Anda di halaman 1dari 17

PROPOSAL METODE PENELITIAN DAN PENULISAN HUKUM

TINJAUAN YURIDIS DALAM PELANGGARAN LALU LINTAS TERHADAP


ANGKUTAN JALAN DAN PENGENDARA BERMOTOR

OLEH :
FEBBY MENTARI
1810211120029

KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS HUKUM
BANJARMASIN
2021
DAFTAR ISI

hlm

LEMBAR JUDUL

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………...II

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………..3

A. Judul Proposal………...………………………………………………………3

B. Latar Belakang Masalah……………………………………………………....3

C. Rumusan Masalah…………………………………………………………….6

D. Tujuan Kegunaan……………………………………………………………..7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………………………..8

1. Sejarah Perkembangan Peraturan Lalu Lintas dalam Negara

Indonesia………………………………………………………………………8

2. Pelanggaran Lalu Lintas……………………………………………………...10

3. Jenis Pelanggaran Lalu Lintas………………………………………………..11

4. Beberapa Hal Yang Mempengaruhi Disiplin Pemakai Jalan………………...11

5. Pembahasan Rumusan Masalah……………………………………………...13

BAB III METODE PENELITIAN………………………………………………………..14

1. Jenis Penelitian……………………………………………………………….14

2. Sifat Penelitian……………………………………………………………….14

3. Sumber Bahan Hukum……………………………………………………….14

4. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum………………………………………...15

5. Sistematika Penulisan………………………………………………………..15

DAFTAR PUSTAKA
1

A. JUDUL : TINJAUAN YURIDIS DALAM PELANGGARAN LALU LINTAS

TERHADAP ANGKUTAN JALAN DAN PENGENDARA

MOTOR

B. Latar Belakang Masalah

Jalan merupakan suatu prasarana perhubungan darat dalam bentuk apapun,

meliputi segala bagian jalan termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang

diperuntukkan bagi lalu lintas. Selanjutnya jalan mempunyai peranan penting dalam

bidang ekonomi, politik, sosial, budaya pertahanan dan keamanan serta hukum.

Lalu lintas dan angkutan jalan mempunyai peran yang cukup penting dalam

rangka pembangunan pada umumnya untuk tercapainya kesejahteraan masyarakat

sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945. Sehubungan itu maka kegiatan atau aktivitas berlalu lintas di jalan harus

diatur hukum agar terciptanya ketertiban dan keamanan. Peraturan Perundang-

Undangan Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

Mengingat betapa penting dan strategisnya peranan lalu lintas yang merupakan

subsistem dari ekosistem kota, berkembang sebagai bagian kota karena naluri dan

kebutuhan penduduk untuk bergerak menggunakan alat transportasi berupa kendaraan

bermotor atau angkutan jalan berupa barang dan jasa yang selalu menimbulkan masalah

seperti terjadinya kecelakaan lalu lintas terjadi setiap hari yang mengakibatkan

hilangnya manusia, cideranya manusia dan kerugian secara material.

Banyak sekali permasalahan yang selalu timbul dalam berlalu lintas seperti

kemacetan jalan, pelanggaran, dan kecelakaan lalu lintas yang telah banyak memakan

korban. Sebab utama dari permasalahan ini terletak dari factor manusia itu sendiri, yaitu

pengguna jalan, khususnya para pengemudi Angkutan Jalan atau pengendara kendaraan

bermotor.
2

Kecorobohan pengemudi tersebut seperti tertidur sambal mengemudi di jalan

dalam hal ini sangatlah dilarang untuk mengemudi. Oleh karena itu, tidak jarang

menimbulkan korban baik korban menderita luka berat sampai ada yang meninggal

ditempat kalo tidak secepatnya ditangani. Bahwa pengguna jalan tersebut diatur di

dalam undang-undang nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

Meningkatnya jumlah korban dalam suatu kecelakaan merupakan suatu hal yang

tidak diinginkan oleh berbagai pihak, mengingat betapa sangat berharganya nyawa

seseorang yang sulit diukur dengan sejumlah uang santuan saja. Orang yang

mengakibatkan kecelakaan tersebut harus mempertanggung jawabkan atas

perbuatannya dengan harapan pelaku dapat efek jera dan lebih berhati-hati lagi. Berhati-

hati pun tidaklah cukup untuk menghindari kecelakaan, faktor kondisi sangatlah di

utamakan dalam mengendarai kendaraan dan juga kesadaran hukum berlalu lintas harus

dipatuhi sebagaimana mestinya.

Banyaknya kasus kecelakaan di jalan raya yang banyak menimbulkan korban,

mengharuskan peneliti mengetahui penerapan sanksi pidana terhadap kasus kelalaian

pengemudi yang menimbulkan kecelakaan. Polisi lalu lintas adalah unsur pelaksana

yang bertugas menyelenggarakan tugas kepolisian mencakup penjagaan, pengaturan,

pengawalan dan patroli, pendidikan masyarakat dan rekayasa lalu lintas, registrasi dan

identifikasi pengemudi atau kendaraan bermotor, penyidikan kecelakaan lalu lintas dan

penegakan hukum dalam bidang lalu lintas, guna memelihara keamanan, ketertiban dan

kelancaran lalu lintas. Setiap orang dalam berlalu lintas yang menggunakan jalan raya

harus mematuhi rambu-rambu yang ada seperti rambu-rambu seperti yang telah diatur

dalam perundang-undangan.

Kesadaran masyarakat, pentingnya mengenai peraturan tersebut diatas dan

apabila masyarakatnya mau menerapkan aturan tersebut dalam mengemudi atau


3

1
berkendara, kemungkinan besar bisa menekan jumlah kecelakaan yang bahkan sering

terjadi di jalan raya. Kurangnya kesadaran masyarakat mengenai aturan tersebut dapat

mengakibatkan kecerobohan karena kurangnya dalam berhati-hati di jalan yang kerap

terjadi kecelakaan dan memberikan dampak kerugian bagi orang lain. Hal ini ditandai

dengan banyaknya kasus pelanggaran yang terjadi setiap tahunnya seperti melanggar

rambu lalu lintas, tidak menggunakan helm, dalam keadaan ngantuk akibat obat, kebut-

kebutan di jalan raya, apalagi sampai tidak menoleh kanan kiri kalo ada persimpangan

jalan. Pelanggaran pengemudi dalam pemakaian jalan seperti pengenaan sabuk,

pengamanan dan ketentuan mengenai asuransi.

Berbagai upaya pembinaan terhadap sikap dan kepatuhan para pengemudi atau

pengendara kendaraan bermotor terhadap lalu lintas jalan telah banyak dilakukan oleh

aparat pemerintah yang terkait, dengan kenaikan jumlah pengemudi dan pengendara

bermotor yang lebih cepat dibandingkan dengan perkembangan Panjang jalan, maka

untuk mewujdukan keadaan tertib, aman dan lancar dijalan, perlu terus ditingkatkan.

Apalagi dengan munculnya pengemudi dan pengendara baru yang belum

berpengalaman.

Banyaknya para pengemudi atau pengendara kendaraan bermotor yang tidak

mematuhi peraturan lalu lintas, tentunya masalah ini menjadi peluang terjadinya

kemacetan jalan. Pelanggaran lalu lintas adalah perbuatan yang bertentangan dengan

lalu lintas dan aturan pelaksnaannya, baik yang dapat ataupun tidak dapat menimbulkan

kerugian jiwa atau benda dan juga kamticarlantas. Dengan adanya suatu peraturan

diatas apabila masyarakatnya mau menerapkan aturan tersebut dalam mengemudi atau

1
Awaloedin, 1983. Peningkatan Disiplin Masyarakat Pemakai Jalan Raya Dalam Kaitannya Dengan Wewenang
Polri. Jakarta
Karjadi, M. 1957. Mengurus Kejahatan, pelanggaran dan kecelakaan lalu lintas jalan. Bogor: Politeia
Markas Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia Akademi Kepolisian, 2009, Fungsi Teknis Lalu Lintas,
Semarang : Kompetensi Utama, hal 6
4

mengendara, kemungkinan besar bisa menekan jumlah kecelakaan yang bahkan

seringkali terjadi di jalan raya. Meski Undang-undang Lalu Lintas dan Angkautan Jalan

telah diterapkan sampai dengan sekarang tapi tidak dapat dipungkiri bahwa tingkat

kecelakaan masih tetap terjadi. Dengan banyaknya kasus kecelakaan di jalan raya

setidaknya hal itu bisa menggambarkan cerminan masyarkat betapa minimnya

kesadaran hukum bagi pengendara sepeda motor, karena masih banyak orang-orang

mengemudi tidak tertib.

Apa yang dikemukakan diatas, adalah sesuatu hal atau keadaan yang menyangkut

derajat kepatuhan para pengemudi atau pengendara kendaraan bermotor terhadap

hukum lalu lintas sebagai salah satu indikator dalam berfungsinya hukum lalu lintas

yang bersangkutan.

Dalam konteks ini mengingat betapa penting dan strategisnya peranan lalu lintas

sebagai salah satu kebutuhan pokok warga masyarakat, maka dari itu adanya suatu

perangkat hukum untuk mengaturnya. Dalam hal ini, hukum lalu lintas dan angkutan

jalan (LLAJ) dimaksudkan agar tidak terjadi perbenturan kepentingan warga

masyarakat pemakai lalu lintas jalan, menciptakan kelancaran, ketertiban, keamanan,

kenyamanan serta keselamatan dalam berlalu lintas.

Dalam berlalu lintas setiap orang yang menggunakan jalan raya harus mematuhi

setiap rambu-rambu yang ada telah diatur dalam perundang-undangan dan tidak

memandang dari segi ekonomi, budaya, jabatan dan tingkatan lain sebagainya.

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis selaku penyaji proposal skirpsi

mencoba membahas permasalahan ini dengan judul “TINJAUAN YURIDIS DALAM

PELANGGARAN LALU LINTAS TERHADAP ANGKUTAN JALAN DAN

PENGENDARA BERMOTOR DI KOTA”


5

C. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut di atas, perumusan dalam masalah

penelitian ini adalah :

1. Apa dampak yang menyebabkan pengemudi dan pengendara kendaraan bermotor

yang sering melakukan pelanggaran terhadap peraturan lalu lintas .

2. Bagaimana upaya yang dilakukan oleh aparat untuk meningkatkan kesadaran para

pengemudi atau pengendara kendaraan bermotor .

D. TUJUAN DAN KEGUNAAN

1. Adapun yang menjadi Tujuan Penelitian ini adalah :

A. Untuk mengetahui dampak yang menyebabkan pengemudi atau pengendara

kendaraan bermotor sering melakukan pelanggaran terhadap peraturan lalu lintas

di kota .

B. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan oleh aparat untuk meningkatkan

kesadaran para pengemudi atau pengendara kendaraan bermotor .

2. Adapun yang menjadi Kegunaan Penelitian ini adalah :

A. Sebagai kontribusi pemikiran yang dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi

pengembangan kajian mengenai lalu lintas jalan.

B. Sebagai bahan masukan bagi masyarakat pengguna jalan umumnya dan para

pengemudi atau pengendara kendaraan bermotor khususnya, serta aparat penentu

kebijakan di bidang lalu lintas.


6

E. TINJAUAN PUSTAKA

1. Sejarah Perkembangan Peraturan Lalu Lintas Dalam Negara Indonesia

Menurut sejarahnya pengaturan tentang ketertiban bagi pemakai jasa jalan

umum telah ada semenjak zaman penjajahan yang dinamakan Rijwielreglement

(STB.1910 No. 465) dan Motorreglement (STB.1917 No.73) namun ketentuan ini

tidak berlaku setelah dikeluarkannya dan diberlakukannya Wegverkeersordonnantie

atau WVO (STB.1993 No.86). WVO ini telah berulangkali mengalami perubahan dan

perbaikan secara keseluruhan maupun pasal atau bagian tertentu. Perubahan ini

dimaksud sebagai penyesuaian dengan keadaan yang selalu dinamis dan perubahan

setelah kemerdekaan dilakukan pertama kali dengan UU No. 7 Tahun 1951 tentang

Undang-undang Lalu Lintas Jalan (LN tahun 1951 No. 42).

Perubahan secara keseluruhan dilakukan pada tahun 1965 dengan

diundangkannya UU No.3 Tahun 1965 (LN tahun 1965 No.25) tentang lalu lintas dan

Angkutan Jalan Raya, dengan diberlakukannya UU No.3 Tahun 1965 maka peraturan

pemerintah yang bernama WVO yang telah dirubah dan ditambah dengan UU No,7

Tahun 1951 dianggap tidak berlaku lagi, karena Peraturan Perundang-undangan yang

lama dianggap tidak sesuai perkembangan lalu lintas di jalan raya dan kemajuan di

bidang teknis kendaraan bermotor, sehingga perlu diatur segala kegiatan yang erat

hubungannya dengan penyelenggaraan, perkembangan angkutan jalan, dan penelitian

jalan.

Dalam UU No. 3 Tahun 1965 tidak dapat menampung segala permasalahan yang

terjadi dibidang lalu lintas jalan raya secara keseluruhan, untuk mengatisipasi hal

tersebut dikeluarkan UU No. 14 Tahun 1992 (LN Tahun 1992 No.49), tentang lalu
7

2
lintas dan angkutan jalan, dasar di keluarkannya Undang-undang ini ialah untuk

memberikan landasan yang lebih kokoh bagi perwujudan lalu lintas dan angkutan jalan

yang serasi dan sesuai keadaan zaman.

Perubahan jo Undang-undang No 22 Tahun 2009, tentang lalu lintas dan

angkutan jalan disahkan dan di undangkan pada tanggal 22 juni 2009, dalam Undang-

undang ini memuat ketentuan penutup yaitu 326 pasal. Jika melihat UU sebelumnya

yakni UU Nomor 14 Tahun 1992 menyebutkan Untuk mencapai tujuan pembangunan

nasional sebagai pengamalan Pancasila, transportasi memiliki posisi yang penting dan

strategis dalam pembangunan bangsa yang berwawasan lingkungan dan hal ini harus

tercermin pada kebutuhan mobilitas seluruh sektor dan wilayah. Transportasi

merupakan sarana yang sangat penting dan strategis dalam memperlancar roda

perekonomian, memperkukuh persatuan dan kesatuan serta mempengaruhi semua

aspek kehidupan bangsa dan negara.

Berbeda dengan undang-undang Nomor 22 Tahun 2009, UU ini melihat bahwa

lalu lintas dan angkutan jalan mempunyai peran strategis dalam mendukung

pembangunan dan integrasi nasional sebagai bagian dari upaya memajukan

kesejahteraan umum. Selanjutnya di dalam batang tubuh di jelaskan bahwa tujuan

yang hendak dicapai oleh Undang-Undang ini adalah :

1. Terwujudnya pelayanan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang aman, selamat,

tertib, lancar, dan terpadu dengan moda angkutan lain untuk mendorong

2
Soerjono Soekanto. 1989. Suatu Tinjauan Sosiologis Hukum Terhadap Masalah-Masalah Sosial. Bandung : PT.
Citra Aditya Bhakti. hlm. 58-59
Himpunan Undang-Undang No. 14 Tahun 1992 Jo Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan
8

perekonomian nasional, memajukan kesejahteraan umum, memperkukuh

persatuan dan kesatuan bangsa, serta mampu menjunjung tinggi martabat bangsa;

2. Terwujudnya etika berlalu lintas dan budaya bangsa; dan

3. Terwujudnya penegakan hukum dan kepastian hukum bagi masyarakat.

2. Pengertian Pelanggaran Lalu Lintas

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Pelanggaran adalah perbuatan

(perkara), melanggar tindak pidana yang lebih ringan dengan daripada kejahatan;

peristiwa itu sudah disidangkan dipengadilan.

Pelanggaran adalah peristiwa-peristiwa pidana yang mengenai lalu lintas jalan

kebanyakan terdiri dari pelanggaran, Sebagian besar terdiri dari larangan-larangan dan

keharusan-keharusan yang termuat di Perundang-udangan lalu lintas jalan dan dalam

beberapa pasal dari KUHP, misalnya :

Pasal 492 KUHP Sedang mabuk di tempat umum merintangi jalan atau
mengganggu ketertiban.

Pasal 510 KUHP Tidak dengan izin Kepala Polisi setempat mengadakan arak-arakan
di jalan umum.

Pasal 511 KUHP Barang siapa, pada waktu ada kejadian arak-arakan dan sebagainya,
tidak menurut perintah atau petunjuk polisi yang diberikan akan mencegah
kecelakaan, dan akan menjauhkan rintangan lalu lintas.3

3
Wirjono Prodjodikoro. 1986. Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia. Bandung : Erseco. Hlm.31
9

Pelanggaran lalu lintas ini terjadi dengan tidak disadari oleh para pelanggar,

dengan tidak diinsyafi, dengan sengaja atau tidak dengan sengaja.

Pelanggaran lalu lintas adalah setiap pelanggaran yang dilakukan oleh pemakai

jalan, baik terhadap rambu-rambu lalu lintas maupun dalam cara pengemudi dalam

memakai jalan.4

1) Ditinjau dari sudut si pelanggar, pelanggar lalu lintas dapat dibagi :


- Pelanggaran lalu lintas tidak bergerak, contohnya : prlanggaran tabda-tanda
larangan parkir, dsb.
- Pelanggaran lalu lintas, contohnya : melampaui batas kecepatan, dsb.
2) Ditinjau dari akibat yang ditimbulkan, pelanggaran lalu lintas dibagi atas :
- Pelanggaran yang menimbulkan kecelakaan lalu lintas.
- Pelanggaran yang tidak mengakibatkan kecelakaan lalu lintas.

3. Jenis Pelanggaran Lalu Lintas

Soerjono Soekanto memberikan pengertian pelanggaran terhadap lalu lintas

secara umum yaitu apabila pelanggaran tersebut dapat di pidana kurungan maksimal 3

bulan atau denda sebanyak-banyaknya sepuluh ribu rupiah barang siapa :

a. Merintangi, membahayakan kebebasan atau keamanan lalu lintas dan menimbulkan


kerusakan jalan
b. Menyelenggarkan perlombaan atau pacuan tanpa izin.
c. Tidak mempunyai surat-surat yang diperlukan, kendaraan yang tidak mempunyai
kelengkapan dan mengemudikan kendaraan bermotor secara tidak wajar.
d. Meniggaalkan kecelakaan tanpa melapor.
e. Melanggar ketentuan tentang SIM
f. Memperkenankan orang lain yang tidak memiliki SIM untuk mengemudikan
kendaraan bermotor.
g. Tidak memiliki persyaratan penomoran kendaraan bermotor.
h. Tidak mempunyai syarat-syarat pengujian.
i. Tidak mempunyai izin trayek mobil bis umum.
j. Tidak mempunyai izin trayek keluar kota.
k. Tidak ada izin trayek pengangkutan barang oleh kendaraan umum dan tidak umum.
l. Tidak memenuhi kewajiban sebagai perusahaan angkutan orang atau barang.
m. Tidah menyesuaiakan diri dengan tarif angkutan orang atau barang.
n. Tidak mempunyai izin mendirikan perusahaan pengangkutan dengan kendaraan
bermotor umum.

4
M. Karjadi 1976. Kejahatan Pelanggaran dan kecelakaan Lalu Lintas Jalan. Bogor : Politeia
Direktorat jendral pembinaan badan peradilan umum Departemen Kehakiman . 1983 Penyuluhan Hukum ke VII
Tentang Pelanggaran Lalu Lintas. Jakarta. Hlm 11
10

o. Tidak mempunyai izin untuk mendirikan bengkel umum.


p. Tidak mentaati perintah atau petunjuk yang diberikan oleh pejabat penyidik
pelanggaran lalu lintas.

4. Beberapa Hal Yang Mempengauhi Disiplin Pemakai Jalan

Bahwa permasalahan yang selalu timbul dalam berlalu lintas adalah kemacetan

jalan, pelanggaran dan kecelakaan lalu lintas yang banyak meminta korban. Dari hasil

penelitian maka sebagai penyebab utamanya adalah faktor manusia terutama para

pengemudi/ pengendara kendaraan bermotor.

M. karjadi menyebutkan beberapa penyebab dari timbulnya peristiwa lalu lintas

jalan baik yang mengenai pelanggaran maupun kecelakaan yaitu :

1. Keadaan udara dan cuaca


2. Keadaan jalan
3. Pengemudi, berupa kesalahan teknis yang dibuat pengemudi yang sehat badan dan
jiwanya atau karena pengemudi yang cacat badan dan jiwanya.
4. Orang berjalan kaki
5. Penumpang
6. Keadaan kendaraan itu sendiri yang menyebabkan terjadinya kecelakaan
7. Jalan trem/ kereta api
8. Benda-benda lain yang merintangi jalan
9. Karena hewan dan sebab-sebab lainnya

Sedangkan faktor lain yang dapat menimbulkan kecelakaan yang disebabkan

pelanggaran, terdiri dari beberapa faktor yang antara lain adalah :

1. Faktor kecepatan, dimana setiap jalan terpasang rambu-rambu yang menunjukkan


kecepatan yang tertinggi, hal ini menjadikan pengemudi mengendarakan
kendaraannya dengan kecapatan tertinggi yang mana hal ini seringkali
menyebabkan terjadinya pelanggaran yang berakibat kecelakaan.
2. Faktor kendaraan, seringkali kendaraan yang dipergunakan kurang atau bahkan
tidak memenuhi ketentuan, sehingga menimbulkan beberapa kelalaian pada
kontruksi kendaraan, hal inipun seringkali menyebabkan pelanggaran yang
berakibat pada kecelakaan lalu lintas.
3. Faktor lingkungan, hal ini sebenarnya diluar dari kekuasaan dan perhitungan
manusia. 5

5
Soerjono Soekanto 1983. Kesadaran Hukum dan Kepatuhan Hukum. Jakarta : CV. Rajawali pres. hlm. 93.
H. Hadiman. 2001. Tertib Mengemudi Dalam Rangka Menunjang Operasi Zebra. Jakarta. hal 77.
11

Keberanian seorang pengemudi / pengendara mengambil resiko mengendarai

kendaraan secara kurang berhati-hati dan melebihi kecepatan maksimum, tampaknya

merupakan suatu perilaku yang bersifat kurang matang. Hal ini dipengaruhi oleh :

1. Keadaan Mental pengemudi

2. Keadaan Fisik pengemudi

3. Ketidakhati-hatian pengemudi

4. Kemampuan intelektual pengemudi

Kesadaran hukum berarti suatu proses penilaian terhadap hukum yang berlaku

yang dihendaki, dimana setiap manusia normal mempunyai kesadaran hukum,

masalahnya adalah taraf kesadaran hukum tersebut, yakni ada yang tinggi, sedang,

rendah, tolak ukur taraf-taraf kesadaran hukum itu adalah pengetahuan mengenai

hukum, pemahaman terhadap hukum, sikap terhadap hukum dan perilaku hukum.

5. Pembahasan
1. Dampak penyebab pelanggaran lalu lintas terhadap pengemudi dan pengendara
jalan yaitu terjadi karena unsur kesengajaan untuk melanggar hingga ketidaktahuan atau
pura-pura tidak tahu terhadap aturan yang berlaku. Dan kurangnya kesadaran dan
perilaku masyarakat yang membudaya dari pengguna jalan merupakan salah satu faktor
utama yang berpengaruh terhadap kondisi lalu lintas seperti, etika, toleransi antar
pengguna jalan dan kematangan dalam pengendalian emosi terbilang masih rendah.
Kemudian perilaku berkendara yang hanya patuh jika ada polisi. Kalau polisi tak
terlihat, langsung tancap gas sampai melanggar aturan yang ada. Cuek dengan
keselamatan orang lain dalam berkendara juga termasuk dalam kesadaran yang minim.
Jalan raya nggak cuma dipakai satu atau dua orang saja, tapi semua orang berhak
menggunakannya. minimnya pengetahuan soal aturan, marka hingga rambu-rambu
yang ada. Kurangnya kesadaran untuk mencari tahu arti dari marka, rambu dan
peraturan lalu lintas yang berlaku membuat pelanggaran terus terjadi berulang-ulang.
Kebiasaan mencari jalan pintas atau Kebanyakan orang melanggar rambu-
rambu lalu lintas karena sudah terbiasa mencari jalan pintas. Kebiasaan ini semakin
didukung dengan alasan "lebih cepat sampai tujuan". Tak jarang muncul pemikiran
kalau adanya rambu lalu lintas justru menghambat perjalanan mereka, yang akhirnya
kebiasaan itu jadi pembenaran diri. Aturan-aturan yang ada pun dianggap tidak perlu.
Kebiasaan seperti ini sebenarnya membuat para pelanggar nekat melawan aturan yang
akhirnya mempersulit diri sendiri. Fenomena ikut-ikutan pengendara lain Hal ini
merupakan perubahan perilaku seseorang untuk mengikuti orang lain yang menurutnya
benar alias suka ikut-ikutan. Kondisi jalan Berbagai kondisi jalan juga menjadi salah
satu penyebab terjadinya pelanggaran. Seperti jalan yang rusak, kurangnya marka atau
12

rambu-rambu lalu lintas, alat pengawas atau pengamanan jalan serta fasilitas
pendukung lainnya.

2. Upaya yang dilakukan oleh aparat untuk meningkatkan kesadaran para


pengemudi atau pengendara kendaraan bermotor adalah dari pola perilaku pengemudi
dan pengendara kendaraan merupakan kesadaran hukum, karena di sini dapat dilihat
apakah suatu peraturan berlaku atau tidak dalam masyarakat. Dengan demikian sampai
seberapa jauh kesadaran hukum dalam masyarakat dapat dilihat dari pola perilaku
hukum. Telah dikemukan sebelumnya bahwa setiap indikator kesadaran hukum
menunjukan taraf kesadaran hukum. Apabila masyarakat hanya mengetahui adanya
suatu hukum, dapat dikatakan kesadaran hukum yang dimiliki masih rendah. Dalam hal
ini perlu adanya pengertian dan pemahaman yang mendalam terhadap hukum yang
berlaku, sehingga warga masyarakat akan memiliki suatu pengertian terhadap tujuan
dari peraturan bagi dirinya dan masyarakat pada umumnya serta negara sebagai wadah
kehidupan individu dan masyarakat. Salah satu kesadaran hukum yang harus dilakukan
adalah kesadaran hukum dalam berlalu lintas serta mengenai pengetahuan tentang
hukum dari sini akan mengakibatkan sikap yang terpuji atau mentaati akan hukum
tersebut dan akhirnya pada suatu tahap tertinggi ini terciptanya suatu perilaku hukum
dan ketaatan terhadap aturan yang berlaku sesuai norma kaidah yang sudah ditetapkan
oleh aturan berlalu lintas.

F. METODE PENELITIAN

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian hukum normatif yang digunakan penulis,

yaitu penelitian yang memperoleh bahan hukum dengan cara mengumpulkan dan

menganalisa bahan-bahan hukum yang berhubungan dengan masalah yang dibahas

diatas.

2. Sifat Penelitian

Sifat penelitian dalam penulisan proposal ini adalah sifat penelitian deskriptif,

yaitu menggambarkan jawaban atas permasalahan melalui hasil dari penelitian penulis.

3. Sumber Bahan Hukum

Sumber bahan hukum penelitian ini meliputi :

1. Bahan Hukum Primer berupa peraturan perundang-undangan yakni sebagai berikut:

• Undang-Undang Dasar 1945,


13

• Undang-Undang No. 14 Tahun 1992 Jo Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 tentang

Peraturan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

• Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1993 Jo Peraturan Pemerintah No. 37 Tahun

2017 Tentang Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

2. Bahan Hukum Sekunder, yaitu berupa buku-buku/literatur, artikel, majalah, jurnal,

serta karya-karya ilmiah yang ada kaitannya dengan penelitian ini.

4. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum

Untuk memperoleh data penelitian ini penulis menggunakan beberapa cara

pengumpulan data, yaitu :

a. Peraturan Perundang-undangan

Peraturan perundang-undangan dikumpulkan dengan cara melakukan

inventarisasi terhadap peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan

peraturan berlalu lintas dan dalam peradilan pidana.

b. Data Kepustakaan

Data kepustakaan dikumpulkan melalui studi kepustakaan yaitu dengan cara

membaca buku-buku literatur seta peraturan perundang-undang yang berhubungan

dengan masalah yang ditulis dalam proposal ini.

5. Sistematika Penulisan

Penulisan proposal ini terdiri dari 4 (empat) Bab yang masing-masing bab

terdiri atas beberapa sub-sub bab yang berhubungan satu sama yang lainnya sehingga

membentuk suatu uraian yang sistematis dalam satu kesatuan sebagai berikut :
14

Di dalam Bab I tentang pendahuluan, di dalam bab ini akan diuraikan

tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian,

metode penelitian serta sistematika penulisan.

Di dalam Bab II merupakan bab yang berisikan landasan teoritis pengertian

dan dasar hukum mengenai sejarah perkembangan peraturan lalu lintas dalam negara

Indonesia, pelanggaran lalu lintas, jenis pelanggaran lalu lintas, beberapa hal yang

mempengaruhi disiplin pemakai jalan.

Di dalam Bab III merupakan bab yang berisikan hasil penelitian dan

pembahasan mengenai pembahasan dampak penyebab pelanggaran lalu lintas terhadap

pengemudi dan pengendara kendaraan bermotor serta upaya apa yang dilakukan oleh

aparat untuk meningkatkan kesadaran para pengemudi dan pengendara kendaraan

bermotor.

Di dalam Bab IV merupakan bab terakhir dari pembahasan yang berisikan

beberapa kesimpulan dan saran terhadap pokok permasalahan.


15

DAFTAR PUSTAKA

Awaloedin, 1983. Peningkatan Disiplin Masyarakat Pemakai Jalan Raya Dalam Kaitannya
Dengan Wewenang Polri. Jakarta : PT. Bina Ilmu

Djajoesman, H.S. 1996 Polisi dan Lalu Lintas. Jakarta : Pusdiklat Polri

Polri, 2009, Sosialisasi Undang-Undang No.22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan, dalam http://www.polri.go.id, diunduh 11 maret 2021 pukul 11:00 WIB.

Petersz, 2010. Karakteristik Surat Tilang dalam Penindakan Pelanggaran Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan. Jurnal Sasi Vol. 16 No. 3 Bulan Maret 2021

Wirjono Prodjodikoro, 2003, Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia, Bandung; Refika


Aditama, hal 20.

Markas Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia Akademi Kepolisian, 2009, Fungsi
Teknis Lalu Lintas , Semarang : Kompetensi Utama, hal. 6.

Karjadi, M. 1957. Mengurus Kejahatan, Pelanggaran dan Kecelakaan Lalu Lintas Jalan,
Bogor : Politeia.

H.S. Djajoesman.1976.Polisi dan Lalu Lintas.Jakarta:Pusdiklat Polri. hal 14

Pardede, Marulak. 1983. Polisi dan Penegakan Undang-undang Lalu Lintas Angkutan Jalan.
Artikel dalam “Majalah Bhayangkara” No. 022 Jakarta

Soedomo, Laksmana. 1984, Pembinaan Aparat Dalam Hubungannya Dengan Peningkatan


Disiplin. Semarang : Aneka Ilmu

Soekanto, Soerjono. 1983. Kesadaran Hukum dan Kepatuhan Hukum. Jakarta :


CV. Rajawali Pers

Himpuan Undang-undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 1992 Jo No. 22 Tahun 2009
tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

PP 37 Tahun 2017 Tentang keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

Kamus Besar Bahasa Indonesia Depdikbud : Balai Pustaka

Anda mungkin juga menyukai