OLEH :
FEBBY MENTARI
1810211120029
hlm
LEMBAR JUDUL
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………...II
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………..3
A. Judul Proposal………...………………………………………………………3
C. Rumusan Masalah…………………………………………………………….6
D. Tujuan Kegunaan……………………………………………………………..7
Indonesia………………………………………………………………………8
1. Jenis Penelitian……………………………………………………………….14
2. Sifat Penelitian……………………………………………………………….14
5. Sistematika Penulisan………………………………………………………..15
DAFTAR PUSTAKA
1
MOTOR
meliputi segala bagian jalan termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang
diperuntukkan bagi lalu lintas. Selanjutnya jalan mempunyai peranan penting dalam
bidang ekonomi, politik, sosial, budaya pertahanan dan keamanan serta hukum.
Lalu lintas dan angkutan jalan mempunyai peran yang cukup penting dalam
Tahun 1945. Sehubungan itu maka kegiatan atau aktivitas berlalu lintas di jalan harus
Undangan Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
Mengingat betapa penting dan strategisnya peranan lalu lintas yang merupakan
subsistem dari ekosistem kota, berkembang sebagai bagian kota karena naluri dan
bermotor atau angkutan jalan berupa barang dan jasa yang selalu menimbulkan masalah
seperti terjadinya kecelakaan lalu lintas terjadi setiap hari yang mengakibatkan
Banyak sekali permasalahan yang selalu timbul dalam berlalu lintas seperti
kemacetan jalan, pelanggaran, dan kecelakaan lalu lintas yang telah banyak memakan
korban. Sebab utama dari permasalahan ini terletak dari factor manusia itu sendiri, yaitu
pengguna jalan, khususnya para pengemudi Angkutan Jalan atau pengendara kendaraan
bermotor.
2
dalam hal ini sangatlah dilarang untuk mengemudi. Oleh karena itu, tidak jarang
menimbulkan korban baik korban menderita luka berat sampai ada yang meninggal
ditempat kalo tidak secepatnya ditangani. Bahwa pengguna jalan tersebut diatur di
dalam undang-undang nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
Meningkatnya jumlah korban dalam suatu kecelakaan merupakan suatu hal yang
tidak diinginkan oleh berbagai pihak, mengingat betapa sangat berharganya nyawa
seseorang yang sulit diukur dengan sejumlah uang santuan saja. Orang yang
perbuatannya dengan harapan pelaku dapat efek jera dan lebih berhati-hati lagi. Berhati-
hati pun tidaklah cukup untuk menghindari kecelakaan, faktor kondisi sangatlah di
utamakan dalam mengendarai kendaraan dan juga kesadaran hukum berlalu lintas harus
pengemudi yang menimbulkan kecelakaan. Polisi lalu lintas adalah unsur pelaksana
pengawalan dan patroli, pendidikan masyarakat dan rekayasa lalu lintas, registrasi dan
identifikasi pengemudi atau kendaraan bermotor, penyidikan kecelakaan lalu lintas dan
penegakan hukum dalam bidang lalu lintas, guna memelihara keamanan, ketertiban dan
kelancaran lalu lintas. Setiap orang dalam berlalu lintas yang menggunakan jalan raya
harus mematuhi rambu-rambu yang ada seperti rambu-rambu seperti yang telah diatur
dalam perundang-undangan.
1
berkendara, kemungkinan besar bisa menekan jumlah kecelakaan yang bahkan sering
terjadi di jalan raya. Kurangnya kesadaran masyarakat mengenai aturan tersebut dapat
terjadi kecelakaan dan memberikan dampak kerugian bagi orang lain. Hal ini ditandai
dengan banyaknya kasus pelanggaran yang terjadi setiap tahunnya seperti melanggar
rambu lalu lintas, tidak menggunakan helm, dalam keadaan ngantuk akibat obat, kebut-
kebutan di jalan raya, apalagi sampai tidak menoleh kanan kiri kalo ada persimpangan
Berbagai upaya pembinaan terhadap sikap dan kepatuhan para pengemudi atau
pengendara kendaraan bermotor terhadap lalu lintas jalan telah banyak dilakukan oleh
aparat pemerintah yang terkait, dengan kenaikan jumlah pengemudi dan pengendara
bermotor yang lebih cepat dibandingkan dengan perkembangan Panjang jalan, maka
untuk mewujdukan keadaan tertib, aman dan lancar dijalan, perlu terus ditingkatkan.
berpengalaman.
mematuhi peraturan lalu lintas, tentunya masalah ini menjadi peluang terjadinya
kemacetan jalan. Pelanggaran lalu lintas adalah perbuatan yang bertentangan dengan
lalu lintas dan aturan pelaksnaannya, baik yang dapat ataupun tidak dapat menimbulkan
kerugian jiwa atau benda dan juga kamticarlantas. Dengan adanya suatu peraturan
diatas apabila masyarakatnya mau menerapkan aturan tersebut dalam mengemudi atau
1
Awaloedin, 1983. Peningkatan Disiplin Masyarakat Pemakai Jalan Raya Dalam Kaitannya Dengan Wewenang
Polri. Jakarta
Karjadi, M. 1957. Mengurus Kejahatan, pelanggaran dan kecelakaan lalu lintas jalan. Bogor: Politeia
Markas Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia Akademi Kepolisian, 2009, Fungsi Teknis Lalu Lintas,
Semarang : Kompetensi Utama, hal 6
4
seringkali terjadi di jalan raya. Meski Undang-undang Lalu Lintas dan Angkautan Jalan
telah diterapkan sampai dengan sekarang tapi tidak dapat dipungkiri bahwa tingkat
kecelakaan masih tetap terjadi. Dengan banyaknya kasus kecelakaan di jalan raya
kesadaran hukum bagi pengendara sepeda motor, karena masih banyak orang-orang
Apa yang dikemukakan diatas, adalah sesuatu hal atau keadaan yang menyangkut
hukum lalu lintas sebagai salah satu indikator dalam berfungsinya hukum lalu lintas
yang bersangkutan.
Dalam konteks ini mengingat betapa penting dan strategisnya peranan lalu lintas
sebagai salah satu kebutuhan pokok warga masyarakat, maka dari itu adanya suatu
perangkat hukum untuk mengaturnya. Dalam hal ini, hukum lalu lintas dan angkutan
Dalam berlalu lintas setiap orang yang menggunakan jalan raya harus mematuhi
setiap rambu-rambu yang ada telah diatur dalam perundang-undangan dan tidak
memandang dari segi ekonomi, budaya, jabatan dan tingkatan lain sebagainya.
C. RUMUSAN MASALAH
2. Bagaimana upaya yang dilakukan oleh aparat untuk meningkatkan kesadaran para
di kota .
A. Sebagai kontribusi pemikiran yang dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi
B. Sebagai bahan masukan bagi masyarakat pengguna jalan umumnya dan para
E. TINJAUAN PUSTAKA
(STB.1910 No. 465) dan Motorreglement (STB.1917 No.73) namun ketentuan ini
atau WVO (STB.1993 No.86). WVO ini telah berulangkali mengalami perubahan dan
perbaikan secara keseluruhan maupun pasal atau bagian tertentu. Perubahan ini
dimaksud sebagai penyesuaian dengan keadaan yang selalu dinamis dan perubahan
setelah kemerdekaan dilakukan pertama kali dengan UU No. 7 Tahun 1951 tentang
diundangkannya UU No.3 Tahun 1965 (LN tahun 1965 No.25) tentang lalu lintas dan
Angkutan Jalan Raya, dengan diberlakukannya UU No.3 Tahun 1965 maka peraturan
pemerintah yang bernama WVO yang telah dirubah dan ditambah dengan UU No,7
Tahun 1951 dianggap tidak berlaku lagi, karena Peraturan Perundang-undangan yang
lama dianggap tidak sesuai perkembangan lalu lintas di jalan raya dan kemajuan di
bidang teknis kendaraan bermotor, sehingga perlu diatur segala kegiatan yang erat
jalan.
Dalam UU No. 3 Tahun 1965 tidak dapat menampung segala permasalahan yang
terjadi dibidang lalu lintas jalan raya secara keseluruhan, untuk mengatisipasi hal
tersebut dikeluarkan UU No. 14 Tahun 1992 (LN Tahun 1992 No.49), tentang lalu
7
2
lintas dan angkutan jalan, dasar di keluarkannya Undang-undang ini ialah untuk
memberikan landasan yang lebih kokoh bagi perwujudan lalu lintas dan angkutan jalan
angkutan jalan disahkan dan di undangkan pada tanggal 22 juni 2009, dalam Undang-
undang ini memuat ketentuan penutup yaitu 326 pasal. Jika melihat UU sebelumnya
nasional sebagai pengamalan Pancasila, transportasi memiliki posisi yang penting dan
strategis dalam pembangunan bangsa yang berwawasan lingkungan dan hal ini harus
merupakan sarana yang sangat penting dan strategis dalam memperlancar roda
lalu lintas dan angkutan jalan mempunyai peran strategis dalam mendukung
1. Terwujudnya pelayanan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang aman, selamat,
tertib, lancar, dan terpadu dengan moda angkutan lain untuk mendorong
2
Soerjono Soekanto. 1989. Suatu Tinjauan Sosiologis Hukum Terhadap Masalah-Masalah Sosial. Bandung : PT.
Citra Aditya Bhakti. hlm. 58-59
Himpunan Undang-Undang No. 14 Tahun 1992 Jo Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan
8
persatuan dan kesatuan bangsa, serta mampu menjunjung tinggi martabat bangsa;
(perkara), melanggar tindak pidana yang lebih ringan dengan daripada kejahatan;
kebanyakan terdiri dari pelanggaran, Sebagian besar terdiri dari larangan-larangan dan
Pasal 492 KUHP Sedang mabuk di tempat umum merintangi jalan atau
mengganggu ketertiban.
Pasal 510 KUHP Tidak dengan izin Kepala Polisi setempat mengadakan arak-arakan
di jalan umum.
Pasal 511 KUHP Barang siapa, pada waktu ada kejadian arak-arakan dan sebagainya,
tidak menurut perintah atau petunjuk polisi yang diberikan akan mencegah
kecelakaan, dan akan menjauhkan rintangan lalu lintas.3
3
Wirjono Prodjodikoro. 1986. Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia. Bandung : Erseco. Hlm.31
9
Pelanggaran lalu lintas ini terjadi dengan tidak disadari oleh para pelanggar,
Pelanggaran lalu lintas adalah setiap pelanggaran yang dilakukan oleh pemakai
jalan, baik terhadap rambu-rambu lalu lintas maupun dalam cara pengemudi dalam
memakai jalan.4
secara umum yaitu apabila pelanggaran tersebut dapat di pidana kurungan maksimal 3
4
M. Karjadi 1976. Kejahatan Pelanggaran dan kecelakaan Lalu Lintas Jalan. Bogor : Politeia
Direktorat jendral pembinaan badan peradilan umum Departemen Kehakiman . 1983 Penyuluhan Hukum ke VII
Tentang Pelanggaran Lalu Lintas. Jakarta. Hlm 11
10
Bahwa permasalahan yang selalu timbul dalam berlalu lintas adalah kemacetan
jalan, pelanggaran dan kecelakaan lalu lintas yang banyak meminta korban. Dari hasil
penelitian maka sebagai penyebab utamanya adalah faktor manusia terutama para
5
Soerjono Soekanto 1983. Kesadaran Hukum dan Kepatuhan Hukum. Jakarta : CV. Rajawali pres. hlm. 93.
H. Hadiman. 2001. Tertib Mengemudi Dalam Rangka Menunjang Operasi Zebra. Jakarta. hal 77.
11
merupakan suatu perilaku yang bersifat kurang matang. Hal ini dipengaruhi oleh :
3. Ketidakhati-hatian pengemudi
Kesadaran hukum berarti suatu proses penilaian terhadap hukum yang berlaku
masalahnya adalah taraf kesadaran hukum tersebut, yakni ada yang tinggi, sedang,
rendah, tolak ukur taraf-taraf kesadaran hukum itu adalah pengetahuan mengenai
hukum, pemahaman terhadap hukum, sikap terhadap hukum dan perilaku hukum.
5. Pembahasan
1. Dampak penyebab pelanggaran lalu lintas terhadap pengemudi dan pengendara
jalan yaitu terjadi karena unsur kesengajaan untuk melanggar hingga ketidaktahuan atau
pura-pura tidak tahu terhadap aturan yang berlaku. Dan kurangnya kesadaran dan
perilaku masyarakat yang membudaya dari pengguna jalan merupakan salah satu faktor
utama yang berpengaruh terhadap kondisi lalu lintas seperti, etika, toleransi antar
pengguna jalan dan kematangan dalam pengendalian emosi terbilang masih rendah.
Kemudian perilaku berkendara yang hanya patuh jika ada polisi. Kalau polisi tak
terlihat, langsung tancap gas sampai melanggar aturan yang ada. Cuek dengan
keselamatan orang lain dalam berkendara juga termasuk dalam kesadaran yang minim.
Jalan raya nggak cuma dipakai satu atau dua orang saja, tapi semua orang berhak
menggunakannya. minimnya pengetahuan soal aturan, marka hingga rambu-rambu
yang ada. Kurangnya kesadaran untuk mencari tahu arti dari marka, rambu dan
peraturan lalu lintas yang berlaku membuat pelanggaran terus terjadi berulang-ulang.
Kebiasaan mencari jalan pintas atau Kebanyakan orang melanggar rambu-
rambu lalu lintas karena sudah terbiasa mencari jalan pintas. Kebiasaan ini semakin
didukung dengan alasan "lebih cepat sampai tujuan". Tak jarang muncul pemikiran
kalau adanya rambu lalu lintas justru menghambat perjalanan mereka, yang akhirnya
kebiasaan itu jadi pembenaran diri. Aturan-aturan yang ada pun dianggap tidak perlu.
Kebiasaan seperti ini sebenarnya membuat para pelanggar nekat melawan aturan yang
akhirnya mempersulit diri sendiri. Fenomena ikut-ikutan pengendara lain Hal ini
merupakan perubahan perilaku seseorang untuk mengikuti orang lain yang menurutnya
benar alias suka ikut-ikutan. Kondisi jalan Berbagai kondisi jalan juga menjadi salah
satu penyebab terjadinya pelanggaran. Seperti jalan yang rusak, kurangnya marka atau
12
rambu-rambu lalu lintas, alat pengawas atau pengamanan jalan serta fasilitas
pendukung lainnya.
F. METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian hukum normatif yang digunakan penulis,
yaitu penelitian yang memperoleh bahan hukum dengan cara mengumpulkan dan
diatas.
2. Sifat Penelitian
Sifat penelitian dalam penulisan proposal ini adalah sifat penelitian deskriptif,
yaitu menggambarkan jawaban atas permasalahan melalui hasil dari penelitian penulis.
a. Peraturan Perundang-undangan
b. Data Kepustakaan
5. Sistematika Penulisan
Penulisan proposal ini terdiri dari 4 (empat) Bab yang masing-masing bab
terdiri atas beberapa sub-sub bab yang berhubungan satu sama yang lainnya sehingga
membentuk suatu uraian yang sistematis dalam satu kesatuan sebagai berikut :
14
tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian,
dan dasar hukum mengenai sejarah perkembangan peraturan lalu lintas dalam negara
Indonesia, pelanggaran lalu lintas, jenis pelanggaran lalu lintas, beberapa hal yang
Di dalam Bab III merupakan bab yang berisikan hasil penelitian dan
pengemudi dan pengendara kendaraan bermotor serta upaya apa yang dilakukan oleh
bermotor.
DAFTAR PUSTAKA
Awaloedin, 1983. Peningkatan Disiplin Masyarakat Pemakai Jalan Raya Dalam Kaitannya
Dengan Wewenang Polri. Jakarta : PT. Bina Ilmu
Djajoesman, H.S. 1996 Polisi dan Lalu Lintas. Jakarta : Pusdiklat Polri
Polri, 2009, Sosialisasi Undang-Undang No.22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan, dalam http://www.polri.go.id, diunduh 11 maret 2021 pukul 11:00 WIB.
Petersz, 2010. Karakteristik Surat Tilang dalam Penindakan Pelanggaran Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan. Jurnal Sasi Vol. 16 No. 3 Bulan Maret 2021
Markas Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia Akademi Kepolisian, 2009, Fungsi
Teknis Lalu Lintas , Semarang : Kompetensi Utama, hal. 6.
Karjadi, M. 1957. Mengurus Kejahatan, Pelanggaran dan Kecelakaan Lalu Lintas Jalan,
Bogor : Politeia.
Pardede, Marulak. 1983. Polisi dan Penegakan Undang-undang Lalu Lintas Angkutan Jalan.
Artikel dalam “Majalah Bhayangkara” No. 022 Jakarta
Himpuan Undang-undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 1992 Jo No. 22 Tahun 2009
tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan