batas waktu pembayaran denda tilang selama
7 (tujuh) hari setelah surat tilang dan kode Bri virtual account dikirimkan. Jika pelanggar tidak melakukan
pembayaran sebagaimana batas waktu yang ditentukan maka akan dilakukan pemblokiran sementara
terhadap STNK kendaraan pelanggar sampai denda tersebut dibayarkan.
Berpijak pada teori penegakan hukum yang penulis gunakan dalam artikel ini, penegakan hukum dalam
arti luas mencakup kegiatan untuk melaksanakan hukum dan menerapkan hukum serta melakukan tindakan
hukum terhadap setiap pelanggaran atau penyimpangan hukum yang dilakukan oleh subjek hukum.
Pengertian yang lebih luas lagi, kegiatan penegakan hukum mencakup pula segala aktifitas yang
dimaksudkan agar hukum sebagai perangkat kaedah normatif yang mengatur dan mengikat para subjek
hukum dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat dan bernegara benar-benar ditaati dan sungguh-
sungguh dijalankan sebagaimana mestinya.8 Secara konsepsional, arti penegakan hukum terletak pada
kegiatan menyerasikan hubungan nilai-nilai yang terjabarkan di dalam kaidah-kaidah yang mantap dan
mengejawantah serta sikap tindak sebagai rangkaian penjabaran nilai tahap akhir untuk menciptakan,
memelihara dan mempertahankan kedamaian pergaulan hidup.9
Lawrence Meir Friedman, mengatakan bahwa berhasil atau tidaknya penegakan hukum bergantung pada
Substansi Hukum, Struktur Hukum dan Budaya Hukum.10 Substansi Hukum dapat diartikan sebagai produk
hukum yang dihasilkan oleh orang yang berada dalam sistem hukum, dimana meliputi hukum yang hidup
8
Satjipto Raharjo, Sosiologi Hukum: Perkembangan Metode Dan Pilihan Masalah, Sinar Grafika , Yogyakarta, 2002, hlm.
190.
9
Hartono, Penyidikan Dan Penegakan Hukum Pidana Melalui Pendekatan Hukum Progresif, Sinar Grafika, Jakarta, 2010,
hlm. 4.
10
Slamet Tri Wahyudi, Problematika Penerapan Pidana Dalam Konteks Penegakan Hukum Di Indonesia, Jurnal Hukum
Dan Peradilan, ISSN : 2303-3274 , Volume 1, Nomor 2 Juli 2012, hlm. 218
4
(living law), bukan hanya aturan yang ada dalam kitab undang-undang (law books). Dalam hal ini anggota
Satlantas Polresta Padang dalam melakukan penegakan hukum berpijak pada Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 22
Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan serta Undang-undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.
Penegakan hukum merupakan usaha untuk menegakkan norma dari kaidah hukum, sekaligus nilai yang ada
didalamnya, aparat penegak hukum hendaknya memahami benar-benar jiwa hukum (legal spirit) yang
mendasari peraturan hukum yang harus ditegakkan, terkait dengan berbagai dinamika yang terjadi dalam
proses pembuatan perundang-undangan (law making process).11
Budaya hukum adalah sikap manusia terhadap hukum dan sistem hukum-kepercayaan, nilai, pemikiran,
serta harapannya. Budaya hukum meliputi suasana pemikiran sosial dan kekuatan sosial yang menentukan
bagaimana hukum digunakan, dihindari, atau disalahgunakan. Budaya hukum erat kaitannya dengan
kesadaran hukum masyarakat. Semakin tinggi kesadaran hukum masyarakat maka akan tercipta budaya
hukum yang baik dan dapat merubah pola pikir masyarakat mengenai hukum selama ini. Secara sederhana,
tingkat kepatuhan masyarakat terhadap hukum merupakan salah satu indikator berfungsinya hukum.12
Penegakan hukum menggunakan electronic traffic law enforcement terhadap pelanggaran lalu lintas di
Kota Padang, juga dipengaruhi budaya masyarakat yang baru takut dan patuh apabila ada polisi yang sedang
berjaga maupun patroli. Oleh karena itu, pelanggaran lalu lintas dikhawatirkan bertambah jika tidak ada
polisi yang ditugaskan di jalan. Penerapan ETLE merupakan suatu hal yang baik dan patut diapresiasi,
karena dengan adanya teknologi yang ikut serta dalam melakukan penertiban pelanggaran lalu lintas tentu
akan memudahkan kerja kepolisian.
Ditinjau dari sudut subjeknya, penegakan hukum itu dapat dilakukan oleh subjek yang luas dan dapat
pula diartikan sebagai upaya penegakan hukum oleh subjek dalam arti yang terbatas atau sempit. Dalam arti
luas, proses penegakan hukum itu melibatkan semua subjek hukum dalam setiap hubungan hukum. Siapa
saja yang menjalankan aturan normatif atau melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu dengan
mendasarkan diri pada norma aturan hukum yang berlaku, berarti dia menjalankan atau menegakkan aturan
hukum.13

C. Penutup
Pelanggaran lalu lintas memiliki sanksi yang diatur dalam Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009
tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Polri menerapkan electronic traffic law enforcement sebagai bentuk
penindakan terhadap pelanggaran lalu lintas dengan menggunakan bukti rekaman CCTV. Dalam rangka
penegakan hukum lalu lintas oleh Satlantas Kota Padang sesuai Pasal 272 Ayat (2) Undang-undang Nomor
22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang dilaksanakan dengan mekanisme merekam
wajah dan nomor kendaraan pelanggar melalui CCTV, mengirimkan bukti pelanggaran secara otomatis ke
Regional traffic management centre (RTMC) Polresta Padang, pengidentifikasian kendaraan melalui sistem
electronic registration & identifikasi (ERI), mengirimkan surat konfirmasi ke alamat pelanggar untuk
diklarifikasi, setelah dikonfirmasi petugas akan menerbitkan surat tilang beserta kode Bri virtual account
(Briva) untuk pembayaran denda.

DAFTAR PUSTAKA
11
Muladi, Hak Asasi Manusia, Politik Dan Sistem Peradilan Pidana, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang,
2002, hlm. 69.
12
Ibid, hlm. 219
13
Darmodiharjo, Pokok–Pokok Filsafat Hukum, PT Gramedia Pustaka Umum, Jakarta, 2002, hlm. 67
5
A. BUKU

Hariandja, Disiplin Berlalu Lintas di Jalan Raya, PT. Airlangga, Jakarta, 2002

Hartono, Penyidikan Dan Penegakan Hukum Pidana Melalui Pendekatan Hukum Progresif, Sinar Grafika,
Jakarta, 2010

Herman Dwi Surjono, Pengembangan Pendidikan TI di Era Global, Pendidikan Teknik Informatika, FT
UNY, Yogyakarta, 2008

Prasetyo, Selamat dalam Berlalu Lintas, Suara Merdeka Press, Bandung, 2004

Satjipto Raharjo, Sosiologi Hukum: Perkembangan Metode Dan Pilihan Masalah, Sinar Grafika ,
Yogyakarta, 2002

Muladi, Hak Asasi Manusia, Politik Dan Sistem Peradilan Pidana, Badan Penerbit Universitas Diponegoro,
Semarang, 2002

Darmodiharjo, Pokok–Pokok Filsafat Hukum, PT Gramedia Pustaka Umum, Jakarta, 2002

B. JURNAL

Agung Asmara¸ Penegakan Hukum Lalu Lintas Melalui Sistem e-Tilang, Jurnal Ilmu Kepolisian, Volume
13, Nomor 3, Desember 2019

Andrea R. Sumampow, Penegakan Hukum Dalam Mewujudkan Ketaatan Berlalu Lintas, Lex Crimen Vol.
II/No. 7/November/2013

Dian Agung Wicaksono, Penegakan Hukum Lalu Lintas Jalan Secara Elektronik Sebagai Wujud
Pembangunan Hukum Dalam Era Digital, Jurnal Rechtvinding, Volume 9 Nomor 2, Agustus 2020

Setiyanto, Efektivitas Penerapan Sanksi Denda E-Tilang Bagi Pelanggar Lalu Lintas, Jurnal Hukum Khaira
Ummah Vol. 12. No. 4 Desember 2019

Slamet Tri Wahyudi, Problematika Penerapan Pidana Dalam Konteks Penegakan Hukum Di Indonesia,
Jurnal Hukum Dan Peradilan, ISSN : 2303-3274 , Volume 1, Nomor 2 Juli 2012

Anda mungkin juga menyukai